Rabu, 29 September 2021

TREND CHILDFREE, SO WHAT GITU?

 


OLeH: Bunda Rizki Ika Sahana

•┈•◎❀★❀◎•┈•
❀ M a T e R i ❀
•┈•◎❀★❀◎•┈•

🌸TREND CHILD FREE, SO WHAT GITU?

Childfree sudah lama menjadi bagian dari kehidupan masyarakat barat yang serba liberal, serba bebas.

Pada masa sebelum Revolusi Perancis, 15 sampai 22 persen populasi dewasa memilih lajang dan mungkin tidak pernah punya anak.

Sejarah tersebut berlanjut sampai abad 19.

Tingkat tidak memiliki anak mencapai puncaknya pada tahun 1900-an. Setidaknya 1 dari 5 wanita Amerika yang lahir antara tahun 1885 dan 1915 tidak pernah memiliki anak.

Istilah Childfree sendiri, yakni untuk menyebut orang-orang yang memilih atau memutuskan untuk tidak memiliki anak ini mulai muncul di akhir abad 20.

Jadi, banyak sekali alasan kenapa seseorang memilih childfree. Ada yang menjadikan alasan finansial atau ekonomi sebagai alibi bahwa tidak memiliki anak itu lebih leluasa dari sisi ekonomi daripada memiliki anak. Karena memiliki anak, orang tua akan dibebani oleh berbagai macam biaya, tuntutan finansial untuk kebutuhan si anak. Ada juga yang mengusung alasan over populations, jadi memilih childfree supaya bumi ini bisa terkendali populasinya. Tidak ada ledakan populasi. 

Kemudian ada yang mengambil isu lingkungan, karena sudah ada banyak kerusakan di muka bumi ini, efek rumah kacalah dan beberapa kerusakan alam. Dengan kita menambah anak akankah membuat alam ini semakin baik atau justru semakin merusak? Dalam analisa mereka dengan bertambahnya manusia ini maka semakin membuat problem lingkungan itu semakin kompleks. Penduduk semakin padat, kepadatan penduduk itu akan menghasilkan pencemaran dan sebagainya.

Ada juga yang memilih childfree dengan alasan traumatik masa kecil, dia diperlakukan sebagai seorang anak yang tidak happy (bahagia). Jadi, dia tidak mau pola asuh yang buruk akan menimpa anaknya, akhirnya memilih childfree. Kemudian ada juga yang tidak mau tubuhnya berubah bentuk. Dengan memiliki anak nanti tambah gemuk, tambah melar, tubuh yang tadinya cantik jadi tidak cantik sehingga ingin mempertahankan bentuk tubuh yang ideal. Terus ada juga yang tidak mau repot, dengan memiliki anak ada banyak hal yang harus di urus, pengasuhan mereka. Kalau mengasuh bayi, malam-malam tidak bisa tidur, jadi lebih ingin menikmati hidup tanpa gangguan anak. Ingin berdua saja dengan pasangan, menurut mereka kebahagiaan tidak hanya dengan lahirnya anak, kebahagiaan dapat dicapai dengan cara yang lain.

Alasan-alasan itu, kalau dipikir secara dangkal seakan akan masuk akal. Tetapi, kalau kita berpikir mendalam, kemudian kita kaitkan dengan akidah kita sebagai seorang muslim, maka alasan-alasan itu adalah alasan yang tidak layak kita terima.

Soal finansial misalnya, kita lihat realita, ada banyak orang dengan kemampuan finansial biasa biasa saja atau bahkan di bawah standar, namun mereka dapat menyekolahkan anak-anak mereka sampai perguruan tinggi bahkan sampai ke luar negeri. Ini kan hal yang tidak dapat dihitung pakai logika matematika. Karena kita meyakini rejeki itu  berasal dari Alloh ﷻ. Apa yang menurut akal kita mustahil bisa terwujud, jadi kita tidak perlu memusingkan sesuatu yang memang bukan di bawah kontrol kita. Rezeki itu bukan adalah pemberian Alloh ﷻ dan menjadi prerogatif Alloh ﷻ. Setiap anak ada rejekinya, sehingga di dalam Islam kita dilarang berputus asa dari pengharapan dan dari asa terhadap rezeki yang Alloh ﷻ berikan. Jangankan anak-anak kita, bayi-bayi yang dilahirkan, binatang yang tidak memiliki akal pun, binatang melata di seluruh penjuru bumi, rejekinya sudah diatur oleh Alloh ﷻ. Dan itu terbukti, burung-burung, semut mereka tidak mati karena sudah dijamin oleh Alloh ﷻ. Jadi itu konsep rejeki yang harus kita pahami.

Ditambah lagi ketika Islam diberlakukan dalam segenap aspek termasuk dalam aspek ekonomi dan aspek politik maka kemiskinan dan kefakiran itu hampir-hampir lenyap. Kenapa? Karena Islam menjamin kebutuhan-kebutuhan tiap-tiap individu dengan sempurna, melalui apa? Dengan mekanisme yang telah di desain oleh Alloh ﷻ Dzat Yang Maha Sempurna yang telah membuat sistem ekonomi yang tangguh. Ketika sistem itu diterapkan yaitu sistem ekonomi islam berbasis syariah, setiap manusia itu dijamin, minimal kebutuhan dasarnya, kebutuhan asasiahnya oleh mekanisme sistem Islam. Jadi, kemiskinan itu akan tidak hanya diminimalisir bahkan bisa dihilangkan. Misalnya, dalam Islam ada mekanisme pengharaman riba, dengan adanya tidak adanya riba, maka inflasi itu nyaris nol (0) nyaris tidak ada. Sehingga tidak seperti sekarang, harga barang tiba-tiba naik. Akibatnya ibu-ibu pada kelimpungan padahal uang belanja tetap segitu-segitu saja. Bagaimana mengaturnya? Akhirnya daya beli masyarakat turun, yang awalnya bisa beli, menjadi tidak bisa beli akhirnya munculah kemiskinan (orang miskin baru. Jadi, kemiskinan seperti diciptakan oleh sistem hari ini. 

Kemudian mekanisme yang lain yaitu bagaimana pengelolaan sumber daya alam. Sumber daya alam yang menyangkut hajat hidup orang banyak itu tidak boleh dikuasai oleh pihak tertentu saja,  tidak boleh dikuasai swasta, baik lokal maupun asing. Sumber daya itu adalah haknya rakyat dikelola oleh negara tidak boleh dikuasai segelintir orang saja. Kalau sekarang kan bisa model privatisasi, swastanisasi, seperti emas di papua. Itukan sebenarnya hak rakyat yang dikelola oleh negara hasilnya dikembalikan lagi ke rakyat. Tapi kan tidak seperti itu, justru emas disana itu menjadi barang yang di kuasai oleh perusahaan asing, oleh Freeport. Dan negara hanya dapat bagi hasil sedikit sekali dari sana. Nah, ini sangat merugikan, bagaimana negara bisa memberikan jaminan terhadap kebutuhan masyarakatnya, bagaimana negara bisa mengurangi kemiskinan kalau dia sendiri tidak memiliki sumber pemasukan yang melimpah. Sumber pemasukan negara kita kan yang pertama dari pajak, itu nyaris 80% lebih. Sementara dalam Islam, dari pengelolaan sumber daya alam saja itu sudah berlimpah ruah. Sehingga akan sangat mudah mengcover kemiskinan, meng cover kebutuhan kebutuhan rakyatnya. Sehingga tidak takut miskin dan memilih childfree.

🌸🌷🌸
Kalau soal over populasi, dan soal isu lingkungan, sangat mudah dipatahkan pendapatnya. Yang pertama, Alloh ﷻ sudah menciptakan mekanisme yang membuat populasi di muka bumi ini selalu seimbang. Ada mekanisme kelahiran dan kematian seperti adanya bencana alam, yang bisa merenggut nyawa, tsunami di Aceh yang merenggut 250 ribu orang dalam sekali sapuan. Ini sesuatu hal yang mudah sekali bagi Alloh ﷻ. Jadi, itu sudah cukup sebagai bukti bahwa over populasi itu ide yang absurd sampai kemudian dibatas batasi, punya anak tidak boleh lebih dari 2. Sekitar tahun 2012 ini di China sudah dicabut aturan bahwa setiap keluarga punya anak maksimal 1. Karena china mendapatkan masalah dengan pembatasan jumlah anak. Yaitu angkatan kerja muda turun drastis sementara industri-industri mereka membutuhkan angkatan kerja, akhirnya pembatasan jumlah anak maksimal 1 itu sudah dicabut dan tidak ada lagi. Kalau dalam Islam malah dianjurkan untuk berbanyak-banyak anak. Rasulullah ﷺ dalam sebuah hadits mengatakan beliau akan berbangga hati kelak di akhirat melihat umatnya yang jumlahnya banyak. Ini menggambarkan dorongan terhadap umat muslim untuk memiliki banyak keturunan.

Kemudian kerusakan lingkungan. Apakah dengan banyaknya  populasi kemudian lingkungan itu rusak? Lingkungan itu rusak bukan karena banyaknya orang, tetapi mekanisme mengatur, mengelola, memanfaatkan lingkungan itu yang salah. Misalnya, hutan ditebang pohonnya, dibuka mall di situ, daerah-daerah bukit seperti di Puncak dibikin hotel dan seterusnya yang akhirnya membuat daerah resapan itu berkurang. Harusnya di tempat-tempat seperti itu tidak boleh harus ada AMDAL nya. Tidak boleh dibuat  bangunan-bangunan yang menghalangi peresapan air atau bisa merusak lingkungan. Ini kan bukan masalah banyak sedikitnya orang, ini perkara mekanisme atau aturan main yang digunakan. Jadi, kalau kita menggunakan aturan main yang sesuai dengan konsep Islam, maka Islam sangat-sangat peduli terhadap kelestarian lingkungan. Jangankan di kondisi normal, dalam kondisi perang, jihad, pohon-pohon tidak boleh ditebang sembarangan tanpa ada keperluan atau hajat, bangunan-bangunan tidak boleh di rusak, itu dalam kondisi perang apalagi dalam kondisi normal pasti lebih lagi. Maka kita lihat peninggalan peninggalan pada masa kekhalifahan, seperti masjid jalan, tata letak kota benar-benar luar biasa, waktu Eropa masih dalam keadaan gelap, kotor, orang-orang belum mengenal kebersihan, mereka mengenal sabun (teknologi membuat sabun) itu berasal dari kekhilafahan. Ketika kota-kota gelap, kota-kota kekhilafahan di malam hari terang benderang karena banyak penerang atau lampu atau lentera. Ini mereka sendir yang cerita disaat mereka dalam kegelapan, penerapan Islam benar-benar melahirkan gaya hidup yang berbeda, yang memukau buat mereka. Jadi, isu lingkungan itu sebenarnya isu yang tidak relevan dikaitkan dengan  childfree.

Demikian juga dengan soal trauma masa lalu, karena dalam Islam ada konsep pendidikan anak yang luar biasa. Bagaimana pola didik pola asuh yang seharusnya dilakukan oleh orang tua, kemudian orang tua tidak ada yang stress yang dilampiaskan ke anak, stress karena finansial, stress karena di PHK, stress karena tidak bisa mencukupi kebutuhan keluarga. Kalau dalam sistem Islam, kalau ekonomi ditopang oleh sistem ekonomi Islam maka mereka hidup sejahtera. Sehingga tidak ada stress orang tua. Kemudian mereka memiliki konsep dari Alloh ﷻ bagaimana mendidik anak sehingga trauma-trauma atau pengalaman buruk itu terkait dengan pola asuh itu nyaris tidak ada juga. 

Kemudian, takut tubuhnya berubah bentuk. Karena kita punya konsep mengandung, melahirkan itu pahalanya seperti seorang prajurit yang berada di garda terdepan saat berjihad fisabilillah. Jadi, tidak ada pikiran takut berubah bentuk. Hal ini karena konsep hidupnya adalah konsep ibadah. Jadi, dia mengandung, melahirkan itu semata-mata untuk ibadah tidak ada ketakutan-ketakutan takut tubuhnya melar, kalaupun ada sangat sedikit. Justru yang mendominasi adalah berlomba-lomba mendapatkan keutamaan sebagai seorang ibu yang melahirkan kemudian mendidik, mengasuh, membesarkan anak-anak dan itu pahalanya tidak bisa tergantikan dengan apapun.

 Jadi, kalau ada yang mengatakan sudahlah ngapain julid, tidak usah peduli pada orang yang memiliki pilihan childfree, toh tidak merugikan siapa siapa, so what gitu loh kalau kita memilih childfree?! Nah, ini yang perlu diluruskan, karena konsep childfree ini pertama bukan berasal dari Islam dan konsep ini berawal dari konsep liberalisme, kebebasan.

"Inikan tubuh tubuh gue, ya terserah gue mau melahirkan, memilih punya anak memilih tidak punya anak ya terserah gue." Konsep kebebasan inilah yang merusak, padahal kalau kita bicara tentang tubuh, tubuh ini bukan milik kita, ini adalah pemberian dari Alloh ﷻ, amanah dari Alloh ﷻ yang seharusnya kita manfaatkan untuk mendapatkan ridhonya Alloh ﷻ. Jadi, konsep pernikahan ini juga harus disesuaikan apa maunya Alloh ﷻ. Karena kita ini hambanya Alloh ﷻ,  makhluknya Alloh ﷻ, tubuh kita ini diciptakan Alloh ﷻ yang kemudian Alloh ﷻ buat seperangkat aturan bukan membebaskannya.

🌸🌷🌸
Sebagai seorang muslim, kita harus memahami Alloh ﷻ menciptakan laki-laki dan perempuan, kemudian menciptakan potensi dalam diri kita naluri ketertarikan terhadap lawan jenis, laki-laki tertarik dengan perempuan, dan perempuan dengan laki-laki, itu dalam rangka untuk membuat eksistensi manusia itu terus terjaga. Jadi, bukan semata-mata untuk memuaskan hasrat seksual. Jadi, tujuan Alloh ﷻ menciptakan ketertarikan kepada lawan jenis itu supaya eksistensi manusia itu tetap ada di muka bumi ini sehingga akhirnya ketika kita menikah, ada kerinduan untuk mendapatkan momongan, dan anak yang lahir itu kita anggap sebagai anugrah atau hadiah bukan sebagai beban dari Alloh ﷻ yang sangat istimewa, yang dengannya kita dapat melanjutkan kebaikan kebaikan di muka bumi ini. Jadi, kita punya anak bukan semata-mata kalau kita tua, biar diurusi oleh anak. Tetapi kita punya anak semata-mata karena kita ingin menumbuhkan, menyuburkan kebaikan di muka bumi ini dengan lahirnya generasi generasi yang sholih, generasi yang taat kepada Alloh ﷻ, taat kepada Rasul, generasi yang melanjutkan perjuangan untuk meninggikan kalimat Alloh ﷻ. Jadi, bukan semata-mata seperti pegiat childfree mengatakan "egois sekali, punya anak supaya pas tua didoakan, pas tua diurusi" bukan sekedar itu, itu adalah bonus. Kalau kita memiliki anak yang sholih, pasti ia akan care, peduli sama orang tuanya, karena itu bentuk bakti kepada orang tuanya. Kita tidak mengharap itu pun, mereka akan melakukannya. Karena yang kita lahirkan itu anak-anak yang sholih. Ini tujuan utamanya melahirkan generasi, supaya generasi itu berlanjut, peradaban manusia itu tidak punah dan kita ingin peradaban manusia ini adalah peradaban manusia yang mulia, kita mendidik anak anak kita menjadi anak yang bertakwa.

Jadi, konsep childfree ini bukan konsep yang layak kita adopsi ya. Karena pertama dia bukan dari ajaran Islam, kedua dia bertentangan dengan konsep islam. Dan yang ke tiga dia berbahaya bagi keberlangsungan generasi. Bahkan yang lebih berbahaya lagi manusia aka jatuh pada derajat yang lebih sesat dari hewan karena merekayasa kelahiran manusia secara tidak alami, dengan cara di luar jalur yang seharusnya Alloh ﷻ desain. Harusnya dengan pernikahanlah, manusia baru itu bisa lahir, tetapi jika konsep childfree ini diusung, maka mereka akan berpikir bagaimana caranya supaya ada anak maka muncul ide bayi tabung dan seterusnya padahal bukan dari suami bukan dari istri. Maka akan memunculkan kerusakan kerusakan yang baru bagi manusia. Sehingga seharusnya ide ini ditolak, mungkin secara kasat mata tidak langsung dapat kita indera, memang merugikan memilih childfree? Ya efeknya tidak sekarang, tetapi ketika pilihan ini menjadi membesar, akhirnya konsep kebebasan itu yang mengemuka, karena ini munculnya dari kebebasan berpendapat, kebebasan untuk berperilaku, kebebasan untuk memilih yang dia suka, "saya suka punya anak", "saya tidak suka punya anak" ya sudah suka suka saja, jadi hidup ini suka suka saja tidak diatur inilah yang bahaya.

Jadi, kembali lagi, kita ini makhluknya Alloh ﷻ, maka menjadi keniscayaan kita beribadah kepada Alloh ﷻ. Beribadah dalam pengertian yang luas, termasuk memahami konsep pernikahan ditujukan untuk apa, hidup ini untuk apa, kita harus selaras, tidak kemudian suka suka, bebas sesuai keinginan manusia, sesuai untung rugi, sesuai dengan baik dan buruk berdasarkan  akal saja. Nah, untuk kita balik lagi, karena kita seorang muslim, kembali kepada konsep Islam bahwa firman Alloh ﷻ "Alloh ﷻ tidak menciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah" ya itulah jalan kita di dunia ini untuk beribadah kepada-Nya. Nanti insyaAllah di akhirat kita akan mendapatkan balasannya.

Wallahu a'lam

•┈•◎❀★❀◎•★•◎❀★❀◎•┈•
❀CLoSSiNG STaTeMeNT❀
•┈•◎❀★❀◎•★•◎❀★❀◎•┈•

Segala tren yang sedang happening harus ditelisik terlebih dulu sebelum kita menilai apalagi mengiyakan lalu mempraktikkan. Sebab di zaman ini, banyak pemikiran rusak sekaligus merusak yang dikemas dengan apik seakan akan logis dan tidak menyimpang dari agama.

Maka mengkaji fenomena-fenomena baru dengan sudut pandang Islam adalah jalan yang akan menyelamatkan kita dari pemikiran-pemikiran yang bertentangan dengan iman Islam kita.

Wallahu a'lam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar