Minggu, 25 Oktober 2020

UNTUKMU PARA IBU YANG LELAH, SURGA MENANTIMU

 


OLeH     :  Ibu Irnawati Syamsuir Koto

     💎M a T e R i💎

Assalamu'alaikum sholehah...

Alhamdulillah, segala puji bagi Alloh ﷻ yang telah memberikan karunia dan hidayah kepada hamba-hamba-Nya. Shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada Rasulullah Muhammad ﷺ beserta keluarga, shahabat, dan umatnya yang senantiasa istiqamah di jalan Sunnah.

🌷UNTUKMU PARA IBU YANG LELAH, SURGA MENANTIMU

Sholehah...

Seorang wanita akan merasa sempurna jika telah menjadi istri. Seorang istri akan merasa sempurna jika ia telah menjadi seorang ibu dan seorang ibu akan merasa lebih bahagia jika ia dapat melayani suaminya, merawat, mendidik serta melihat tumbuh kembang anaknya sendiri. 

Semua itu bisa dilakukan jika wanita itu menjadi ibu rumah tangga.

Namun pada sebagian wanita jika ditanya perihal apa pekerjaannya kemudian ia menjawab ibu rumah tangga, mungkin ada rasa minder, banyak kaum perempuan yang merasa kurang greget dan kurang terhormat  karena sudah lulus S1 tetapi tidak bekerja di perusahaan untuk mengaplikasikan ilmunya. 

Bahkan orang lain beranggapan, percuma saja lulus kuliah kalau akhirnya hanya jadi ibu rumah tangga. 

Padahal, menjadi ibu rumah tangga adalah pekerjaan yang mulia karena ia membangun dan memperkuat pondasi masyarakat yaitu sebuah keluarga.

🔹Menjadi Ibu Rumah Tangga Bukan Pilihan Yang Mudah

Acap kali seorang perempuan harus menanggalkan segala apa yang pernah dia miliki untuk pengabdian total sebagai istri sekaligus ibu. Di titik inilah kerap mendatangkan kebosanan yang teramat sering.

Dan juga pada sebagian kaum perempuan ada yang merasa kurang greget dan kurang terhormat serta minder, jika hanya menjadi Ibu rumah tangga saja, padahal banyak sekali keistimewaannya sebagai seorang ibu rumah tangga. 

Menetap dan tinggalnya wanita di rumah merupakan perkara yang disyariatkan oleh Alloh ﷻ.

Alloh ﷻ berfirman, 

“Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu,” (QS. Al-Ahzab: 33) 

Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di rahimahullāh menjelaskan bahwa makna dari ayat tersebut adalah menetaplah kalian di rumah kalian sebab hal itu lebih selamat dan lebih memelihara diri kalian. Tinggalnya wanita di rumah berarti dia melaksanakan urusan rumah tangganya, memenuhi hak-hak suami, mendidik anak-anaknya, dan menambah amal kebaikan. Sedangkan wanita yang sering keluar rumah, akan membuatnya lalai dari kewajiban.

🔹Wanita Yang Sering Keluar Rumah, Dapat Menimbulkan Fitnah

Rasulullah ﷺ bersabda, 

“Takutlah kalian dengan fitnah dunia dan fitnah wanita. Sesungguhnya fitnah terhadap bani Israil terjadi dari wanita,” (HR. Muslim). 

Dalam sabdanya yang lain, 

“Tidak aku tinggalkan fitnah yang paling berbahaya sepeninggalanku bagi laki-laki melebihi fitnah wanita,” (HR. Bukhari).

Hendaknya sebagai wanita kita harus senantiasa menjaga diri agar tidak menimbulkan fitnah, Karena jika seorang wanita keluar rumah maka setan akan menghiasinya dan membuat orang lain indah memandangnya.

Kendati demikian, wanita boleh keluar rumah jika ada kebutuhan. 

Rasulullah ﷺ bersabda, 

“Telah diizinkan bagi kalian kaum wanita keluar rumah untuk keperluan dan kebutuhan kalian,” (HR. Al-Bukhari).

Banyak di rumah bukan berarti wanita akan menjadi “katak dalam tempurung”. Di dalam rumah dia bisa melakukan aktivitas bermanfaat untuk kehidupan dunia-akhiratnya.

🔹Tanggung Jawab Wanita Dalam Rumah Tangga

Tanggung jawab seorang istri dalam rumah tangga yang utama ada dua yaitu sebagai pendamping suami dan pemelihara anak-anak.

▪️Pertama, sebagai pendamping suami yaitu mendampinginya dalam setiap situasi dan kondisi serta menyenangkan hati suami, termasuk menyiapkan segala kebutuhannya. Iapun wajib melayani suami kapan saja suaminya menginginkannya, menyiapkan makan, mencuci baju, membersihkan rumah, dan sebagainya. Jangan pernah menganggap remeh pekerjaan tersebut, karena dengan niat yang ikhlas setiap pekerjaan tersebut akan berbuah pahala.

▪️Kedua, sebagai pemelihara anak-anak. Anak adalah titipin Alloh ﷻ yang kelak orang tuanya akan diminta pertanggungjawabannya. Ibu berkewajiban memberikan perawatan dan pendidikan yang baik bagi anaknya. 

Di dalam Ash-Shahihain dari Abdullah bin Umar, Rasulullah ﷺ bersabda, 

“Kalian semua adalah pemimpin dan kalian semua akan diminta pertanggungjawaban, seorang imam adalah pemimpin dan ia nanti akan diminta pertanggungjawaban, seorang laki-laki adalah pemimpin atas keluarganya dan ia nanti akan diminta pertanggung jawabannya, seorang wanita adalah pemimpin di rumah suaminya dan ia nanti akan diminta pertanggungjawabannya.”

Dari keterangan di atas nampak jelas bahwa setiap insan yang ada hubungan keluarga dan kerabat hendaknya saling bekerja sama, saling menasihati, dan turut mendidik keluarga. 

Yang paling utama adalah orang tua kepada anak, karena anak sangat membutuhkan bimbingan kedua orang tuanya. 

Orang tua hendaknya memelihara fitrah anak agar tidak terkena noda syirik dan dosa-dosa lainnya. 

Ini adalah tanggung jawab yang besar dan kita akan diminta pertanggungjawaban atasnya.

🔹Mendidik Anak Di Rumah Juga Berkarir

Mungkin dewasa ini banyak yang meremehkan pekerjaan sebagai ibu rumah tangga karena pekerjaan tersebut tidak bisa menghasilkan uang. 

Padahal waktu dia sekolah dulu orang tuanya telah mengeluarkan biaya yang tidak sedikit. Menjadi ibu rumah tangga memang tidak menghasilkan uang, tetapi dengan ilmu dan kesabaran seorang ibu rumah tangga yang baik sesungguhnya adalah sebuah karir. Ia akan menghasilkan anak-anak yang shalih atau shalihah serta keluarga yang sakinah yang akan membantu meraih kebahagiaan hakiki di akhirat nanti.

Mendidik anak itu bukanlah perkara yang mudah, tetapi membutuhkan ilmu dan cara yang baik. Maka dari itu, dalam mendidik anak sangat membutuhkan kesabaran dan kecerdikan. Ibu membutuhkan kesabaran yang luar biasa untuk mencetak generasi rabbani. Ibulah yang biasanya dan seharusnya menjadi orang pertama yang menjadi teladan bagi anaknya. Ibu adalah sosok pertama yang dilihat, didengar ucapannya, dan disentuh oleh anaknya. Pada umumnya, awal-awal perkembangan seorang anak berada di samping ibunya. Pendidikan yang sangat berpengaruh pada kehidupan seorang anak adalah pendidikan yang diterapkan orang tuanya sejak dini. Apapun yang dilakukan ibu akan sangat mempengaruhi pembentukan karakter anak. 

Di samping itu, kerjasama antara seorang ayah dan ibu haruslah ada dalam mendidik anak karena sosok seorang ayah juga berpengaruh pada pendidikan anak.

◼️Beberapa hal yang perlu dilakukan orang tua dalam mendidik anak antara lain : 

▪️Menanamkan ajaran tauhid sejak kecil, 

▪️Mengajari anak agar pandai bersyukur, 

▪️Mendidik agar berbakti kepada orang tuanya, 

▪️Mengajarkankan apa saja yang diperintahkan dan dilarang oleh Alloh ﷻ, 

▪️Menanamkan rasa cinta kepada Rasulullah ﷺ, keluarga Rasulullah ﷺ, Al-Qur`an, dan As-Sunnah, 

▪️Mendidik anak dengan akhlak terpuji, dan lain sebagainya. 

Jika kedua orang tua menginginkan kemuliaan anak-anaknya, hendaknya keduanya bersungguh-sungguh dalam mendidik anak-anaknya dengan pendidikan islami dan mengajarkan Al-Qur`an dan As-Sunnah.

Anak adalah aset yang menguntungkan bagi orang tuanya di akhirat jika di dunia dia menjadi anak yang shalih atau shalihah. Termasuk sebab diangkatnya derajat kedua orang tua adalah anak shalih yang mendoakan keduanya. 

Rasulullah ﷺ bersabda, 

“Jika anak adam mati, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara: shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat, atau anak shalih yang mendoakannya,” (HR. Muslim). 

Jika seorang anak telah dididik dengan baik, berperilaku mulia, maka ia akan bermanfaat bagi agama dan umat.

Islam adalah agama yang adil. Alloh ﷻ menciptakan bentuk fisik dan tabiat wanita berbeda dengan pria sehingga mereka memiliki peran berbeda dan tidak dapat disejajarkan. 

Alloh ﷻ berfirman yang artinya, 

“Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu maka wanita yang shaleh, ialah yang ta’at kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka),” (QS. An-Nisā’: 34).

Pada asalnya, kewajiban mencari nafkah bagi keluarga merupakan tanggung jawab kaum lelaki. 

Syaikh Abdul ‘Aziz bin Baz rahimahullāh berkata, 

“Islam menetapkan masing-masing dari suami dan istri memiliki kewajiban yang khusus agar keduanya menjalankan perannya masing-masing  sehingga sempurnalah bangunan masyarakat di dalam dan di luar rumah." 

Suami berkewajiban mencari nafkah dan penghasilan sedangkan istri berkewajiban mendidik anak-anaknya, memberikan kasih sayang, menyusui, dan mengasuh mereka, serta tugas-tugas lain yang sesuai baginya seperti mengajar anak-anak perempuan, mengurusi sekolah mereka, dan mengobati mereka serta pekerjaan lain yang khusus bagi kaum wanita. 

Bila wanita sampai meninggalkan kewajiban dalam rumahnya, berarti ia telah menyia-nyiakan rumah serta para penghuninya. 

Hal tersebut dapat menyebabkan kerusakan dalam keluarga baik secara hakiki maupun maknawi.

Para wanita muslimah hendaknya tidak terpengaruh dengan orang-orang yang meneriakkan isu kesetaraan gender sehingga timbul rasa minder terhadap wanita-wanita karir dan merasa rendah diri dengan menganggur di rumah. 

Padahal banyak pekerjaan mulia yang bisa dilakukan di rumah.  Di rumah ada suami yang harus dilayani dan ditaati, juga anak-anak yang harus dididik dengan baik, ada harta suami yang harus diatur dan dijaga sebaik-baiknya, dan ada juga pekerjaan-pekerjaan rumah tangga yang harus diselesaikan. 

Semua ini pekerjaan yang mulia dan berpahala di sisi Alloh ﷻ. Kaum wanita di negara Barat banyak yang berkarir dalam segala bidang sehingga melalaikan kewajiban mereka untuk mengurus dan mendidik anaknya sebagai generasi penerus. 

Selanjutnya rusaklah tatanan kehidupan masyarakat mereka. Tidak berhenti di sini, mereka juga ingin kaum wanita di negara kita rusak, sebagaimana kaum wanita mereka rusak lahir batinnya. 

Diantara langkah awal menuju itu adalah dengan mengajak kaum wanita kita dengan berbagai cara agar mau keluar dari rumah mereka.

Para wanita muslimah hendaknya selalu ingat bahwa kelak pada hari kiamat mereka akan ditanya tentang amanah tersebut yang dibebankan kepadanya. Namun demikian, jika dalam kondisi tertentu menuntut wanita untuk mencari nafkah, diperbolehkan baginya keluar rumah untuk bekerja, namun harus memperhatikan adab-adab keluar rumah sehingga tetap terjaga kemuliaan serta kesucian harga dirinya.

🔹Kegiatan Positif Ibu Rumah Tangga

Didalam rumah banyak kegiatan yang positif dan bermanfaat yang dapat dilakukan wanita, seperti berdzikir, membaca Al-Qur`an, shalat, membaca buku, menulis, membuat kerajinan, bisnis di dalam rumah, dan sebagainya. Wanita yang lebih banyak tinggal di dalam bisa lebih mendekatkan diri kepada Alloh ﷻ.

Lalu apa ganjaran setimpal bagi ibu rumah tangga?

Suatu hari Rasulullah ﷺ mendapati Fatimah Azzahra, putrinya tercinta, sedang menggiling gandum sambil menangis. Fatimah menjelaskan bahwa menggiling gandung dan semua pekerjaan rumah tangga membuatnya bosan. Karena itu, dia menangis.

Mendengar itu, Rasulullah ﷺ mengambil penggilingan itu seraya mengucapkan basmalah. Sekejap, penggilingan itu berputar sendiri dengan izin Alloh ﷻ. Lalu terdengar batu itu bertasbih sambil terus menggiling gandum yang dilempar Nabi. Maka, ketika Muhammad ﷺ memintanya berhenti berputar, penggilingan itu berbicara dengan fasih bahwa dia siap diperintah menggiling gandum dari Timur ke Barat karena ia enggan --seperti yang didengarnya dari ayat Al Qur'an-- masuk neraka yang bahan bakarnya terdiri atas batu dan manusia.

Rasulullah ﷺ lalu berjanji bahwa penggilingan itu nanti akan menjadi salah satu batu mahligai Fatimah Azzahra di dalam surga. Maka bergembiralah batu itu dan kemudian terdiam.

Nabi ﷺ menoleh pada Fatimah dan berkata jika Alloh ﷻ menghendaki, niscaya penggilingan itu berputar sendiri untuk putrinya. Tetapi, itu dilakukan karena Alloh ﷻ menghendaki beberapa kebaikan ditulis dan beberapa kesalahan dihapuskan dari Fatimah. Ia diangkat derajatnya oleh Alloh ﷻ. 

''Ya Fatimah, jika perempuan menggiling tepung untuk suami dan anak-anaknya, maka Alloh ﷻ menuliskan untuknya dari setiap biji gandum yang digilingnya suatu kebaikan dan mengangkatnya satu derajat.''

''Ya Fatimah, jika perempuan berkeringat ketika ia menggiling gandum untuk suaminya, maka Alloh ﷻ menjadikan antara dirinya dan neraka tujuh buah parit. Jika ia meminyaki dan menyisir rambut anak-anaknya dan mencuci pakaian mereka, Alloh ﷻ akan mencatatkan pahala orang yang memberi makan seribu orang lapar dan memberi pakaian seribu orang telanjang. Jika perempuan menghalangi hajat para tetangganya, Alloh ﷻ akan menghalanginya dari air telaga Kausar di hari kiamat.''

''Ya Fatimah, hal yang lebih utama dari semua itu adalah keridhaan suami terhadap istrinya. Jika suamimu tidak ridha padamu, tidaklah akan aku doakan kamu. Tahukah engkau bahwa ridha suami bernilai lebih dihadapan Alloh ﷻ dan kemarahannya adalah kemarahan Alloh ﷻ?''

Nabi ﷺ kemudian mengungkapkan segala kebaikan lain yang bakal diraih perempuan sebagai rumah tangga, salah satunya adalah, 

''Jika perempuan melayani suaminya sehari semalam dengan baik hati, ikhlas, serta niat yang benar, Alloh ﷻ akan mengampuni semua dosanya dan akan memakaikannya sepersalinan pakaian hijau dan dicatatkan untuknya dari setiap helai bulu dan rambut yang ada pada tubuhnya seribu kebaikan dan dikaruniakan untuknya seribu pahala haji dan umrah.''

Tidak perlu sedih wahai saudariku dengan status Ibu Rumah Tangga. Tidak perlu sedih jika Anda tidak bisa bekerja di kantoran. Bahkan pekerjaan termulia bagi wanita adalah di rumahnya.

Demikian dari saya malam ini, majlis saya kembalikan ke Nduk Hanny yang bertugas menemani saya.

🌸🌸🌸🌟🌟🌟🌸🌸🌸

        💎TaNYa JaWaB💎

0️⃣1️⃣ Widia ~ Bekasi
Assalamualaikum, Ustadzah. 

Bagaimana menyikapi tawaran pekerjaan disaat sudah menjadi ibu rumah tangga? 

🌸Jawab:
Wa'alaikumussalam Mba,

Jika pekerjaan itu dibutuhkan, maka boleh dipertimbangkan, asal dengan syarat sesuai dengan syar'i. Tapi jika itu bukan kebutuhan, hanya sekedar keinginan, lebih baik ambil kesempatan untuk berbakti di rumah. 

Wallahu a'lam. 

0️⃣2️⃣ Tian ~ Bogor
Bismillah... 

Tentang ridho suami bun, 

"Seorang istri ingin bertemu ibunya namun tidak diizinkan suami. Apakah tidak ada hak seorang istri untuk mengurus orang tuanya? Si suami selalu berkata-kata jika sudah menikah si istri sudah haknya suami dan tidak ada kewajiban menafkahi orang tua istri."

Tapi jika kasusnya orang tua istri tidak punya, kira-kira jika istri sembunyi-sembunyi memberikan uang untuk orang tuanya itu hukumnya apa?

Si istri sudah tidak tahan dengan sikap suaminya yang tidak menghormati orang tuanya. Jika dia meminta untuk bercerai, berdosakah dia?

🌸Jawab:
Untuk jawabannya, silakan cek video dibawah ini, Mba.

https://youtu.be/F3JcXwNDSjc

Wallahu a'lam

0️⃣3️⃣ Erni ~ Yogja
Bagaimana caranya agar saat mengungkapan perasaan ke suami, suami tidak salah tafsir, tidak dianggap sedang menyerang suami, hingga suami membalas dengan data fakta. Padahal cuma butuh bercerita kalau air sumur sudah sering kering. Sehingga mencari kuping lain yang bersedia dengan merespon sesuai harapan. 

Mohon pencerahan. 

🌸Jawab:
Mungkin cara berkomunikasinya juga perlu diperbaiki. 

Karena inti dalam sebuah hubungan itu adalah komunikasi. Pahami karakter orang-orang yang kita ajak bicara. 

Wallahu a'lam. 

0️⃣4️⃣ Ridha ~ Bekasi
MasyaAllah... Luar biasa IRT itu ternyata Ustadzah, 

1. Apakah semua pekerjaan rumah itu kewajiban ibu, Ustadzah? 

2. Jika mempekerjakan ART untuk membantu pekerjaan rumah, berkurangkah pahala istri?

3. Saya ibu banyak anak. Memilih bisnis di rumah dari pada bekerja di luar, apakah wajar jika saya masih ingin diakui sebagai ibu yang sarjana lebih bijak mendidik anak-anaknya? 

🌸Jawab:
1. Sebenarnya, di dalam Islam, pekerjaan rumah tangga bukan kewajiban istri, jika istri mengerjakan, maka itu hanyalah bentuk dari pengabdian kepada suami. 

2. Tentu saja berkurang, kita hanya akan mendapatkan apa yang kita usahakan.

3. Perasaan "ingin diakui" itu adalah bagian dari kesombongan. Lakukan saja tugas mendidik anak dengan sebaik-baiknya, menjadi madrasah bagi anak-anak. Raih ridho Alloh ﷻ saja. Tidak perlu pengakuan dari manusia. Jadikan anak lebih baik ilmunya. Jangan salah, ibu yang ikhlas mendidik anak-anak, anaknya lebih hebat dari anak seorang ibu yang sarjana. Kenapa? Dengan keikhlasan ibunya, Alloh ﷻ membuka hijab-hijab untuk anaknya. 

Jadi, jangan berharap pengakuan kesarjanaan, tapi harapkanlah ridho Alloh ﷻ. 

Wallahu a'lam. 

0️⃣5️⃣ Frin ~ Surabaya
Bunda Irna... 

Di usia senja ini sudah waktunya istirahat di rumah setelah hampir 38 tahun bekerja. Tapi kadang ada rasa jenuh, Bun. 

Bagaimana ya untuk menyikapi diri dan hati ini? 

Mohon solusinya. 

🌸Jawab:
Jenuh itu manusiawi Mba ku, hanya saja jika kita menjalani hidup ini dengan kesyukuran, dan melihat kendala-kendala yang dialami orang lain, maka jenuh kita akan sirna oleh rasa syukur karena telah Alloh ﷻ berikan kelapangan-kelapangan yang tidak kita sadari.

Wallahu a'lam. 

0️⃣6️⃣ Nanda ~ Magetan
Bund, bolehkah istri kerja menggantikan suami yang barusan di PHK karena pengurangan karyawan?

🌸Jawab:
Boleh, karena pekerjaan itu saat ini merupakan sebuah kebutuhan, tapi tetap memperhatikan syarat-syarat yang dibolehkan oleh Islam. 

Wallahu a'lam. 

0️⃣7️⃣ Serra ~ Malang
Assalamualaikum,

1. Jika kita mampu bekerja dari rumah tapi suami tidak menganggap pekerjaan kita, bolehkah kita tidak menghiaraukannya?

2. Jika kita tidak membantu kerja tapi bantuan kita misal menghemat kebutuhan. Apakah boleh kita teruskan atau itu tanpa sadar kita pelit?

Terima kasih.

🌸Jawab:
Wa'alaikumussalam,

1. Untuk apa memikirkan hal itu? Jangan bekerja karena ingin diakui. Lakukan saja apa yang bisa kita lakukan. 

2. Berhemat itu bagus. Tapi jangan sampai pada taraf pelit juga, Alloh ﷻ juga tidak suka terhadap orang yang pelit. Jika kita lebih sayang harta daripada diri sendiri itu namanya pelit.

Wallahu a'lam. 

0️⃣8️⃣ Safitri ~ Banten
Assalamualikum Bun, 

Kalau kita sudah punya niat, Insyaallah jika nanti sudah nikah punya suami yang baik segala-galanya Fitri inginnya dirumah saja benar-benar ingin jadi istri yang mengabdi sama suami, jikalau Fitri ingin kerja Fitri juga harus minta ijin kalau suami meridhoi Fitri kerja Fitri bakal kerja. 

Tapi orang tua Fitri bilang, Fitri, walaupun kamu nanti sudah nikah kamu harus tetap kerja saja buat emak. Menurut Bunda bagaimana, Bun?

🌸Jawab:
Wa'alaikumussalam,

Tugas utama istri tentunya untuk suami, bagi anak perempuan, tidak ada kewajiban untuk membiayai hidup orang tua, kewajiban itu ada pada anak lelaki. 

Jika suami orang yang baik, akan memperhatikan ibu mertuanya juga.
Jika suami mengizinkan untuk bekerja, silakan saja, tapi dengan memperhatikan syarat-syarat syar'inya. Jangan abai terhadap syarat itu. 

Wallahu a'lam. 

0️⃣9️⃣ Rahmi ~ Brunei
Assalamu'alaikum Bund, 

Bagaimana jika seorang ibu rumah tangga yang kerja dapat ridho suami karena memang benar untuk masa depan keluarga. Tapi orang tua kurang ridho, mana yang harus lebih taat, sama suami atau sama orang tua yang melahirkan kita? 

Terimakasih atas pencerahannya. 

🌸Jawab:
Wa'alaikumussalam,

Bagi perempuan yang sudah menikah, hal terpenting adalah ketaatan kepada suami. 

Dan untuk bekerja, coba perhatikan, apa bekerja tersebut akan melalaikan terhadap kewajiban di rumah tangga? 

Meski untuk masa depan, jika anak terabaikan, sama saja bohong, anak lebih berharga dari harta benda, lebih baik mengisi masa-masa emas anak di rumah. 

Wallahu a'lam. 

1️⃣0️⃣ Osri ~ Bandung
Bund, saya pernah baca bahwa fatimah keluar rumah hanya 3 kali, yakni saat menikah, saat menunaikan haji, dan saat akan dikuburkan. Itu maksudnya bagaimana ya, Bund? 

Afwan jika pertanyaannya melenceng dari materi.

🌸Jawab:
Itu artinya Fatimah benar-benar menjaga dirinya. Tidak keluar rumah kecuali untuk hal penting saja. Coba bandingkan dengan kita sekarang, tidak keluar rumah sehari saja sudah bilang bosan.

Wallahu a'lam. 

1️⃣1️⃣ Poppy ~ Solok
Assalamua'laykun Bund, 

Bagaimana seandainya seorang ibu sebagai tulang punggung keluarga dan pekerjaan rumah tangga juga dijalani? 

Bagaimana memupuk rasa ikhlas, syukur dalam diri?  

Terimakasih.

🌸Jawab:
Wa'alaikumussalam,

Bekerjalah untuk Alloh ﷻ, wujud rasa taat dan cinta untuk-Nya, jadikan semua sebuah sedekah kita. Dan jauhkan dari dalam diri bahwa jika bukan karena kita, maka keluarga tidak akan makan. Yang ngasih makan kita adalah Alloh ﷻ, bukan karena kita yang bekerja. 

Wallahu a'lam. 

1️⃣2️⃣ Ruli ~ Trenggalek
Assalamualaikum...

1. Apa hukumnya kita membantu mencari nafkah untuk keluarga walau berada di dalam rumah tanpa bertemu dengan yang bukan mahram?

2. Dan bagaimana caranya kita bisa lebih sabar mendidik anak yang super aktifnya masyaaAllah? Walau kadang kira geram, bagaimana kita bisa lebih sabar mendidik anak?

🌸Jawab:
Wa'alaikumussalam,

1. Selama kewajiban rumah tangga tidak terlalaikan, boleh-boleh saja. Tapi jika sudah lalai dari kewajiban, maka lebih baik berhenti. 

2. Hadapi anak-anak sesuai dengan masanya dan jalan pikirannya, kita harus mengerti bahwa jangkauan pikiran mereka belum seluas kita, cara berfikir mereka belum sejauh kita. OK pahami masa-masa kanak-kanak.

Wallahu a'lam. 

1️⃣3️⃣ Hesti ~ Surabaya
Berawal dari keterbatasan ilmu orang tua dalam mendidik anak yang agak menyimpang dari ketauhidan sampai anak tumbuh dewasa maka apa langkah awal memperbaikinya? 

🌸Jawab:
Langkah awalnya? Memperbaiki aqidahnya. Itu hal terpenting yang harus diperbaiki. Jika aqidahnya sudah baik, maka insyaaAllah semua akan baik. 

Wallahu a'lam. 

1️⃣4️⃣ Lela ~ Cikarang
Mau minta solusinya, saya ibu rumah tangga 3 anak yang masih balita, kita kadang ingin khusuk sholat tapi karena dirumah urus anak sendiri dan anak-anak selalu ada saja pintarnya tiap hari, jadi ibadahnya terbatas dan itu sholat kadang suka susah khusunya. Astagfirullahalazim... 

Bagaimana solusinya, Ustadzah? 

Syukron. 

🌸Jawab:
Khusyuk itu adalah menghadapkan hati kepada-Nya. 

Jika kondisinya seperti itu, maka sekuat apa usaha kita untuk khusyuk, insyaaAllah itu mencukupi dimata Alloh ﷻ. Asal kita tidak sengaja untuk lalai di hadapan-Nya. 

Wallahu a'lam. 

🌸🌸🌸🌟🌟🌟🌸🌸🌸

 💎CLoSSiNG STaTeMeNT💎

Sholehah...

Menjadi Ibu rumah tangga dengan ikhlas akan berbuah surga, maka lakukan tugas dengan sebaik-baiknya, karena pada dasarnya kita mempunyai peran masing-masing yang tentu akan diminta pertanggungjawaban di akhirat kelak.

Maka bahagialah ibu, karena ada surga menantimu.

Mohon maaf atas segala kekurangan. 

Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh. 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar