Rabu, 14 Oktober 2020

JANGAN BUKA AIB ORANG & JAGA AIB SENDIRI

 


OLeH  : Ustadz Ayah Undang Suherlan 

        💘M a T e R i💘

بِسْــــــــــــــمِ اللّهِ الرَّحْمن الرَّحِيْمُ

السلام عليكم و رحمة الله و بركاته


الحمد لله

نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ...

ام بعد

Segalanya milik Alloh ﷻ apa yang ada di langit dan bumi, kenikmatan dan kesusahan asalnya dari Alloh ﷻ sudah selayaknya kita panjatkan puji dan syukur hanya kepada Alloh ﷻ. 

Agama Islam adalah agama yang mengangkat dan membebaskan manusia dari jaman jahiliah zaman kegelapan menuju ke zaman yang terang benderang, sudah selayaknyalah kita sebagai umatnya senantiasa menghaturkan sholawat dan salam hanya kepada Nabi Muhammad ﷺ. 

🌷JANGAN BUKA AIB ORANG & JAGA AIB SENDIRI 

Kita telah menyadari bahwa tidak ada makhluk di dunia ini yang sempurna.
Tidak ada dzat paling sempurna selain Yang Maha Sempurna yakni Alloh ﷻ.
Dalam beberapa hal manusia merasa mampu dalam mengerjakan sesuatu, dan beberapa hal lainnya merasa tidak mampu dalam melakukan sesuatu. 

Sudah menjadi hal lumrah siapapun tidak suka apabila kekurangannya dibicarakan. Lebih lebih bila yang dibicarakan itu menyangkut aib. 

Aib merupakan suatu kondisi yang tidak baik pada diri seseorang, yang bila dibicarakan akan menyebabkan seseorang merasa malu. Rasanya pembicaraan akan tampak menjadi asik dan seru. 

Padahal Alloh ﷻ telah berfirman dalam Qur'an surat Al Hujarat ayat 12 : 

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱجْتَنِبُوا۟ كَثِيرًا مِّنَ ٱلظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ ٱلظَّنِّ إِثْمٌ ۖ وَلَا تَجَسَّسُوا۟ وَلَا يَغْتَب بَّعْضُكُم بَعْضًا ۚ أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَن يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ ۚ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ تَوَّابٌ رَّحِيمٌ

"Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang."

Salah satu hal yang diperintahkan Alloh ﷻ dalam ayat tersebut yaitu tidak mencari-cari keburukan orang lain (aib). Biarkanlah orang lain terhadap aib nya sendiri dan kita pada aib kita sendiri. 

Untuk menghindari hal tersebut, dapat kita siasati dengan membicarakan sesuatu yang tidak menyangkut aib orang lain. Ada banyak topik obrolan yang tidak kalah seru seperti membicarakan hobi dan cita-cita. Sedangkan agar aib kita tetap terjaga dan tidak menjadi obrolan orang lain maka kita harus menjaga aib orang lain. Tentu setiap perbuatan yang kita lakukan akan mendapatkan balasan baik di dunia maupun di akhirat.

Menjaga aib orang lain adalah siasat yang pas yang dapat kita terapkan. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi, Nabi ﷺ telah bersabda : 

وَمَنْ سَتَرَ عَلَى مُسْلِمٍ فِي الدُّنْيَا سَتَرَ اللَّهُ عَلَيْهِ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ

“Dan barangsiapa yang menutupi (aib) seorang muslim sewaktu di dunia, maka Alloh akan menutup (aibnya) di dunia dan akhirat.” (HR. At Tirmidzi). 

Islam adalah agama yang indah karena selalu mengajarkan dan memberikan kebaikan pada umatnya mulai dari hal-hal besar hingga hal-hal kecil sekalipun. Dan Alloh ﷻ telah menuliskan segala larangan-larangan dan anjurannya dalam sumber syariat Islam, yaitu Al-Qur’an dan hadits. Di dalam Al-Qur’an dan hadits. 

Islam sebagai agama yang baik tidak hanya melarang umatnya untuk melakukan perbuatan dosa besar seperti pembunuhan, pemerkosaan, dan lain-lain. Namun, Islam juga melarang kita untuk menyakiti hati orang lain dengan lisan kita, karena hukum menyakiti orang lain dalam Islam adalah dilarang dan berdosa. 

🔸Bagaimana lisan dapat menyakiti hati seseorang?

Misalnya, 

Membuka aib seseorang di depan orang lain atau di muka umum, itupun dapat mempermalukan seseorang dan melukai hatinya. 

🔸Lalu bagaimana hukum membuka aib orang lain dalam Islam?

Islam melarang umatnya untuk mencari-cari kesalahan orang lain, membuka aib orang lain yang termasuk dalam perbuatan ghibah atau menggunjing, dan ghibah dalam Islam sama saja seperti memakan bangkai saudaranya yang sudah mati. Seperti firman Alloh ﷻ dalam Qur'an surat Al Hujurat ayat 12. 

Aib diibaratkan seperti sebuah aurat harus dijaga dan tidak boleh diumbar kepada orang lain. Karena dengan membuka aib orang lain secara tidak langsung kita sama seperti melakukan ghibah dalam Islam dan hal tersebut sama seperti membuka aib sendiri. 

Telah dikatakan oleh Rasulullah ﷺ, bahwa Alloh ﷻ akan membuka aib seseorang yang suka membicarakan aib orang lain meskipun orang tersebut menyimpannya didalam lubang sekalipun.

Lalu pada suatu hari Rasulullah ﷺ pernah bersabda kepada sahabatnya :

“Seluruh umatku akan diampuni kecuali al-Mujahirun”.

Lalu sahabat bertanya, 

“Siapa itu Mujahirun, Ya Rasulullah?”

Lalu Rasulullah ﷺ menjawab, 

“Dia yang berbuat dosa dimalam hari dan Alloh ﷻ . menutup aibnya. Tetapi kemudian pada pagi harinya ia membuka aibnya sendiri.”

Sebagai umat muslim kita juga dilarang untuk membicarakan aib diri sendiri. 

Maksud dari sabda Rasulullah ﷺ di atas adalah, kita terkadang menceritakan aib diri sendiri kepada orang lain secara sengaja dan bahkan ada sebagian orang yang berbangga diri dengan menceritakan aibnya kepada orang lain padahal hal tersebut adalah perbuatan dosa dan hina.

Namun, ada aib yang diperbolehkan untuk dibicarakan dan di beritahukan kepada orang lain jika hal itu diperlukan. Misalnya, seseorang membuka aib orang lain karena dirinya adalah seorang saksi pelaku kejahatan, maka orang yang menjadi saksi tersebut boleh membuka aib si pelaku kejahatan di muka umum.

Atau, seorang korban yang mengatakan aib seseorang kepada orang lain sebagai bentuk meminta perlindungan. Dan seorang istri boleh membuka aib suaminya apabila sang suami tidak menunaikan kewajibannya dan tidak memenuhi hak istri serta melakukan tindak kekerasan, maka sang istri diperbolehkan membuka aib sang suami untuk mendapatkan hak dan perlindungan.

Jadi, dari beberapa dalil di atas dapat disimpulkan bahwa membuka aib orang lain menurut Islam adalah dilarang jika hal tersebut bertujuan untuk menjatuhkan dan mempermalukan orang lain, dan diperbolehkan apabila hal tersebut diperlukan untuk mendapatkan keadilan dan mengungkap kejahatan.

Sebelumnya, tolong digaris bawahi bahwa dalil ini tidak boleh dipakai sebagai pembenaran, yang lantas sesudah membacanya jadi ada rencana bermaksiat. 

Senyum-senyum sendiri sembari berkata, “Kalau begitu saya mau berbuat terus langsung tobat.” Ternyata pas baru rencana, malaikat maut yang datang. Pasti sudah tidak sanggup lagi tersenyum. 

Jangan sampai kita jadi orang paling apes, yang matinya saat dalam rencana maksiat.

Ada sebuah hadis sahih dari Imam Muslim, diriwayatkan Abdullah bin Mas’ud, bahwa seorang lelaki menemui Rasulullah ﷺ dan berkata, 

“Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku sudah bermesra-mesraan dengan seorang perempuan di luar kota, dan sesungguhnya aku telah menikmatinya walaupun tidak sampai berhubungan jauh dengannya (tidak berhubungan suami istri). Sekarang aku di sini, maka hukumlah diriku sekehendakmu.”

Lalu, Umar bin Khattab berkata kepadanya, 

“Sesungguhnya Allah akan menutupimu, jika saja engkau menutupi dirimu sendiri.”

Ibnu Mas’ud berkata, 

“Akan tetapi Nabi ﷺ tidak membalas ucapannya sedikit pun.” 

Orang itu pun berdiri kemudian pergi. Maka Nabi ﷺ menyuruh seseorang untuk menyusulnya, dan membacakan kepadanya Qur'an surah Hud ayat 114, 

“Dan dirikanlah shalat pada kedua tepi siang dan pada bagian dari permulaan dari pada malam. Sesungguhnya kebaikan menghapuskan perbuatan buruk. Itulah peringatan bagi orang-orang yang mengingat Allah.”

Seseorang yang hadir bertanya, 

“Wahai Nabi Allah, apakah ini khusus baginya?”

Nabi ﷺ menjawab, 

“Tidak, bahkan untuk manusia seluruhnya.”

Maksud hadits ini, ada orang yang berbuat dosa dan tidak diketahui orang, sedangkan Alloh ﷻ pasti mengetahui. Karena itu dia harusnya tidak membeberkan apa yang ditutupi Alloh ﷻ. Nabi ﷺ menyuruhnya langsung tobat saja ketika tergelincir. 

Allah as-Sittir, Yang Maha Menutupi.

Jadi, jika kita tergelincir dosa dan Alloh ﷻ menutupinya, maka jangan dibuka melainkan segera bertobat. Apapun bentuk maksiatnya, kalau Alloh ﷻ menutupinya, jangan diceritakan pada siapapun dan jangan berniat mengulanginya. Karena tidak mengulangi itu adalah salah satu bentuk tobat.

Kita harus berhati-hati agar tidak membuka apa yang ditutupi as-Sittir.

“Seluruh umatku akan diampuni, kecuali orang yang terang-terangan dalam maksiat. Dan sesungguhnya termasuk terang-terangan dalam maksiat adalah seseorang yang malam hari berbuat suatu perbuatan dosa, sementara Allah telah menutupinya, lalu ia berkata, ‘Wahai Fulan, aku tadi malam sudah berbuat ini dan itu.’ Padahal malam harinya Rabb-nya telah menutupinya, namun pagi harinya ia membongkar penutup Allah darinya.” (HR. Al Bukhari). 

Demikian paparan kali ini.
Yang benar datangnya dari Alloh ﷻ.
Yang salah dari setan karena ane gak salah apa-apa.
Mohon maaf jika ada salah-salah kata dalam penulisan.

 العلم بلاعمل كا لشجر بلا ثمر

Ilmu itu apabila tidak diamalkan bagaikan pohon yang tidak berbuah. 

 جزاكم الله خير جزاء شكرا وعفوا منكم...

فا استبقوا الخيرات...

والسلام عليكم ورحمة الله و بر كاته

🔷🔷🔷🌟🌟🌟🔷🔷🔷

         💘TaNYa JaWaB💘

0️⃣1️⃣ Adhry ~ Makassar
Bagaimana jika kita membuka aib teman kepada yang bersangkutan, untuk mencari tahu kebenaran? 

Alasannya yang beritahu aib ini saya dengar dari orang lain, jadi saya ingin klarifikasi kepada yang bersangkutan itu sendiri. Tetapi yang bersangkutan malah mengatakan jika itu rahasia, maka jangan dibeberkan. Padahal ini tentang dirinya yang saya dengarkan dari orang lain. Karena saya tidak ingin salah paham dari apa yang saya dengar, makanya saya beritahu aibnya kepada yang bersangkutan itu sendiri. Tapi malah yang bersangkutan melarang untuk saya bicara. 

Bagaiman itu, Ustadz?

🌸Jawab:
Itu namanya tabayun atau klarifikasi. Silahkan saja tapi adabnya tetap dijaga jadi hanya kita sama orang yang bersangkutan. 

Tapi jika orang bersangkutan enggan membicarakannya kita tidak boleh memaksanya dan kita harus menghargai hal tersebut dengan cara tetap berbaik sangka pada orang yang bersangkutan. Dan kitapun tidak boleh mempertanyakan lagi di lain waktu. 

Wallahualam. 

0️⃣2️⃣ Safitri ~ Banten
1. Ustadz, bagaimana caranya kita tahu dan sadar bahwa, "owhhhh ini tuh aib tidak boleh diomongin", sedangkan namanya manusia jika sudah berbicara yahh mana tahu itu aib apa bukan?

2. Kalau kita mendengarkan keluh kesah sahabat sendiri dan dia membicaran tentang keburukan atau pengelaman pahit yang dia pernah alami itu bagaimana, Ustadz?

🌸Jawab:
1. Aib adalah suatu hal yang harus ditutup rapat-rapat dan tidak boleh disebarkan. Meski bukan sejenis hoaks, namun aib sesuatu yang buruk atau dosa sehingga tak boleh diketahui orang lain. Sebab hal itu sangat memalukan orang yang berbuatnya. 

Yang dikehendaki Alloh ﷻ, ketika seorang hamba melakukan kejelekan, ia segera bertaubat kepada-Nya dengan taubat yang sebenar-benarnya. Taubat nasuha. Bukan malah menceritakan perbuatan buruk itu kepada orang-orang. Padahal, Alloh ﷻ bermaksud menutupinya dan tidak membukanya. 

2. Boleh saja kalau ada teman yang curhat sama kita tapi pas dia sedang membicarakan aibnya, cut (berhenti). Untuk masalah itu bilang saja cukup kamu dan Alloh ﷻ saja yang tahu. Untuk pengalaman pahit yang bukan merupakan aib silahkan ditanggapi curhatannya. 

0️⃣3️⃣ Maryam ~ Penajam
Ustadz,, bagaimana kalau kita difitnah diceritakan aib kita oleh pimpinan padahal itu tidak benar dan saya sudah klarifikasi bahwa bukan seperti itu yang sebanarnya tapi tidak mau percaya dan fitnahan ini disebarkan  satu kantor ke teman-teman lainnya. 

Dan saya kembali lagi klarifikasi kepada teman-teman dan teman-teman kembali menyampaikan klarifikasi saya ke pimpinan tapi malah saya dikatakan "mencari pembenaran". 

Dan semenjak itu bila saya difitnah lagi dan terus terjadi sampai sekarang saya tidak pernah klarifikasi karena toh saya klarifikasi tetap salah dimata pimpinan.

Apakah tindakan saya benar? Apa yang harus saya lakukan? 

🌸Jawab:
Setiap ada fitnah silahkan klarifikasi. Ada finah lagi klarifikasi masalah mereka mau percaya atau tidak itu urusan mereka. Urusan kita hanya menyampaikan kebenarannya seperti apa.

Setelah itu tawakkal kepada Alloh ﷻ.

Alloh ﷻ tidak pernah tidur, Mbak. Suatu saat cepat atau lambat kebenaran akan terungkap.

Tetap berbaik sangka pada Alloh ﷻ. Dan yakinlah Alloh ﷻ akan memberikan yang terbaik buat kita pada waktu yang tepat bukan yang terbaik menurut kita. 

🔹Tapi Ustadz, setiap saya klarifikasi saya malah dimarah-marahin. Jadi capek rasanya hati kalau dibegitukan terus kerja juga tidak tenang. Dirumah juga kepikiran, jadi saya ambil cuek saja. Saya langsung doa saja sama Alloh ﷻ itu saja, Ustadz. Dan saya hanya cerita dengan satu orang yang memang bisa dipercaya begitu saja. 

🌸Siapkan dada yang dipenuhi kesabaran seluas samudera. Yakin Alloh ﷻ bersama orang-orang sabar. Sabar terus-terus bersabar. Tetap berbaik sangka sama Alloh ﷻ. Alloh ﷻ mau menaikan derajat kita dengan cara-Nya, bersabarlah. 

0️⃣4️⃣ Yisi ~ Slawi
Ustadz, bagaimana caranya, memberitahu teman (saat tindakannya salah) sementara dia sangat percaya diri dengan ibadahnya, yang menurutnya, ibadahnya paling banyak. 

Terimakasih. 

🌸Jawab:
Beritahukan dengan hikmah.

Misalkan dengan membicarakan siroh sahabat yang ada kaitannya dengan hal tersebut. Berdoalah teman kita memahami maksud kita. 

Kalau kita langsung menasihatinya buatnya itu sebuah pukulan dan biasanya pribadinya akan langsung bertahan melakukan pembelaan itu manusiawi. 

Sahabat itu merangkul bukan memukul.

Wallahu'alam

🔷🔷🔷🌟🌟🌟🔷🔷🔷

 💘CLoSSiNG STaTeMeNT💘

Jangan mengawasi orang lain.
Jangan mengintai gerakannya.
Jangan membuka aibnya.
Dan jangan menyelidikinya.
Sibukkan dengan dirimu, perbaiki aibmu.
Karena kamu ditanya (Alloh ﷻ) tentang dirimu.
Bukan tentang orang lain. 

Ali bin Abi Thalib.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar