Rabu, 14 Oktober 2020

BERTAHAP ATAU TOTALITAS DALAM HIJRAH

 



OLeH: Ibu Irnawati Syamsuir Koto

     💘M a T e R i💘

Assalamu'alaikum sahabat-sahabatku yang dicintai Alloh ﷻ. 

Sebagai hamba Alloh ﷻ yang beriman marilah kita panjatkan puji dan syukur ke hadirat Alloh ﷻ yang telah memberikan kekuatan kesehatan lahir dan batin kepada kita semua, sehingga kita dapat berkumpul di tempat ini dalam rangka menghambakan diri kepada Alloh ﷻ.

Salawat dan salam tidak lupa kita kirimkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad ﷺ yang telah mengantarkan umat manusia dari peradaaban hidup yang jahiliyah menuju pada peradaban hidup yang modern, yang penuh dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi seperti yang kita rasakan pada saat ini. Semoga kita semua termasuk umatnya yang taat, yang berhak mendapatkan syafaatnya di hari akhir kelak.

Sahabat-sahabatku yang semoga dirahmati Alloh ﷻ 

Setiap perempuan di dunia ini seburuk apapun masa lalunya, mereka selalu punya kesempatan untuk berubah menjadi lebih baik dan juga memiliki kesempatan untuk menjadi muslimah shalehah dengan cara “HIJRAH” atau berubah menjadi lebih dekat dengan Alloh ﷻ, salah satunya adalah dengan menutup aurat dan mengenakan pakaian Syar’i. Namun untuk selalu menjadi lebih baik dari hari ke hari selalu menjadi tantangan tersendiri bagi seorang Muslimah. Setidaknya ada 2 hal penting yang harus kita ketahui dalah proses “HIJRAH”. Yang pertama adalah proses yang bisa kita kontrol dalam diri kita yaitu segala sesuatu yang berhubungan dengan ikhtiar kita. Proses kedua adalah proses tidak bisa kita kontrol dan datangnya dari Alloh ﷻ, ia rahasia, ia ghaib dan hanya Alloh ﷻ lah yang tahu, atau biasa kita sebut dengan “HIDAYAH”.

Istilah “HIJRAH” menjadi lebih populer di zaman ini. Hijrah yang dimaksudkan yaitu mulai kembali kepada kehidupan beragama, berusaha mematuhi perintah Alloh ﷻ, menjauhi larangan-Nya dan berusaha menjadi lebih baik, karena sebelumnya tidak terlalu peduli atau sangat tidak peduli dengan aturan agama. Istilah ini dibenarkan, karena Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam menjelaskan bahwa orang yang berhijrah (muhajir) adalah orang yang meninggalkan larangan Alloh ﷻ dan kembali kepada Alloh ﷻ dan agamanya.

Rasullullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

”Dan Al-Muhaajir (orang yang berhijrah) adalah orang yang meninggalkan larangan Allah.”

Sangat membuat kita sedih, ketika ada sebagian saudara kita yang “hijrahnya gagal” yaitu tidak istiqamah di atas agama, kembali lagi ke dunia kelamnya yang dahulu dan kembali melanggar larangan Alloh ﷻ.

Berikut kiat-kiat  agar “HIJRAH TIDAK GAGAL” dan dapat ISTIQAMAH di jalan agama:

◼️1. Berniat Ikhlas Ketika Hijrah.

Hijrah bukan karena tendensi dunia atau kepentingan dunia tetapi ikhlas karena Alloh ﷻ. Seseorang akan mendapatkan sesuai dengan apa yang diniatkannya dan sesuai dengan niat hijrahnya.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
“Sesungguhnya setiap perbuatan tergantung niatnya. Dan setiap orang akan mendapatkan sesuai dengan apa yang ia niatkan. Maka barangsiapa hijrahnya kepada Alloh ﷻ dan rasul-Nya, maka hijrahnya kepada Alloh ﷻ dan rasul-Nya. Dan barangsiapa hijrahnya karena dunia yang ingin ia dapatkan atau mendapatkan wanita yang ingin ia nikahi, maka hijrahnya kepada apa yang ia inginkan itu.”

Bahkan kita tetap harus meluruskan niat ketika telah hijrah agar tetap istiqamah, karena yang namanya hati sering berubah-ubah dan mudah berubah niatnya. Niat dan ikhlas adalah perkara yang berat untuk dijaga agar istiqamah dan sangat membutuhkan pertolongan Alloh ﷻ.

Sufyan Ats-Tsauri rahimahullah berkata,
“Tidaklah aku berusaha untuk mengobati sesuatu yang lebih berat daripada meluruskan niatku, karena niat itu senantiasa berbolak-balik.”

◼️2. Segera Mencari Lingkungan Yang Baik Dan Sahabat Yang Shalih. 

Ini adalah salah satu kunci utama sukses hijrah, yaitu memiliki teman dan sahabat yang membantu untuk dekat kepada Alloh ﷻ dan saling menasihati serta saling mengingatkan. Hendaknya kita selalu berkumpul bersama sahabat yang shalih dan baik akhlaknya.

Allah Ta’ala berfirman,
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar (jujur).” (QS. At-Taubah: 119).

Agama seseorang itu sebagaimana agama teman dan sahabatnya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

“Seseorang yang duduk (berteman) dengan orang shalih dan orang yang jelek adalah bagaikan berteman dengan pemilik minyak misk dan pandai besi. Jika engkau tidak dihadiahkan minyak misk olehnya, engkau bisa membeli darinya atau minimal dapat baunya. Adapun berteman dengan pandai besi, jika engkau tidak mendapati badan atau pakaianmu hangus terbakar, minimal engkau dapat baunya yang tidak enak.” 

Perlu diperhatikan bahwa hati manusia lemah, apalagi ketika sendiri. Perlu dukungan, saling menasehati antar sesama. Selevel Nabi Musa ‘alaihissalam saja memohon kepada Alloh ﷻ agar mempunyai teman seperjuangan yang bisa membantunya dan membenarkan perkataannya, yaitu Nabi Harun ‘alaihissalam. Beliau berkata dalam Al-Quran,

“Dan saudaraku Harun dia lebih fasih lidahnya daripadaku, maka utuslah dia bersamaku sebagai pembantuku untuk membenarkan (perkataan)ku; sesungguhnya aku khawatir mereka akan mendustakanku.” (QS. Al-Qashash: 34).

Mereka yang “GAGAL HIJRAH” bisa jadi disebabkan karena masih sering berkumpul dan bersahabat dekat dengan teman-teman yang banyak melanggar larangan Alloh ﷻ.

◼️3. Menguatkan Fondasi Dasar Tauhid Dan Akidah Yang Kuat Dengan Mengilmui Dan Memahami Makna Syahadat Dengan Baik Dan Benar.

Syahadat adalah dasar dalam agama. Kalimat ini tidak sekedar diucapkan akan tetapi kalimat ini mengandung makna yang sangat mendalam dan perlu dipelajari lebih mendalam. Allah menjelaskan dalam Al-Quran bahwa kalimat syahadat akan meneguhkan seorang muslim untuk kehidupan dunia dan akhirat jika benar-benar mengilmui dan mengamalkannya.

Allah Ta’ala berfirman,
“Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat; dan Allah menyesatkan orang-orang yang lalim dan Allah memperbuat apa yang Dia kehendaki.” (QS. Ibrahim: 27).

Maksud dari “Allah meneguhkan orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh…” sebagaimana dalam hadits berikut, 

“Jika seorang muslim ditanya di dalam kubur, lalu ia berikrar bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah, maka inilah tafsir ayat: ‘Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat.’” (HR. Bukhari dan Muslim).

◼️4. Mempelajari Al-quran Dan Mengamalkannya.

Tentu saja, karena Al-Quran adalah petunjuk bagi kehidupan di dunia agar selamat dunia dan akhirat. Sebagaimana seseorang yang hendak pergi ke suatu tempat, tentu perlu petunjuk dan arahan berupa peta dan penunjuk jalan semisalnya. Jika tidak menggunakan peta dan tidak ada orang yang memberi petunjuk, tentu akan tersesat dan tidak akan sampai ke tempat tujuan. Apalagi ternyata ia tidak tahu bagaimana cara membaca peta, tidak tahu cara menggunakan petunjuk yang ada serta tidak ada penunjuk jalan, tentu tidak akan sampai dan selamat.

Alloh ﷻ menurunkan Al-Quran untuk meneguhkan hati orang yang beriman dan sebagai petunjuk. Membacanya juga dapat memberikan kekuatan serta kemudahan dalam beramal shalih dan berakhlak mulia dengan izin Allah Ta’ala.

Allah Ta’ala berfirman,
“Katakanlah: ‘Ruhul Qudus (Jibril) menurunkan Al-Quran itu dari Rabbmu dengan benar, untuk meneguhkan (hati) orang-orang yang telah beriman, dan menjadi petunjuk serta kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)’” (QS. An-Nahl: 102).

Allah Ta’ala  juga berfirman,
“Al-Quran itu adalah petunjuk dan penawar bagi orang-orang yang beriman.” (QS. Fushilat: 44).

◼️5. Berusaha Tetap Terus Beramal Walaupun Sedikit.

Ini adalah kuncinya, yaitu tetap beramal sebagai buah ilmu. Amal adalah tujuan kita berilmu, bukan sekedar wawasan saja, karenanya kita diperintahkan tetap terus beramal meskipun sedikit dan ini adalah hal yang paling dicintai oleh Alloh ﷻ.

Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam bersabda,
“Amalan yang paling dicintai oleh Allah Ta’ala adalah amalan yang kontinyu walaupun itu sedikit.”

Beramal yang banyak dan terlalu semangat juga kurang baik, apalagi tanpa ada ilmu di dalam amal tersebut, sehingga nampakanya seperti semangat di awal saja tetapi setelahnya kendur bahkan sudah tidak beramal lagi.

Dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin Al-‘Ash radhiyallahu ‘anhuma, ia mengatakan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata padanya,
“Wahai ‘Abdullah, janganlah engkau seperti si fulan. Dulu dia biasa mengerjakan shalat malam, namun sekarang dia tidak mengerjakannya lagi.” 

◼️6. Sering Berdoa Dan Memohon Keistiqmahan Dan Keikhlasan.

Tentunya tidak lupa kita berdoa agar bisa tetap istiqamah beramal dan beribadah sampai menemui kematian. 

Allah Ta’ala berfirman,
“Dan sembahlah Rabbmu sampai datang kepadamu al-yaqin (yakni ajal).” (QS. Al-Hijr: 99).

Doa berikut ini sebaiknya sering kita ucapkan dan sudah selayaknya kita hafalkan.

رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ

‘Rabbanaa Laa Tuzigh Quluubanaa Ba’da Idz Hadaitanaa wa Hab Lanaa Min-Ladunka Rahmatan, innaka Antal-Wahhaab’

“Wahai Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau; karena sesungguhnya Engkau-lah Dzat yang Maha Pemberi (karunia).” (QS. Ali Imran: 8).

Dan doa ini,

يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوبِ ثَبِّتْ قَلْبِى عَلَى دِينِكَ

‘Ya Muqallibal Quluubi Tsabbit Qalbiy ‘Alaa Diinika’.

“Wahai Dzat yang Maha Membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku di atas agama-Mu.” 

Dan masih banyak doa yang lainnya.

Tidak lupa pula kita selalu berusaha dan berdoa agar kita ikhlas dalam beribadah dan beramal. Ikhlas hanya untuk Alloh ﷻ semata serta jauh dari riya', mengharapkan pujian manusia dan tendensi dunia.

🔷🌷🔷
Sholehah…. 
Tidak ada yang masuk surga secara kebetulan. Begitupula untuk menjumpai Allah سبحانه وتعالى dengan bekal yang dimiliki. Bekal tidak cukup oleh amal. 
Namun, bekal juga harus dilangkahi dengan hijrah sungguh-sungguh. 
Deg. Deg. Pasti terlintas dalam pikiran saat ini? 
Hijrah itu berat sekali? Kalau hijrah mulai darimana?
Rasa takutkah ketika hijrah tidak ada yang menemani? Atau ingin hijrah tapi sekaligus bisa semua?
Pertanyaan-pertanyaan inilah yang sering dikatakan. Lalu, bagaimana pembahasan selanjutnya agar bisa hijrah sepenuhnya?

🔸Pertama, hijrah itu tidak berat bila dinikmati sebagaimana merindukan pintu jannah. Layaknya Bilal yang disiksa namun ia merasakan kenikmatan yang luar biasa.  Ketika bilal menganggap semua itu hanya fana dan yang kekal milik Allah سبحانه وتعالى.  Bilal menganggap penderitaan ini tidak ada apa-apanya selain kenikmatan yang telah Alloh ﷻ berikan selama hidup. Mungkin terpikir oleh sobat semuanya kalau dunia zaman sekarang tidak akan sama seperti Bilal yang kuat untuk hijrah bahkan hingga istiqamah? 

Coba lihat kisah ini yang terjadi di Amerika pada tahun 2006. Pengalamannya dalam mengenakan jilbab ini yang membuat Alloh ﷻ menjaganya dari sesosok pria yang berada di lorong yang sangat sepi. Berbeda dengan orang yang satu lagi yang padahal satu jalan yang sama. Namun, disayangkan wanita yang satu lagi direnggut kehormatannya. Lalu, apa yang bisa dipetik dari hikmah kisah ini? Sobat yang dapat dipetik dari hikmah ini ialah keyakinan untuk berhijrah. Sejauh mana keyaninan sobat dalam meyakini Alloh ﷻ ketika berhijrah kepada Alloh ﷻ.

🔸Kedua, datangnya hidayah bukan secara kebetulan menghampiri namun dengan yang sobat cari. Sama seperti halnya, ketika berhijrah apabila tidak diniatkan dari sekarang kapan lagi berhijrah? Menunggu sampai perilaku berakhlak baik? Tidak ada yang tahu kapan waktu menjemput sobat? 

Sebagaimana firman Alloh ﷻ dalam Surat Al-Hasyr: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwallah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok(akhirat), dan bertakwallah kepada Allah.” (QS. Al-Hasyr:18)

🔸Ketiga, menganggap hijrah ialah beban yang tidak dapt dijinjing lagi  merasa tumpukan buku berada di punggung dan memberatkan sekali. Mengapa terasa berat? Karena hal itu berbuah kebaikan. Kebaikan yang tiada akhir. Semakin banyak pikiran kebaikan itu berat maka Alloh ﷻ akan memberatkan sebagaimana prasangka hambanya. Oleh karena itu, anggaplah hijrah ini ialah ujian yang semoga Alloh ﷻ ringankan langkah baiknya.

🔸Keempat, Hijrah akan semakin berat lagi ketika berhijrah sekaligus. Bukannya melarang tapi pada kenyataannya banyak yang memahami agama diembannya sendirian dan sekaligus dalam berhijrahnya membuat ia kehilangan jati dirinya. Sehingga, pada akhirnya dia terjerembab dalam kesesatan yang nyata. Oleh karena itu, berhijrahlah sedikit demi sedikit dan terus-menerus sampai hati ini dekat dengan sang pencipta.

LALU, BAGAIMANA SOLUSI UNTUK BERHIJRAH? 

◼️Pertama, Sobat, tidak perlu takut dalam behijrah apabila Alloh ﷻ tujuan yang sebenarnya. Mengapa harus malu? Banyak orang yang melakukan kemaksiatan namun mereka tidak malu. Lantas, mengapa yang berbuah kebaikan ini dapat menjadikan diri ini malu? Kalau rasa takut tidak ada yang menemani bagaimana dengan kehidupan akhirat yang mempertanggungjawabkan amalnya sendirian dihadapan Alloh ﷻ? Bukan mereka yang memberikan surga, bukan mereka yang memberikan ridha maupun pahala tapi Alloh ﷻlah yang memberikan semua itu.

◼️Kedua, apabila hati belum bisa berhijrah 100% kepada Alloh ﷻ maka tampakilah melalui fisik yang bernuansa islami. Apapun itu yang mencirikan Islam. 

◼️Ketiga, datangilah lingkungan-lingkungan yang dapat membawamu kepada perubahan yang lebih baik lagi dari hari yang kemarin. Karena, lingkungan mendominasi pola pikir sobat untuk berhijrah.

Meskipun pada beberapa orang bisa saja terjadi, proses hijrah itu “inqilabiyah.” Hijrah itu sesuatu yang revolusioner, yang 180° perubahannya. Tapi secara umum manusia, hijrah itu memerlukan “tadarruj,” proses bertingkat-tingkat yang kemudian dia satu demi satu penuhi.

Kita tidak boleh untuk kemudian menuntut orang lain menjadi orang yang hijrahnya harus “inqilabiyah.” Kita boleh jadi harus memaklumi bahwa seseorang yang berhijrah itu melewati tahapan-tahapan di dalam hijrahnya yang harus selalu kita mengerti, kita pahami, dan kita tuntun terus supaya semakin ke arah yang lebih baik.

Jadi, hijrah tidak bisa dilakukan dengan menuntut orang untuk berubah 180° langsung. Tapi kita bisa menuntunnya perlahan-lahan menuju kepada kebaikan. Kesempurnaan itu harus kita raih dengan pelan-pelan, إِنْ شاءَ الله.

Hijrah itu bukan hasil dari perilaku. Melainkan menikmati sebuah proses dalam berhijrah. Menuju keridhaan Alloh ﷻ tanpa ada kata Lelah, maupun rasa negative lainnya. Berhijrahlah sebelum ajal menjemputmu.

Wallahu a'lam

🔷🔷🔷🌟🌟🌟🔷🔷🔷
         💘TaNYa JaWaB💘

0️⃣1️⃣ Safitri ~ Banten 
Assalamu'alaikum bun, 

Ketika kita sendiri dalam keluarga dan kita belum bisa membawa mereka juga ikut dalam berhirah, kadang fitri merasa malu merasa tidak pantas fitri seperti begini tapi keluarga fitri begitu. Terkadang mau mengingatkan teman atau orang diluar juga bagaimana tertampar sendiri, keluarga sendiri saja seperti begitu bagaimana ya bun?

🌷Jawab:
Wa'alaikumussalam dek, 

Satu yang harus kita yakini bahwa, hidayah itu milik Allah Azza wajalla, meski keluarga kita belum seperti yang kita inginkan, kita harus tetap berdakwah, dakwah itu tidak menunggu semua sempurna kok dek. 

Tidak perlu malu mengajak orang lain karena keluarga sendiri masih belum hijrah semua. Jika nunggu semua sempurna dulu, terus kapan dakwah bisa tersampaikan? Karena tidak akan pernah ada kesempurnaan termasuk pada diri kita sendiri. Yaa kan? 

Jadi, tidak usah mundur kalau hanya karena keluarga kita masih berantakan. Yang penting kita terus berusaha dan terus berdoa.

Wallahu a'lam

0️⃣2️⃣ Titin ~ Jambi
Assalamu'alaikum bunda, 

Jika hijrah memerlukan proses yang bertingkat-tingkat dan harus dipenuhi satu persatu bagaimana kita mengetahui bahwa kita telah melalui tahapan tahapan tersebut bunda?  

Mohon penjelasan, terima kasih. 

🌷Jawab:
Wa'alaikumussalam Mbak Titin

Bagaimana kita mengetahui bahwa kita telah melaluinya ya?

Begini mba, hijrah itu kan membuat diri kita berpindah dari satu kejahilan, ke satu kebaikkan, jika kita telah melakukan satu kebaikan dan meninggalkan satu kejahilan. Misal, dulu tidak berhijab, sekarang berhijab, itu namanya kita sudah melalui satu jalan hijrah, kalau dulu kita malas sholat, sekarang rajin sholat, nambah lagi hijrahnya, dulu malas puasa sekarang rajin, nah nambah lagi... Begitu saja mbak, setiap meninggalkan kejahilan, dan melakukan kebaikkan itulah tahapan hijrah kita. 

Wallahu a'lam

0️⃣3️⃣ Hariyati ~ Palembang
Bismillah Assalamualaikum,

Bagaimana untuk tetap istiqomah dan menghilangkan rasa takut serta sedih dikala kita berusaha hijrah dan terus meningkatkan level keimanan namun, seiring itu pula banyak permasalahan yang datang bertubi-tubi (saya tidak berani menyebutkan itu ujian atau azab karena saya sadar sekali saya penuh dosa) dimana permasalahan 1 belum selesai datang lagi yang 1 baik jodoh, pekerjaan, finansial dan lain-lain.

Sehingga timbul ketakutan nanti jika datag lagi ujian saya takut tergelincir ke jalan yang salah lagi. 

Mohon pencerahannya. Jazakillah khairan 

🌷Jawab:
Wa'alaikumussalam, 

Saat hijrah itu ujiannya memang luar biasa bunda, karena Alloh ﷻ tidak akan begitu saja menerima ucapan kita kan? 

Nah bagaimana caranya agar kuat? 

Kalau bagi saya pribadi, selain kita terus belajar agama, dan berkumpul dengan orang-orang yang hijrah, maka yang bisa dilakukan adalah mempelajari sirah, baik sirah Nabi maupun sahabat, serta membaca kisah-kisah para mu'allaf  yang ujian mereka itu dahsyat-dahsyat, bukan hanya harta benda, keluarga, bahkan nyawa mereka jadi taruhannya.

Wallahu a'lam

🔷🔷🔷🌟🌟🌟🔷🔷🔷
 💘CLoSSiNG STaTeMeNT💘

Sahabat-sahabatku...

Al Qur'an telah berjanji untuk memberikan kelapangan bagi siapapun yang berhijrah. namun, kelapangan yang akan diberikan Alloh ﷻ hanya berlaku bagi orang yang secara sungguh-sungguh melaksanakan Hijrah.

Point yang cukup penting dalam berhijrah adalah usaha maksimal yang dilakukan. ketika kita sudah bertekad untuk berhijrah, maka sepantasnyalah kita berusaha dengan sungguh-sungguh dalam menjalankan hijrah itu. Setelah kita telah berusaha dengan sungguh-sungguh, maka Alloh ﷻ akan membantu kita dalam menjalani hijrah kita. Contoh nyatanya terdapat pada hijrah Nabi Muhammad bersama Abu Bakar dari Mekkah ke Madinah.

Terima kasih untuk kebersamaan kita malam ini. Mohon maaf atas segala kekurangan.

Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Tidak ada komentar:

Posting Komentar