Sabtu, 08 Februari 2020

MANAJEMEN CINTA DAN BENCI



OLeH  : Ibu Irnawati Syamsuir Koto

           💘M a T e R i💘

Alhamdulillah bersama lagi kita malam ahad, puja dan puji hanya milik Alloh ﷻ semata, dan hanya kita tujukan untuk-Nya . Sholawat dan salam untuk Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, keluarga,  sahabat dan para pengikutnya hingga akhir zaman.

Sahabat-sahabat ku yang kucintai karena Alloh ﷻ...

Siapapun pasti akan merasakan jatuh cinta. Cinta adalah sebuah anugerah Tuhan pada setiap makhluknya tanpa terkecuali.

Cinta adalah sebuah fitrah yang ada pada setiap makhluk. Cinta tidak memandang siapapun dan apapun. Ia akan hinggap pada tiap-tiap makhluk dengan caranya sendiri.

Tema tentang cinta tidak akan pernah habis. Selalu ada aspek-aspek baru untuk mengkaji cinta.

Dalam kehidupan sehari-hari, cinta selalu mengambil bagian sekecil apapun peluang yang ada.

Cinta tidak pernah membuang kesempatan yang ada dihadapannya. Selagi ia bisa mengambil bagian, ia akan mencoba untuk memaksimalkan kesempatan tersebut.

Kajian tentang cinta selalu mendapat respon yang begitu besar. Buku, majalah, artikel, lagu, sinetron bahkan hal-hal kecil tak pernah luput dari cinta. Untuk mengiklankan sebuah permen saja dibutuhkan cinta. Sungguh cinta ingin menunjukkan betapa hebatnya ia sehingga setiap orang harus membawanya kemanapun ia pergi.

Islam memandang cinta sebagai salah satu wujud dari iman.

Cinta dalam islam menjadi salah satu alat untuk dapat mengimani Alloh ﷻ beserta lima komponen iman lainnya.

Ketika seorang muslim tengah jatuh cinta pada Alloh ﷻ, maka komponen iman lainnya secara perlahan turut serta atas rasa cinta yang tumbuh pada diri seorang muslim tersebut.

Ketika seseorang sedang jatuh cinta, ada pertanyaan yang sering diajukan.

Apakah yang melandasi cintanya?

Adakah murni karena cinta ataukah hanya nafsu belaka?

Bagaimanakah cinta yang murni?

Bagaimana pula cinta karena nafsu?

Pertanyaan ini sering terjadi ketika seorang manusia jatuh cinta pada lawan jenisnya.

Pertanyaan ini jarang diajukan ketika manusia jatuh cinta pada Penciptanya. Ironis !

Terlalu banyak konsepsi mengenai cinta. Konsepsi inipun lahir sebab proses yang beraneka ragam dari masing-masing individu. Pengalaman yang berbeda-beda inilah yang menyimpulkan cinta melalui perspektif-perspektif yang beragam.

Cinta yang demikian adalah cinta secara lahiriah terhadap sesama makhluk. Hal ini tentu berbeda dengan cinta yang bersinggungan dengan Khaliq, Pencipta alam semesta beserta isinya.

Cinta kepada Alloh ﷻ tidak bisa dideskripsikan dengan analogi cinta kepada makhluk. Cinta kepada Alloh ﷻ mempunyai proses yang berbeda dengan cinta kepada makhluk. Cinta kepada Alloh ﷻ bukanlah cinta yang dari mata turun ke hati sebagaimana cinta kepada makhluk.

Sahabat-sahabat, ada yang tau pepatah Jawa yang mashur tentang Cinta? 

🌷Witing tresno jalaran soko kulino.

Jatuh cinta karena terbiasa.

Orang jawa mempunyai pepatah mengenai cinta, yaitu witing tresno jalaran soko kulino yang artinya benih-benih cinta tumbuh sebab seringnya bertemu.

Mungkinkah cinta kepada Alloh ﷻ disebabkan karena bertemu dengan Alloh ﷻ?

Padahal bertemu dengan Alloh ﷻ hanya bisa terjadi ketika nanti di surga.

Oleh sebab itu manusia hanya bisa berujar bahwa cinta dan bencinya karena Alloh ﷻ.

Bukan berarti statemen ini menafikan cinta makhluk kepada Alloh ﷻ.

Namun bentuk manifestasi cinta kepada Alloh ﷻ adalah dengan cinta dan benci karena-Nya.

Untuk mewujudkan rasa cinta dan benci karena Alloh ﷻ bukanlah hal yang mudah sebagaimana mudah diucapkan.

Cinta dan benci karena Alloh ﷻ lebih diarahkan pada cinta dan benci yang timbul pada hati.

Hal-hal yang berkaitan dengan hati bukanlah hal yang ada pada ranah akal.

Namun demikian ada langkah-langkah yang dapat ditempuh untuk mewujudkan sehingga cinta dan benci karena Alloh ﷻ dapat terwujudkan.

🔷🌷🔷
Sholehah...
Bagaimana Islam memandang Cinta dan Benci?

Cinta adalah sebuah anugerah Alloh ﷻ yang baik.

Namun kehadiran benci tidak dapat dinafikan begitu saja.

Dua hal ini selalu beriringan. Ketika seseorang tengah jatuh cinta, maka benci harus diwaspadai.

Ketika seseorang tengah benci pada seseorang, cinta akan datang dan menghapus perasaan benci yang timbul.

Demikianlah dua hal ini selalu menghiasi hati seseorang dengan kadarnya sendiri.

Cinta yang merupakan fitrah pada setiap manusia, tidak bisa timbul dengan sendirinya.

Ia laksana ikan yang perlu umpan untuk memancingnya.

Demikian halnya dengan benci.

Namun yang perlu diwaspadai adalah nafsu yang dapat menyusup diantara cinta dan benci.

Manusia memiliki tiga nafsu, yaitu nafsu muthmainnah, nafsu ammarah dan nafsu lawwamah.

Ketika cinta datang maka nafsu muthmainnah berperan.

Nafsu ammarah berperan ketika benci tengah merasuk pada diri manusia.

Di dalam Lisan al-‘Arabi disebutkan bahwa hubb antonym dari bughd yaitu benci. Mahabbah (cinta) menurut Imam al-Ghazali berasal dari kata hubb, yang artinya biji atau inti. Sedangkan sebagian sufi mengatakan hubb terdiri dari dua kata, ha dan ba.

Huruf ha artinya ruh, dan ba berarti badan. Karena itu, hub merupakan ruh dan badan dari proses keagamaan kita. Dan يَبْغُضَ dari madly بَغُضَ  yang berarti membenci.  Atau dapat berarti  نَقِيضُ الحبّ (lawan cinta).

Kadar cinta dan benci pada manusia sejatinya dapat berkurang dan bertambah sebagaimana iman. Segala hal yang berkaitan dengan hati tentunya akan mengalami kegoncangan sebab sifat hati yang labil.

Hal ini berlaku pada manusia secara umum. Berbeda dengan mereka para ulama’, auliya’ serta nabi dan rasul yang imannya selalu bertambah serta malaikat yang konsisten dengan imannya.

Cinta secara luas diartikan dengan segala macam bentuk kesenangan atau kegembiraan serta kebahagiaan. Sebaliknya benci secara luas diartikan sebagai sebuah bentuk ketidaksenangan secara umum.

Kagum muncul serta merta iri. Rajin muncul serta merta malas. Konteks cinta dan benci karena Alloh ﷻ bukanlah sebagaimana analogi tadi melainkan lebih pada sebuah bentuk wujud keimanan pada Alloh ﷻ.

Cinta karena Alloh ﷻ bukan sekedar slogan, tetapi adalah hakekat yang membutuhkan adanya bukti. Alloh ﷻ menunjukkan cara untuk membuktikan kecintaan kepada-Nya dengan firman-Nya:
"Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui."

🔷🌷🔷
Sahabat-sahabatku yang Semoga dirahmati Alloh ﷻ...

Dalam kehidupan sehari-hari, manusia tentu akan bersinggungan dengan perasaan, ucapan, perbuatan, serta sikap yang dilakukan tentunya memiliki kadar yang berbeda dalam realisisanya. Porsi makan antara pagi, siang dan malam tentunya mengalami perbedaan. Demikian juga dengan tindakan serta perilaku.

Ketika bangun dari tidur mungkin seseorang diliputi kesenangan karena ia telah melewati waktu istirahatnya dengan tidur nyenyak. Namun seketika ia bisa langsung berubah murung bahkan tegang mengingat tugas telah menumpuk di depan mata.

Hal demikian bukanlah hal tabu dikalangan manusia. Manusia selalu mengedepankan aspek rasio terhadap segala hal yang dihadapinya sebelum akhirnya berlabuh pada aspek perasaan yang seakan-akan menjadi terminal terakhir dari setiap masalah.

Seketika pula manusia akan merasa senang serta sedih. Cinta dan benci jika tidak dikontrol dengan baik akan terjadi ketimpangan. Cinta dan benci akan selalu mengiringi manusia.

Ketika cinta tumbuh bersemi pada diri manusia, bisa dipastikan ia tengah mengalami hal-hal yang baik dan indah. Ketika hal yang baik dan indah tersebut ternoda, maka benci secara perlahan bahkan spontan akan muncul menggantikan cinta.

Normalnya, jika cinta yang tumbuh serta telah mendapat perawatan dari sang pecinta ternoda, secara reflek amarah akan muncul dalam bentuk benci. Tidak ada padi yang tak dikelilingi hama.

Islam sendiri sangat paham dengan hati dan perasaan manusia, karena itu Islam mengatur Proporsi Cinta dan Benci Seorang Muslim.

Cinta dan benci tak dapat dipisahkan. Hanya saja kadar cinta dan benci lah yang harus mendapat perhatian. Hal ini dimaksudkan agar cinta yang tumbuh bukanlah cinta buta ataupun cinta yang melewati batas sehingga menembus batas-batas kemanusiaan.

Cinta yang dilandasi nafsu tidak akan bertahan lama sebab cintanya memiliki tujuan-tujuan tertentu saja. Namun cinta yang memang lahir secara naluriyah murni akan terjaga sebab tujuan cintanya tidak memiliki target-target tertentu.

Tidak mudah memproporsikan cinta hingga seratus persen. Jikapun bisa sifatnya hanya sementara.

Penyebabnya adalah benci yang tidak dikontrol dengan baik.

Dalam cinta yang seratus persen tersebut harus ada benci dalam artian sebagai bentuk preventif.

Menjaga kemungkinan yang akan timbul tentu akan lebih baik daripada harus menahan kesalahan yang timbul disebabkan lalainya langkah preventif.

Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda: "Tiga perkara yang apabila ada pada diri seseorang, ia akan mendapatkan manisnya iman: Dijadikannya Allah dan Rasul-Nya lebih dicintainya dari selain keduanya. Jika ia mencintai seseorang, dia tidak mencintainya kecuali karena Allah. Dan dia benci kembali kepada kekufuran seperti dia benci bila dilempar ke neraka." (HR. Bukhari)

Hadist diatas menyiratkan bahwa proporsi cinta dan benci secara balance merupakan salah satu kunci untuk merasakan bagaimana manisnya iman dimana harus diawali dengan cinta serta diiringi oleh benci. Kedudukan Nabi dengan Mar’a disana lebih pada derajatnya.

Sejatinya, hadist di atas mengindikasikan bagaimana kita memproporsikan cinta terhadap orang yang kita hadapi.

Konteks keagamaan, cinta memiliki dualisme pada dirinya terutama pada manusia.

Manusia sebagai makhluk yang paling sempurna melakukan interaksi tidak hanya dengan sesamanya, namun juga dengan Penciptanya sebagai wujud peribadatan.

Interaksi yang timbul tentu dilandasi oleh perasaan serta pemikiran.

Konteks pemikiran mungkin bisa direkayasa namun perasaan selalu jujur terhadap siapapun.

🔷🌷🔷
Setiap manusia tentu akan mengalami jatuh cinta pada sesamanya. Hal ini murni terjadi sebagai cinta pertama.

Apakah mungkin cinta pertama terjadi langsung terhadap Alloh ﷻ?

Secara akal ataupun perasaan jarang terjadi. Sebab cinta tumbuh ketika manusia melakukan interaksi.

Interaksi yang terjadi haruslah dengan bertatap muka, bertemu serta berkomunikasi langsung. Maka demikianlah cinta secara horizontal tumbuh yang menjadi pijakan awal sebelum menumbuhkan cinta secara vertikal terhadap Pencipta.

Ketika seseorang tengah dilanda cinta terhadap sesama makhluk, secara implisit terdapat pesan yang seharusnya dapat diungkap. Istilah lainnya adalah hikmah dibalik setiap peistiwa. Ketika dua hati tengah terpaut, ada hal yang harus diungkap, yaitu kebesaran Alloh ﷻ yang telah mempersatukan dua hati tersebut.

Berawal dari mengagumi kebesaran Alloh ﷻ itulah akan muncul benih-benih rasa kagum terhadap Alloh ﷻ sebagaimana munculnya benih-benih cinta terhadap sesama makhluk.

Benih-benih kekaguman akan berkembang menjadi benih-benih cinta. Ketika benih-benih cinta telah berproses menjadi cinta, maka manusia akan tahu bagaimana cinta terhadap makhluk dan cinta terhadap Khaliq.

Secara perlahan manusia akan mendapati perbedaan antara cinta pada makhluk serta cinta pada Alloh ﷻ. Perbedaan itupun muncul sesuai dengan proses individu masing-masing dalam memahami rasa cintanya kepada Alloh ﷻ.

Dari hadits Abu Hurairah ra, Rasulullah ﷺ bersabda:

“Cintailah orang yang kamu cintai sekadarnya. Bisa jadi orang yang sekarang kamu cintai suatu hari nanti harus kamu benci. Dan bencilah orang yang kamu benci sekadarnya, bisa jadi di satu hari nanti dia menjadi orang yang harus kamu cintai.”

Hadist diatas menyiratkan bahwa kadar cinta kepada makhluk haruslah sesuai dengan kadar cinta kepada diri sendiri. Ketika manusia mampu menyetarakan kadar cintanya terhadap makhluk lainnya sebagaimana ia mampu mencintai dirinya sendiri, maka ketika itu pula ia mampu secara bertahap cinta dan benci disebabkan Alloh ﷻ. Balance yang timbul memberikan pengaruh pada psikis manusia bagaimana ia harus bersikap sebagaimana mestinya.

Al-Hasan Al-Bashri ra berkata, “Hendaknya kalian mencintai jangan berlebihan dan membenci tidak berlebihan. Telah ada orang-orang yang berlebihan dalam mencintai satu kaum akhirnya binasa. Ada pula yang berlebihan dalam membenci satu kaum dan mereka pun binasa.”

Nah sekarang pertanyaannya Bagaiman Memposisikan Cinta dan Benci Secara Manusiawi dalam Islam?

Ada yang tahuuuu????

🍓50-50 kah? Porsinya atau bagaiman la bu Biar adil kalau 50:50.

🍓Cinta 70
Benci 30
Kalau aku

Cinta dan benci pada diri manusia merupakan hal yang pasti ada.

Sebesar apapun rasa cinta yang dimiliknya memiliki potensi rasa benci, demikian juga sebaliknya.

Meskipun demikian, manusia memiliki rambu-rambu tersendiri untuk mengatur potensi rasa cinta dan benci pada dirinya.

Rambu-rambu yang harus dijaga adalah Nafsu.

Nafsu merupakan elemen penting yang ada pada manusia yang isinya bergantung pada sikap manusia dalam mengaturnya.

Manusia yang mampu mengolah nafsunya dengan baik tentu akan memunculkan potensi cinta dengan baik pula.

Namun jika ia gagal mengolah nafsunya, tentu potensi benci akan berkembang dengan baik menguasai pemiliknya.

Manusia dengan kemampuan instingnya harus dimaksimalkan agar tidak timbul potensi buruk yang ada pada dirinya.

Usaha untuk mengendalikannya harus diupayakan secara maksimal sebagai bentuk perwujudan cinta pada Alloh ﷻ.

Dapat disimpulkan bahwa manusia tidak boleh melakukan segala hal secara berlebihan, termasuk cinta dan benci.

Dua hal ini akan datang silih berganti sehingga harus diatur sedemikian rupa oleh pemilikinya.

Posisi hati sebagai induk cinta dan benci harus berperan secara maksimal sehingga benci dan cinta dapat dijaga secara maksimal.

🔷🌷🔷
Memposisikan Cinta dan Benci Karena Alloh ﷻ.

Pada ranah inilah peran hati begitu urgen. Konteks tasawuf membagi manusia dengan dua sifatnya, sifat kemanusiaan serta sifat kebinatangan. Manusia dengan sifat kebinatangannya selalu memiliki hasrat untuk memiliki tanpa ingin memberi, menguasai secara komprehensif, menjadi yang terbaik serta sifat-sifat individual yang terkesan buruk.

Sifat inilah yang seharusnya dibuang jauh-jauh dari diri manusia baik secara potensi maupun aksinya.

Ketika manusia benar-benar memiliki sifat-sifat kemanusiaanya secara utuh, rasa cinta yang tumbuh dan berkembang adalah rasa cinta yang benar-benar tulus tanpa ada tendensi apapun.

Ketika cinta yang ada tumbuh, maka cinta tersebut tidak akan pernah mengharapkan timbal balik apapun dari yang dicintainya.

Hal ini disebabkan rasa cinta yang benar-benar murni.

Maka ketika manusia mencintai segala hal karena rasa cintanya kepada Alloh ﷻ, ia akan mendapat balasan yang tak pernah diharapkan sebelumnya dalam artian balasan yang baik. Sebab dengan mendasari segala cinta dengan cinta kepada Alloh ﷻ, manusia akan menampilkan cintanya secara penuh serta mendedikasikannya sepenuh hati kepada yang dicintainya sebab cintanya kepada Alloh ﷻ.

"Barangsiapa mencintai, membenci, memberi, menolak, dan menikah karena Allah, maka sempurnalah imannya." (HR. Abu Dawud)

Ketika cinta, benci, memberi serta melarang didasari rasa cinta kepada Alloh ﷻ, iman seseorang akan menjadi sempurna.

Namun untuk melakukan segala hal dengan didasari rasa cinta kepada Alloh ﷻ bukanlah hal mudah.

Memunculkan cinta sejati karena Alloh ﷻ butuh beberapa proses tersendiri sehingga nantinya cinta tersebut tumbuh secara alamiah sesuai proses yang dilaluinya.

🔷🌷🔷
Bagaimanakah dengan benci karena Alloh ﷻ?

Bukankah Alloh ﷻ adalah dzat yang maha baik dari segala sifat-sifat buruk?

Alloh ﷻ adalah dzat yang memang baik dari segala sifat-sifat buruk.

Benci karena Alloh ﷻ bukan berarti menjadikan Alloh ﷻ sebagai kambing hitam atas rasa benci yang ada, melainkan menjadikan Alloh ﷻ sebagai alasan utama terhadap sesuatu yang memang dibenci Alloh ﷻ.

Alloh ﷻ dengan segala sifat-sifat baiknya membenci segala perbuatan buruk manusia. Ketika manusia mampu membenci karena Alloh ﷻ juga membenci perbuatan tersebut maka manusia tersebut telah mampu mewujudkan salah satu cabang iman dalam wujud benci dan cinta karena Alloh ﷻ bukan karena nafsu kebinatangannya.

Menjadikan Alloh ﷻ sebagai alasan untuk cinta dan benci bukanlah mencari alasan agar cinta dan benci yang dimiliki menjadi benar.

Benci dan cinta karena Alloh ﷻ sejatinya adalah mendasari perasaan cinta dan benci karena berlandaskan iman kepada Alloh ﷻ.

Perasaan benci dan cinta karena dasar iman kepada Alloh ﷻ tentu akan memunculkan suatu kebaikan baik bagi yang menyatakan ataupun orang yang menerima pernyataan tersebut. Cinta dan benci yang ada merupakan representasi dari cinta dan benci sebagaimana cinta dan bencinya Allah, bukan representasi dari cinta dan bencinya seorang manusia.

Kecintaan Alloh ﷻ serta kebencian Alloh ﷻ telah jelas. Alloh ﷻ tentu cinta terhadap segala bentuk kebaikan serta benci akan segala bentuk keburukan. Sebisa mungkin bagi seorang muslim untuk melatih dirinya untuk membiasakan diri dengan segala perbuatan yang disenangi Alloh ﷻ serta menjauhi segala perbuatan yang dibenci oleh-Nya.
Mendiskusikan cinta dan benci tentu melibatkan segenap perasaan yang dimiliki. Perkara-perkara hati bukanlah menjadi ranah akal sepenuhnya, namun menjadi milik hati hampir seratus persen. Hal ini terjadi disebabkan muara dari cinta dan benci adalah hati.

Secerdas apapun akal manusia mencari solusi, tidak akan pernah terealisasi secara maksimal sebab terkadang akan bertolak belakang dengan hati.

Dari Abu Abdillah an Nu’man bin Basyir Radhiyallahu ‘anhuma, beliau berkata: Aku mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya yang halal itu jelas, dan yang haram itu jelas. Dan di antara keduanya terdapat perkara-perkara syubhat (samar, belum jelas) yang tidak diketahui oleh kebanyakan orang. Maka barangsiapa yang menjaga (dirinya) dari syubhat, ia telah berlepas diri (demi keselamatan) agama dan kehormatannya. Dan barangsiapa yang terjerumus ke dalam syubhat, ia pun terjerumus ke dalam (hal-hal yang) haram. Bagaikan seorang penggembala yang menggembalakan hewan ternaknya di sekitar kawasan terlarang, maka hampir-hampir (dikhawatirkan) akan memasukinya. Ketahuilah, sesungguhnya setiap penguasa (raja) memiliki kawasan terlarang. Ketahuilah, sesungguhnya kawasan terlarang Allah adalah hal-hal yang diharamkan-Nya. Ketahuilah, sesungguhnya di dalam tubuh terdapat segumpal daging. Apabila segumpal daging tersebut baik, (maka) baiklah seluruh tubuhnya. Dan apabila segumpal daging tersebut buruk, (maka) buruklah seluruh tubuhnya. Ketahuilah, segumpal daging itu adalah hati.” [HR. al Bukhari dan Muslim].

Sangat jelas bahwa hati menjadi pusat dari diri manusia. Jika hati rusak maka rusaklah keseluruhan komponen manusia. Demikian sebaliknya, jika hati baik, maka seluruh komponen akan menjadi baik. Manajemen hati lebih diupayakan darri pengaruh eksternal masing-masing individu. Menjaga hati wajib hukumnya agar terhindar dari sifat-sifat tercela.

Manajemen cinta dan benci berpusat pada hati. Jika hati mensugestikan cinta terlebih dahulu maka aura pertama yang ditimbulkan adalah rasa sayang sebab cinta tersebut. Namun jika sugesti awal adalah benci, maka aura negatif akan tumbuh sebab benci tersebut.

Demikian halnya jika manusia benci dan cinta karena Alloh ﷻ. Persepsi awal yang harus dimiliki adalah persepsi positif dalam menyikapi segala hal. Meskipun hal yang kita hadapi merupakan hal yang dibenci Alloh ﷻ sebab Alloh ﷻ tidak serta merta membenci kondisi makhluknya tanpa adanya proses menjadi baik. Benci yang Alloh ﷻ maksudkan adalah kondisi terakhir dari manusia tersebut. Hadis berikut merupakan sedikit contoh akan apa yang Alloh ﷻ suka dan benci.
“Sesungguhnya Allah mencintai tiga hal dan membenci tiga hal. Perkara yang dicintai adalah sedikit makan, sedikit tidur dan sedikit bicara. Sedangkan perkara yang dibenci adalah banyak bicara, banyak makan dan banyak tidur.” (HR. Al Baihaqi dalam Syu’abul Iman, 5: 48).


#Daftar referensi:
√ Maktabah Syamilah versi 13,3 GB
√ Mashu’ah hadis al-Syarief oleh Islamic Spirit.com

Demikian dari saya malam ini. Majlis saya kembalikan kepada momod kita mba Hanny.


🔷🔷🔷🌟🌟🌟🔷🔷🔷
         💘TaNYa JaWaB💘

0⃣1⃣ Safitri ~ Banten
Assalamualaikum bunda,

Kan Alloh ﷻ itu Maha Membolak- balikan hati manusia kalau kita tidak suka sama orang karena kita tahu dia itu orangnya seperti begitu terus sewaktu-waktu rasa tidak suka itu berubah jadi rasa respek. Berarti rasa itu tumbuh dari Alloh ﷻ kan.  Alloh ﷻ pasti bakal menjauhkan orang yang tidak baik buat kita, itu bagaimana bunda?

🔷Jawab:
Wa'alaikumussalam, 

Ada sesuatu itu yang Alloh ﷻ kehendaki maka itu terjadi, dan ada juga hal itu Alloh ﷻ tidak kehendaki namun Alloh ﷻ izinkan terjadi, menghendaki dan mengizinkan adalah dua hal yang berbeda. Kalau Alloh ﷻ menghendaki maka itu yang terbaik, jika Alloh ﷻ mengizinkan belum tentu itu terbaik, kedua-duanya adalah ujian dari Alloh ﷻ untuk kita. Saat kita tahu orang itu tidak baik sementara Alloh ﷻ izinkan untuk tumbuhnya rasa respek, maka disana Alloh ﷻ menguji keimanan kita, bisakah kita melawan nafsu atau tidak, padahal di lain kesempatan Alloh ﷻ melarang kita berdekat-dekatan dengan orang yang tidak baik. 

Dan bisa juga hal ini menjadi renungan buat kita, karena manusia itu akan dikumpulkan bersama golongan mereka, disaat kita melihat seseorang itu seperti itu, mungkin juga tanpa kita sadar kita pun sama seperti itu, namun kita tak sadar.

Jadi, perbanyaklah memohon ampun kepada Alloh ﷻ dan memohon perlindungan. 

Wallahu a'lam

0⃣2⃣ Han ~ Gresik
1. Bu, mengapa rasa cinta yang ada itu bisa mengalahkan rasa benci yang ada?

2. Ada yang bilang "Kalau Cinta Itu Jangan Terlalu Cinta Nanti Bisa Jadi Benci Dan Juga Jangan Terlalu Benci Nanti Bisa Cinta" bagaimana itu bu, biar bisa balance?

🔷Jawab:
1. Jika rasa Cinta mampu mengalahkan rasa Benci itu berarti kita masih normal.

Yang ribet itu, rasa benci sedikit saja mampu menghapus rasa Cinta. 

Rasa Cinta adalah perasaan ingin mengalah dan menerima yang kita cintai sebagaimana adanya dia. Makanya Cinta bisa mengalahkan Benci. Namun sebenarnya rasa benci lebih besar kesempatannya untuk menghapus rasa Cinta, jadi berhati-hatilah menjaga cintamu, jangan sampai ada yang bisa mengundang rasa benci.

2. Lakukan semua karena Alloh ﷻ, Cinta dan Benci karena Alloh ﷻ itu akan menyeimbangkan perasaan kita, menjauhkan kita dari hawa nafsu sendiri yang sering membelenggu hati kita. Cinta karena Alloh ﷻ sebesar apapun dia akan tetap terkendali pada batas batasnya, begitupun sebaliknya, benci-sebenci apapun kalau benci karena memang sesuatu yang dibenci Alloh ﷻ, maka dia pun akan terkendali pada batas batasnya.

Wallahu a'lam

0⃣3⃣ Atin ~  Pekalongan
Uni, ketika cinta itu karena Alloh ﷻ bagi suami istri apakah berarti tidak pernah ada pertengkaran fatal? Sampai berpisah misalnya.

🔷Jawab:
Bertengkar kemudian akhirnya berpisah apa itu indikasi semua bukan karena Alloh ﷻ?  Tentu tidak mbaku, di dalam hubungan suami istri,  meski itu hubungan karena Alloh ﷻ bukan berarti akan adem ayem saja tanpa pertengkaran bahkan sampai berpisah, baik pisah ranjang, pisah rumah bahkan sampai pada tingkat cerai. 

Yang namanya manusia pasti kita mempunyai hawa nafsu yang mengendalikan hati.  Disaat iman kita mampu menerima kondisi yang ada, maka ego dan amarah bisa kita kendalikan, namun di saat iman sedang pada level rendah maka dia akan mengalah pada ego dan amarah, maka disaat itulah pertengkaran terjadi. 

Mencintai karena Alloh ﷻ biasanya mampu menjadi rem, tapi kadang juga sebagai manusia lepas kendali meski kita mencintai bukan karena sesuatu. 

Wallahu a'lam

0⃣4⃣ Erni ~ Yogja
Assalamualaikum ustadzah, 

1. Bagaimana caranya meyakinkan dalam diri, orang Alloh menunda azab orang-orang yang melampaui batas bukan karena cinta, melainkan sudah dibiarkan dalam keadaan binasa?

2. Bagaimana caranya ikatan sakinah mawadah warohmah sebagai landasan menggapai mahabah, untuk melahirkan rasa tanggung jawab, menghajatkan sifat amanah di antara kami suami istri, untuk menyadari saya adalah amanah bagi suami dan suami adalah amanah bagi saya untuk dijaga dan di penuhi haknya agar bisa mengokohkan ikatan pernikahan kami untuk tidak saling mengkhianati agar ikhlas menjalankan fungsi dan peran masing-masing?

3. Bagaimana caranya menguatkan kembali tujuan-tujuan mulia  utamanya untuk keluarga, masyarakat dan peradaban umat agar sukses dunia akhirat?

4. Bagaimana caranya menguatkan cinta dan benci karena Alloh agar bisa saling menguatkan untuk menempuh perjalanan ibadah paling panjang berupa pernikahan?

5. Bagaimana caranya menguatkan proses tarbiyah dalam keluarga untuk bisa saling menguatkan dan mengokohkan dalam iman dan taqwa?

Mohon pencerahannya.

🔷Jawab:
1. Kita tak perlu ngurusin orang dulu, kita perbaiki diri sendiri dulu, jauhkan hati dari rasa benci kepada orang lain,  karena rasa benci itu adalah racun untuk diri sendiri.

Muhasabah dan merenunglah untuk diri sendiri terlebih dahulu sebelum menghitung kesalahan orang lain dan mengira ngira kapan Alloh ﷻ akan adzab mereka.

2.  Untuk pertanyaan 2 - 5  semua butuh kerjasama yang baik, kapan kerjasama yang baik bisa terjalin?
Yaitu disaat komunikasi berjalan dengan baik. 

Jadi coba lihat dulu komunikasi didalam keluarga. Jangan saling menyalahkan. Tapi seharusnya saling memperbaiki diri.

Jangan merasa diri paling terdzalimi hingga mudah mengumbar amarah.  Jangan merasa diri sudah baik hingga melihat sekeliling belum baik. Teruslah perbaiki diri dan perbaiki hati. 

Perbaiki hubungan dengan Alloh ﷻ,  merunduklah di hadapan Alloh ﷻ sehina-hinanya diri,  tingkatkan keta'atan.  Jika diri sudah baik dimata Alloh ﷻ, ingat ya dimata Alloh ﷻ. Bukan baik dimata kita sendiri,  maka Alloh ﷻ akan memperbaiki kehidupan kita.

Wallahu a'lam

🌷Bagaimana cara memperbaiki komunikasi dengan suami, kalau suami setiap kali diajak berbincang jawabnya selalu ya aku sudah tahu. Atau kamu sudah sering cerita ke aku. Atau apakah kamu pernah ngertiin aku. Atau keinginnanmu apa yang tidak tercapai menikah dengan ku.

🔷Pasanganlah yang tahu bagaimana persisnya watak seseorang. Kenali pasangan hingga kita paham apa yang harus dilakukan.

🔷🔷🔷🌟🌟🌟🔷🔷🔷
 💘CLoSSiNG STaTeMeNT💘

Sahabat-sahabatku yang semoga dirahmati Alloh ﷻ.

Memahami cinta dan benci karena Alloh ﷻ harus diawali dengan memahami cinta dan benci secara luas. Cinta dan benci karena Alloh ﷻ jangan sampai disamakan dengan cinta dan bencinya seorang manusia.

Ada sekat-sekat yang tidak bisa ditembus meskipun melalui sumber yang sama yaitu hati. Cinta dan benci karena Alloh ﷻ didasari dengan iman sedangkan cinta dan benci seorang manusia lebih didasari pada nafsu.

Upaya konkrit yang harus dilakukan bagi masing-masing individu adalah melakukan pembiasaan untuk melakukan tindakan-tindakan yang baik sebagai langkah memahami cinta dan benci karena Alloh ﷻ.

Ketika seseorang telah terbiasa dengan hal-hal yang baik, ia akan mendapati hikmah disetiap kegiatan yang dilakukannya. Dari hikmah tersebut muncul rasa kekaguman yang menjadi titik awal tumbuhnya cinta kepada Alloh ﷻ.

Dengan demikian, CINTA dan BENCI karena Alloh ﷻ dapat terealisasi sebagaimana dikonsepkan serta dilakukan oleh Nabi. Titik-titik hikmah yang muncul akan menjadi pemicu bertambahnya rasa cinta kepada Alloh ﷻ sehingga segala perbuatan akan didasari iman kepada Alloh ﷻ.

Sekian dari saya malam ini, semoga bermanfaat,  mohon maaf jika ada salah-salah kata. 

Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Tidak ada komentar:

Posting Komentar