Jumat, 30 Oktober 2020

ANTARA CINTA & KOMITMEN

 



OLeH: Ibu Hj. Irnawati Syamsuir Koto

  💘M a T e R i💘

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh, shalihah...  

💎ANTARA CINTA DAN KOMITMEN 

Saudari-saudari ku yang semoga dirahmati Alloh ﷻ.

"Perkawinan adalah sebuah komitmen legal dengan ikatan emosional antara dua orang untuk saling berbagi keintiman fisik dan emosional, berbagi tanggung jawab, dan sumber pendapatan." (Olson, 2003). 

Banyak orang mendambakan kehidupan cinta yang selalu bergairah hingga ajal menjemput. Konsep cinta romantis semacam itu rupanya penemuan baru. Sebelum 300 tahun silam, tidak banyak orang yang menikah karena cinta. 

Cinta sering dipandang sebagai esensi pernikahan. Namun para pengamat dan peneliti pun menyanggahnya dengan beberapa alasan.

√ Alasan Pertama, pernikahan adalah sebuah kerangka kehidupan bersama yang melibatkan banyak faktor lain. 

√ Alasan Kedua, cinta yang penuh gairah hanyalah pengalaman jangka pendek.

Memutuskan hidup satu atap dengan orang lain alias menikah memang tidak mudah, terlebih jika kita dan pasangan memiliki sifat dan karakter yang berbeda. Maka tidak mengherankan jika disebuah pernikahan dibutuhkan komitmen. 

★ KOMITMEN adalah sebuah tiang dalam rumah tangga.

Tidak hanya komitmen, dalam pernikahan tentu saja dibutuhkan rasa saling percaya sehingga bisa menguatkan ikatan rumah tangga.
Tanpa tiang, sulit membangun  rumah yang kokoh. Tanpa komitmen dan rasa percaya, maka akan sulit membina hubungan yang kokoh.

Memiliki pernikahan yang harmonis memang menjadi dambaan setiap pasangan suami istri. Sayangnya, untuk merealisasikannya bukan perkara yang mudah. Butuh pengorbanan, toleransi, termasuk komitmen yang kuat dari setiap pasangan.

Dalam sebuah pernikahan, akan ada masa-masa sulit yang harus dilalui pasangan suami istri. Pada saat itulah, kita membutuhkan nasihat-nasihat pernikahan agar kita bisa berpegang terus pada bahtera rumah tangga.

Pernikahan yang sakinah, mawaddah, warrahmah adalah dambaan semua umat Islam yang sudah menikah dan berumah tangga. Penuh ketentraman, kebahagiaan dan kasih sayang, serta selalu diliputi rahmat dan karunia oleh Alloh ﷻ merupakan ciri dari pernikahan tersebut. Dengan menikah, seorang laki-laki dan perempuan telah menyempurnakan separuh agamanya. Oleh karena itu, pernikahan menjadi ibadah yang suci dan sakral serta membutuhkan pondasi yang kuat demi terciptanya rumah tangga yang harmonis.

Selain rasa cinta, komitmen antar pasangan merupakan pondasi penting dalam suatu rumah tangga. Komitmen dalam pernikahan berarti perjanjian tidak tertulis yang biasanya dibuat oleh seorang suami istri setelah mereka menikah. Komitmen yang dibuat satu pasangan dengan pasangan yang lain akan berbeda-beda isinya. Ikhlas dalam menerima segala kelebihan dan kekurangan pasangan, memahami dan pengertian dengan kondisi pasangan, berjuang bersama-sama tanpa membeda-bedakan peran adalah beberapa contoh dari komitmen dalam pernikahan.

Menjaga komitmen dalam pernikahan bukan menjadi kewajiban salah seorang suami atau istri saja. Komitmen harus dijaga dan dilakukan bersama supaya adil dan tidak saling menyalahkan yang akan menyulut konflik rumah tangga. Banyak cara untuk menjaga sebuah komitmen. Tiga diantaranya adalah sikap terbuka antar pasangan, tidak sembarangan menerima curhat terutama curhat dari lawan jenis, dan menghargai kebaikan dan hal positif dari diri masing-masing pasangan.

Sikap terbuka yang harus dimiliki oleh seorang pasangan suami istri. Keterbukaan adalah salah satu cara efektif untuk menghadapi dan memecahkan permasalahan dalam rumah tangga. Sikap terbuka artinya tidak menyembunyikan atau menutupi hal-hal yang dialami oleh masing-masing pasangan. Hal-hal yang dimaksud adalah tidak melulu tentang suatu masalah yang sedang dialami saja. Namun bisa berupa uneg-uneg atau kritik dan saran untuk pasangan. Hendaknya seorang suami istri juga menpunyai waktu khusus untuk saling bercerita atau mengobrol tentang hal-hal di atas, walaupun itu hanya seminggu sekali. Dengan adanya sebuah keterbukaan dalam pernikahan, komunikasi yang baik akan terbangun dengan sendirinya.

Seorang manusia lahir dikaruniai dengan kelebihan serta kekurangan yang menandakan bahwa manusia merupakan makhluk yang tidak sempurna.

🔷🌷🔷
Saudari-saudari ku...

Biasanya yang muncul pertama kali dalam pernikahan adalah rasa cinta yang menggebu-gebu dimana terkadang sebuah kekurangan tidak terlalu kentara untuk diperhatikan. Namun seiring berjalannya waktu, persoalan-persoalan rumah tangga kian muncul. sikap positif dari pasangan pun tidak akan cukup untuk memuaskan perasaan kecewa yang dialami. Disinilah seorang suami istri akan diuji pernikahannya. Apakah mereka akan secara kompak menyelesaikan dengan bahu-membahu atau malah mulai saling menyalahkan karena kekurangan yang mereka miliki masing-masing.

Alloh ﷻ berfirman:

وَلَا تَنسَوُا الْفَضْلَ بَيْنَكُمْ إِنَّ اللهَ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ

Artinya : “Dan janganlah kamu melupakan keutamaan diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Melihat segala apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Baqarah: 237)

Dari Abu Hurairah, Nabi ﷺ bersabda:

لَا يَفْرَكْ مُؤْمِنٌ مُؤْمِنَةً إنْ كَرِهَ مِنْهَا خُلُقًا رَضِيَ مِنْهَا آخَرَ

Artinya : “Hendaklah seorang mukmin tidak membenci seorang mukminah, jika dia tidak menyukai perangainya niscaya dia menyukai yang lain.” (HR. Muslim) 

Dari sini bisa disimpulkan bahwa hendaknya pasangan suami istri untuk bisa saling menghargai, sehingga bisa saling menguatkan satu sama lainnya.

Oleh karena itu pernikahan harus dibangun diatas komitmen-komitmen untuk menjaga agar hakikat-hakikat pernikahan itu terus tetap terjaga. Komitmen ini harus dibangun oleh pasangan suami istri diawal-awal pernikahannya. 

🔶Ada beberapa komitmen yang harus ditanamkan bersama dalam menjalani pernikahan, yaitu:

◼️1. Pernikahan Adalah Jalan Untuk Mencari Ridho Alloh ﷻ

Penikahan yang sakinah dan mawaddah mungkin adalah impian dari setiap muslim.

Memiliki anak-anak yang sholeh dan sholeha, mendapatkan ketentraman dari seorang istri yang lembut perangainya, serta mendapatkan penjagaan dari seorang suami yang memiliki jiwa kempemimpinan yang baik.

Memiliki partner seorang suami yang mampu membuat keputusan, berakhlak mulia dan imam yang baik, atau memiliki seorang istri yang penurut, mau dipimpin dan baik dalam managemen keluarga.

Pada saat sebelum menikah, manusia setengahnya berada dalam angan-angan, ibarat melihat sebuah gunung yang Indah dengan segala isinya.

Mereka tahu bahwa menikah itu akan menghadapi cobaan, seperti layaknya mendaki gunung. Namun, sebagian mereka lupa bahwa dalam perjalanan mereka harus menurun menyisiri lembah yang penuh kesulitan dan bahaya. Sehingga banyak yang akhirnya rumah tangga gagal yang gagal di perjalanan karena kurangnya persiapan menghadapi ujian yang ada.

Untuk membentengi rumah tangga dari masalah, maka yang perlu diluruskan adalah niat untuk menikah, yaitu haruslah untuk menggapai ridho Alloh ﷻ.

Dengan komitmen mencari ridho Alloh ﷻ yang dibangun bersama, maka semua masalah akan dikembalikan kepada tujuan awal kenapa pasangan itu menikah. Sehingga masalahnya akan terselesaikan dengan baik. 

◼️2. Mendidik Anak Dan Keturunan Harus Dengan Cara-cara Islami

Pendidikan yang baik adalah dengan menanamkan akhlak yang baik secara kuat dan kokoh ke dalam jiwa anak, sehingga ia mampu menolak syahwat yang jelek, dan menjadikan jiwanya tidak akan merasa nyaman kecuali dengan hal-hal yang baik, dan jiwanya akan membenci apapun yang bertentangan dengan akhlak yang baik. Sehingga anak akan menerima akhlak yang baik, dan mencintai akhlak tersebut.

Dalam mendidik anak diperlukan kerjasama yang baik antara sang ayah dan ibu, maka ketika keduanya sama-sama berkomitmen akan mendidik anak dengan cara Islami maka tujuan tersebut akan mudah terealisasi. 

Komitmen ini harus disepakati bersama diawal pernikahan, dengan membuat target-target untuk anak dimasa depan. Sehingga nantinya ketika sang suami atau istri keluar jalur dalam mendidik anak, akan bisa saling mengingatkan.
           
◼️3. Harta Yang Dimakan Haruslah Dari Rezeki Yang Halal

Alloh ﷻ berfirman :

يَا أَيُّهَا النَّاسُ كُلُوا مِمَّا فِي الْأَرْضِ حَلَالًا طَيِّبًا وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ ۚ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ

"Wahai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu.” (QS. Al-Baqarah: 168). 

Alloh ﷻ berfirman :

وَكُلُوا مِمَّا رَزَقَكُمُ اللَّهُ حَلَالًا طَيِّبًا ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي أَنْتُمْ بِهِ مُؤْمِنُونَ

"Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang Allâh telah rezekikan kepadamu, dan bertakwalah kepada Allâh yang kamu beriman kepada-Nya." (QS. Al-Mâidah : 88)

Halalan thayyiban dalam ayat di atas sesuatu yang dihalalkan bagi kalian dan bukan diperoleh dengan cara yang diharamkan, seperti merampas, merampok, mencuri, riba, risywah atau sogokan, korupsi, penipuan dan berbagai macam mu’amalah haram lain.

Setiap istri harus menjaga suaminya dari mencari harta yang haram, apalagi yang akan memakanya adalah anak dan istrinya. 

Komitmen ini bisa dibangun, apalagi misalkan suami atau istri berkerja di bank Riba atau yang sejenisnya, harus diingatkan bahwa lebih baik makan sedikit dari yang halal daripada mewah namun haram.

◼️4. Suami Memberikan Hak Dan Kewajiban Istri Harus Sesuai Ketentuan Syariat

Sejak mengadakan perjanjian melalui aqad nikah, dan kedua belah pihak telah terikat, maka sejak itulah mereka telah memiliki hak dan kewajiban yang sebelumnya tidak mereka miliki.

Hak dan kewajiban suami istri akan dibahas pada pembahasan kali ini. Dimana hak dan kewajiban suami istri ini banyak dilalaikan oleh mereka yang tidak mengetahui tentang hak dan kewajiban yang mana telah diperintahkan oleh Alloh ﷻ.

Kehidupan rumah tangga itu didasari atas sikap saling mencintai, menyayangi, kesetiaan, ketulusan dan pengertian.
Hal itu tidak akan pernah terwujud kecuali jika, suami istri saling menunaikan kewajiban masing-masing dan saling bekerjasama dalam melaksanakan hak dan kewajiban mereka. 

◼️5. Komitmen-komitmen Lain Yang Disepakati Bersama

Dan ada komitmen-komitmen lain yang bisa dipesakati bersama, mIsalkan tentang terget jumlah anak, target tempat tinggal, target ibadah dan lain-lainnya.

Target-target ini bisa dicapai bersama dengan cara bekerjasama antara suami dan istri. Karena menikah itu bukan cuma mencari pasangan hidup namun Juga menjadi pasangan hidup maka tidak ada kata lain selain bersama-sama dalam membangun rumah tangga. Tidak ada lagi sikap egois atau ingin dilayani, melainkan harus siap juga menjadi partner dan pelayan pasangannya.

Demikian ukhtyfillah... 
Materinya sampai disini dulu. 

Kita baca lagi sama-sama, semoga bermanfaat dan dapat diambil hikmahnya. 

Wallahu a'lam

🔷🔷🔷🌟🌟🌟🔷🔷🔷
         💘TaNYa JaWaB💘

0️⃣1️⃣ Yayang ~ Padang
Assalamu'alaikum Ustadzah,

1. Tentang membangun komitmen, Ustadzah.
Jika ada laki-laki yang mengajak untuk berkomitmen saat masih kuliah atau masih menjadi mahasiswa. Maksudnya di sini adalah jika kita disuruh untuk menunggu, apa yang harus kita lakukan?

2. Bagaimana caranya membangun kepercayaan?

Terimakasih, Ustadzah. 

🔷Jawab:
Wa'alaikumussalam Uni Yayang.

1. Saat status belum jelas, tidak perlu memberi harap dan berharap. Jodoh itu Alloh ﷻ yang tahu, belum tentu kita akan berjodoh dengannya. 

Jika berkomitmen sementara belum ada ikatan, itu hanya membuat orang lain berangan-angan dan akhirnya bisa terluka. Lebih baik, membebaskan masing-masing pribadi. Jika memang ingin bersama, titipkan dia kepada Alloh ﷻ. Biar Alloh ﷻ yang menjaganya. 

2. Membangun kepercayaan yaitu dengan berpositif thinking, jika tidak ada positif thinking maka tidak akan bisa membangun kepercayaan kepada siapapun dan terhadap apapun. 

Wallahu a'lam. 

0️⃣2️⃣ Safitri ~ Banten 
Assalamualaikum, 

Bund, katanya di dalam rumah tangga itu seterbuka-bukanya pasti ada saja hal-hal yang tidak harus pasangan tahu, tidak semuanya begitu pasangan harus tahu maksudnya itu seperti bagaimana, Bun?

🔷Jawab:
Wa'alaikumussalam Mbak Fitri. 

Iyaa benar, meski perlu keterbukaan, ada hal yang tidak perlu dia tahu, misal, jika kita ada masalah dengan keluarga, sementara masalah ini akan membuat pasangan kita memandang tidak baik kepada keluarga kita, maka tidak perlu hal ini dibicarakan dengan pasangan. Atau kehidupan masa lalu kita, tak perlu kita ceritakan jika hal itu hanya akan membuat dia berpandangan rendah pada kita. 

Wallahu a'lam. 

0️⃣3️⃣ Nick ~ Cilegon 
Ustadzah, bgaimana sikap seorang istri ketika suami diam-diam memberikan uang kepada adik-adiknya tanpa sepengetahuan istri dan beranggapan bahwa uang yang suami berikan toh tidak menggu keuangan keluarga inti. Padahal istri ingin suami terbuka tapi selalu seperti itu dan selalu masalah ini yang diperdebatkan. 

Bagaimana cara menjelaskan ke istri dan harusnya seperti apa sikap suami? 

🔷Jawab:
Benar sekali, hal ini sering menjadi permasalahan dalam rumah tangga. 

Tapi sebenarnya, ini yang banyak para istri tidak menyadarinya, bahwa suami itu juga punya kewajiban untuk membantu ibunya dan adik-adik wanitanya dan istri tidak perlu tahu berapapun jumlahnya, karena itu adalah hak mereka. Dan suami juga punya pengeluaran yang istri tidak perlu tahu. 

Terimalah apa yang menjadi hak kita. 
Jangan campuri apa yang bukan hak kita. 

Alloh ﷻ berfirman: 

"Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka." [QS. An-Nisa’ 34]. 

Ayat di atas menunjukkan bahwa suamilah yang ditunjuk Alloh ﷻ sebagai pemimpin rumah tangga. Artinya, suami berhak mengelola keuangannya tanpa harus mempertanggungjawabkannya kepada istri. Suami berkewajiban menafkahkan sebagian harta mereka, bukan semuanya.

Disisi lain, justru istrilah yang wajib meminta ijin untuk menggunakan harta suami yang tidak atau belum diberikan kepadanya. Istri boleh bersedekah dengan harta suaminya jika tahu pasti suaminya rela. Jika tidak, hukumnya haram."_ [Sayyid Sabiq – hlm. 616]. 

"Seorang laki-laki tidak hanya memiliki kewajiban untuk menafkahi istrinya, namun juga anak-anaknya dan orang-orang yang saling mewarisi dengan dirinya, apabila keadaan mereka tidak mampu." [Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah Jilid 1, hlm. 625]. 

Haram hukumnya istri melarang suami menafkahi orang tua atau adik-adiknya, sebab itu merupakan kewajiban suami. 

Wallahu a'lam. 

0️⃣4️⃣ Safitri ~ Banten
Bun, jika nanti berkomitmen dengan suami dan misal istri ingin berkompromi tentang pekerjaan baiknya bicarnya seperti apa bun agar tidak menyakiti hati suami dan merendahkanya?

🔷Jawab:
Cara membicarakan komitmen dengan pasangan itu, sebenarnya komunikasi bisa terjalin dengan baik bila pasang mengerti karakter pasangannya. Karena dari karakter inilah kita bisa memilih cara berkomunikasi yang baik dengan pasangan. 

Jadi pahami karakternya, nanti kita akan temukan cara bicaranya.

Wallahu a'lam. 

0️⃣5️⃣ Yulya Syuhada ~ Jambi
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته 

Bagaimna jika seseorang menikah hanya karena cinta hawa nafsu? 
Dan apa hukumnya?

🔷Jawab:
Wa'alaikumussalam, 

Jika pernikahan hanya dilandasi hawa nafsu, biasanya akan mudah goyah, karena pondasinya tidak kuat. Cinta itu bisa luntur, baik oleh rasa kecewa, rasa tidak puas, sering terluka, atau didustai. Jika tidak ada komitmen maka, rumah tangga itu akan mudah goyah.

Hukum nikahnya sah. Tidak cacat hukum. 

Wallahu a'lam. 

0️⃣6️⃣ Sarah ~ Jayapura-Papua
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh. 

1. Bagaimana hukumnya cinta dijodohkan. Dan yang menjodohkan sudah almarhum?   

2. Bagaimana hukum mencintai tapi tidak dicintai?
 
Syukron.  
Mohon pencerahannya, Ustadzah.  

🔷Jawab:
Wa'alaikumussalam, 

1. Hukumnya boleh-boleh saja, tidak ada larangan. 
Hanya saja, setiap perjodohan, anak-anak tetap punya hak suara, untuk menerima atau tidak. Karena dalam pernikahan itu tidak boleh ada keterpaksaan. 

2. Hukumnya lagi-lagi ini boleh, tidak ada dosa selama itu di jalan yang benar. Mencintai yang halal untuk dicintai. 

Wallahu a'lam. 

0️⃣7️⃣ Yuli ~ Depok
Assalamu’alaykum warohmatullahi wabarokaatuh bunda, 

Bagaimana sikap seorang istri jika ditengah pernikahannya suami tiba-tiba:

1. Tidak mau menjalankan komitmen yang telah dibuat di awal pernikahan?

2. Tidak mau mendidik anaknya, karena menganggap yang berkewajiban mendidik hanya ibunya?

3. Tidak pernah terbuka terkait harta, sehingga sang istri tidak pernah tahu harta ini halal apa tidak?

4. Sifat suami berbeda sebelum menikah dan sesudah menikah?

Jazakillah khoiron, Bunda. 

🔷Jawab:
Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh.

1. Disinilah pentingnya ada perjanjian pra nikah, bisa menguatkan komitmen-komitmen yang telah dibuat. Jika suami keluar dari jalur yang telah dibuat, maka tinggal buka lagi perjanjian pra nikah tersebut. Tapi jika itu tidak ada, maka pada setiap perubahan yang ada perlu dikomunikasikan lebih dalam, jika komunikasi berdua tidak lancar, maka di sana butuh penasihat pernikahan, siapa yang bisa bicara dihadapan kedua belah pihak. Cari penasihat yang benar-benar mampu untuk itu, jangan diambil dari salah satu anggota keluarga, karena kebiasaannya akan ada keberpihakan. Apapun permasalahannya, komunikasi adalah kuncinya. 

2. Pahamkan suami bahwa anak-anak itu butuh keseimbangan emosi yang itu mereka dapatkan saat mendapat pendidikan dari kedua orang tua. 

3. Hadirkan majlis ilmu di rumah, sesekali bahas tentang hal ini. Agar suami lebih berhati hati.

4. Kembali komunikasi yang baik adalah jalan keluar yang dibutuhkan. Dan masing-masing pasangan seharusnya memberikan waktu-waktu tersendiri untuk pasangannya. Karena bagaimanapun mereka butuh Me Time nya sendiri agar tidak bosan dengan keadaan yang ada. 

Hindari hubungan yang tidak sehat, dengan sebuah keterbukaan. Komunikasi yang baik akan membuat keluarga lebih hangat dan kuat. Jadi jalinlah komunikasi dengan pasangan. 

Wallahu a'lam. 

🔷🔷🔷🌟🌟🌟🔷🔷🔷
 💘CLoSSiNG STaTeMeNT💘

Saudari-saudari ku...

Pernikahan itu hubungannya jangka panjang, kita akan menghabiskan sisa hidup dengan pasangan. 
Kalau sudah tahu konsekuensi dengan menikahinya, kita harus siap dengan komitmen atas pilihan tersebut. 

Pernikahan tidak hanya cukup dengan cinta. 
Cinta memang perlu tapi dalam sebuah pernikahan adakalanya kita akan berada pada waktu bahwa cinta saja tidak sanggup membuat kita bertahan. 

Cinta saja tidak sanggup untuk melawan ego.
Maka saat seperti ini, cobalah untuk mengingat kembali hal yang membuat kita percaya dan yakin untuk menjalani komitmen untuk bersamanya.

KUATKAN hubungan dengan komitmen dan jalani dengan CINTA.

Demikian saja malam ini, mohon maaf lahir batin.

Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuuh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar