Rabu, 29 September 2021

ISLAM ITU BENAR, SELAINNYA BATIL

 


OLeH: Ustadz H. Farid Nu'man Hasan, S.S

•┈•◎❀★❀◎•┈•
❀ M a T e R i ❀
•┈•◎❀★❀◎•┈•

🌸HANYA ISLAM YANG BENAR, TIDAK USAH RAGU DAN MALU!

Produk Liberalisme: semua agama itu benar.

"Dengan tanpa rasa sungkan dan kikuk, saya mengatakan, semua agama adalah tepat berada pada jalan seperti itu, jalan panjang menuju Yang Mahabenar. Semua agama, dengan demikian, adalah benar, dengan variasi, tingkat dan kadar kedalaman yang berbeda-beda dalam menghayati jalan religiusitas itu. Semua agama ada dalam satu keluarga besar yang sama: yaitu keluarga pecinta jalan menuju kebenaran yang tak pernah ada ujungnya.”  (Menyegarkan Kembali Pemahaman Islam, Ulil Abshar Abdalla, Kompas, Senin, 18 November, 2002)

Tulisan ini mendapatkan banyak respon dari para ulama. KH. Athian Ali (Bandung), memfatwakan kafirnya Ulil Abshar, sementara Gus Mus (KH. Mushthafa Bisri –Rembang) membuat koreksi dengan tulisan Menyegarkan Kembali Sikap Islam di Kompas pula dua pekan setelah tulisan Ulil, dan mendoakan Ulil suatu saat akan menyesali tulisannya. Lalu 30 April 2017, Ulil Abshar mengaku sudah meralat cara pandangnya. Wallahu A’lam

Menilai semua agama sama benarnya adalah bukti ketidaksiapan atas perbedaan.

Pihak yang paling getol menyerukan “semua agama sama benarnya” sekaligus menyerukan “toleransi atas perbedaan,” justru bersikap ambigu dan kontradiktif. Sebab, toleransi tidak akan menemukan relevansinya ketika semuanya sama, toleransi dari apa? Dengan kata lain, mereka adalah orang-orang yang tidak siap berbeda (intoleran) karena “memaksakan” semua agama harus sama benarnya.

Berbeda itu sunnatullah, Kebenaran islam itu ketetapan Alloh ﷻ.

وَلَوْ شَاءَ رَبُّكَ لَجَعَلَ النَّاسَ أُمَّةً وَاحِدَةً وَلَا يَزَالُونَ مُخْتَلِفِينَ إِلَّا مَنْ رَحِمَ رَبُّكَ وَلِذَلِكَ خَلَقَهُمْ وَتَمَّتْ كَلِمَةُ رَبِّكَ لَأَمْلَأَنَّ جَهَنَّمَ مِنَ الْجِنَّةِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ

"Jikalau Tuhanmu menghendaki, tentu Dia menjadikan manusia umat yang satu, tetapi mereka senantiasa berselisih pendapat, kecuali orang-orang yang diberi rahmat oleh Tuhanmu. Dan untuk itulah Alloh ﷻ menciptakan mereka. Kalimat Tuhanmu (keputusan-Nya) telah ditetapkan: sesungguhnya Aku akan memenuhi neraka Jahannam dengan jin dan manusia (yang durhaka) semuanya." (QS. Huud: 118-119)

ولا يزال الخلف بين الناس في أديانهم واعتقادات مللهم ونحلهم ومذاهبهم وآرائهم.

(Tafsir Al Quran Al ‘Azhim (Beirut: Dar ath Thayyibah, 1999), juz. 4, hal. 361)

Imam al Qurthubi mengutip dari Al Hasan, Muqatil, dan ‘Atha:

أي وللاختلاف خلقهم.

(Al Jami’ Li Ahkam al Quran (Kairo: Dar Ibn al Jauzi, 2011), juz. 5, hal. 428)

Allah Ta’ala berfirman:

إِنَّ الدِّينَ عِنْدَ اللَّهِ الإسْلامُ

“Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Alloh ﷻ hanyalah Islam.” (QS. Ali Imran: 19)

Syaikh Ibnu ‘Asyur Rahimahullah (At Tahrir wat Tanwir, jilid. 3, hal. 133):

أي لا دين إلا الإسلام …إمّا باعتبار أنّ الدين الصحيح عند الله ، حينَ الإخبار ، وهو الإسلام 

Ayat lainnya:

وَمَنْ يَبْتَغِ غَيْرَ الإسْلامِ دِينًا فَلَنْ يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِي الآخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ

“Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, Maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan Dia di akhirat Termasuk orang-orang yang rugi.” (QS. Ali Imran (3): 85)

Tentang ayat ini, Imam Ibnu Katsir Rahimahullah mengatakan:

أي: من سلك طريقًا سوى ما شَرَعَه الله فلن يُقْبل منه 

“Yaitu: baransiapa yang menempuh jalan selain apa yang Allah Ta’ala syariatkan (Yakni Islam) maka selamanya tidak akan diterima.” (Tafsir Al Quran Al ‘Azhim, 2/70. Dar Nasyr wat Tauzi’)

Imam Al Qurthubi mengatakan, "bahwa Mujahid dan As Sudi menyebutkan, ayat ini turun berkenaan tentang Al Harits bin Suwaid, saudara Al Halas bin Suwaid, dia seorang dari kalangan Anshar dan dia murtad bersama dua belas orang lainnya dan menuju Mekkah dalam keadaan kafir. Lalu turunlah ayat ini, maka saudaranya menyampaikan ayat ini dan memintanya untuk bertaubat. Ibnu Abbas dan lainnya meriwayatkan bahwa setelah turun ayat ini dia masuk Islam lagi."
(Jami’ Li Ahkamil Quran, 4/128. Dar ‘Alim Al kutub, Riyadh)

Syaikh Abdurrahman bin Nashir As Sa’di mengatakan, "Barangsiapa yang tidak beragama dengan agama yang diridhai Alloh ﷻ untuk hamba-Nya, maka amal perbuatannya tertolak dan tidak diterima. Karena agama Islam mengandung makna penyerahan diri kepada Alloh ﷻ secara murni dan mengikuti Rasul-Nya, barang siapa seorang hamba yang datang kepada-Nya tidak beragama Islam, maka dia tidak memiliki alasan untuk selamat dari azab Alloh ﷻ, dan setiap agama selain Islam adalah batil."
(Syaikh Abdurrahman bin Nashir As Sa’di, Taisir Al Karim Ar Rahman fi Tafsir  Kalam Al Manan, 1/137. Muasasah Ar Risalah)

الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا

(QS. Al Maidah: 3)

Imam Al Qurthubi (Jami’ Li Ahkamil Quran, jilid. 4, hal. 114)

قَوْله تَعَالَى : " وَرَضِيت لَكُمْ الْإِسْلَام دِينًا " أَيْ أَعْلَمْتُكُمْ بِرِضَايَ بِهِ لَكُمْ دِينًا ; فَإِنَّهُ تَعَالَى لَمْ يَزَلْ رَاضِيًا بِالْإِسْلَامِ لَنَا دِينًا ; فَلَا يَكُون لِاخْتِصَاصِ الرِّضَا بِذَلِكَ الْيَوْم فَائِدَةٌ إِنْ حَمَلْنَاهُ عَلَى ظَاهِره .
و " دِينًا " نُصِبَ عَلَى التَّمْيِيز , وَإِنْ شِئْت عَلَى مَفْعُول ثَانٍ , وَقِيلَ : الْمَعْنَى وَرَضِيت عَنْكُمْ إِذَا اِنْقَدْتُمْ لِي بِالدِّينِ الَّذِي شَرَعْته لَكُمْ , وَيَحْتَمِل أَنْ يُرِيد " رَضِيت لَكُمْ الْإِسْلَام دِينًا " أَيْ وَرَضِيت إِسْلَامكُمْ الَّذِي أَنْتُمْ عَلَيْهِ الْيَوْم دِينًا بَاقِيًا بِكَمَالِهِ إِلَى آخِر الْآيَة لَا أَنْسَخ مِنْهُ شَيْئًا , وَاللَّه أَعْلَمُ .
و " الْإِسْلَام " فِي هَذِهِ الْآيَة هُوَ الَّذِي فِي قَوْله تَعَالَى : " إِنَّ الدِّين عِنْد اللَّه الْإِسْلَام " [ آل عِمْرَان : 19 ] وَهُوَ الَّذِي يُفَسَّر فِي سُؤَال جِبْرِيل لِلنَّبِيِّ عَلَيْهِمَا الصَّلَاة وَالسَّلَام , وَهُوَ الْإِيمَان وَالْأَعْمَال وَالشُّعَب .

Jika semua agama benar, maka ke mana Arah dan fungsi ayat-ayat dakwah ini?

وَأَنَّ هَذَا صِرَاطِي مُسْتَقِيمًا فَاتَّبِعُوهُ وَلَا تَتَّبِعُوا السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَنْ سَبِيلِهِ ذَلِكُمْ وَصَّاكُمْ بِهِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

(QS. Al An’am: 153)

Imam Al Baghawi (Tafsir Al Baghawi, 2/171):

صِراطِي، طَرِيقِي وَدِينِي، مُسْتَقِيماً، مُسْتَوِيًا قَوِيمًا، فَاتَّبِعُوهُ، قَرَأَ حَمْزَةُ وَالْكِسَائِيُّ: «وَإِنَّ» بِكَسْرِ الْأَلْفِ عَلَى الِاسْتِئْنَافِ وَقَرَأَ الْآخَرُونَ بِفَتْحِ الْأَلِفِ، قَالَ الْفَرَّاءُ: وَالْمَعْنَى وَأَتْلُ عَلَيْكُمْ أَنَّ هَذَا صِرَاطِي مُسْتَقِيمًا، وَقَرَأَ ابْنُ عَامِرٍ وَيَعْقُوبُ بِسُكُونِ النُّونِ. وَلا تَتَّبِعُوا السُّبُلَ، أَيْ: الطُّرُقَ الْمُخْتَلِفَةَ الَّتِي عَدَا هَذَا الطَّرِيقِ، مِثْلَ الْيَهُودِيَّةِ وَالنَّصْرَانِيَّةِ وَسَائِرِ الْمِلَلِ، وَقِيلَ: الْأَهْوَاءُ وَالْبِدَعُ، فَتَفَرَّقَ، فَتَمِيلَ، بِكُمْ، وَتَشَتَّتَ، عَنْ سَبِيلِهِ، عَنْ طَرِيقِهِ وَدِينِهِ الَّذِي ارْتَضَى، وَبِهِ أَوْصَى، ذلِكُمْ، الَّذِي ذَكَرْتُ، وَصَّاكُمْ بِهِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ.
 
ادْعُ إِلِى سَبِيلِ رَبّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُم بِالَّتِى هِىَ أَحْسَنُ

(QS. An Nahl: 125)

Al Qurthubi:

هَذِهِ الْآيَة نَزَلَتْ بِمَكَّة فِي وَقْت الْأَمْر بِمُهَادَنَةِ قُرَيْش , وَأَمَرَهُ أَنْ يَدْعُو إِلَى دِين اللَّه وَشَرْعه بِتَلَطُّفٍ وَلِين دُون مُخَاشَنَة وَتَعْنِيف , وَهَكَذَا يَنْبَغِي أَنْ يُوعَظ الْمُسْلِمُونَ إِلَى يَوْم الْقِيَامَة فَهِيَ مُحْكَمَة فِي جِهَة الْعُصَاة مِنْ الْمُوَحِّدِينَ , وَمَنْسُوخَة بِالْقِتَالِ فِي حَقّ الْكَافِرِينَ .
قُلْ هَذِهِ سَبِيلِي أَدْعُو إِلَى اللَّهِ عَلَى بَصِيرَةٍ أَنَا وَمَنِ اتَّبَعَنِي وَسُبْحَانَ اللَّهِ وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِينَ 

(QS. Yusuf: 108) 

Ibnu Katsir:

أَنَّ هَذِهِ سَبِيله أَيْ طَرِيقَته وَمَسْلَكه وَسُنَّته وَهِيَ الدَّعْوَة إِلَى شَهَادَة أَنْ لَا إِلَه إِلَّا اللَّه وَحْده لَا شَرِيك لَهُ يَدْعُو إِلَى اللَّه بِهَا عَلَى بَصِيرَة مِنْ ذَلِكَ وَيَقِين وَبُرْهَان وَكُلّ مَنْ اِتَّبَعَهُ يَدْعُو إِلَى مَا دَعَا إِلَيْهِ رَسُول اللَّه صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى بَصِيرَة وَيَقِين وَبُرْهَان عَقْلِيّ وَشَرْعِيّ

Jika memang semua agama benar, bagaimana dengan hadits Nabi yang mengajak manusia kepada Islam?

Dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘Anhu, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

وَالَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ لَا يَسْمَعُ بِي أَحَدٌ مِنْ هَذِهِ الْأُمَّةِ يَهُودِيٌّ وَلَا نَصْرَانِيٌّ ثُمَّ يَمُوتُ وَلَمْ يُؤْمِنْ بِالَّذِي أُرْسِلْتُ بِهِ إِلَّا كَانَ مِنْ أَصْحَابِ النَّارِ

"Demi Zat yang jiwa Muhammad berada dalam tangan-Nya, tidak seorangpun dari umat ini yang mendengarku, baik  seorang Yahudi atau Nashrani, lalu ia meninggal dalam keadaan tidak beriman terhadap risalahku ini (Islam); melainkan ia menjadi penghuni neraka.” (HR. Muslim no. 153) 

Syaikh Bakr Abu Zaid (Al Ibthal Li Nazhariyah, hal. 94) :

ولهذا: فمن لم يكفر اليهود والنصارى فهو كافر، طردا لقاعدة الشريعة: " من لم يكفر الكافر فهو كافر "

Yahudi sakit di jenguk dan di ajak masuk Islam

عَنْ أَنَسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: كَانَ غُلاَمٌ يَهُودِيٌّ يَخْدُمُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَمَرِضَ، فَأَتَاهُ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَعُودُهُ، فَقَعَدَ عِنْدَ رَأْسِهِ، فَقَالَ لَهُ: «أَسْلِمْ»، فَنَظَرَ إِلَى أَبِيهِ وَهُوَ عِنْدَهُ فَقَالَ لَهُ: أَطِعْ أَبَا القَاسِمِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَأَسْلَمَ، فَخَرَجَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ يَقُولُ: «الحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَنْقَذَهُ مِنَ النَّارِ»

(HR. Bukhari no. 1356)

Raja Romawi diajak masuk Islam

عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ، قَالَ: لَمَّا أَرَادَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ يَكْتُبَ إِلَى الرُّومِ، قَالُوا: إِنَّهُمْ لاَ يَقْرَءُونَ كِتَابًا إِلَّا مَخْتُومًا، " فَاتَّخَذَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَاتَمًا مِنْ فِضَّةٍ، كَأَنِّي أَنْظُرُ إِلَى وَبِيصِهِ، وَنَقْشُهُ: مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ “

Dari Anas bin Malik, dia berkata: “Tatkala nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam hendak menulis surat kepada Romawi, mereka mengatakan bahwa kaum Romawi tidaklah membaca surat kecuali yang sudah berstempel.” Maka, Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam membuat stempel dari perak, seolah aku melihat kilauannya dan ukirannya bertuliskan: Muhammad Rasulullah ﷺ. (HR. Bukhari no. 7162)

Hukum menganggap semua agama adalah  benar (pluralisme).

Imam An Nawawi Rahimahullah, seorang pemuka madzhab Syafi'i, mengatakan:

وَأَنَّ مَنْ لَمْ يُكَفِّرْ مَنْ دَانَ بِغَيْرِ الْإِسْلَامِ كَالنَّصَارَى، أَوْ شَكَّ فِي تَكْفِيرِهِمْ، أَوْ صَحَّحَ مَذْهَبَهُمْ، فَهُوَ كَافِرٌ، وَإِنْ أَظْهَرَ مَعَ ذَلِكَ الْإِسْلَامَ وَاعْتَقَدَهُ

"Orang yang tidak mengkafirkan orang yang beragama selain Islam, seperti Nasrani, atau meragukan kekafirannya, atau membenarkan madzhab mereka, maka orang itu kafir, walau dia menampakkan keislaman dan meyakininya." (Raudhatuth Thalibin,10/70)

Al Qadhi ‘Iyadh Rahimahullah mengatakan:

ولهذا نكفِّر كل من دان بغير ملة المسلمين من الملل، أو وقف فيهم، أو شك، أو صحَّح مذهبهم، وإن أظهر مع ذلك الإسلام، واعتقده، واعتقد إبطال كل مذهب سواه، فهو كافر بإظهاره ما أظهر من خلاف ذلك

"Oleh karena itu kita mengkafirkan siapa pun yang beragama selain agamanya kaum muslimin, atau orang yang tidak mengambil sikap terhadap terhadap kekafiran mereka, atau membenarkan mazhab agama mereka, walaupun orang ini menampakkan Islam dan meyakininya, serta meyakini batalnya agama selain Islam, maka dia kafir karena dia menampakkan sesuatu yang berbeda dengan keyakinannya." (Asy Syifa, 2/107)

🔹Fatwa MUI Tentang Pluralisme, Liberalisme, dan Sekulerisme Agama

◾Pertama : Ketentuan Umum

Dalam fatwa ini, yang dimaksud dengan:

1. Pluralisme agama adalah suatu paham yang mengajarkan bahwa semua agama adalah sama dan karenanya kebenaran setiap agama adalah relatif, oleh sebab itu, setiap pemeluk agama tidak boleh mengklaim bahwa hanya agamanya saja yang benar sedangkan agama yang lain salah. Pluralisme agama juga mengajarkan bahwa semua pemeluk agama akan masuk dan hidup berdampingan di surga.

2. Pluralitas agama adalah sebuah kenyataan bahwa di negara atau daerah tertentu terdapat berbagai pemeluk agama yang hidup secara berdampingan.

3. Liberalisme agama adalah memahami nash-nash agama (al-Qur’an dan Sunnah) dengan menggunakan akal pikiran yang bebas, dan hanya menerima doktrin-doktrin agama yang sesuaid engan akal pikiran semata.

4. Sekulerisme agama adalah memishkan urusan dunia dari agama, agama hanya digunakan untuk mengatur hubungan pribadi dengan Tuhan, sedangkan hubungan sesama manusia diatur hanya dengan berdasarkan kesepakatan sosial.

◾Kedua : Ketentuan Hukum

1. Pluralisme, Sekulerisme, dan Liberalisme agama sebagaimana dimaksud pada bagian pertama adalah paham yang bertentangan dengan ajaran agama Islam.

2. Umat Islam haram mengikuti paham Pluralisme, Sekulerisme dan Liberalisme agama.

3. Dalam masalah akidah dan ibadah, umat Islam wajib bersikap eksklusif, dalam arti haram mencampuradukkan aqidah dan ibadah umat Islam dengan aqidah dan ibadah pemeluk agama lain.

4. Bagi masyarakat muslim yang tinggal bersama pemeluk agama lain lain (pluralitas agama), dalam maslah sosial yang tidak berkaitan dengan aqidah dan ibadah, umat Islam bersikap inklusif, dalam arti tetap melakukan pergaulan sosial dengan agama lain sepanjang tidak saling merugikan. 
Jakarta,  21 Jumadil Akhir 1426 H/28 Juli 2005 M.

★ Meluruskan Makna Toleransi

1. Toleransi itu bukan meleburkan semua agama dan keyakinan, itu namanya sinkretisme.

2. Toleransi itu bukan ikut-ikut ibadah dan berhari raya agama lain, itu namanya gado-gadoisme.

3. Toleransi itu bukan menganggap semua agama benar, itu pluralisme.

4. TAPI Toleransi itu  tidak mengganggu keberadaan dan ibadah satu sama lain tidak memaksakan satu keyakinan agama kepada orang lain.

Wallahu a'lam

•┈••◎◎❀★❀◎◎••┈•
❀ TaNYa JaWaB ❀
•┈••◎◎❀★❀◎◎••┈•

0️⃣1️⃣ Han ~ Gresik
Assalamu'alaikum...

Ustadz, bagaimana dengan masa depan ummat ini yang banyak sekali fitnah ataupun penindasan bahkan kedzoliman kepada para ulama-ulama? 

🌸Jawab:
Wa'alaikumussalam wa Rahmatullah wa Barakatuh.

Masa Depan Milik Umat Ini.

Allah Ta'ala berfirman:

وَعَدَ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ مِنكُمۡ وَعَمِلُواْ ٱلصَّٰلِحَٰتِ لَيَسۡتَخۡلِفَنَّهُمۡ فِي ٱلۡأَرۡضِ كَمَا ٱسۡتَخۡلَفَ ٱلَّذِينَ مِن قَبۡلِهِمۡ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمۡ دِينَهُمُ ٱلَّذِي ٱرۡتَضَىٰ لَهُمۡ وَلَيُبَدِّلَنَّهُم مِّنۢ بَعۡدِ خَوۡفِهِمۡ أَمۡنٗاۚ 

"Alloh ﷻ telah menjanjikan kepada orang-orang di antara kamu yang beriman dan yang mengerjakan kebajikan, bahwa Dia sungguh, akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh, Dia akan meneguhkan bagi mereka dengan agama yang telah Dia ridhai, dan setelah itu menggantikan rasa takut mereka dengan rasa aman." (QS. An-Nur, Ayat 55) 

عَنْ أُبَيِّ بْنِ كَعْبٍ قَالَ
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَشِّرْ هَذِهِ الْأُمَّةَ بِالسَّنَاءِ وَالرِّفْعَةِ وَالدِّينِ وَالنَّصْرِ وَالتَّمْكِينِ فِي الْأَرْض

Dari Ubay bin Ka'b dia berkata, "Rasulullah ﷺ  bersabda:

"Berilah kabar gembira kepada umat ini dengan kejayaan, kemulyaan, agama, pertolongan dan kekuasaan di muka bumi."
(HR. Ahmad no. 20273, Al Hakim dalam Al Mustadrak no. 7862, beliau berkata: Shahih. Disepakati keshahihannya oleh Imam Adz Dzahabi)

ِ عَنْ أَنَسٍ قَالَ
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَثَلُ أُمَّتِي مَثَلُ الْمَطَرِ لَا يُدْرَى أَوَّلُهُ خَيْرٌ أَمْ آخِرُهُ

Dari Anas berkata; Rasulullah ﷺ bersabda, "Perumpamaan umatku seperti hujan, tidak diketahui (apakah) yang baik pada permulaannya ataukah akhirnya."
(HR. At Tirmidzi no. 2869, At Tirmidzi berkata: hasan)

★ Beberapa Pelajaran:

1) Orang beriman dan beramal shalih adalah pewaris sah kekuasaan di muka bumi, yang melalui mereka Allah Ta'ala memberikan manusia kesejahteraan dan keamanan, serta menghilangkan rasa takut.

2) Iman yang benar dan kuat, dan amal shalih yang benar, menjadi syarat yang tidak bisa ditawar untuk kejayaan umat Islam. 

3) Iman di sini adalah keimanan yang memunculkan rasa cinta kepada Alloh ﷻ, Rasul, Islam, jihad, dan sesama muslim secara mendalam yang memunculkan pribadi yang rela mati demi kejayaannya, dan menjadikan akhirat adalah tujuan, dunia adalah persinggahan. 

4) Amal shalih di sini tidak terhenti pada ibadah ritual, berakhlak baik, dan menghidupkan sunnah, tetapi juga mengumpulkan segenap "sebab-sebab" sunnatullah yang nyata untuk terwujudnya kejayaan. Seperti penguasaan pada ekonomi, militer, media, dan politik. 

5) Kekuasaan dan kejayaan pernah dialami umat ini dalam kurun waktu satu milenium, hampir meliputi dua pertiga luas daratan bumi. Tidak ada satu pun tanah melainkan di sana berkumandang adzan. Kita punya peluang dan seperangkat sumber daya yang sama untuk mengembalikan masa-masa itu. 

6) Benar bahwa sebaik-baiknya zaman adalah zaman Rasulullah ﷺ  dan para sahabat, lalu tabi’in dan tabi'ut tabi'in. Namun, itu tidak berarti umat ini diajarkan pesimis. Sebab, walau kita tidak sehebat mereka tetapi Rasulullah ﷺ memberitakan kejayaan tetap bagi umat ini.

7) Umat ini diumpamakan bagaikan hujan, maksudnya adalah dari sisi manfaatnya kepada manusia. Adapun keutamaan (afdhaliyah) maka umat terdahulu jelas lebih utama. (Lihat Tuhfah al Ahwdzi, jilid. 8, hal. 305). Itulah yang tidak diketahui mana yang lebih baik generasi awal atau akhir.

8) Tidak ragu lagi, umat terdahulu berjuang dalam peletakan batu pertama dan awal pembangunan, lalu umat setelahnya berkorban dalam menyebarkan dan mengokohkan. Semua yang mereka lakukan patut diapresiasi, semoga Alloh ﷻ Ta'ala berikan ampunan atas kesalahannya dan membalas dengan pahala atas kebaikannya.

Demikian. Wallahul Muwaffiq Ilaa aqwamith Thariq

0️⃣2️⃣ iYen ~ Sumut
Kata Rasul Islam itu terbagi 72 bagian satu yang benar dan yang lain sesat.

Bagaimana cara seorang menyikapi toleran agar terhindar dari sesat ya ustadz?

🌸Jawab:
Perbedaan itu 2 macam:

1) Perbedaan variatif, yaitu dalam perkara cabang seperti masalah fiqih (qunut, ushalli, maulid, dan lain-lain). Sikap kita adalah toleran. Tetap bersaudara walau berbeda dalam hal-hal ini.

2) Perbedaan kontradiktif, yaitu perbedaan dalam hal ushuluddin (pokok-pokok agama). Seperti beda kitab sucinya, menganggap Nabi Muhammad bukan Nabi terakhir, mengkafirkan sahabat Nabi. Maka inilah yang dapat membuat pelakunya masuk ke 72 gol tersesat. Sikap kita adalah menasihati mereka sampai mereka  bertobat, jika tidak, maka jauhilah mereka.

Wallahu A’lam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar