Jumat, 30 Oktober 2020

SEGERA BERAMAL SEBELUM AJAL DATANG

 


OLeH  :  Ibu Hj.  Irnawati Syamsuir Koto

   💘M a T e R i💘

Assalamu'alaikum... 

Alhamdulillah, segala puji bagi Alloh ﷻ yang telah memberikan karunia dan hidayah kepada hamba-hamba-Nya. Shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada Rasulullah Muhammad ﷺ beserta keluarga, shahabat, dan umatnya yang senantiasa istiqamah di jalan sunnah.

💎 SEGERA BERAMAL SEBELUM AJAL DATANG

Saudari-saudari ku yang dicintai Alloh ﷻ..

Alloh ﷻ berfirman, 

“Katakanlah : “Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan”. (QS. Al Jumu’ah: 8)

Saudari ku, JANGAN TERLENA DENGAN KEMUDAAN KITA.

Usia yang masih muda bukan jaminan kita masih jauh dari kematian. 

Karena kematian itu tidak memandang usia, kematian itu tidak mesti menunggu tua. 

Bagi orang yang atas izin Alloh ﷻ pernah mengalami peristiwa dimana ia begitu sangat dekat dengan ajal, maka dia akan lebih berhati-hati menjalani hidup ini, karena boleh jadi tiba-tiba datang peristiwa serupa yang benar-benar menjadi akhir dari jatah hidupnya di dunia.

Kematian merupakan salah satu rahasia Alloh ﷻ yang telah ditentukan kepada tiap-tiap makhluk yang bernyawa. 

Bila ajal telah tiba tidak seorang pun yang bisa menolak atau minta ditangguhkan barang sesaat pun. 

Alloh ﷻ berfirman dalam Al Qur'an (QS. 15 : 5): 

''Tidak ada satu umat pun yang dapat mendahului ajalnya dan tidak pula mengundurkannya.''

Dalam ayat lain Alloh ﷻ berfirman: 

''Dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang apabila datang ajalnya. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.'' (QS. 63 : 11).

Kemegahan dunia seringkali menggoda dan melalaikan manusia untuk mengingat mati. 

Maka, lahirlah manusia berperilaku hewaniyah, menghalalkan segala cara untuk kepuasan nafsu syahwatnya -termasuk korupsi, kolusi, dan nepotisme- yang cukup merugikan dirinya dan orang lain. 

Apalagi bila didukung fasilitas yang maju dan modern, manusia semakin jauh dari tujuan diciptakannya.

Alloh ﷻ berfirman: 

''Bermegah-megahan (dalam soal banyak anak, harta, pangkat, pengikut, dan kemuliaan) telah melalaikan kamu, sampai kamu masuk ke dalam kubur. Janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatan itu) dan janganlah begitu kelak kamu akan mengetahui.'' (QS. 108 : 1-4).

★Banyak manusia yang tidak sadar bahwa waktu-waktu yang telah berlalu adalah langkah pasti menuju ketentuan Alloh ﷻ, yakni : kematian! 

Karena tidak disadari kedatangannya, seringkali kematian dianggap terlalu cepat, mendadak, dan di luar perkiraan.

Banyak manusia yang ketika dicabut nyawanya sedang dalam kondisi ''Mabuk Kepayang Terhadap Kenikmatan Dunia'', misalnya sedang berbuat zina, mencuri, mabuk, dan perbuatan dosa lainnya. Ini semua bisa terjadi lantaran manusia sudah tidak ingat lagi kepada kematian.

Padahal, dengan datangnya kematian maka tidak ada artinya lagi isi dunia ini. 

Sebab, kematian berarti berhentinya segala nikmat yang pernah atau sedang dirasakan manusia dan terpisahnya manusia dengan anak, keluarga, pangkat, harta, dan segala apa yang ada di dunia.

Karena itu, alangkah baiknya bila kematian --baik saudara, anak, tetangga, atau teman, dan bahkan orang lain pun-- bisa dijadikan sebagai penasihat yang jitu hingga manusia tidak akan lupa diri terhadap hak dirinya dan hak kepada penciptanya.

Orang bijak mengatakan, ''Sering-seringlah kamu takziah karena akan mengingatkan diri kamu akan kematian.''

Jika ajal sudah tiba, maka habis sudah kesempatan kita untuk beramal. Habis sudah kesempatan kita untuk sholat, untuk tahajud, untuk sedekah, untuk shaum, untuk silaturahim. Tidak ada lagi kesempatan kita untuk merasakan nikmatnya ibadah kepada Alloh ﷻ.

Orang-orang yang kita tinggalkan hanya menangisi kepergian kita sebentar saja. Bahkan mungkin ada yang mendengar kematian kita, kemudian ia ikut berduka dan selesai begitu saja. Keluarga mungkin akan menjadi pihak yang berduka paling lama, akan tetapi pada akhirnya akan berlalu juga. Pakaian kita akan mulai disedekahkan. Kamar kita akan mulai dibersihkan. Saat ajal datang, maka kita sudah berakhir di dunia, terputus dengan segala hirup pikuk dunia. Tinggal kita sibuk dengan catatan amal perbuatan kita selama di dunia. 

Maasyaa Allah!

Yang beruntung adalah orang yang banyak amal jariyahnya, yang ilmunya manfaat, yang anak-anaknya sholeh-sholehah dan mendoakannya. Inilah orang yang beruntung karena membawa sebaik-baiknya bekal. Sedangkan yang paling merugi adalah orang yang saat ajal tiba, ia masih saja lalai mempersiapkan bekal kebaikan.

Siapapun tidak akan merasakan memiliki harta ketika ia berada dalam kondisi sakaratul maut, karena dirinya terpaku pada dahsyatnya rasa sakit dan ketakutan yang sedang dihadapi. 

Bahkan ketika dalam kondisi sakit, orang kaya pun tidak merasakan dirinya memiliki kekayaan yang melimpah. Maka, apapun akan diserahkan guna menyelamatkannya dari kondisi yang sulit itu (sakaratul maut). Apapun akan ditebus untuk mengobati penyakitnya. 

Dari sini sedikit bisa dipahami alasan Nabi ﷺ saat menjawab pertanyaan seorang sahabat tentang infak yang paling afdhal.

Abu Hurairah Radhiyallahu anhu meriwayatkan ada seorang lelaki mendatangi Nabi ﷺ. Ia bertanya, : Wahai Rasûlullâh, apakah sedekah yang paling besar pahalanya?”. Beliau menjawab: “Yaitu engkau bersedekah tatkala merasa sehat lagi bakhil, dan mengakhawatirkan kekurangan serta mengimpikan kecukupan." [HR. al-Bukhâri no. 1419 dan Muslim no. 2382]. 

Pada saat kematian datang, jiwa-jiwa penuh dengan penyesalan dan berharap mendapatkan pengunduran waktu ajalnya, -dan ini mustahil- walau sejenak untuk bersedekah dan beramal shaleh yang nantinya akan dapat menyelamatkan mereka dari siksa dan memperoleh pahala besar. Namun permintaan dan harapan ini sudah bukan pada tempat dan waktunya lagi dan tidak mungkin mengalami perubahan.

🔷🌷🔷

★Berbekallah Sebelum Maut Menjemput Kita.

Hidup ini tak obahnya seorang musafir yang sedang melakukan perjalanan jauh menuju suatu tujuan. Untuk sampai ke tujuan dengan selamat, harus ada bekal yang cukup. Selain itu, sang musafir, cepat atau lambat akan kembali ke kampung halamannya.

Itulah gambaran kehidupan yang singkat ini, yang harus disadari dan dihayati oleh setiap manusia dan mereka yang beriman. Tidak ada musafir yang tidak kembali ke kampung halamannya. Tidak ada manusia yang tidak kembali ke asalnya. 

Maka, ketika seorang manusia yang beriman dijemput maut, kita diajarkan oleh Alloh untuk mengucapakan “Innaa lillahi wa innaa ilaihi raaji’uun” (Sesungguhnya kita adalah milik Allah dan kita akan kembali kepada-Nya).

Untuk sampai ke kampung akhirat, setiap manusia harus mempersiapkan diri dengan memperbanyak bekal.

Alloh ﷻ memandu manusia dan orang-orang yang beriman supaya mempersiapkan bekal sesuai firman Alloh ﷻ dalam Al Qur'an, 

الْحَجُّ أَشْهُرٌ مَعْلُومَاتٌ ۚ فَمَنْ فَرَضَ فِيهِنَّ الْحَجَّ فَلَا رَفَثَ وَلَا فُسُوقَ وَلَا جِدَالَ فِي الْحَجِّ ۗ وَمَا تَفْعَلُوا مِنْ خَيْرٍ يَعْلَمْهُ اللَّهُ ۗ وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَىٰ ۚ وَاتَّقُونِ يَا أُولِي الْأَلْبَابِ

“(Musim) haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi, barangsiapa yang menetapkan niatnya dalam bulan itu akan mengerjakan haji, maka tidak boleh rafats, berbuat fasik dan berbantah-bantahan di dalam masa mengerjakan haji. Dan apa yang kamu kerjakan berupa kebaikan, niscaya Allah mengetahuinya. Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa dan bertakwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal.” (QS. Al Baqarah: 197).

★Takwa adalah suatu konsep dalam Islam yang merujuk kepada kepercayaan akan adanya Alloh ﷻ, membenarkannya, dan takut kepada Alloh ﷻ.

Orang-orang yang bertaqwa disebut “Al Muttaqiin", yaitu menurut Ibnu Abbas ialah “Orang-orang yang meyakini (Alloh ﷻ) dengan menjauhkan diri dari perbuatan syirik dan patuh akan segala perintahnya."

Maka bekal untuk sampai ke kampung akhirat tidak lain dan tidak bukan adalah takwa kepada Alloh ﷻ dengan banyak beribadah kepada-Nya, banyak berbuat kebaikan terhadap sesama manusia, berbuat benar dan jujur serta berjuang mewujudkan dan menegakkan keadilan.

Setiap muslim mesti mengingat kematian dan memperbanyak bekal dalam perjalanan panjang menuju negeri akhirat. Setiap perjalanan, sejatinya memerlukan bekal, baik fisik maupun nonfisik (spiritual).

Sewaktu sakit menjelang wafatnya, sahabat Abu Hurairah sempat menangis. Ketika ditanya, beliau berkata, 

“Aku menangis bukan karena memikirkan dunia, melainkan karena membayangkan jauhnya perjalanan menuju negeri akhirat. Aku harus menghadap Allah, Tuhan Yang Mahakuasa. Aku pun tak tahu, perjalananku ke surga tempat kenikmatan atau ke neraka tempat penderitaan?”

Lalu, Abu Hurairah berdoa, 

“Ya Allah, aku merindukan pertemuan dengan-Mu, kiranya Engkau pun berkenan menerimaku. Segerakanlah pertemuan ini!” Tak lama kemudian, Abu Hurairah berpulang ke Rahmatullah. (Ibn Rajab, Jami` Al`Ulum wa Al Hikam).

Ambillah dari dunia sesuatu yang bisa menjadi bekal untuk di akhirat. Dan jangan mengambil dari dunia sesuatu yang justru bisa menghalangi kita di akhirat. 

√ Ingatlah nasihat indah Imam Ahmad Ibn Hambal :

“Dunia kampung amal, akhirat kampung balasan. Barang siapa tidak beramal di sini, akan menyesal di sana.”

Dan, kematian adalah hal yang paling jauh dari pikiran kita. Walaupun sebenarnya ia lebih dekat dari segala yang dekat dengan kita. Maka sungguh mengingat mati adalah penghancur kelezatan nafsu dunia. Menjadikan seorang hamba lebih dekat dengan Rabb-Nya.

Kita semua butuh bekal, bukan bertujuan bersaing di dunia. Bekal ini lebih kita butuh untuk menuju alam akhirat.

Dari Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata, Rasulullah ﷺ pernah memegang pundaknya, lalu berkata,

كُنْ فِى الدُّنْيَا كَأَنَّكَ غَرِيبٌ ، أَوْ عَابِرُ سَبِيلٍ

“Hiduplah kalian di dunia seakan-akan seperti orang asing, atau seperti seorang pengembara.”

Ibnu ‘Umar lantas berkata,

إِذَا أَمْسَيْتَ فَلاَ تَنْتَظِرِ الصَّبَاحَ ، وَإِذَا أَصْبَحْتَ فَلاَ تَنْتَظِرِ الْمَسَاءَ ، وَخُذْ مِنْ صِحَّتِكَ لِمَرَضِكَ ، وَمِنْ حَيَاتِكَ لِمَوْتِكَ

“Jika engkau berada di petang hari, janganlah tunggu sampai datang pagi. Jika engkau berada di pagi hari, janganlah tunggu sampai datang petang. Manfaatkanlah waktu sehatmu sebelum datang sakitmu. Manfaatkanlah pula waktu hidupmu sebelum datang matimu.” (HR. Bukhari, No. 6416). 

Hadits di atas mengajarkan bahwa dunia ini bukanlah tempat kita menetap dan bukanlah negeri kita sesungguhnya. Dari sini seharusnya setiap mukmin berada pada salah satu dari dua keadaan berikut: 

▪️Pertama:

Hidup seperti orang asing yang tinggal di negeri asing. Yang ia lakukan:

Hatinya tidak bergantung pada dunia. Hatinya bergantung pada kampung sesungguhnya yang nanti ia akan kembali, yaitu negeri akhirat. Mukim di dunia hanya untuk menyiapkan bekal menuju ke kampung akhirat. Tidak pernah bersaing yaitu antara orang asing tadi dan penduduk asli (penggila dunia).

Tidak pernah gelisah ketika ada yang mendapatkan dunia. Itulah orang asing.

Al-Hasan Al-Bashri berkata,

المؤْمِنُ فِي الدُّنْيَا كَالغَرِيْبِ لاَ يَجْزَع مِنْ ذُلِّهَا ، وَلاَ يُنَافِسُ فِي عِزِّهَا ، لَهُ شَأْنٌ ، وَلِلنَّاسِ شَأْنٌ

“Seorang mukmin di dunia seperti orang asing. Tidak pernah gelisah terhadap orang yang mendapatkan dunia, tidak pernah saling berlomba dengan penggila dunia. Penggila dunia memiliki urusan sendiri, orang asing yang ingin kembali ke kampung akhirat punya urusan sendiri.” (Jami’ Al-‘Ulum wa Al-Hikam, 2: 379). 

▪Kedua:

Hidup seperti seorang musafir atau pengembara yang tidak punya niatan untuk menetap sama sekali. Orang seperti hanya ingin terus menelusuri jalan hingga sampai pada ujung akhirnya, yaitu kematian. 

√ YANG IA LAKUKAN:

Terus mencari bekal untuk safarnya supaya bisa sampai di ujung perjalanan.

Tidak punya keinginan untuk memperbanyak kesenangan dunia karena ingin sibuk terus menambah bekal. 

Demikian materi kita malam ini, semoga bisa jadi bahan muhasabah. 

Wallahu a'lam

🔷🔷🔷🌟🌟🌟🔷🔷🔷

         💘TaNYa JaWaB💘

0️⃣1️⃣ Eyang Jenni ~ Depok
Mohon pencerahannya Ibu Irnawati sayang...  

Bagaimana agar bisa selalu istiqomah dalam taqwa pada Alloh ﷻ juga dalam hal-hal lainnya, Ibu? 

Jazakillah. 

🔷Jawab:
Untuk istiqomah itu memang butuh ilmu eyang, ilmu tentang apa yang ingin kita istiqomahi, dengan mempelajari apa dan bagaimana amalan tersebut, apa hikmah dan fadhilah yang bisa kita ambil jika kita melaksanakannya. 

Dan juga kita harus mengenal Sang pencipta kita dengan baik dan benar, agar tumbuh rasa cinta terhadap-Nya. Dengan adanya rasa cinta maka kita akan istiqomah membersamai-Nya. 

CINTA adalah alasan terkuat bagi manusia untuk melakukan sesuatu. Karena itu, cinta Alloh ﷻ, maka kita akan melakukan apa yang dicintai Alloh ﷻ.

Begitu Eyang. 

Wallahu a'lam. 

0️⃣2️⃣ Riy ~ Yogja
Komen, artikel part ini (Maka bekal untuk sampai ke kampung akhirat tidak lain.....) 

Bolehkah kita minta dimatikan saat kita menjalankan ibadah umroh atau haji di tempat-tempat yang diijabahi Alloh ﷻ, Ustadzah?

🔷Jawab:
Menurut para ulama, boleh, Ustadzah, karena ada beberapa dalil yang mengarah kesana. 

Wallahu a'lam. 

💎Ada linknya untuk jawaban ulama tersebut, Ustadzah? Ingin Mengerti lebih detil. 

🔷 Dalil yang ada dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi ﷺ menceritakan permintaan Musa ‘alaihis salam ketika di datangi malaikat maut,

سَأَلَ اللَّهَ أَنْ يُدْنِيَهُ مِنْ الْأَرْضِ الْمُقَدَّسَةِ رَمْيَةً بِحَجَرٍ

Beliau memohon kepada Allah, agar kematiannya di dekatkan dengan tanah suci (baitul maqdis) sejauh lemparan kerikil. (HR. Bukhari 1339 & Muslim 2372). 

Ibnu Batthal menjelaskan,

معنى سؤال موسى أن يدنيه من الأرض المقدسة – والله أعلم – لفضل من دُفن في الأرض المقدسة من الأنبياء والصالحين ، فاستحب مجاورتهم في الممات ، كما يستحب جيرتهم في المحيا

Makna permintaan Musa agar kematiannya didekatkan dengan tanah suci adalah karena adanya keutamaan orang yang dimakamkan di tanah suci, seperti para Nabi dan orang sholeh lainnya. Sehingga dianjurkan untuk mati di dekat mereka, sebagaimana dianjurkan untuk berdampingan dengan mereka ketika hidup. (Syarh Shahih Bukhari, 3/325). 


Demikian pula yang dilakukan Umar bin Khatab radhiyallahu ‘anhu. Beliau pernah berdoa,

اللَّهُمَّ ارْزُقْنِي شَهَادَةً فِي سَبِيلِكَ ، وَاجْعَلْ مَوْتِي فِي بَلَدِ رَسُولِكَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

Ya Allah, berikanlah aku anugrah mati syahid di jalan-Mu, dan jadikanlah kematianku di tanah Rasul-Mu . (HR. Bukhari 1890). 

Kata an-Nawawi,

يستحب طلب الموت في بلد شريف

Dianjurkan untuk meminta mati di daerah yang mulia. (al-Majmu’, 5/106).

Umar juga memohon, agar jenazahnya dimakamkan di samping makan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan Abu Bakar as-Shiddiq radhiyallahu ‘anhu.

Seperti itu pula yang dilakukan sahabat Sa’ad bin Abi Waqqash dan Said bin Zaid. Diceritakan oleh Imam Malik, bahwa beliau meninggal di daerah Aqiq, lalu jenazahnya dipindah ke Madinah, dan dimakamkan di Madinah. (al-Muwatha’, 2/325 dan dishahihkan Ibnu Abdil Bar dalam al-Istidzkar)

Wallahu a'lam

0️⃣3️⃣ Han ~ Gresik
Bu, bagaimana kita bisa beramal dengan ikhlas saat sedang kekurangan ataupun saat ada (kaya)? 

Kadang saat kaya pun malah lupa beramal, dan saat kekurangan apalagi, boro-boro buat beramal buat makan keseharian saja susah. 

Bagaimana, Bu? 

🔷Jawab:
Amal yang ikhlas itu dilandasi dengan adanya rasa syukur kepada Alloh ﷻ atas nikmat dan rahmat-Nya. 

Dengam rasa syukur tersebut, saat kaya kita tidak lupa diri, saat miskin kita tidak kecewa dan putus asa. 

Wallahu a'lam. 

🔷🔷🔷🌟🌟🌟🔷🔷🔷

 💘CLoSSiNG STaTeMeNT💘

Saudari-saudari ku...

Hidup itu sementara. Ia harus digunakan untuk mencari sebanyak-banyaknya bekal untuk menghadapi akhirat yang selamanya. 

Karenanya, memperbanyak sembari memperbaiki kualitas amal shaleh amatlah penting untuk dikerjakan disepanjang jenak kehidupan.

Apalagi selepas mati, hanya tiga amal yang bermanfaat untuk seseorang; ILMU YANG BERMANFAAT, SEDEKAH JARIYAH, DAN DOA ANAK YANG SHALEH BAGI KEDUA ORANG TUANYA. Ketiga amalan inilah yang harus senantiasa diproduksi sepanjang hari agar kelak kita bisa memanennya di hari kiamat.

Amal shaleh adalah bekal yang akan dibawa seseorang ketika keluar dari kehidupannya di dunia dan akan dirasakan buahnya di kehidupan akhirat nanti.

Maka manfaatkanlah usia yang sebentar dengan beragam proyek menuntut ilmu dan menyebarkannya kepada orang-orang yang kita cintai dan masyarakat sekitar. Ikhlaslah dalam mengupayakannya. Dan, wakafkan diri sepanjang hayat dikandung badan untuk mengamalkannya.

Mohon maaf lahir batin, atas segala salah dan kekurangan dalam penyampaian.

Wallahu a'lam bishowab. 

Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuuh. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar