Selasa, 25 Agustus 2020

MERAWAT DAN MENJAGA IMAN DI AKHIR ZAMAN




OLeH  : Ibu Irnawati Syamsuir Koto

     💎M a T e R i💎

🌷MERAWAT DAN MENJAGA IMAN DI AKHIR ZAMAN

Assalamu'alaikum  Sholehah,

Alhamdulillah Segala puji bagi Alloh ﷻ yang telah memberikan Rahmat dan kesempatan untuk kita malam ini. Sholawat serta salam kita sampaikan kepada Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam, keluarga,  sahabat serta para pengikutnya hingga akhir zaman.

Semoga semua sehat dan dalam lindungan Allah Azza Wajalla, senang bisa bersama malam ini.

Saudariku, eyang.. Ibu.. Kakak, Ade yang dicintai Alloh ﷻ...

Masa-masa yang penuh dengan kekacauan (fitnah) dan kelalaian adalah masa-masa yang membutuhkan kesiap-siagaan pada diri setiap insan.

Tidakkah kita ingat bersama, wahai saudariku.

Semoga Alloh ﷻ menjagaku dan menjagamu bahwa menjadi orang yang istiqomah di atas ketaatan dikala-kala fitnah merajalela adalah sebuah keutamaan yang sangat besar.

Dari Ma’qil bin Yasar radhiyallahu’anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Beribadah di kala fitnah berkecamuk laksana berhijrah kepadaku.” (HR. Muslim)

Menjadi orang yang teguh di atas kebenaran di saat manusia tenggelam dalam kesesatan jelas merupakan sebuah keutamaan.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Islam datang dalam keadaan asing, dan ia akan kembali dalam keadaan asing pula. Maka beruntunglah orang-orang yang asing.” (HR. Muslim)

Siapakah yang dimaksud dengan orang-orang yang asing itu?

Dari Sahl bin Sa’ad radhiyallahu’anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan bahwa mereka itu adalah, “Orang-orang yang berbuat baik tatkala orang-orang lain berbuat kerusakan.” (HR. Thabrani, disahihkan sanadnya oleh Syaikh al-Albani)

Ingatkah engkau wahai saudariku…

Bahwa kebaikan paling utama yang saat ini banyak dilalaikan oleh manusia adalah tauhid, iman dan keikhlasan?

Tentang keutamaan tauhid, maka kita semua ingat bahwa tauhid inilah yang menjadi tujuan diciptakannya seluruh jin dan manusia.

Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.” (QS. adz-Dzariyat: 56).

Para ulama salaf menafsirkan bahwa makna ibadah di sini adalah tauhid.

Lihatlah umat manusia yang ada, betapa banyak di antara mereka yang melalaikan tauhid!

Sehingga mereka terjerumus dalam berbagai perbuatan syirik.

Entah itu syirik besar maupun kecil, entah itu yang tampak maupun yang tersembunyi.

Padahal, kita semua tahu betapa besar bahaya dosa yang satu ini, sampai-sampai Alloh ﷻ mengatakan (yang artinya), “Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan akan mengampuni dosa lain yang berada di bawah tingkatan syirik, yaitu bagi orang-orang yang Allah kehendaki.” (QS. an-Nisaa’: 48)

🌸🌷🌸
Saudariku...

Tentang pentingnya keimanan, maka terlalu banyak dalil yang menunjukkan betapa besar peranan iman bagi kehidupan setiap insan.

Di antaranya Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuri iman mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah orang-orang yang akan mendapatkan keamanan, dan mereka itulah orang-orang yang diberikan hidayah.” (QS. al-An’aam: 82).

Allah ta’ala juga berfirman (yang artinya), “Demi masa, sesungguhnya semua manusia benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman, beramal salih, saling menasehati dalam kebenaran dan saling menasehati untuk menetapi kesabaran.” (QS. al-’Ashr: 1-3)

Lihatlah umat manusia yang ada di sekitar kita… betapa banyak orang yang rela menjual keimanannya demi mendapatkan kesenangan dunia yang hanya sementara.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Bersegeralah dalam melakukan amalan-amalan sebelum datangnya fitnah-fitnah yang seperti potongan-potongan malam yang gelap gulita. Pada pagi hari seorang masih beriman namun di sore harinya dia menjadi kafir, atau pada sore hari dia beriman namun di pagi harinya dia menjadi kafir. Dia menjual agamanya demi mendapatkan kesenangan dunia.” (HR. Muslim)

Adapun, tentang keagungan ikhlas, maka banyak sekali dalil yang menunjukkan hal itu kepada kita.

Di antaranya,

Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Tidaklah mereka diperintahkan kecuali supaya beribadah kepada Allah dengan mengikhlaskan agama untuk-Nya…” (QS. al-Bayyinah: 5).

Dari Umar bin Khattab radhiyallahu’anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya setiap amal itu diukur dengan niatnya. Dan setiap orang akan diberi balasan seperti apa yang dia niatkan. Maka barangsiapa yang hijrahnya karena Allah dan rasul-Nya, niscaya hijrahnya akan sampai kepada Allah dan rasul-Nya. Dan barangsiapa yang hijrahnya karena motivasi dunia atau karena keinginan menikahi seorang wanita, maka hijrahnya hanya akan mendapatkan balasan seperti apa yang dia niatkan.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Lihatlah, berbagai fenomena yang ada di tengah umat manusia.  Betapa banyak indikasi yang mencerminkan rusaknya nilai-nilai keikhlasan ini di dalam aktifitas hidup mereka. Penyakit riya’ dan ujub seolah telah menjadi wabah yang merambah kemana-mana. Orang yang sholat, orang yang bersedekah, orang yang berdakwah, orang yang mengajarkan kebaikan.  Tidaklah ada satu celah kebaikan kecuali setan berusaha untuk membidikkan anak panah ujub dan riya’ ini kepadanya.

Oleh sebab itu, Alloh ﷻ mengajarkan kepada kita untuk senantiasa membaca Iyyaka na’budu wa iyyaka nasta’in di dalam sholat kita.

Ibnul Qayyim rahimahullah menjelaskan -menukil keterangan gurunya Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah- bahwa iyyaka na’budu merupakan senjata untuk melawan penyakit riya’, sedangkan iyyaka nasta’in merupakan senjata untuk melumpuhkan penyakit ujub.

🌸🌷🌸
Saudariku...

Semoga Alloh ﷻ meneguhkan kita di atas kebenaran. Tauhid, iman dan keikhlasan inilah yang menjadi perisai hidup seorang muslim.

Tidak ada nilainya harta dan keturunan apabila tidak diiringi dengan tauhid, iman dan keikhlasan.

Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Pada hari -kiamat- tidaklah berguna harta dan keturunan kecuali bagi orang yang datang kepada Allah dengan hati yang selamat.” (QS. asy-Syu’ara’: 88-89)

Tidaklah seorang hamba mendapatkan kemuliaan derajat di sisi Alloh ﷻ kecuali karena tauhid, iman dan keikhlasan yang mewarnai tindak-tanduk dan perilakunya.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Ada tujuh golongan yang diberi naungan oleh Allah pada hari tiada lagi naungan kecuali naungan dari-Nya:  Seorang pemimpin yang adil, pemuda yang tumbuh dalam ketekunan beribadah kepada Allah,  lelaki yang hatinya bergantung di masjid, dua orang yang saling mencintai karena Allah; mereka bertemu dan berpisah karena-Nya,  seorang lelaki yang diajak berbuat keji oleh seorang wanita berkedudukan dan cantik namun ia mengatakan, ‘Aku takut kepada Allah’, orang yang bersedekah dengan sembunyi-sembunyi sampai-sampai tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diinfakkan oleh tangan kanannya, dan seorang yang mengingat Allah di kala sepi lalu berlinanglah air matanya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Maka di masa-masa yang penuh dengan fitnah dan kelalaian semacam ini setiap muslim harus berjuang mempertahankan tauhid, keimanan dan keikhlasan yang ada di dalam dirinya.

Akhir zaman yang pernah disabdakan oleh Rasulullah ﷺ, bukanlah isapan jempol belaka. Akhir zaman itu akan tiba. Tanda-tandanya pun sudah mulai terasa. Orang-orang yang jahat, dengan mudah naik ke permukaan.

Sementara orang-orang baik, mereka akan disingkirkan bagaimana pun caranya. Banyak pula orang yang memiliki gelar pendidikan tinggi, namun ilmu yang dimilikinya justru digunakan untuk membodohi orang lain.

Umat Islam yang berpegang teguh membela Agama Alloh ﷻ, mereka seringkali dihina, dicaci maki, bahkan, di antara mereka, ada yang sampai kehilangan nyawanya.

Sungguh, memasuki babak akhir zaman ini tidaklah mudah. Mereka yang menggenggam erat keimanan dalam dirinya, bagaikan menggenggam bara api yang sangat panas.

Rasulullah ﷺ bersabda, “Akan datang pada manusia suatu zaman, di mana orang yang bersabar dalam agamanya, bagaikan orang yang menggenggam bara api,” (HR. At-Tirmidzi).

Di akhir zaman, musuh umat Islam bukan hanya yang berasal dari kaum kuffar.

Tapi, hadir pula musuh-musuh dari kalangan kaum musyrikin yang berkhianat, orang-orang munafik, penjilat, dan musuh Islam lainnya yang menguasai dunia secara global dengan senjata media, dan segala alutsista untuk menyudutkan umat.

Sebagai muslim yang beriman, kita tidak boleh gentar menghadapi segala bentuk perjuangan di akhir zaman. Rasulullah ﷺ sejak 1400 tahun lalu telah memberi semangat kepada umat, untuk tetap sabar kuat menghadapi ujian yang berat. Insya Allah, Alloh ﷻ juga akan memberikan pahala dari setiap perjuangan kita.

“Teruskanlah olehmu untuk selalu melakukan amar makruf nahi munkar, hingga engkau akan menyaksikan kekikiran yang ditaati, hawa nafsu yang diperturutkan, kehidupan dunia yang diutamakan, serta orang-orang yang terpesona terhadap berbagai pendapat yang dikeluarkannya. Hendaknya kamu hanya bergaul dengan orang-orang yang searah denganmu, dan jauhilah orang-orang yang awam. Sebab setelah zamanmu itu, akan datang suatu zaman penuh cobaan, di mana orang yang memegang teguh agamanya ibarat menggenggam bara api. Ketahuilah, saat itu orang yang terus berusaha untuk memegangi agamanya, maka pahalanya sama dengan 50 orang yang juga melakukan hal yang sama dari kalian’.” (Kemudian, Abdullah bin Mubarak berkata, “Orang selain Utbah menambahkan riwayat ini dengan redaksi: ‘Apakah yang 50 kali itu dari generasi kami-kami atau generasi mereka?’ Rasulullah ﷺ, ‘untuk mereka’.”) (HR. Abu Dawud, Al-Malâhim,).

Begitu banyak cobaan yang dihadapi oleh seorang mukmin di zaman itu. Kefasikan pada seluruh umat manusia merata hampir di seluruh dunia.

🌸🌷🌸
Maka dari itu, sebagai ummat Rasulullah ﷺ, kita harus sekuat tenaga mempertahankannya dengan penuh kesabaran.

Rasulullah ﷺ juga pernah menyebutkan, zaman itu sebagai zaman ayyamush shabr (hari-hari yang penuh dengan kesabaran ekstra).

Dari hadis yang diriwayatkan Abu Tsa‘labah ra jelas sekali bahwasanya di ayyamush shabr (hari-hari yang penuh ekstra kesabaran) tersebut, masih ada orang-orang yang tetap teguh memegang keimanannya dengan kebenaran dan kesabaran.

Mereka inilah At-Thaifah Al-Manshurah, yang hidup dalam keterasingan kedua, dimana keterasingan pertama telah terjadi pada awal risalah Islam.

Kaum muslimin sekalian, diantara sifat seorang yang berakal adalah ia tidak berspekulasi dengan imannya dengan menyangka bahwa ia tidak akan terpengaruh.

Bisa jadi ini muncul karena penyakit ujub akan dirinya dan kondisinya.

Maka iapun dihukum dengan ia dibiarkan antara dirinya dengan jiwanya sehingga akhirnya iapun binasa. Abu Bakar radhiallahu ‘anhu berkata:

لَسْتُ تَارِكًا شَيْئًا كَانَ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَعْمَلُ بِهِ إِلا عَمِلْتُ بِهِ، إِنِّى أَخْشِى إِنْ تَرَكْتُ شَيْئًا مِنْ أَمْرِهِ أَنْ أَزِيغَ

“Aku tidaklah meninggalkan sesuatupun yang dikerjakan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam kecuali aku mengamalkannya, karena aku kawatir jika ada sesuatu yang aku tinggalkan dari perintah Nabi maka aku akan menyimpang.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Mendengarkan syubhat dan pemikiran-pemikiran yang menyimpang serta akidah akidah yang rusak merupakan sebab kesesatan, terlebih lagi dengan berkembangnya sarana-sarana komunikasi dan kemudahan untuk sampai kepadanya.

Maka hendaknya seorang muslim menjauhkan dirinya dari hal tersebut. Dan Yusuf ‘alaihis salam lebih menyukai penjara dari pada fitnah, ia berkata:

السِّجْنُ أَحَبُّ إِلَيَّ مِمَّا يَدْعُونَنِي إِلَيْهِ

“Wahai Tuhanku, penjara lebih aku sukai daripada memenuhi ajakan mereka kepadaku.” (QS. Yusuf : 33)

Para salaf dahulu meskipun luas ilmu mereka dan dalamnya keimanan mereka-mereka menjauhkan diri mereka dari hal seperti ini.

Ma’mar rahimahullah berkata, “Aku berada di sisi Ibnu Tawus tatkala ada seseorang mendatanginya tentang permasalahan takdir, maka orang itupun berbicara sesuatu."

Lalu Ibnu Thowuspun memasukan kedua jarinya di kedua telinganya, dan ia berkata kepada anaknya, “Masukan jari-jarimu ke kedua telingamu dan tutuplah dengan kuat, dan janganlah engkau mendengar sedikitpun perkataannya. Sesungguhnya hati ini lemah.”

Barangsiapa yang mengetuk pintu-pintu syubhat dan hawa nafsu maka ia akau terjatuh di dalamnya.

Alloh ﷻ berfirman:

فَلَمَّا زَاغُوا أَزَاغَ اللَّهُ قُلُوبَهُمْ

"Maka tatkala mereka berpaling (dari kebenaran), Allah memalingkan hati mereka." (QS. Al-Shaff : 5)

Barangsiapa yang menghindari syubhat maka ia telah menyelamatkan agamanya dan harga dirinya.

Dan diantara bentuk-bentuk kesesatan adalah memprotes nash-nash syari’at serta menolaknya dengan hawa nafsu dan persangkaan-persangkaan.

Allah ta’ala berfirman :

فَلْيَحْذَرِ الَّذِينَ يُخَالِفُونَ عَنْ أَمْرِهِ

"Maka hendaklah hati-hati orang-orang yang menyalahi perintah Rasul."  (QS. An-Nuur : 63).

Syaikhul Islam rahimahullah berakta, “Barangsiapa yang terbiasa memprotes syari’at dengan pendapat maka tidak akan menetap iman dalam harinya.”

Dan dosa-dosa yang dianggap sepele jika terkumpul pada pelakunya maka akan membinasakannya.

Nabi ﷺ bersabda :

إيَّاكُمْ وَمُحَقِّرَاتِ الذُّنُوْبِ

“Hati-hatilah kalian dengan dosa-dosa yang dianggap sepele.” (HR.  Ahmad)

Dan tergesa-gesa untuk melihat buah dari kebaikan menimbulkan sifat malas dan akhirnya berhenti beramal.

Yang wajib adalah kontinyunya amal dan ikhlas kepada Alloh ﷻ dalam beramal.

وَ اللّٰهُ أَعْلَمُ بِالصَّوَّاب

🌸🌸🌸🌟🌟🌟🌸🌸🌸
        💎TaNYa JaWaB💎

0⃣1⃣ Safitri ~ Banten
Assalamualaikum bun,

Kan Alloh ﷻ itu Maha Pengampun, sebesar apapun dosa yang dibuat manusia, Alloh ﷻ bakal mengampuni jika dia bertobat dengan sungguh-sungguh tapi kecuali dosa menduakan Alloh ﷻ itu Alloh ﷻ tidak mengampuni yah.

Nih bun kalau misalkan orang itu pernah berbuat salah seperti itu dia pernah melakukan kaya minta-minta sama orang pinter bahakan zarah tapi berdoanya memintanya seperti itu. Nah terus dengan sendirinya dia ngerasa berdosa dan sadar bahwa yang dia perbuat itu salah dan dia tidak mau mengulangi lagi.

Kalau seperti itu apa kesalahan dia diampuni bun dan apa Alloh ﷻ bakal menerima taubatnya?

🌸Jawab:
Wa'alaikumsalam,

Dosa yang tidak terampuni adalah dosa SYIRIK, menduakan Alloh ﷻ. 

Benar dan itu telah jelas dan tidak bisa diganggu gugat, cuma kita jangan memahami sebatas itu saja yaa. Jika dia bertaubat dengan taubat Nasuha dan tidak melakukan lagi maka Alloh ﷻ akan ampuni. 

Yang tidak diampuni itu jika selama hidupnya tidak pernah bertaubat sampai akhir hayatnya, maka dia akan kekal di neraka jahannam.

Wallahu a'lam

0⃣2️⃣ Agustin ~ Purwodadi
Assallamu'allaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Bagaimana ibu, agar kita bisa tetap kuat menjaga keimanan kita saat lingkungan kita menganggap kita berlebihan dalam menjalankan syariat agama?

Misal berkerudung besar, dan memakai kaos kaki dipandang sok Islami, sok alim, mending yang biasa-biasa saja penting berjilbab takut dikira riya' dan sebagainya.

Kadang sedih jika dihadapkan posisi seperti itu, seketika ada perasaan lemah. Padahal diri juga merasa masih banyak kurangnya.

Jazakillahu khair, Ibu.

🌸Jawab:
Inilah Framing dari musuh-musuh Islam yang benar-benar berhasil masuk ke jantung umat Islam. 

Hingga orang-orang yang mau menutup aurat dengan sempurna saja dianggap sesuatu yang berlebihan, padahal itulah Islam. Apa tidak sampai kepada mereka bagaimana para Istri Rasulullah ﷺ menutup auratnya?, orang-orang yang memakai cadar sukses mereka Framing sebagai teroris. 

Yang ngomong siapa?  Tidak sedikit dari mereka yang ngomong adalah orang Islam juga.

Jadi bagi wanita-wanita yang ingin menyempurnakan pakaiannya, kita harus sadari bahwa ujian bagi kita adalah omongan orang-orang dilingkungan kita, namun jangan sampai hal itu membuat kita surut. Biar saja kita dianggap berlebihan, biar saja dianggap sok alim,  terima saja dianggap riya' menjelang mereka terbiasa melihat kondisi kita, dan akhirnya mereka akan menerima karena sudah terbiasa.

Abaikan saja semua. 

Lakukan saja hal yang kita yakini kebaikannya sesuai aturan Al Quran dan hadist yang tergambar didalam kehidupan Rasulullah ﷺ dan keluarga beliau Rasulullah ﷺ dan para sahabat beliau. 

Wallahu a'lam

0⃣3️⃣ Sasi ~ Balam
Ma’mar rahimahullah berkata, “Aku berada di sisi Ibnu Tawus tatkala ada seseorang mendatanginya tentang permasalahan takdir, maka orang itupun berbicara sesuatu.

Lalu Ibnu Thowuspun memasukan kedua jarinya di kedua telinganya, dan ia berkata kepada anaknya, “Masukan jari-jarimu ke kedua telingamu dan tutuplah dengan kuat, dan janganlah engkau mendengar sedikitpun perkataannya. Sesungguhnya hati ini lemah.”

Bismillaah...

1. Ibu, maksud dari dua kutipan di atas itu seperti apa ya?

2. Apakah kita tidak boleh menguping atau membicarakan takdir atau bagaimana?

Tertarik sekali sama maksud dari kutipan di atas.

Jazakillah khoir, Ibu
Luvluv

🌸Jawab:
1. Maksudnya adalah adanya syubhat yang harus diwaspadai didalam pembicaraan tersebut. Hal itu dapat kita lihat pada penjelasan sebelumnya. 

2. Mengaji tentang takdir tentu boleh, yang tidak boleh adalah mendahului takdir Alloh ﷻ, banyak para pembicara menerka-nerka takdir. Hal ini adalah syubhat dan ini tidak boleh. 

Takdir itu untuk dijalani dengan ikhlas dan Ridho, baik itu buruk atau baik. 

Karena kita tidak tahu takdir kita seperti apa, maka kita disuruh untuk berdoa kepada Alloh ﷻ agar takdir kita menjadi baik. Dan perbanyak sedekah.

Wallahu a'lam

0⃣4️⃣ Fitria ~ Bintaro
Terkadang sebagai manusia kita sering lupa dan tanpa sadar mengucapkan misal ketika kita sakit dan berucap berkat minum obat dari dokter A penyakit kita sembuh dan lain-lain, apakah hal tersebut termasuk syirik ya bu?

Jika iya contoh kecil lain dalam kehidupan sehari hari itu apa?

🌸Jawab:
Iyaa itulah contoh syirik tanpa sadar.

Kesembuhan itu datang dari Alloh ﷻ, bukan karena kehebatan dokter dan keampuhan obat. Silakan berobat ke proffesor dan beli obat termahal jika Alloh ﷻ tidak Ridho kita sembuh, maka tidak akan sembuh. 

Contoh lain misalnya disaat kita lahiran terus rezeki rasanya lancar terus kita bilang, ni anak pembawa rezki, anak pembawa berkah ini atau sejak pakai cincin ini bla bla... Sejak ada ini... Bla bla... 

Banyak sebenarnya hal-hal yang bisa membawa kita kepada syirik yang tidak kita sadari. Disinilah pentingnya belajar tauhid. Karena dengan itulah kita bisa mengenal apa yang bisa menjerumuskan kita pada kesyirikan. 

Wallahu a'lam

0⃣5️⃣ Anna ~ Solo
Bagaimana mensikapi tetangga di lingkungan kita yang memang masih senang bergibah, menyombongkan kekayaannya, bahkan selalu mengkucilkan keluarga yang dianggap tidak mampu.

Apakah salah jika kita mengingatkan?

Mohon penjelasannya.
Terimakasih

🌸Jawab:
Mengingatkan itu tidak salah, bahkan dianjurkan untuk amar ma'ruf nahi munkar. 

Nah persoalannya mereka bisa menerima dibilangin apa tidak? 

Kalau kita sanggup menerima resiko dakwah, maka dakwahilah, jika tidak, maka doakanlah mereka. 

Jangan ikut-ikutan berghibah dan hal lain yang akan menjerumuskan kita kepada dosa. 

Wallahu a'lam

0⃣6️⃣ Nurul F. ~ Tangsel
Assalamu'alaykum Bunda Irna,

1. Bagaimana menyikapi perbedaan-perbedaan yang ada di keluarga? Ketika adat istiadat di nomor satukan, sedangkan yang sunnah di cemooh.

2. Ketika hati berada dalam titik nadir terkadang merasa pasrah sepasrah-pasrahnya. Sehingga terlontar ucapan, "terserah ALLAH saja.....ikuti apa maunya ALLAH."
Bagaimana saran bunda ketika berada dalam posisi tersebut?

Jazakillaah khoyron bunda.

Baarakallahu fiik.

🌸Jawab:
Wa'alaikumsalam mba,

1. Menyikapi perbedaan dalam keluarga itu seperti mengambil rambut dalam tepung, rambutnya keambil tepungnya tidak tumpah. Masalahnya selesai persaudaraan tidak putus. 

Butuh kebijakan berfikir,  bersikap dan berbicara.  Mengganti adat yang sudah mendarah daging itu tidak mudah. Jadi tugas yang sudah mengerti sunnah adalah perbaiki diri, tingkah laku dan jalankan sunnah, berdakwahlah dengan akhlak ditengah tengah keluarga.

Saat sunnah dicemooh jangan dilawan dengan frontal karena kita akan kalah suara, tapi buktikan saja dengan mendekatkan diri kepada Alloh ﷻ kita lebih baik akhlaknya dari yang sebelum melakukan sunnah.

2. Saat dititik nadir, maka rehatkanlah hati dengan menyerahkan semua kepada Alloh ﷻ, bersujud lah lebih lama lagi, bermunajat lah lebih sering dan lebih lama lagi, ujian itu datang dari Alloh ﷻ dan disaat kita rasa kita tidak sanggup maka satu satunya penyerahan hanya kepada Alloh ﷻ semata. Jangan melawan takdir, karena jika kita melawan apa yang Alloh ﷻ berikan maka kita akan semakin lemah. 

Ikuti maunya Alloh ﷻ dengan keikhlasan dan keridhoan bukan dengan keputus asaan. 

Wallahu a'lam

0⃣7️⃣ Dias ~ Bandung
Bagaimana mensikapi kondisi dimana aturan  Alloh ﷻ harus ditegakkan dan dipatuhi sementara kondisi belum mendukung?

 Mohon penjelasannya.
Jazakillah khair Ustadzah.

🌸Jawab:
Lakukan semampu kita,  dan seamannya kita jika memang tidak bisa keluar dari lingkungan itu. Tapi jika bisa hijrah, maka hijrah lah ke lingkungan yang lebih baik. 

Salah satu ujian dari Alloh ﷻ adalah lingkungan kita sendiri, baik dari keluarga, maupun dari tetangga. 

Dan coba baca-baca kisah para muallaf yang harus berjuang mempertahankan keimanannya,  in syaa Allah kita akan mendapatkan kekuatan dan energi untuk menjalani kehidupan kita. 

Wallahu a'lam

0⃣8️⃣ Sofie ~ Depok
Di dalam islam kan tidak ada yang disebut KARMA (sebutan dari agama lain). Karena itu sama dengan mengimani sesuatu hukum yang datangnya dari selain Alloh ﷻ.

1. Bagaimana jika seorang muslim yang mempercayai hukum KARMA, bukaannya hukum Qadha & Qadar Alloh ﷻ?

2. Bagaimana kita menyikapinya dan bagaimana kita memberi penjelasan tentang KARMA kepadanya?

Jazakillah Khair Ustadzah.

🌸Jawab:
1. Jelas itu terlarang, karena memang tidak ada istilah hukum KARMA didalam Islam. 

Bisa kita lihat:
Surah An-Nahl 16:61 Alloh ﷻ berfirman, “Jikalau Allah menghukum manusia karena kezalimannya, niscaya tidak akan ditinggalkan-Nya di muka bumi sesuatupun dari makhluk yang melata, tetapi Allah menangguhkan mereka sampai kepada waktu yang ditentukan. Maka apabila telah tiba waktunya (yang ditentukan) bagi mereka, tidaklah mereka dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak (pula) mendahulukannya.”

Didalam Islam memang telah dijelaskan hukum sebab akibat tapi bukan hukum karma, karena kita tidak tahu kesakitan atau ujian yang kita terima adalah karena dosa dan kesalahan kita atau sebaliknya malah itu menjadi asbab Alloh ﷻ angkatan derajat kita. 

2. Cari tahu dulu apa dan bagaimana Islam memandang kehidupan,  jika sudah memahami maka silakan bicarakan dengan orang tersebut.  Tapi jika belum ada kemampuan untuk itu, maka carilah orang yang mampu, jangan memaksakan diri. Dan jangan lupa untuk mendoakan.

Wallahu a'lam

0⃣9️⃣ Dera ~ Pati
Assalamualaikum,

Jika ingin menyempurnakan menutup aurat tapi kurang didukung keluarga bagaimana sikap kita, Ustadzah?

Misal pakai jilbab yang lebar tapi ibu kurang suka, ada niat berniqob tidak di ijini suami.

🌸Jawab:
Wa'alaikumsalam,

Beri pemahaman kepada ibu bagaimana seharusnya wanita muslim menutup auratnya. Jangan didebat, tapi jelaskan. 

Untuk niqab jangan dipaksakan, kalau memang belum paham dan belum izin.

Wallahu a'lam

🌸🌸🌸🌟🌟🌟🌸🌸🌸
 💎CLoSSiNG STaTeMeNT💎

Saudara-saudariku...

Bagi seorang Muslim, iman adalah segalanya. Iman adalah aset paling berharga dan menjadi kriteria pertama diterima atau tidaknya amal di hadapan Alloh ﷻ.

Akan tetapi, sebagaimana lazimnya setiap aset berharga di dunia ini, ia selalu terancam bahaya.

Banyak pihak yang mengintai dan ingin mencurinya.

Maka, tidak sedikit orang yang imannya lenyap, lalu mati dalam keadaan tidak memilikinya lagi.

Tentu kita tidak ingin mengalaminya.

Karenanya jagalah Iman dengan keta'atan, ilmu,  menjauhi kemungkaran,  serta keistiqomahan dalam amal sholeh.

Wabillahi taufiq wal hidayah.

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Tidak ada komentar:

Posting Komentar