Rabu, 29 September 2021

RUMAH KITA SEBAGAI JALAN KESELAMATAN

 


OLeH: Ustadz H. Tri Satya Hadi

•┈•◎❀★❀◎•┈•
❀ M a T e R i ❀
•┈•◎❀★❀◎•┈•

🌸RUMAH KITA SEBAGAI JALAN KESELAMATAN


“Dan Alloh ﷻ menjadikan bagimu rumah-rumahmu sebagai tempat tinggal dan Dia menjadikan bagimu rumah-rumah (kemah-kemah) dari kulit binatang ternak yang kamu merasa ringan (membawa) nya di waktu kamu berjalan dan di waktu kamu bermukim dan (dijadikannya pula) dari bulu domba, bulu onta dan bulu kambing, alat-alat rumah tangga dan perhiasan (yang kamu pakai) sampai waktu (tertentu). (QS. 16: 80)

Membicarakan jalan keselamatan sebagi seorang muslim tentunya tidak terlepas dari Al Quran dan Al Hadis yang yang menjadi pedoman hidup agar tidak tersesat. Rasulullah ﷺ bersabda: “Aku telah tinggalkan pada kamu dua perkara. Kamu tidak akan sesat selama berpegang kepada keduanya, (yaitu) Kitab Alloh ﷻ dan Sunah Rasul-Nya.” (HR. Malik; al-Hakim, al-Baihaqi, Ibnu Nashr, Ibnu Hazm).

Al Quran dan Alhadis telah memberikan petunjuk yang jelas bagaimana seorang muslim sebagai kalifah di muka bumi melaksanakan tugasnya adalah semata mata untuk beribadah kepada Allah ﷻ. Ibadah dengan ikhlas mengharap ridha Alloh ﷻ dan caranya mengikuti Rasulullah ﷺ agar mendapatkan rahmat-Nya adalah akhir yang didambakan oleh setiap muslim yaitu, selamat dari azab api neraka dan mendapatkan surga-Nya.

Berbagai cara dan sarana telah diatur Allah ﷻ melalui firman-Nya dan Sunah Rasulullah ﷺ agar seorang hamba tidak tersesat dan mendapatkan jalan keselamatan. Salah satu petunjuk dalam hadis Rasulullah ﷺ menyatakan bahwa ternyata rumah bisa menjadi sebab keselamatan bagi penghuninya. Dari ‘Uqbah bin ‘Amir, ia berkata, ”Aku pernah bertanya pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Apa itu sebab keselamatan?” Jawab beliau dengan sabdanya, “(Keselamatan itu) yaitu hendaklah engkau menahan lisanmu, perluaslah rumahmu (jadikan nyaman), dan tangisilah dosa-dosamu (taubat).” (HR. Tirmidzi).

Menahan lisan dan bertaubat mungkin sudah sering dibahas dari materi-materi atau kajian-kajian sebelumnya. Kali ini kita akan membahas perluas rumahmu sebagai jalan keselamatanmu. Kalimat perluaslah rumahmu dalam arti sebenarnya oleh sebagian ulama diartikan rumah yang luas, rumah yang nyaman, rumah yang membuat kita tenang dan tentram di dalamnya baik ketika melakukan aktifitas duniawi maupun ukhrawi. 

Sebagian ulama lain mengartikan perluas rumahmu adalah semata-mata rumah itu digunakan untuk tujuan ibadah kepada Allah ﷻ. Salah satu pendapat tersebut berasal dari ulama Ath Thibi. Beliau menjelaskan bahwa perintah yang dimaksud adalah untuk rumah. Namun yang dimaksud adalah jadikan rumahmu agar tetap betah berada di dalamnya dengan sibuk melakukan ibadah pada Alloh ﷻ dan jauhilah pergaulan yang tidak baik. (Lihat Tuhfatul Ahwadzi, 7: 132)

Sebelum lebih dalam membahas rumah yang luas dan nyaman sebagai jalan keselamatan, bagaimana jika kita lihat potret rumah Rasulullah ﷺ yang secara hakikat dapat kita ambil sebagai dasar membangun rumah seorang muslim.
Rasulullah ﷺ membangun rumah ketika pertama kali tiba di Madinah sehabis hijrah. Diantara banyaknya penawaran, Rasulullah ﷺ menerima permintaan sebuah keluarga dari Bani Najjar yang memberikan tanah untuk ditinggali. Tanah ini dulunya adalah tempat mengeringkan kurma dan kuburan orang-orang musyrik. Rasulullah ﷺ menyetujui dengan syarat tanah ini diratakan dan kuburan dipindahkan. Hal ini memiliki arti bahwa tidak dibenarkan dalam Islam, adanya kuburan dalam rumah. Dalam segi konstruksi, rumah Rasulullah ﷺ dibangun dari batu bata yang terbuat dari campuran tanah liat dengan serat gandum (barley) dan dikeringkan dengan panas matahari. Rumah Rasulullah ﷺ berdinding bata dilengkapi courtyard yang luas (openspace di dalam bangunan), dan memiliki entrance dibagian utara dan selatan. 

Rumah dengan konsep house-mosque tersebut memiliki tiga pintu. Ketika kiblat diubah dari Jerussalem ke Makkah, pintu selatan ditutup dan dijadikan dinding untuk arah kiblat. Kamar-kamar rumah Rasulullah ﷺ beratap pelepah kurma dengan luas tiap kamar sekitar 23 m² dan tinggi plafon 2,7-3,6m. Kamar-kamar bertambah dari 1-9 sesuai jumlah istri-istri Rasulullah ﷺ. Ada kebiasan di zaman Rasulullah ﷺ, bahwa jika hendak membangun pondasi rumah, maka para sahabat baik kaum Muhajirin dan Anshar diundan guntuk bekerja bersama. (Campo, 1991).

Ciri khas rumah-rumah di zaman Rasulullah ﷺ dan di zaman-zaman setelahnya hingga zaman kekaisaran Ottoman Turki (1590-1700) sama yakni courtyard dan taman. 

Selain itu, patut pula dicatat bahwa bagi yang mempunyai kuda sebagai kendaraan dimasa itu, rumah dilengkapi dengan istal. Secara umum, dapat disimpulkan bahwa konsep rumah dalam peradaban Islam adalah rumah yang mempunyai banyak kamar, dan dilengkapi tabhane (ruang utama), taman, dan courtyard. Hal ini menegaskan bahwa keluarga dalam konsep Islam cenderung besar. Keluarga besar ini tentu membutuhkan privasi yang dapat dipenuhi ketersediaan kamar yang cukup. Kamar-kamar ini juga diperuntukkan bagi orang tua atau sanak keluarga yang datang bersilaturrahim. (Campo, 1991).

Berdasarkan hadis Rasulullah ﷺ, "Empat hal yang membawa kebahagiaan, yaitu perempuan salihah, rumah yang luas, tetangga yang baik, dan kendaraan yang enak." (HR. Ibnu Hibban).  

Sejatinya demikian, namun itu bukan menjadi keharusan, karena banyak juga kisah kisah para sahabat, salafusalih, atau ulama-ulama terdahulu karena ke-juhud-annya hidup sederhana dengan akhir tanpa memiliki rumah bahkan harta sedikitpun, namun tetap mulia di mata Alloh ﷻ dan Rasul-Nya.

Sehingga ketika kita diberikan rezeki yang halal dan lapang serta berkesempatan untuk bisa membangun rumah dari awal, hendaknya kita bisa merencanakan dengan baik dan menyesuaikan dengan konsep rumah yang islami, di antaranya:

◾1. Memilih lingkungan yang islami atau baik. Rasulullah ﷺ bersabda, “Pilihlah tetangga (lihat calon tetangganya atau lingkungannya dulu) sebelum memilih rumah. Pilihlah kawan perjalanan sebelum memilih jalan dan siapkan bekal sebelum berangkat (bepergian).” (HR. Al Khatib).

◾2. Bangunan didirikan tidak ada didalamnya unsur syirik dalam pembuatannya, termasuk desain dan ornamen di dalamnya seperti penggunaan patung dan sebagainya. Hiasan dan ornament interior baiknya menggunakan motif tumbuhan, kaligrafi dan geometri. Memodifikasi pencahayaan, ventilasi, efek suara, landsekap, warna dan tekstur agar terlihat indah.

◾3. Mengusahakan dan menyesuaikan rumah dengan kamar yang banyak, sehingga kita bisa memisahkan kamar anak laki-laki dan perempuan. Di dalamnya juga terdapat kamar untuk ibadah termasuk adanya kamar tamu. Tapi hendaknya kamar untuk tamu terpisah dari ruang keluarga sehingga tidak memungkinkan tamu bisa melihat dengan bebas ruang keluarga.

◾4. Dalam QS2:82 dan 55:46-47, Alloh ﷻ mendeskripsikan taman-taman surga. Arsitektur Islam sangat dipengaruhi dengan konsep taman dan courtyard sehingga landsekap bagian yang tak terpisahkan dari bangunan. (Rehman, 2002)

Hal-hal tersebut hanya merupakan konsep dasar dan masih ada konsep lainnya yang belum diuraikan. Namun dari kesemuanya itu tidak serta merta menjadi wajib, contohnya taman atau ruang terbuka, atau keharusan menyiapkan space untuk tanaman hijau. Semuanya tetap disesuaikan dengan kondisi masing-masing. 

Kembali kepada pemahaman rumah yang luas, secara fisik adalah rumah yang besar atau luas bangunannya. Bisa juga rumah yang luas ini berarti rumahnya nyaman walaupun kecil. Namun seberapa besar dan nyaman rumah kita, seberapa kecil dan sempit rumah kita, sibukkanlah rumah kita dengan ibadah pada Alloh ﷻ. Inilah menjadi poin sangat penting untuk mendefinisikan rumah yang Islami sebagai jalan keselamatan.

Dari berbagai sumber, ciri-ciri rumah yang Islami diantaranya adalah:

◾1. Rumah yang di dalamnya selalu didirikan ibadah kepada Alloh ﷻ yang di dalamnya terjadi internalisasi nilai Islam secara baik dan komprehensif.

◾2. Rumah yang dapat menghindarkan penghuninya dari hal-hal yang tidak Islami, tontonan yang tidak baik, bacaan yang sia-sia, musik yang menjauhkan dari keimanan, patung, memelihara anjing di dalam rumah dan seterusnya. 

◾3. Rumah yang berperan sebagai tempat pembinaan generasi mendatang. Suami membimbing istri, orang tua memberikan contoh dan arahan yang baik untuk anak-anaknya, dan seterusnya. 

◾4. Rumah yang memungkinkan penghuninya menjaga adab Islami, saling berinteraksi, dan menghormati hak-hak sesama anggota rumah. Namun privasi masing-masing orang didalamnya tetap terjaga.

◾5. Rumah yang Islami adalah rumah yang tidak menutup diri dari dunia luar, atau merasa salih sendiri. Rumah yang memungkinkan interaksi dan hubungan social dengan lingkungan sekitar dan para tetangga bisa berlangsung dengan baik, dengan tidak menonjolkan kemewahan dan kekayaan.

Baiti Jannati, rumahku adalah surgaku. Demikian sabda Rasulullah ﷺ, adalah rumah yang dibangun semata-mata hanya untuk beribadah  dan berserah diri kepada Alloh ﷻ. Selanjutnya akan terwujud rumah tinggal yang didasari nilai-nilai Islam dan membentuk satu perilaku dan akhlak yang menuju kepribadian dan citra diri Islam yang dibentuk dari lingkungan tersebut. Allah ﷻ berfirman, “Hai orang-orangyang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka." (QS. At-Tahriim:6)

Seorang muslim selamanya akan selalu aktif melaksanakan ibadah sesuai tuntutan-tuntutan agama, dan mempunyai kewajiban terhadap keluarganya, juga berusaha untuk menjauhkan dirinya dan keluarganya dari hal-hal yang dilarang oleh agama kapan dan di mana pun termasuk di dalam rumahnya.

Ketika belum bisa melakukan amalan-amalan Sunah di rumah kita, minimal dan menjadi mutlak untuk ibadah-ibadah wajib. Salat fardu jangan sampai ditinggalkan oleh setiap anggota keluarga di rumah, puasa ramadan menjadi keharusan, serta mengusahakan juga jangan sampai jatuh ke dalam hal-hal yang makruh, bahkan haram.

Untuk beribadah dan berserah diri kepada Allah ﷻ saat dirumah tentunya membutuhkan tempat yang bersih dan rapi. Rumah yang bersih dan rapi sangat mendukung agar ibadah kita menjadi lebih khusyu dan tenang.  Kualitas ibadah kita menjadi lebih baik manakala rumah yang kita huni bersama anggota keluarga yang lain, semua saling memahami pentingnya menjaga kebersihan dan kerapihan. Dimulai dari diri kita apakah sebagai seorang anak, atau sebagai seorang suami-istri yang memberikan keteladanan bagi anak-anaknya, saling mendukung dan bekerjasama menjaga kebersihan dan keindahan rumahnya.

"Dari Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, Sesungguhnya Alloh ﷻ itu suci yang menyukai hal-hal yang suci, Dia Maha Bersih yang menyukai kebersihan, Dia Maha Mulia yang menyukai kemuliaan, Dia Maha Indah yang menyukai keindahan, karena itu bersihkanlah tempat-tempatmu." (HR. Tirmizi).

Dalam usaha mewujudkan kebersihan, hendaklah seorang muslim memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

◾1. Hendaklah seorang muslim dan anggota keluarganya, membiasakan untuk tidak membuang sesuatu, atau sampah, kecuali pada tempat yang sudah disediakan.

◾2. Hendaklah kaum wanita mengatur waku tertentu untuk mencuci pakaian dan perabotan bekas makan.

◾3. Hendaklah anggota keluarga memperhatikan barang-barang yang sering terkena debu, kemudian membersihkannya.

◾4. Hendaklah ada waktu tertentu yang telah disepakati untuk membersihkan rumah.

◾5. Hendaklah setiap anggota keluarga mempunyai jadwal mandi tersendiri, jangan sampai selama satu minggu tidak pernah mandi. Diantara Sunah Rasulullah ﷺ adalah mandi dihari Jum'at, menggunakan siwak untuk membersihkan gigi, dan menyehatkan gusi.

◾6. Hendaklah penghuni rumah menata rumahnya, sehingga terbebas dari polusi udara yang tak sedap, yang membahayakan penghuni rumah, atau tetangganya. Yang paling penting untuk diperhatikan adalah kebersihan dapur, kamar mandi dan WC. (Sa‟id, 2002)

Sedangkan untuk merealisasikan kerapian kenyamanan, dan enak dipandang, hendaklah seorang muslim memperhatikan hal-hal berikut ini:

◾1. Hendaklah semua apa yang ada dalam rumah tertata dengan rapi, dan di tempatkan pada tempatnya. Apabila kita menggunakan suatu barang, hendaklah kita letakkan kembali pada tempatnya. Adapun waktu yang tepat untuk menata dan merapikan rumah, adalah waku pagi hari.

◾2. Setiap anggota keluarga diharapkan tidak memaksakan kehendaknya sendiri dalam menata barang-barang yang ada, akan tetapi hendaklah membiasakan meletakkan suatu barang pada tempat yang sudah ditentukan.

◾3. Setiap kamar harus ditata sesuai dengan situasi dan kondisi kamar tersebut sesuai dengan sifat dan kegunaan kamar. 

◾4. Semua barang yang ada diatas meja, seperti buku-buku, kertas-kertas penting, hendaklah disusun dengan baik dan rapi. (Sa‟id, 2002).

Dipandang secara fisik, rumah luas, bersih, rapi, dan indah diharapkan menghasilkan kenyamanan bagi penghuninya, namun belum tentu menghasilkan keselamatan untuk akhirat dengan berbagai sebab. Sejatinya, rumah menjadi sebab keselamatan tersebut, disamping memang nyaman secara fisik juga nyaman dalam melaksanakan ibadah-ibadah. Ketenangan dan ketentraman menaungi segala aktifitas di dalam rumah. Penghuninya mudah mengingat Alloh ﷻ, sering terdengar lantunan ayat suci Al Quran. Keteladanan dengan adab Islami selalu muncul dalam setiap interaksi antara sesama penghuninya maupun penghuni dengan tetangga sekitar, dan seterusnya.

Tidak ada yang serba instan, semua butuh proses, butuh kesungguhan, butuh keikhlasan. Bahwa rumah sebagai jalan keselamatan menjadi keniscayaan bagi penghuninya manakala kita melaksanakan tahap demi tahap dengan berpedoman kepada Quran dan Sunah. 

Wallahu a’lam.
Pekanbaru, 23 September 2021

Blog: http://pijarpunbenderang.blogspot.com/
Daftar Pusaka:
Campo, J. E. 1991. The Other Side of Paradise. South Carolina: University of South Carolina Press.
Rehman, A. 2002. The Grand Tradition of Islamic Architecture. London: Routledge Curzon.
Sa‟id, Syaikh. 2002. Tatanan Rumah Islami. Robbani Press: Bandung.

•┈••◎◎❀★❀◎◎••┈•
❀ TaNYa JaWaB ❀
•┈••◎◎❀★❀◎◎••┈•

0️⃣1️⃣ Listina ~ Pekalongan
Assalammualaikum Ustadz.

Tadi disampaikan bahwa rumah Rasulullah ﷺ kamarnya ada 9, apakah berarti semua istri Rasulullah ﷺ tinggal satu rumah?

🌸Jawab:
Waalaikummussalam warahmatullah wabarakatuh

Iya, Rasulullah ﷺ menempatkan istri-istrinya dalam satu rumah dan berbeda kamar tentunya. Dalam hukum Islam, menyatukan istri-istri dalam satu rumah hukumnya boleh. Namun dengan catatan harus berbeda kamar. Hal ini agar tidak muncul kekhawatiran diantara istri-istri. 
Kita tahulah bersama, bahwa Rasulullah ﷺ adalah mahluk yang paling adil dalam berkeluarga. 

Wallahu a'lam.

0️⃣2️⃣ Bestiar ~ Pekanbaru
Ustadz, bagaimana cara "menghadirkan' syorga di rumah. Kadang sering berbeda pendapat dengan pasangan. Malas berdebat. Diam jadi pilihan.

🌸Jawab:
Bertengkar itu sunnatullah bunda, ibarat bumbu dalam masakan, bahwa pernikahan itu bukan mencari persamaan, tapi memenej perbedaan. Frekuensinya sama dulu, niatnya sama dulu untuk apa menikah, untuk apa membangun keluarga, untuk apa mempunyai keturunan. Tentunya suami istri ya harus belajar bersama, jangan istrinya saja ke majelis taklim, suaminya entah kemana. Tapi jangan lantas ketika sudah tidak satu frekuensi dengan suami, sering tengkar, diam-diaman, ujungnya cerai (Naudzubillah). 

Jangan lebih banyak persoalan yang timbul setelahnya, pertahankan ya, apalagi sudah mempunyai anak. Pepet terus suaminya bunda, karena ada surga lewat ketaatan pada suami, semua butuh proses, komunikasikan dengan baik, saat suami santai, nyaman. Dengar, nonton video pengajian ajak suami, atau minimal dengar nya disebelah suami, sambil diskusi ringan. Intinya di komunikasi, pengertian, dan saling memahami. 

Wallahu a'lam.

0️⃣3️⃣ Safitri ~ Banten
Assalamualaikum ustadz.

"Jangan memajang foto-foto atau gambar yang menyerupai makhluk hidup ketika didalam rumahnya terdapat banyak foto dan gambar-gambar seperti ini, malaikat-malaikat tidak mau datang atau masuk kedalam rumah tersebut" itu bagaimana ya ustadz, mohon penjelasannya ustadz?

🌸Jawab:
Waalaikummussalam warahmatullah wabarakatuh

Ulama berbeda pendapat terkait gambar, seperti foto cetak, print out, cinematografi lewat suatu alat atau mesin masih dibolehkan sepanjang tidak ada unsur kesyirikan, atau pornografi (buka aurat). Kalau lukisan gambar buatan langsung manusia ini yang sering diperdebatkan, apalagi gambar tersebut utuh gambar manusia, ini harus dihindari dan ditinggalkan. Tapi kalau alam, pohon, pemandangan, masih dibolehkan. 

Wallahu a'lam.

0️⃣4️⃣ Aisya ~ Riyadh 
Assalamualikum warahmatullahi wabarakatuh Ustadz.

Dikampung saya masih menjalankan tradisi termasuk orang tua saya, ketika membangun rumah harus menanam paku emas, dan di atap rumah tersebut, saya sendiri tidak tau apa fungsinya, hanya saja,
apakah itu termasuk perbuatan syirik ustadz?

Dan membacakan ayat suci al Quran di empat sisi rumah, bukan di dalam rumah itu bagaimana hukumya ustadz?
Mohon penjelasannya.

🌸Jawab:
Wa'alaikumussalam warohmatullah wabaarokatuh. 

Tradisi diperbolehkan sepanjang tidak ada unsur kesyirikan atau cara-cara yang tidak sesuai dengan syariát, semua tradisi pasti awalnya ada maksud dan tujuannya. Seperti tradisi gotong royong itu sangat bagus, ada kebersamaan, ada silaturahim. Doa bersama ketika ingin membangun rumah masih dibolehkan karena ada unsur melibatkan Alloh ﷻ di setiap aktifitas. Namun tradisi-tradisi yang awalnya dari budaya hindu ini yang mungkin masih tidak sesuai cara dan tujuannya. 

Bahwa dulu tradisi tersebut dibolehkan para penyebar islam di nusantara sebagai cara untuk bisa menarik simpati masyarakat yang belum beragama Islam, karena konsep "tidak ada paksaan masuk dalam Islam, namun ketika sudah masuk, maka panduannya Quran dan Sunah, dan hukum turunannya seperti Qiyas, dan Ijma Ulama." Apalagi ada keharusan menanam paku emas misalnya, dan kalau tidak dilakukan maka akan ada bahaya atau musibah, ini sudah mendekati kesyirikan, walaupun dibungkus dengan bacaan Al Qurán. Sebaiknya berikan pemahaman dengan bahasa yang santun, atau minimal dalam hati kita menolaknya, dan selanjutnya tidak melakukannya lagi. 

Wallau a'lam.

0️⃣5️⃣ Ulil ~ Gresik
Uatadz, untuk bangun atau membeli rumah, beberapa orang masih percaya kalau posisi rumah itu tusuk sate akan membawa sial, apa itu juga termasuk syirik? Mohon penjelasannya.
Jazakallah khoir.

🌸Jawab:
Iya benar, itu bisa ke arah syirik, karena mempercayai sesuatu yang akan (pasti) terjadi ketika tidak melaksanakannya. Kalopun ada kejadian misal ditabrak (rusak) lebih karena posisi ujung dan buntu, hal dan kejadian yang biasa, tidak perlu dikaitkan dengan sesuatu apapun, mungkin bisa ke arah estetika dan keamanan saja. Banyak kok yang rumah ditusuk sate aman-aman saja.

Wallahu a'lam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar