Sabtu, 08 Februari 2020

MENJALANI KEHIDUPAN DENGAN BANGKIT ATAU BERPUTUS ASA



OLeH: Ustadz Dodi AbuEl

           💎M a T e R i💎

🌷MENJALANI KEHIDUPAN DENGAN BANGKIT ATAU BERPUTUS ASA


Ada orang yang apabila melihat kawannya mendapatkan kemuliaan, ilmu atau lainnya, ia hanya bisa tertegun sambil berkata dalam hati, bagaimana aku bisa seperti dia?

Atau kasus lain, seseorang selalu saja pesimis menghadapi suatu pekerjaan. Alasannya tidak lain, karena menurut yang ia dengan, pekerjaan yang dihadapinya itu sulit.

Dalam realita lain, tatkala sebuah penyakit sedang mendera, penderita hanya pasrah total terhadap penyakit tersebut. Seharian dihabiskan dalam tangisan semata, tanpa usaha dan upaya. Seolah-olah harapan sudah tertutup rapat.

Atau bisa saja dalam kehidupan rumah orang tua merasa capek, manakala melihat sang buah hatinya berulah, bandel dan nakal. Banyak petuah telah diupayakan agar sang anak menyadari pentingnya berbuat santun. Tapi apa dikata, ternyata sang anak justru melawan menentang. Dia tetap bandel, nakal dan urakan. Menghadapi kenyataan ini, terpaksa sebagai orang tua hanya mengelus dada, bersabar. Namun, terkadang membuatnya putus harapan menghadapi kenyataan pahit ini.

Itu sebagian potret sikap keterputus-asaan, yang terkadang menyelinap hinggap pada seseorang. Semua rasa pesimis tersebut harus dipupus. Karena, اللّهُ  pasti memberikan pertolongan dan jalan keluar bagi yang mau berusaha.

Jalan keluar menghadapi putus asa ini dapat ditempuh dengan mengetahui hakikatnya, faktor penyebab masalah yang sedang melilitnya, dan dampak apa dengan solusi yang diambilnya. Bila sudah diketahui dengan seksama, niscaya akan membantu mengentaskan diri dari penyakit ini, atau menghindarinya sebelum menimpanya secara lebih berat.

▪Ada beberapa langkah yang perlu diambil untuk melibas penyakit putus asa:

🔹1. Memantapkan Keimanan Terhadap Qadha Dan Qadar.

Ini merupakan faktor penting untuk bisa menenangkan hati kaum Mukminin. Bahwa apa yang dikehendaki اللّهُ  pasti terjadi. Sebaliknya, apabila اللّهُ  tidak menghendaki, pasti tidak akan terjadi. اللّهُ  telah menentukan takdir seluruh makhluk sejak lima puluh ribu tahun sebelum penciptaan langit dan bumi. اللّهُ ﷻ  berfirman:

‎مَآأَصَابَ مِن مُّصِيبَةٍ فِي اْلأَرْضِ وَلاَفِي أَنفُسِكُمْ إِلاَّ فِي كِتَابٍ مِّن قَبْلِ أَن نَّبْرَأَهَآ إِنَّ ذَلِكَ عَلَى اللهِ يَسِيرٌ {22} لِكَيْلاَ تَأْسَوْا عَلَى مَافَاتَكُمْ وَلاَتَفْرَحُوا بِمَآ ءَاتَاكُمْ وَاللهُ لاَيُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ {23}

"Tiada satu pun bencana yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri, melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauh Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi اللّهُ. (Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu bergembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan اللّهُ  tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri." [QS al Hadid : 22-23].

Rasulullah ﷺ   bersabda.

‎كَتَبَ اللهُ مَقَادِيرَ الْخَلاَ ئِقِ قَبْلَ أَنْ يَخْلُقَ السَّمَاوَاتِ وَاْلأَرْضَ بِخَمْسِينَ أَلْفَ سَنَةٍ

"Allah telah menuliskan takdir makhluk-makhluk sebelum penciptaan langit dan bumi selama lima puluh ribu tahun." [HR Muslim, 4797 dan at Tirmidzi, 2157].

Oleh karena itu, seorang muslim tidak boleh terus-menerus terbenam ke dalam kesedihan atas musibah, ataupun kegagalan yang menimpanya. Tidak lantas menjerumuskan diri ke dalam maksiat. Seorang muslim harus kuat, tegak, teguh hati menerima ketentuaan اللّهُ  dan takdir-Nya. Keimanan kepada takdir اللّهُ  ini, membantu seseorang menempuh kesulitan-kesulitan dengan hati yang mantap, tenang dan pikiran jernih.

🔹2. Berbaik Sangka Kepada اللّهُ ﷻ.

Inilah salah satu kewajiban seorang muslim kepada اللّهُ.  Berbaik sangka akan membuka pintu harapan, dan dapat mengenyahkan bisikan putus asa. Ingatlah, sikap berburuk sangka bertentangan dengan tauhid, keimanan kepada اللّهُ  dan ilmu serta hikmah-Nya. اللّهُ  mengingkari orang-orang yang berburuk sangka kepada-Nya. اللّهُ  berfirman: 

‎…… يَظُنُّونَ بِاللهِ غَيْرَ الْحَقِّ ظَنَّ الْجَاهِلِيَّةِ ……

"……mereka menyangka yang tidak benar terhadap اللّهُ  seperti sangkaan jahiliyah.……." [QS. Ali Imran : 154]

🔹3. Memanjatkan Doa.

Seberat apapun masalah yang sedang menimpa, seorang hamba tidak sepantasnya berputus harapan dari rahmat اللّهُ.  Semua permasalahan yang menghimpitnya harus dikembalikan kepada اللّهُ. Kita wajib bersimpuh memanjatkan doa, berupaya sekuat-kuatnya dan bersabar. Dengan harapan, اللّهُ  akan melenyapkan kesusahan ataupun cobaan yang sedang menimpa.

Dalam perang Badr, perang pertama dalam Islam; tatkala melihat sedikitnya jumlah pasukan kaum Muslimin dan minimnya persiapan mereka, sementara musuh mempunyai kekuatan lebih besar, maka Rasulullah berdiri memanjatkan doa. Cukup lama Rasulullah berdoa, sampai-sampai pakaian bagian atas beliau ﷺ  jatuh dari pundaknya.

Abu Bakar ash Shiddiq Radhiyallahu 'anhu merasa kasihan dan menghibur beliau dengan berkata: “اللّهُ  tidak akan menyia-nyiakanmu sedikit pun, wahai Rasulullah," dan kemudian datanglah bantuan dan kemenangan dari اللّهُ  lewat firman-Nya :

‎إِذْ تَسْتَغِيثُونَ رَبَّكُمْ فَاسْتَجَابَ لَكُمْ أَنِّي مُمِدُّكُمْ بِأَلْفٍ مِّنَ الْمَلاَئِكَةِ مُرْدِفِينَ

(Ingatlah), ketika kamu memohon pertolongan kepada Rabb-mu, lalu diperkenankan-Nya bagimu: "Sesungguhnya Aku akan mendatangkan bala bantuan kepadamu dengan seribu malaikat yang datang berturut-turut." [QS. al Anfal : 9].

Ketika seorang hamba berdoa kepada اللّهُ, memohon agar permasalahan yang menghimpitnya selesai, pada dasarnya ia telah membuktikan tauhidnya. Dan tauhid yang benar akan menyelamatkan dari jeratan fitnah serta ujian.

Jika menelaah perjalanan hidup Rasulullah ﷺ  para sahabat serta generasi Salaf, kita akan mengetahui betapa mereka sangat bertumpu dengan memanfaatkan kekuatan doa. Betapa mengagumkan, dan sekaligus membuka tabir, bahwa diri kita kurang menekuni ibadah yang satu ini. Betapa banyak masalah, yang bisa telah terselesaikan berkat doa kepada اللّهُ  Ta'ala?

Tentunya, doa ini harus dibarengi juga dengan upaya memperbaiki diri. Sebab, bisa jadi, kegagalan atau musibah yang menimpa seorang hamba, lantaran kurangnya ia dalam memperhatikan aturan اللّهُ.

🔹4. Meneguhkan Tawakkal Kepada اللّهُ ﷻ. 

Kekuatan yang hakiki adalah kekuatan hati dan kemampuan untuk bertahan diri. Menurut Ibnul Qayyim rahimahullah, sesungguhnya tawakal termasuk salah satu faktor yang kuat dalam membantu mewujudkan cita-cita (keinginan) dan menepis perkara yang tidak disukai. Ia merupakan motivasi yang paling kuat. Hakikat tawakal, ialah ketergantungan hati hanya kepada اللّهُ  semata. Usaha yang dilakukan tidak memiliki pengaruh, jika hati kosong dari penyerahan diri kepada اللّهُ dan bahkan cenderung kepada selain-Nya. Sebagaimana tidak bermanfaat perkataan orang “aku bertawakal kepada اللّهُ ﷻ , tetapi, ternyata dirinya sangat tergantung, pasrah dan percaya kepada selain-Nya. Tawakal pada mulut memiliki makna sendiri, dan tawakalnya hati mempunyai makna yang lain.

Oleh karena itu, al Hasan Bashri mengatakan: “Sesungguhnya, tawakal seorang hamba kepada Rabb-nya adalah, ia meyakini bahwa اللّهُ  itu menjadi sumber kepercayaan dirinya.”

Dalam kesempatan lain, beliau menyatakan, اللّهُ  menjamin rezeki bagi hamba yang menyembah-Nya, dan kemenangan bagi orang yang bertawakal dan memohon pertolongan kepada-Nya, serta kecukupan bagi orang yang menjadikan اللّهُ  sebagai pusat dan tujuan utama. Orang yang cerdas lagi pintar, ia akan memikirkan perintah اللّهُ,  pelaksanaannya dan taufik dari-Nya, bukan menunggu-nunggu jaminan dari-Nya. Sesungguhnya اللّهُ  menepati janji lagi jujur. Siapakah yang lebih menepati janjinya selain اللّهُ?

🔹5. Memiliki Tekad Yang Tinggi.

Seorang hamba akan mendapatkan sesuatu sesuai dengan kadar tekad dan semangatnya. Orang yang benar-benar ingin menggapai satu tujuan, pasti akan mengoptimalkan segala daya upaya dalam mewujudkannya. Segala yang berpotensi menghalangi pencapaiannya, akan disingkirkan, demi mempercepat dan melapangkan jalan menuju tangga kesuksesan yang selama ini diidamkannya. Detik-detik waktunya selalu disibukkan dengan hal tersebut. Mencari-cari kesempatan dan sarana yang bisa membantu pencapaian keberhasilannya. Pikiran dan kata hatinya juga larut dengannya. Karena ia mengetahui,, “keberhasilan sesuai dengan kepenatan yang dilalui.”

🔹6. Sabar Dan Bersikap Tenang.

Kita mesti ingat, semua masalah menuntut kesabaran dan kebesaran jiwa. Yakinkah, bahwa perkara-perkara yang menyulitkan hanya “takluk” dengan kesabaran. Demikian juga dengan ketenangan, ia sangat berperan membantu seseorang saat melewati kesulitan yang menghadangnya. Kesabaran ini tiada batas. Ia dibutuhkan sampai ajal tiba.

Kita harus memahami, bahwa ketentuan takdir pasti datang. Karena seorang hamba, ia tidak lepas dari dua kondisi. Yaitu yang menggembirakan dan keadaan yang sangat tidak disukainya.

Misal kondisi pertama, ia dikaruniai kesehatan, harta, kedudukan, berbagai kenikmatan lainnya. Dalam kondisi yang menggembirakan ini, ia pun diharuskan bersabar. Yakni:

✔ Tidak tertipu dengannya, dan jangan sampai kegembiraan yang diraihnya menyeretnya berbuat takabur, jahat dan sebagainya.

✔ Tidak terlalu larut atau lupa diri dalam mencapainya, karena akan membahayakannya. Orang yang ghuluw, hakikatnya mendekatkan diri dengan perilaku negatif. Jika mendapat kegembiraan, ia bersabar dalam melaksanakan hak اللّهُ  dan tidak melalaikannya.

✔ Menahan diri tidak memanfaatkan kenikmatan yang telah diraihnya untuk perkara yang diharamkan.

Sebagian ulama Salaf mengatakan: "Ujian musibah dapat dilewati oleh orang mukmin dan orang kafir. Namun ujian dengan kenikmatan, tidak ada yang mampu bersabar dengannya, kecuali orang-orang yang jujur keimanannya."

Adapun dalam kondisi kedua, yaitu keadaan yang tidak disukainya. Ini terbagi menjadi dua macam. Yakni yang berkaitan dengan kehendaknya, seperti mengerjakan ketaatan ataupun maksiat. Dan jenis kedua, yaitu tidak berhubungan dengan kehendaknya, misalnya datangnya musibah.

Oleh karenanya, اللّهُ  memerintahkan untuk mencari bantuan melalui kesabaran. اللّهُ ﷻ  berfirman:

‎وَاسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلاَةِ وَإِنَّهَا لَكَبِيرَةٌ إِلاَّ عَلَى الْخَاشِعِينَ

"Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu.' [QS. Al Baqarah: 45].

"Penyebutan sabar dalam al Qur`an tidak kurang dari tujuh puluh kali, dan seluruhnya dalam bentuk pujian. Di antaranya, menghubungkan kesuksesan dengan kesabaran (QS. Ali Imran ayat 200), menghubungkan kepemimpinan dalam agama dengan kesabaran dan keyakinan." [QS. Sajdah ayat 23].

🔹7. Menumbuhkan Sifat Optimisme Dan Berpikir Positif.

Rasulullah ﷺ  sangat menyukai sikap tafa-ul (optimis) dan membenci tasya-um (pesimis). Dalam Shahih al Bukhari, dari Anas Radhiyallahu 'anhu, Nabi ﷺ   bersabda:

‎لاَ عَدْوَى وَلاَ طِيَرَةَ وَيُعْجِبُنِي الْفَأْلُ الْكَلِمَةُ الْحَسَنَةُ

Tidak ada penyakit yang menular sendiri, dan tidak ada kesialan. Optimisme (yaitu) kata-kata yang baik membuatku kagum.

Al Hulaimi rahimahullah mengatakan: "Nabi ﷺ   suka dengan optimisme, karena pesimis merupakan cermin persangkaan buruk kepada اللّهُ ﷻ  tanpa alasan yang jelas. Optimisme diperintahkan dan merupakan wujud persangkaan yang baik. Seorang mukmin diperintahkan untuk berprasangka baik kepada Allah dalam setiap kondisi."

Sesungguhnya, kehancuran semangat merupakan kerugian yang tidak bisa diukur dengan materi. Berpikir positif dan semangat untuk berkompetisi harus selalu menyala dalam kalbu setiap muslim, jangan sampai pudar.

Demikian juga, hendaknya kita melihat limpahan nikmat اللّهُ ﷻ   yang tidak pernah putus. Terutama nikmat iman dan Islam. Kalaupun اللّهُ ﷻ   menunda kenikmatan yang lain, bila kita mau jujur, kenikmatan yang sudah kita terima dari-Nya masih jauh lebih banyak. Jika ada satu masa yang menghimpit, maka lihatlah, sudah berapa lama kita berada dalam keadaan bugar, leluasa tanpa masalah yang berarti?
Renungkanlah!

🔹8. Menelaah Biografi Salaful Ummah.

Yang dimaksud dengan Salaful Ummah, yaitu para sahabat Nabi dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik.

Generasi pertama, para pembela Islam dan pemikul risalah kepada generasi berikutnya. Mereka adalah manusia yang paling kuat keimanannya, paling bersih hatinya, paling tinggi tingkat tawakkalnya kepada اللّهُ ﷻ  .

Jika menyelami kisah hidup mereka yang penuh cahaya, kita akan berkesimpulan, bahwa perjalanan hidup mereka tidak selalu mulus, penuh ujian dan pengorbanan disertai ketabahan yang tinggi saat kalah oleh musuh dalam membela kebenaran. Menelaah peri hidup mereka, akan mampu menambah keimanan, mencerahkan hati. Juga akan mengantarkan kepada pemahaman, jika kehidupan itu tidak steril dari onak dan duri. Jalan kehidupan tidak selalu berhiaskan mawar yang semerbak mewangi, tetapi ada saja halangan dan ujian menghadang, ataupun mungkin berujung pada kegagalan.

Secara umum, اللّهُ  menegaskan manfaat kisah-kisah para nabi dan rasul sebelumnya yang mampu juga meneguhkan hati dan memberikan secercah harapan. Renungkanlah firman اللّهُ ﷻ :

‎وَكُلاًّ نَقُصُّ عَلَيْكَ مِنْ أَنبَآءِ الرُّسُلِ مَانُثَبِّتُ بِهِ فُؤَادَكَ وَجَآءَكَ فِي هَذِهِ الْحَقُّ وَمَوْعِظَةٌ وَذِكْرَى لِلْمُؤْمِنِينَ

"Dan semua kisah dari rasul-rasul Kami ceritakan kepadamu, ialah kisah-kisah yang dengannya Kami teguhkan hatimu; dan dalam surat ini telah datang kepadamu kebenaran serta pengajaran dan peringatan bagi orang-orang yang beriman." [QS. Hud : 120].

Perenungan ini akan memacu semangat baru dalam mengarungi kehidupan yang terjal. Sebab ternyata ia tidak sendirian mengalami kepahitan, bahkan orang-orang terbaik yang pernah berjalan di muka bumi ini, semua pernah merasakan kepahitan.

🔹9. Membekali Diri Dengan Ilmu Agama.

Orang yang berilmu itu lebih dahsyat dirasakan beratnya oleh setan daripada ahli ibadah yang yang tak berilmu. Tipu daya setan lemah di hadapan orang yang berilmu. Muadz bin Jabal Radhiyallahu 'anhu mengatakan, "Ia (ilmu) adalah teman dalam keadaan bahagia dan kesusahan, serta senjata di hadapan musuh."

Demikian beberapa langkah, agar kita mampu memupus putus asa. Kuatkan tekad, yaitu dengan selalu memiliki sifat optimis tak putus harapan, bercermin kepada orang-orang yang sukses melewati rintangan. Jauhkan hati dari sifat kerdil, karena ia hanya akan menambah kelemahan.

‎والله أعلم بالصواب


🌸🌸🌸🌟🌟🌟🌸🌸🌸
        💎TaNYa JaWaB💎

0⃣1⃣ Erni ~Jogja
Assalamualaikum Ustad,

Bagaimana memenuhi hak anak untuk senantiasa memberikan nasehat, disaat anak berbuat bandel dan tidak berbuat santun, agar kami tidak dituntut balik saat di zaumil mizan kelak?

Mohon pencerahannya.

🌸Jawab:
Memberikan nasehat tidak akan ada tuntutan dikemudian hari oleh siapapun. Selama disampaikan dengan  bahasa yang lembut, santun dan memperhatikan adab.

💎1. Bagaimana caranya meraih kembali hati anak ketika lebih percaya ke orang lain, yang momong dia misalnya?

Mohon pencerahannya.

2. Dan bagaimana caranya menarik anak ke dunia nyata keluar dari berlama-lama dengan hp, karena setelah tidak mondok jadi semacam kecanduan hp dan emosi anak sering tidak terkendali?

3. Bagaimana caranya mengajari anak dengan konsep qoulan tsaqila, ihsan dan mayyatullah agar anak-anak bisa menjadi hamba-hamba Alloh yang jujur di manapun mereka berada?

🌸1. Boleh kok meminta maaf ke anak. Maafkan akan kelalaian kami sebagai orang tua tidak mendidik kamu sejak kecil. Ijinkan kami membalasnya sekarang dan seterusnya, dan seterusnya.

2. Kasih permainan aktifitas fisik yang dia sukai, bola, futsal, karate, naik gunung atau apapun.

3. Bahasanya sesuaikan dengan usianya. Lalu didiknya sedini mungkin, karena tentunya tidak ada pertentangan.

Bagi anak yang masih putih, semua dianggap KEBENARAN.

0⃣2⃣ iShyl ~ Banda Aceh
Ustadz bagaimana cara memperbaiki diri yang memandang segala jalan keluar terhadap suatu masalah adalah hal yang susah?

Bagaimana menasehati orang yang sebenarnya dia sudah mengerti terhadap hal menjaga iman dan semangat, tapi tidak mau melaksanakannya?

🌸Jawab:
Apa yang kamu pikirkan itu yang akan kemungkinan terjadi. Mikirnya susah, ya susah. Karena semua tindakan ke arah hasil yang susah akhirnya.

Bagaimana bisa keimanan dijaga tanpa melaksanakannya?

Saya sendiri tidak bisa jawab dan tidak tahu.

0⃣3⃣ Safitri ~ Banten
Assalamualikum ustadz,

Kan katanya jalan hidup kita itu berbeda dengan yang lain. Jangan samakan aku dengan dia karena itu berbeda, kadang ketika kita mulai pesimis atau putus asa sama keadaan seperti itu dan pasti dibarengi dengan iman kita juga yang lemah juga ikutan turun.

Giliran kita mau bangkit, kita tetap optimis, tapi orang-orang di sekitar kita itu malah membuat iman kita turun lagi dengan membandingkan yang hidupnya lebih.

Bagaimana sikap kita menghadapi situasi seperti ini? Manusia kan tidak akan mempan hanya dengan kata motivasi saja kan, Ustadz?

Terimakasih.

🌸Jawab:
Wa'alaikumsalam,

Justru jika lingkungan tidak mendukung. Maka kita disuruh atau diperintahkan untuk hijrah dari lingkungan atau situasi di sekitar kita.

0⃣4⃣ Dayu ~ Tangerang
Sekarang sedang ramai pembahasan pasangan toxic (beracun) dan orang tua toxic.

Yang saya mau tanyakan, bagaimana cara menyikapi hal tersebut di atas jika terjadi pada diri kita?

Kalau untuk pasangan apa harus bubar? Kalau untuk orang tuanya, bagaimana menyikapinya?
Salah-salah durhaka. Itu kasus sempat viral di sosial  media.

🌸Jawab:
Pasti ada manfaat dibalik itu semua jika terjadi sama diri kita.

Apa itu? Kita tidak tahu. Semakin kuat kita bisa menghadapi, bisa saja semakin bijak kita menyikapinya.

💎 Pilihannya memang kembali pada diri masing-masing ya Ayah, mau bertahan atau tidak. Tapi bahaya atau tidak jika pasangan atau lingkungan yang toxic? Saya baru dengar istilah ini kemarin, saya kira apa itu toxic.

🌸 Berarti jika memakai istilah yang sama, maka lakukan detox.
Hancurkan dan luluh kan toxic yang selalu meracuni suasana kehidupan. Dengan cara apa?
Kembali ke syariat.


🌸🌸🌸🌟🌟🌟🌸🌸🌸
 💎CLoSSiNG STaTeMeNT💎

Kehidupan memang demikian. Apapun yang terjadi sudah menjadi suratan dan takdir?
Perlu disesali? Tidak.

Tapi jadikan ibrah sebagai bentuk pembelajaran ke depan. Proses menyakitkan terkadang terjadi dalam kehidupan ini.
Tetapi percayalah! Itu akan membentuk dan menjaga kita jika kita dapat menyikapinya dengan baik.

Sebagaimana bawang yang kulitnya terkelupas satu persatu guna menghasilkan bentuk bawang yang indah.
Sebagaimana intan yang terbentuk dengan sudut pancaran cahaya yang meluluhkan hati semua wanita.

Dimana prosesnya jika dia bernyawa pasti akan sangat menyakitkan bagi dirinya.

Pahat sini pahat sana untuk membentuk sudut kemiringan tertentu dan menghasilkan sinar yang sempurna.

Tidak usah takut dengan apa yang menjadi perjalanan hidup kita.
Justru akan membantu perjalan ke depan kita jika tidak salah menyikapinya.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar