Sabtu, 08 Februari 2020

ETIKA KONSUMSI DALAM ISLAM



OLeH  : Ustadz Asyari S.

          💘M a T e R i💘

Assalamualaikum warahmatullah wa barrokatuh...

🌸ETIKA KONSUMSI DALAM ISLAM


Tujuan konsumsi dalam Islam adalah untuk mewujudkan maslahah duniawi dan ukhrawi. Maslahah duniawi ialah terpenuhinya kebutuhan dasar manusia, seperti makanan, minuman, pakaian, perumahan, kesehatan, pendidikan (akal). Kemaslahatan akhirat ialah terlaksananya kewajiban agama seperti shalat dan haji. Artinya, manusia makan dan minum agar bisa beribadah kepada Allah. Manusia berpakaian untuk menutup aurat agar bisa shalat, haji, bergaul sosial dan terhindar dari perbuatan mesum (nasab).

Sebagaimana disebut di atas, banyak ayat dan hadits yang berbicara tentang konsumsi, di antaranya Surat al A’raf ayat 31. Ayat ini tidak saja membicarakan konsumsi makanan dan minuman, tetapi juga pakaian. Bahkan pada ayat selanjutnya (ayat 33) dibicarakan tentang  perhiasan.

يَابَنِي ءَادَمَ خُذُوا زِينَتَكُمْ عِندَ كُلِّ مَسْجِدٍ وَكُلُوا وَاشْرَبُوا وَلاَتُسْرِفُوا إِنَّهُ لاَيُحِبُّ الْمُسْرِفِينَ {31} قُلْ مَنْ حَرَّمَ زِينَةَ اللهِ الَّتِى أَخْرَجَ لِعِبَادِهِ وَالطَّيِّبَاتِ مِنَ الرِّزْقِ قُلْ هِيَ لِلَّذِينَ ءَامَنُوا فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا خَالِصَةً يَوْمَ الْقِيَامَةِ كَذَلِكَ نُفَصِّلُ اْلأَيَاتِ لِقَوْمٍ يَعْلَمُونَ

“Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap memasuki masjid, makan dan minumlah, dan jangan berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan."  (QS 7:31).

Perbedaan antara ilmu ekonomi modern dan ilmu ekonomi Islam dalam hal konsumsi terletak pada cara pendekatannya dalam memenuhi kebutuhan seseorang. Islam tidak mengakui kegemaran materialistis semata-mata dari pola konsumsi modern. Etika Ilmu ekonomi Islam berusaha untuk mengurangi kebutuhan material yang luar biasa sekarang ini, untuk menghasilkan energi manusia dalam mengejar cita-cita spiritualnya.

Berdasarkan hal di atas, Islam menciptakan manajemen konsumsi dalam 5 prinsip yang mudah untuk diamalkan:

√ Prinsip pertama adalah prinsip keadilan. “Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi.” (QS. al-Baqarah: 169).

Keadilan yang dimaksud adalah mengkonsumsi sesuatu yang halal (tidak haram) dan baik (tidak membahayakan tubuh).  Allah mengharamkan darah, daging binatang yang telah mati sendiri dan daging babi (QS.  al-Baqarah: 173) karena berbahaya bagi tubuh. 

Allah mengharamkan daging binatang yang ketika di sembelih diserukan nama selain Allah dengan maksud dipersembahkan sebagai kurban untuk menyembah berhala dan persembahan bagi orang-orang yang dianggap suci atau siapapun selain Allah.  (QS. al-Baqarah: 54)

Karena berbahaya bagi moral dan spiritual karena hal-hal ini sama dengan mempersekutukan Tuhan.  Kelonggaran diberikan bagi orang yang terpaksa, dan bagi orang yang suatu ketika tidak mempunyai makanan untuk dimakan. Ia boleh memakan makanan yang terlarang itu sekedar yang dianggap perlu untuk kebutuhannya ketika itu saja.           

√ Prinsip kedua adalah prinsip kebersihan.  “Makanan diberkahi jika kita mencuci tangan sebelum dan setelah memakannya.” (HR.  Tarmidzi). 

Prinsip kebersihan ini bermakna makanan yang dimakan harus baik, tidak kotor dan menjijikkan sehingga merusak selera.  Nabi juga mengajarkan agar tidak meniup makanan: ”Bila salah seorang dari kalian minum, janganlah meniup ke dalam gelas.” (HR. Bukhari).         

√ Prinsip ketiga adalah prinsip kesederhanaan.  Kesederhanaan ini bermakna tidak berlebih-lebihan. “Makan dan minumlah, tapi jangan berlebihan; Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.”  (QS. al-A’raf: 31).

Arti penting ayat-ayat ini adalah bahwa kurang makan dapat mempengaruhi jiwa dan tubuh, demikian pula bila perut diisi dengan berlebih-lebihan tentu akan berpengaruh pada perut.         

√ Prinsip keempat adalah Prinsip kemurahan hati.  "Allah dengan kemurahan hati-Nya menyediakan makanan dan minuman untuk manusia." (QS.  al-Maidah: 96). 

Maka sifat konsumsi manusia juga harus dilandasi dengan kemurahan hati.  Maksudnya , jika memang masih banyak orang yang kekurangan makanan dan minuman maka hendaklah kita sisihkan makanan yang ada pada kita kemudian kita berikan kepada mereka yang sangat membutuhkannya.

Prinsip terakhir adalah prinsip moralitas. Allah memberikan makanan dan minuman untuk keberlangsungan hidup umat manusia agar dapat meningkatkan nilai-nilai moral dan spiritual.  Seorang muslim diajarkan untuk menyebut nama Allah sebelum makan dan menyatakan terimakasih setelah makan.

Dengan demikian, ia akan merasa kehadiran Illahi sewaktu memenuhi kebutuhan fisiknya. Insya Allah, jika kita ummat Islam memegang erat-erat prinsip-prinsip manajemen konsumsi ini, maka terhadap arus konsumerisme yang tengah melanda dahsyat, kita dapat menantangnya dengan mengatakan
“ Siapa takut !”


🔷🔷🔷🌟🌟🌟🔷🔷🔷
         💘TaNYa JaWaB💘

0⃣1⃣ Erni ~ Yogja
Assalamualaikum Ustadz,

1. Bagaimana caranya menahan diri, yang sebenarnya belum butuh menjadi butuh karena banyak faktor?

2. Jika memelihara ayam, rumah  dekat jalan raya dan jembatan. Ada sebagian masyarakat yang punya kepercayaan di tiap jembatan harus buang tumbal untuk penunggu jembatan dalam keadaan hidup, terus ayam persembahan tersebut pomah dirumah saya, apa yang mesti saya lakukan?

Begitu juga dengan tradisi 40, 100, 1000 hari melepas merpati, merpatinya beranak pinak di tempat saya, apa yang mesti saya lakukan dengan hewan tersebut?

3. Sering dititipi hewan slundipan dari rubasan untuk menunggu masa sidang pemiliknya. Saat binatang tersebut galak biasanya minta kawin. Terus bagaimana status anak binatang yang dititipkan di tempat saya yang secara hukum dunia otomatis menjadi milik saya?

4. Bagaimana cara mendebat serangan non muslim saat puasa sampai lebaran, semua harga menjadi mahal karena kami dituduh konsumerisme saat yang harusnya merasakan menjadi orang miskin.

Padahal kenyataannya bukan begitu. Disaat ramadhan menjadi banyak permintaan barang konsumsi karena kami berlomba membeli takjil berbuka puasa dan sahur!

Mohon pencerahannya.

🔷Jawab:
Wassalamu'alaikum,

1. Berdo'a.
Nabi mengajarkan berdoa sebelum masuk pasar. Buat perencanaan yang sesuai kebutuhan.

2. Hukumnya haram tidak boleh, itu syirik.
Upayakan ngaji atau belajar Islam. Dari ustadz sehingga tidak terjebak dalam kesalahan.

3. Tergantung pada perjanjian yang di sepakati dan upayakan ada saksi.

4. Kita tunjukkan akhlak yang baik kalau kita tidak boros. Islam mengajarkan hidup sederhana. Harga naik bukan kesalahan ramadhannya tetapi manusianya yang tidak taat agama.

0⃣2⃣ Safitri ~ Banten
Assalamualikum ustadz,

Kan kita tidak boleh boros dalam kehidupan, tidak boleh berlebihan dalam sesuatu harusnya setiap manusia punya prinsip: penuhilah kebutuhan apa yang anda butuhkan bukan apa yang anda inginkan.

Tapi ustadz, di jaman sekarang malah jarang yang punya prinsip hidup seperti itu. Orang-orang malah lebih mementingkan keinginan dan itu harus terpenuhi  mengikuti perkembangan jaman. Kalau dalam kasus seperti ini bagaimana pak ustadz?

Supaya kita tidak tergoda sama semuanya apalagi kalau gengsinya besar itu bagaimana ustadz?

Terimakasih

🔷Jawab:
Wassalamu'alaikum warahmatullah,

Bagus sekali membedakan mana kebutuhan dan keinginan.

Itulah Islam ajarkan dengan puasa. Pahami makna hikmah puasa.
Tunaikan hak-hak harta,
sering berkunjung dan santuni fakir dhuafa insya Allah.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar