Selasa, 25 Agustus 2020

MERAIH HUSNUL KHOTIMAH



OLeH : Ustadz Farid Nu'man Hasan

       💎M a T e R i💘

Bismillahirrohmanirrohim

Assalamualaikum Wa Rahmatullohi Wa Barakatuh

Alhamdulillah wassolatu wassalamu ala rosulillah wa ala alihi wassohbihi waman wala laa hawla wala quwwata illa bila ama ba'du

Salah satu ketetapan yang Alloh ﷻ berikan kepada makhluknya adalah kematian. Dan kematian itu merupakan takdir mubron (takdir yang tidak bisa dihindari).

Seluruh makhluk akan mati, manusia, hewan, jin, malaikat semua akan mati, namun demikian tentang bagaimana cara kita mati, bagaimana kita memilih mati itu merupakan takdir mualaq (takdir yang didalamnya ada peran manusia). Oleh karena itu di dalam Al Qur'an, Alloh ﷻ berfirman:

يَمْحُوا۟ ٱللَّهُ مَا يَشَآءُ وَيُثْبِتُ ۖ وَعِندَهُۥٓ أُمُّ ٱلْكِتَٰبِ

Yam-ḥullāhu mā yasyā`u wa yuṡbit, wa 'indahū ummul-kitāb

Allah menghapuskan apa yang Dia kehendaki dan menetapkan (apa yang Dia kehendaki), dan di sisi-Nya-lah terdapat Ummul-Kitab (Lauh mahfuzh).

Alloh ﷻ berkehendak menghapuskan apa yang dia tulis dan dia berkehendak menetapkan apa yang dia tulis.

Kalau memang manusia ditetapkan ditakdirkan dia akan wafat pada usia sekian tahun tapi kemudian dia melakukan kebaikan atau dia berdoa maka hal ini bisa saja merubahnya.

Sebagaimana hadist nabi riwayat Imam Abu Dawud:

 لَا يَرُدُّ الْقَدَرَ إِلَّا الدُّعَاءُ

"Tidak ada yang menolak al-qadar (takdir) kecuali doa."

Bahwasannya ketetapan qodho itu tidak bisa ditolak kecuali dengan doa.

"Wa laa yazidul umuro illa al biir"

Dan umur manusia tidaklah bisa bertambah kecuali dengan berbuat baik.

Oleh karena itu untuk meminta agar kita mati dalam keadaan Husnul Khotimah atau mati syahid itu bukanlah hal yang salah. Tidak bertentangan dengan keyakinan atas bahwa mati itu sudah ada ketetapannya, mati itu sudah ada jadwalnya, mati itu sudah ada bagaimana caranya, hal itu tidaklah bertentangan. Umar bin Khattab berdoa dalam hadist Bukhari:

"Allahummar zuqni syahadatan fi sabilik"

Ya Allah matikanlah aku mati syahid di jalan-Mu.

"Wa amitni fii baladi Rasulik"

Dan matikanlah aku di negeri rasul-Mu

atau

"Waj'al mauti fii baladi rasulik"

Dan jadikanlah aku kematiannya di negeri rasul-Mu.

Dan Alloh ﷻ mengabulkan doa ini bahwasannya Umar bin Khattab dibunuh di saat ia menjadi imam sholat, dia mati syahid dan diapun wafat di kota Madinah, sebagaimana keinginannya mati di kota Rasulullah shalallahu alaihi wa ala alihi wa sallam.

Lalu kemudian di dalam tafsir Imam al Qurtubi, beliau rahimakumullah meriwayatkan doa dari beberapa sahabat nabi yang menunjukkan bahwasannya berdoa itu menjadi salah satu cara bagi seorang muslim untuk mendapatkan sesuatu yang lebih baik dan itu bukanlah termasuk kategori mengingkari takdir atau mengintervensi yang Alloh ﷻ berikan kepada hamba-Nya. Sebab berdoa itu justru bagian dari perintah Alloh ﷻ.

 ادۡعُوۡنِىۡۤ اَسۡتَجِبۡ لَـكُمۡؕ

"Udauni astajib lakum"

Berdoa kepadaKu niscaya akan Aku kabulkan.

Ada juga hadist nabi sudah saya sampaikan tadi: "Laa yarudu al qodhoi iladdu'a". Yang namanya qodho tidak bisa ditolak kecuali dengan berdoa. Di dalam tafsir al Qurtubi, beliau meriwayatkan dari abi Usman al Hindi bahwasannya Umar bin Khattab berdoa: "Kana yathufu bil bait wahuwa yabqi wa yaqul."

Umar bin Khattab tawaf di baitullah dan dia pun berdoa sambil menangis:
"Allahumma in kunta katabnani fii ahli sahadat fa asbitni fiiha"

Ya Allah jika Engkau tulis namaku bersama orang-orang berbahagia maka tetapkanlah didalamnya.

"Wa in kunta katabnani fii ali saqowah wa zanbi famhuni wa asbit nifihali sahadah wal maghfiroh."

Jika Engkau tetapkan namaku bersama orang-orang susah, orang berdosa maka hapuskanlah namaku hilangkan namaku dan pindahkanlah bersama orang-orang berbahagia dan mendapat ampunan.

"Faa innaka tamhu matasya'u yufid"

Karena Engkau berkehendak menghapuskan apa-apa yang Engkau inginkan dan kau berkehendak menetapkan apa yang Engkau inginkan.

"Waa indaka ummul kitab."

Dan milik-Mu lah yang namanya ummul kitab yaitu Lauhul Mahfuz.

Ini doanya Umar. Kalau kita pikir doanya Umar begitu tajam. Dia minta kepada Alloh ﷻ kalau namanya bersama orang susah hapus, pindahkan bersama orang-orang berbahagia. Begitu pula doanya Abdullah bin Mas'ud:

"Allahuma in kunta katabnani fi suhada."

Ya Allah jika Engkau catat namaku bersama orang bahagia.

"Faa asbitni fihi"

Maka tetapkanlah namaku bersama mereka.

"Wa in kunta katabnani fil adzkiya."

Jika Engkau tetapkan namaku bersama orang-orang sengsara.

"Fam huni minal adzkiya"

Hapuskanlah aku dari golongan orang-orang sengsara.

"Fatubni fii suhada"

Dan tuliskan namaku bersama orang-orang bahagia.

Begitu juga doa sahabat nabi yang lain seperti misalnya Abu Wail bahwasannya Abu Wail juga berdoa dengan yang mirip:

"Allahumma in kunta katabtana adzkiya famhu tubna ma'a suhada."

Ya Allah jika Engkau catat nama kami bersama orang-orang yang sengsara, hapuslah, dan catatlah nama kami bersama orang berbahagia.

"Wa in kunta katabna suhada fasbitna"

Kalau Engkau catat nama kami bersama dengan orang berbahagia maka tetapkanlah kami bersama orang yang berbahagia.

"Fa inna katamhu ma'tasya fastubit wa indaka ummul kitab"

Karena Engkau berhak menghapuskan apa yang Engkau inginkan dan menetapkan apa yang Engkau inginkan dan milik-Mu lah yang namanya lauhul Mahfuz.

Dan juga doa-doa yang lain.

Bahkan di dalam kitab al Qurtubi ini Imam Malik binti naron, dia berdoa tentang seseorang wanita, dia doakan:

"Allahuma inkana fi batni hajariyah fa bitha ulama fa inna katamhu ma'tasyau fatusbit indaka ummul kitab"

Ya Allah jika wanita hamil ini di dalam perutnya adalah bayi perempuan maka gantilah menjadi bayi laki-laki. Karena Engkau Maha Penghapus dan menetapkan apa yang Engkau inginkan dan disitulah lauhul Mahfuz.

Kita lihat doa-doa ini seolah mengintervensi apa yang sudah Alloh ﷻ tetapkan tetapi doa ini dilakukan oleh orang-orang terbaik. Apa artinya? Hal tersebut bukanlah terlarang dalam syariat bahwa seorang muslim meminta kepada Alloh ﷻ Husnul Khotimah.

Kemudian apa itu Husnul Khotimah?
Husnul khotimah artinya penutupan yang baik, akhir yang baik.

Yaitu seseorang yang wafat dalam keadaaan baik, dia wafat dalam keadaan sholat, dia wafat dalam keadaan shaum, dia wafat dalam keadaan haji atau umroh, dia wafat dalam keadaaan wudhu, dia wafat dalam keadaan bersuci menjaga kesuciannya, dia wafat dalam keadaan tilawah dan seterusnya. Dia wafat dalam keadaan berjihad, dia wafat dalam keadaan berdakwah, dan semua jenis kebaikan maka orang ini Husnul Khotimah. Dan kenapa manusia menginginkan Husnul Khotimah? Karena memang akhir kehidupan seseorang bagaimana dia wafatnya itu sangat menentukan bagaimana nasib dia di akhirat nanti.

Rasulullah Shollallahu Alaihi wa Salam bersabda:

يُبْعَثُ كُلُّ عَبْدٍ عَلَى مَا مَاتَ عَلَيْهِ

"Yubaatsu kullu abdin ala ma maata alaih"

Bahwa setiap hamba nanti akan dibangkitkan sesuai bagaimana akhir kematiannya.

Jadi bagaimana kematiannya begitulah nanti dia dibangkitkan.

Dalam hadist shahih Bukhari, Al Munawi menjelaskan "Ayamutu ala ma asya alaih wa yub'asyu ala dzalik."

Bahwasannya manusia ketika dia meninggal maka nanti sesuai kebiasaan hidupnya.

Kalau dia hidup terbiasa tilawah, dia hidup terbiasa sholat malam, bisa jadi dan besar kemungkinan dia pun wafat dalam keadaan ibadah. Oleh karena itu dikatakan Ayyamutu ala ma asya alaih, dia wafat sesuai dengan kebiasaan kehidupannya bagaimana. Wa yub'asu, dan diapun akan dibangkitkan, ala dzalik, seperti itu.

Inilah kenapa banyak kaum muslimin yang mendambakan Husnul Khotimah. Dan juga dalam riwayat yang lain bahwasannya Rasulullah ﷺ bersabda:

"Wa innamal a'malu bi khowati miha"

Amal itu tergantung bagaimana akhirnya.

Dalam hadist Bukhari diceritakan ada seorang pemuda berjihad dalam perang Khaibar, kemudian ini begitu sangat heroik, sampai-sampai dipuji oleh sahabat nabi yang lain sebagai ahli surga atau ahli jannah. Tapi ternyata Rasulullah ﷺ mengatakan bukan, dia bukan ahli surga. Kagetlah para sahabat, kenapa bisa bukan ahli surga, bukankah dia begitu heroik banyak membunuh musuh.

Ternyata belakangan baru ketahuan pemuda ini ia tidak tahan dengan rasa sakit ketika dia kena tancap, dia tidak tahan dengan rasa sakitnya, akhirnya diapun membunuh dirinya sendiri. Apa yang Rasul katakan benar, ini orang akhirnya matinya bukan di tangan musuh tetapi pemuda ini membunuh dirinya sendiri. Jadi, walaupun nampaknya bagus, diakhirnya jelek. Nabi mengatakan justru dia ahlannar, nabi mengatakan:

"Innal abdalaya a'malu fima yaa ronnasu amala ahlil jannah wa innalahu lamiin ahlinnar"

Pada manusia yang amalnya kelihatan oleh manusia amal ahli surga padahal dia adalah penduduk neraka, "Wa ya'malu fii ma yaronnas amala ahlinaar wa huwa min ahlil jannah."

Kebalikannya ada manusia yang perilakunya nampaknya seperti ahli neraka di mata manusia tapi di balik itu mungkin dia tidak seperti itu. Nah ternyata, kata Rasulullah ﷺ, orang ini ternyata adalah termasuk ahlul jannah, ahli surga.

"Wa innamal a'malu bi qowattimiha"

Sesungguhnya manusia bagaimana akhirnya tergantung dia akhir hayatnya seperti apa di dunia.

Itulah pentingnya kita meminta kepada Alloh ﷻ Husnul Khotimah.

Bagaimana penjelasan para ulama? Para ulama seperti Imam al Qostolani dalam kitab Irsyad Asyari. Beliau mengatakan: "Waa fihi hasyu ala mauzabah ato'at wa muroqobah al auqot a'la hifziha an ma'asyillahi khaufan aya kunadzalik akhir umri."

Dalam hadist ini, dalam kisah tadi merupakan dorongan yang begitu kuat agar manusia menjaga ketaatan dan mengawasi waktunya, detik demi detik, hari demi hari dan seterusnya untuk menjaganya dari maksiat kepada Alloh ﷻ karena khawatir jangan sampai di akhir hayatnya dia mati dalam keadaan maksiat, "Wa fihi dzajrun anil ujubi wal fahri bi a'mal" dan kisah tadi menjadi pelajaran yang keras tentang jangannya seorang kagum dengan sebuah perilaku. Dia kagum, dia ujub dan sudah puas dengan sebuah perbuatan. Karena bisa jadi di ujungnya, diakhirnya ada perubahan. "Waa farukba mutaqil huwwa magrur." Bisa jadi dia terpedaya.

"Faa innal abdalaya yadri mayabsilu fil aqibah"

Seorang hamba tidak pernah tahu bagaimana ujung kehidupannya.

Maka inilah pentingnya kita minta istiqomah. Karena istiqomahlah yang menjadi sebab seseorang bisa Husnul Khotimah. Kalau bukan istiqomah mungkin sampai akhir hayat kita tidak jamin kita seperti ini. Maka jangan pernah berbahagia dulu kalau kita berkawan, berteman dengan orang-orang baik, grup-grup yang baik karena manusia bisa berubah. Kebalikannya, ada orang yang mungkin berteman, berkawan dengan grup-grup yang buruk tapi justru diakhirnya dia baik. Maka mintalah istiqomah, mintalah agar kita tetap kokoh di dalam Islam dan ketaatan. Sebagaimana doa yang diajarkan oleh Rasullullah Shollallahu Alaihi wa Salaam dalam hadist Imam Tirmidzi:

"Yaa muqolibul qulub tsabit qolbi ala diniik"

Wahai yang membolak bolakan hati tetapkanlah hatiku di atas ketaatan kepada agama-Mu.

Lalu bagaimanakah caranya supaya kita istiqomah? Yang dengan istiqomah itu semoga Alloh ﷻ berikan kita Husnul Khotimah.

Di dalam riwayat Imam Bukhari, kemudian Imam Muslim Rasulullah Shollallaluh Alaihi wa Salam bersabda:

"Yaa ayuhannas alaikum minal a'mal matutikun."

Wahai manusia, beramallah kamu sejauh kemampuan kamu.

"Fa inallaha laya'malu hatta tamalu."

Karena Alloh ﷻ tidak pernah bosan sampai kalian sendiri yang bosan.

"Wa inna habal a'mali Ilallah maduwi ma alaih."

Amal yang paling disukai oleh Allah adalah amal yang konsisten, yang ajeg, yang terus menerus. "Wa in qola", walaupun sedikit.

Jadi walaupun sedikit asalkan istiqomah ini yang terbaik, ini yang paling Alloh ﷻ cintai. Walaupun sedekah sehari hanya 2000 rupiah, tapi kita rutin setiap hari ini lebih baik dibanding sejuta lalu libur bertahun-tahun. Walaupun dia sholat tahajjud sepekan hanya 2 rakaat tapi pekan depan begitu lagi, pekan depan begitu lagi, istiqomah, ini lebih baik dibanding 1 hari langsung puluhan rakaat, kemudian libur bertahun-tahun.

Oleh karena itu walaupun sedikit tapi istiqomah itu lebih utama dan jangan lupa istiqomah itu di akhir zaman merupakan salah satu karomah. Istiqomah, konsisten, kokoh, teguh di atas agama di tengah begitu banyak godaan, di tengah begitu banyak rintangan, godaan untuk kembali jahiliyah begitu kuat tapi kita tetap istiqomah. Ini merupakan karomah yang Alloh ﷻ berikan kepada seorang muslim. Semoga Alloh ﷻ berikan kita anugerah Husnul Khotimah.

Wassalamuala'ikum wa Rahmatulloh wa Barakatuh


🌸🌸🌸🌟🌟🌟🌸🌸🌸
        💎TaNYa JaWaB💎
       
0️⃣1️⃣ Gia ~ Sulawesi Tenggara
Assalamualaikum Ustadz,

Bagaimana ciri-ciri yang orang meninggal Husnul Khotimah, dan amalan apa yang bisa membuat kita meninggal dalam keadaan Husnul Khotimah.

Terima kasih.
Wassalamualaikum.

🌸Jawab:
Wa'alaikumussalam wa Rahmatullah wa Barakatuh

◼️Tanda-Tanda Husnul Khatimah

Tanda-tanda husnul khatimah diterangkan dalam beberapa hadits Nabi ﷺ , tentunya jika ada seorang muslim yang mengalami tanda-tanda ini kita berbaik sangka kepadanya dan kepada Allah ﷻ bahwa dia telah husnul khatimah.

√ 1.  Perjalanan Akhir Hidupnya Diisi dengan Amal Shalih

Jika seorang wafat dan di akhir-akhir hayatnya senantiasa diisi dengan kebaikan, baik ibadah ritual dan sosial, maka itu tanda husnul khatimah, tanda bahwa Allah ﷻ memberikan taufiq kepadanya. Walau bisa jadi dahulunya dia pernah menjalankan hidup penuh maksiat.

Dari Anas bin Malik Radhiallahu ‘Anhu, bahwa Rasulullah ﷺ bersabda:

إذا أراد الله بعبد خيرا استعمله فقيل كيف يستعمله يا رسول الله ؟ قال يوفقه لعمل صالح قبل الموت

"Apabila Allah menghendaki kebaikan bagi seorang hamba, maka Dia akan menggunakannya." Lalu ditanyakanlah pada beliau, "Bagaimanakah Allah menggunakannya wahai Rasulullah?" beliau menjawab: "Dia akan memberinya taufiq untuk beramal shalih sebelum dijemput kematian."

(HR. At Tirmidzi No. 2142, Ibnu Hibban No.  341. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan: shahih sesuai syarat Bukhari dan Muslim)

√ 2.  Orang Yang Hari-Harinya Diisi Dengan Husnuzhan (Prasangka Baik) Kepada Allah ﷻ

Orang yang selalu berprasangka baik kepada Allah ﷻ, sampai-sampai pada musibah yang menimpanya, termasuk penyakit yang menimpanya sampai membawa kematiannya, dia selalu berbaik sangka baik kepada Allah ﷻ.
Dari Jabir Radhiallahu ‘Anhu, aku mendengar Rasulullah ﷺ berkata sebelum wafatnya sebanyak tiga kali:

لا يموتن أحدكم إلا وهو يحسن الظن بالله

 "Janganlah kalian mati kecuali dalam keadaan berprasangka baik kepada Allah."(HR. Muslim No. 2877)

√ 3. Mengucapkan Syahadat Di Akhir Hayatnya

Dari Muadz bin Jabal Radhiallahu ‘Anhu, bahwa Nabi ﷺ bersabda:

مَنْ كَانَ آخِرُ كَلاَمِهِ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ دَخَلَ الْجَنَّةَ

"Barangsiapa yang akhir perkataannya LAA ILAAHA ILLALLAH maka dia masuk surga."
(HR. Abu Daud No. 3118, shahih)

√ 4. Wafat di Malam atau Hari Jumat

Dari Abdullah bin Amr, bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَمُوتُ يَوْمَ الْجُمُعَةِ أَوْ لَيْلَةَ الْجُمُعَةِ إِلَّا وَقَاهُ اللَّهُ فِتْنَةَ الْقَبْرِ

"Tidaklah seorang muslim yang wafat pada hari Jumat atau malam Jumat, melainkan Allah akan melindunginya dari fitnah kubur." (HR. At Tirmidzi No. 1073, Ahmad No. 6582, Ath Thahawi dalam Syarh Musykilul Aatsar No. 277)

Syaikh Al Albani Rahimahullah berkata tentang hadits ini: “Dikeluarkan oleh Ahmad (6582-6646) melalui dua jalan dari Abdullah bin Amr, dan oleh At Tirmidzi melalui salah satu dari dua jalur, dan hadits ini memiliki syawahid (beberapa penguat) dari jalur Anas, Jabir bin Abdullah, dan selain keduanya. Maka, hadits ini dengan kumpulan semua jalurnya adalah hasan atau shahih.” (Lihat Ahkamul Jazaiz, Hal. 35)

√ 5. Mati Syahid

Dari Abdullah bin ‘Amr Radhiallahu ‘Anhuma, bahwa Nab ﷺ bersabda:

يغفر للشهيد كل ذنبٍ إلا الدين

"Orang yang mati syahid semua dosanya diampuni kecuali hutangnya."
(HR. Muslim No. 1886)

√ 6. Keningnya Berkeringat Saat Wafat

Nabi ﷺ bersabda:

المؤمن يموت بعرق الجبين

"Seorang mu’min wafatnya dengan keringat yang keluar dari keningnya."

(HR.  At Tirmidzi  No. 982, Ibnu Hibban No. 3011. Syaikh Syu’aib Al Anauth mengatakan: Shahih, sesuai syarat Imam Bukhari)

Demikian. Wallahu a'lam

0️⃣2️⃣ Ummu Umar ~ Solo
Assalamu'alaikum wa Rahmatullah wa Barakatuh, Ustadz.

Pernah mendengar bahwa kematian itu di tentukan di akhir amalannya di dunia (misal dia suka dengan mabuk maka akan dimatikan di saat mabuk).

Mohon pencerahannya, Ustadz.
Jazakallah khairan.

🌸Jawab:
Wa'alaikumussalam wa Rahmatullah wa Barakatuh

Bunyi haditsnya:

انما الاعمال بخواتيمها

"Amal-amal itu ditentukan oleh penutupnya." (HR. Muslim)

Maksudnya, masa depan seseorang ditentukan oleh amalnya di bagian akhir hidupnya.

Walau dia ahli ibadah, tapi akhir hidupnya maksiat, maka itulah jadinya dia di akhirat.

Dia kafir, tapi akhir hayatnya masuk Islam lalu wafat dalam keadaan tauhid, maka dia mati dalam keadaan baik.

Wallahu A’lam

0️⃣3️⃣ Evi ~ Jaksel
1. Bagaimana kiat-kiat kita sebagai muslimah supaya kita bisa tetap istiqomah rutin melaksanakan ibadah sunnah ditengah-tengah kesibukan kita sebagai istri dan ibu rumah tangga?

2. Adakah doa khusus yang bisa dibaca setiap saat supaya diri kita bisa selalu ingat akan kematian dan supaya di akhir hayat bisa Husnul Khatimah?

3. Apakah doa-doa orang yang teraniaya benar-benar dikabulkan karena ibu bapak Saya dulu pernah sakit parah sampai-sampai ada orang yang bilang kalau orang tua Saya umurnya tidak akan lama tapi Alloh ﷻ Maha Baik, Alloh ﷻ berikan keajaiban pada orang tua Saya dan mereka sembuh sehat walafiat sampai detik ini sedangkan maaf mereka yang pernah berkata seperti itu sudah Alloh ﷻ panggil lebih dulu?

Terima kasih, Ustadz untuk jawabannya.

🌸Jawab:
1. Jadikan kesibukan-kesibukan itu dengan niat ibadah pula. Agar kita tidak membenturkan yang satu dengan yang lain. Berbenah, ngurus anak, rumah, suami. Jika dilakukan dengan ikhlas dan mencari ridha Alloh ﷻ, itu tidak kalah nilainya dengan ibadah sunnah, bahkan bisa jadi lebih baik sebab itu kewajiban seorang ibu dan istri.

2. Ya muqallibal qulub tsabbit qalbiy 'ala diinik..

3. Ya, da' watul mazhlum (doa orang teraniaya) termasuk doa yang tidak tertolak sebagaimana hadits at Tirmidzi.

Wallahu A’lam

0️⃣4️⃣ Safitri ~ Banten
Assalamualaikum,

1. Kalau meninggal husnul khotimah itu memang sudah ditulis sama Alloh ﷻ, lah sudah ditetapin sama Alloh ﷻ apa memang tergantung keimanannya? Kan katanya setiap manusia itu nyawanya sudah ditetapin sama Alloh ﷻ nanti kamu mati seperti begini bakal begini begitulah, Ustadz.

2. Kalau menjalankan sholat tahajud 4 roka'at tidak apa-apa kan. Ustadz, apa dikurangi jadi 2 saja soalnya kadang Fitri ragu sama tahajud fitri yang 4 rakaat sebenernya tidak apa kah?

Kalau ngaji di bulan ramadhan tapi tidak khatam 1 juz itu bagaimana, boleh tidak sih?

Terus kalau pas sholat witir habis tarawih itu niatnya berjamaah apa sendiri?

Terimakasih minta penjelasannya, Ustadz

🌸Jawab:
Wa'alaikumussalam wa Rahmatullah wa Barakatuh

1. Dalam materi sudah Saya sampaikan, mati bagaimana nanti itu taqdir muallaq, ada peran manusia. Matinya sendiri adalah takdir mubram (tidak bisa dihindari).

Tapi bagaimana kita mati, mau baik, mau buruk, ada usaha dan doa manusia. Tidak boleh diam.

Mintalah mati Husnul Khatimah dan istiqamahlah dengan amal shalih.

2. Tahajud 4 rakaat boleh. Yaitu 2 rakaat salam, lalu 2 rakaat salam.

Baca tidak sampai 1 juz boleh, tapi sayang-sayang amat Ramadhannya. 30 hari tidak bisa 1 juz yang hanya 20 halaman. Asal ada kemauan Insya Allah bisa sampai 30 juz.

Witir kalau seorang diri ya niatnya sendiri. Kalau berjamaah ya niatnya berjamaah.

Tergantung kitanya lagi sendiri atau berjamaah.

Wallahu A’lam

0️⃣5️⃣ Bestiar ~ Pekanbaru
Ustadz, apa kiat-kiat supaya kita tetap istiqomah dalam beribadah sehari-hari dan apakah orang yang meninggal di hari Jumat itu tanda-tanda husnul khotimah.

Syukron.

🌸Jawab:
Supaya istiqamah,

1. Berkumpul dalam lingkungan yang baik, grup WA yang baik, kawan yang baik, suami yang shalih.

2. Ada guru yang senantiasa mengingatkan dan mengajarkan.

3. Ada manhaj (kurikulum) untuk tarbiyah Zatiyah (membina diri sendiri) karena dalam hidup tidak selalu bersama guru dan lingkungan yang baik.

Wallahu A’lam

0️⃣6️⃣ May ~ Jakarta
1. Jika ada orang yang sebelumnya rajin ibadah, lalu terkena "sihir" hingga sampai meninggal dunia, bagaimana, Ustadz?

Sebelum meninggal jadi sering sakit-sakitan dan jarang ibadah wajib dan ibadah-ibadah lainnya.

2. Jika ada anak yang belum baligh, tapi meninggal karena suatu hal yang tidak baik, misal stress karena keinginannya tidak terpenuhi, lalu bunuh diri, bagaimana, Ustadz?

🌸Jawab:
1. Sebagaimana hadits-hadist yang Saya sampaikan sebelumnya. Manusia dinilai bagaimana akhirnya.

Walau sebelumnya dia baik, tapi jika akhirnya meninggalkan shalat maka dinilai sesuai akhirnya.

2. Tapi kasus yang diceritakan di atas jika ada udzur syar'i, dia tidak bisa shalat karena sakit dan sayangnya dia tidak diajarkan bagaimana shalat dalam keadaan sakit.

Semoga Alloh ﷻ maafkan dia, dan hendaknya familinya mendoakannya.

Wallahu A’lam

🌸🌸🌸🌟🌟🌟🔷🔷🔷
 💎CLoSiNG STaTeMeNT💘

Jadikan HUSNUL KHATIMAH adalah salah satu target hidup kita.

Sebab hidup hanya sekali, mati hanya sekali, maka matilah dengan cara yang terbaik.

وَ اللّٰهُ أَعْلَمُ بِالصَّوَّاب

Tidak ada komentar:

Posting Komentar