Rabu, 29 September 2021

TIDAK MELEMBUTKAN SUARA DI DEPAN LELAKI YANG BUKAN MAHRAM



OLeH: Ummi Yulianti, S.Pd.

•┈•◎❀★❀◎•┈•
❀ M a T e R i ❀
•┈•◎❀★❀◎•┈•

💎TIDAK MELEMBUTKAN SUARA DI DEPAN LAKI-LAKI BUKAN MAHROM

بِسْــــــــــــــمِ اللّهِ الرَّحْمن الرَّحِيْمُ


السلام عليكم و رحمة الله و بركاته
 الحمد لله 
نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ...

ام بعد

Segalanya milik Alloh ﷻ apa yang ada di langit dan bumi, kenikmatan dan kesusahan asalnya dari Alloh ﷻ sudah selayaknya kita panjatkan puji dan syukur hanya kepada Alloh ﷻ. 

Agama Islam adalah agama yang mengangkat dan membebaskan manusia dari jaman jahiliah jaman kegelapan menuju ke jaman yang terang benderang, sudah selayaknyalah kita sebagai umatnya senantiasa menghaturkan sholawat dan salam hanya kepada Nabi Muhammad ﷺ.

Perempuan mempunyai berbagai sudut aspek kehormatan yang patut dijaga, tak hanya aurat. Tetapi juga suara. 

Dalam kitab al-Fiqhu ‘ala Madzhab al-Arba‘ah yang ditulis Abdurrahman al-Jaziri, disebut ulama berbeda pendapat perihal suara perempuan. 

Sebagian ulama mengatakan suara perempuan bukan aurat karena para istri Rasulullah ﷺ meriwayatkan hadist kepada para sahabat atau tabiin laki-laki. Sebagian ulama mengatakan bahwa suara perempuan termasuk aurat.

Meski begitu, perempuan ketika berbicara dilarang  meninggikan suaranya sekira terdengar oleh laki-laki yang bukan mahram.

Pasalnya, suaranya lebih mendekati fitnah daripada suara gemerincing gelang kakinya. 

Dalam surat an-Nur ayat 31 Alloh ﷻ berfirman, "Janganlah mereka berjalan dengan mengentakkan kaki agar perhiasan mereka yang tersembunyi dapat diketahui.”

Alloh ﷻ melarang laki-laki untuk mendengarkan suara gemerincing gelang kaki perempuan karena itu menunjukkan perhiasan mereka.

Keharaman suara perempuan tentu lebih daripada keharaman (mendengarkan) suara gemerincing perhiasannya.  

Karena alasan tersebut, ahli fikih memakruhkan adzan perempuan karena adzan membutuhkan suara yang keras.

Sementara perempuan dilarang mengeraskan suaranya. Atas dasar ini, perempuan diharamkan bernyanyi dengan suara keras bila terdengar oleh laki-laki bukan mahram, sama saja nyanyi diiringi alat musik atau tidak diiringi.  

"Keharaman itu bertambah bila nyanyian perempuan itu mengandung unsur yang dapat mengobarkan syahwat seperti menyebut cinta, rindu dendam, deskrispsi perempuan, mengajak pada maksiat, dan lain sebagainya,” tulis Abdurrahman Al-Jaziri dalam kitab tersebut.

Sementara itu, Syekh Wahbah az-Zuhayli dalam kitab al-Fiqh al-Islami wa Adillatuh menulis bahwa suara perempuan menurut mayoritas ulama bukan aurat karena para sahabat mendengarkan para istri Rasulullah ﷺ untuk memahami hukum agama. 

Tetapi (laki-laki) diharamkan mendengarkan suara perempuan dengan merdu dan lagu meskipun hanya membaca Al Quran karena khawatir fitnah.

Ulama Hanafiyah mengungkapkan, suara perempuan bukan aurat. Mayoritas ulama memandang suara perempuan tidak termasuk sebagai aurat.

Namun jika suara yang dikeluarkan dapat menimbulkan hal-hal buruk atau mudharat, dibuat mendayu-dayu, maka suara perempuan menjadi haram untuk didengar banyak orang. Keharaman mendengarkan suara perempuan dalam bentuk apapun baik itu tadarus, tilawah, nyanyian, atau senandung, terletak pada kemunculan fitnah. 

Dalam QS. al-Ahzab ayat 32, Alloh ﷻ berfirman, "Hai istri-istri Nabi, kamu sekalian tidaklah seperti wanita yang lain jika kamu bertakwa. Maka janganlah kamu tunduk dalam berbicara dengan mendayu-dayu sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya."

Ayat ini diturunkan untuk memperingatkan umat Muslim, khususnya perempuan agar lebih berhati-hati dalam mengeluarkan suara. 

Alloh ﷻ juga melarang wanita untuk tidak berkata dengan lemah lembut dengan laki-laki yang bukan mahramnya.

Maka dari itu, lebih baik muslimah berbicaralah seperlunya saja dengan laki-laki yang bukan mahram.

Berbicara antara laki-laki dan perempuan yang bukan mahram, sebenarnya tidak dilarang. Hanya syaratnya, pembicaraan yang dilakukan memenuhi ketentuan secara syara’. Pembicaraan boleh dilakukan jika tidak berkhalwat, tidak menimbulkan fitnah, isi pembicaraan mengandung kebaikan, serta tetap menjaga adab-adab kesopanan yang berlaku.

Pada zaman Rasululullah Shallallahu alaihi wa sallam dan shahabat, banyak kisah istri-istri Rasulullah ﷺ yang berbicara dengan para shahabat. Misalnya ketika memberi jawaban atas suatu pertanyaan tentang Islam. Setelah Rasulullah ﷺ wafat, Aisyah radhiyallahu'anha atau sang Ummul Mukminin juga menjadi guru bagi para shahabat.

Dalam melakukan percakapan antara laki-laki dan perempuan yang bukan muhrim, kita bisa meneladani sikap para istri Nabi. Sebagaimana firman Allah Ta'ala :

يَٰنِسَآءَ ٱلنَّبِىِّ لَسْتُنَّ كَأَحَدٍ مِّنَ ٱلنِّسَآءِ ۚ إِنِ ٱتَّقَيْتُنَّ فَلَا تَخْضَعْنَ بِٱلْقَوْلِ فَيَطْمَعَ ٱلَّذِى فِى قَلْبِهِۦ مَرَضٌ وَقُلْنَ قَوْلًا مَّعْرُوفًا

“Hai istri-istri Nabi, kamu sekalian tidaklah seperti wanita yang lain, jika kamu bertakwa. Maka janganlah kamu tunduk dalam berbicara sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya dan ucapkanlah perkataan yang baik." (QS. Al-Ahzab : 32)

Ayat itu menjelaskan tentang adab saat berbicara dengan lawan jenis yang bukan muhrim. Baik secara langsung, maupun lewat teks atau media sosial. Untuk menjaga diri dari fitnah, hendaknya perempuan dan laki-laki yang berdialog atau berkirim pesan dengan lawan jenis bukan muhrim bisa menjaga diri.

◼️Ada Batasan dan Adab

Dalam kehidupan sehari-hari, kaum muslimah juga tidak lepas dari interaksi dan berkomunikasi dengan lawan jenis yang bukan mahram ini. Ketika saat berbelanja, sekolah, kuliah, bekerja dan aktivitas lainnya.

★ Ada aturan-aturan dalam muamalah antara seorang laki-laki dan perempuan.

Dalam pembicaraan dengan lawan jenis, intinya jangan merasa nyaman, jangan dinikmati dan hati-hatilah karena memang awalnya ketertarikan itu tidak serta merta.

"Biasanya dimulai dari obrolan santai, pembahasan tugas dan seterusnya lalu berlanjut dengan candaan yang menjadikan kita semakin lebih nyaman dan senang untuk meneruskan komunikasi sampai akhirnya akan menjurus kearah yang lebih privasi." Artinya jangan sampai kita merasa aman lalu berkata “nggak kok, saya bisa jaga diri, saya juga bisa jaga hati insyaAllah tidak ada masalah. Dan merasa yakin bahwa hal tersebut tidak membawa pengaruh untuk kita karena dalam menggoda manusia, setan punya seribu satu cara dan yang namanya lawan jenis itu ada daya tariknya seperti positif dan negatif. Maka antara lawan jenis ada tarik-menariknya dan itu pun tidak bisa dipungkiri. 

Bagaimana dengan candaan atau sekadar bercanda dengan lawan jenis?

Nabi Shallallahu alaihi wa sallam pernah bercanda. "Mungkin kita sudah pernah mendengar bagaimana Nabi pernah bercanda dengan seorang wanita tua dan dia bertanya kepada Nabi, apakah dia masuk Surga. Nabi pun menjawab “didalam Surga tidak ada wanita tua.” Dan Nabi tidak berdusta karena memang didalam Surga semua wanita tua akan menjadi muda. Candaan Nabi tidak mengandung unsur kebohongan tidak juga menyakiti. Candaan Nabi pun sangat terhormat. Lalu bagaimana dengan candaan kita? Apa yang kita obrolkan, apa yang kita jadikan guyon itu semua akan dipertanggung jawabkan di akhirat kelak.

Jika candaan berkaitan dengan obrolan antara lawan jenis itu pasti ada daya tariknya. Obrolan biasa akan menjadi istimewa jika setan sudah ikut campur di dalamnya, sehingga tetaplah waspada dan jangan sampai lengah karena setan menjerumuskan kita secara langsung akan tetapi dengan cara perlahan-lahan. Dalam urusan berbicara saja Nabi pernah bersabda:

مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللہ وَ اليَوْمِ الأَخِرِ فَليَقُولْ خَيْراً أوْ لِيَصْمُوتِ

“Barang siapa yang beriman kepada Alloh ﷻ dan hari kiamat maka berkatalah yang baik atau diam lah.”

★ Intinya dalam berkomunikasi dengan lawan jenis, ada adab yang harus diperhatikan terutama oleh kaum perempuan muslimah, antara lain:

1. Tidak melembutkan suara.
2. Tidak berkhalwat.
3. Mengucapkan perkataan yang baik.
4. Tundukkan pandangan.

Sedangkan dalam berkomunikasi dengan lawan jenis yang bukan mahram melalui media sosial (medsos) seperti chatting misalnya, memang digunakan syarat-syarat yang hanya bisa diukur oleh diri sendiri. Seperti bahasa yang digunakan termasuk merayu atau tidak, isi pembicaraan merupakan hal penting atau tidak, dan sebagainya. Karena itu, dibutuhkan kejujuran masing-masing pribadi dalam mengukurnya, dan sejauh mana kita merasa diawasi oleh Alloh ﷻ. Semakin kuat iman seseorang, maka semakin takut ia untuk melanggar hal-hal yang telah dibatasi Alloh ﷻ, dan rasa diawasi oleh Alloh ﷻ juga semakin kuat.

Wallahu A’lam

Demikian Paparan kali ini.
Yang benar datangnya dari اللّه. Yang salah dari ketidatahuan ana yang masih fakir ilmu agama.

Mohon maaf jika ada salah-salah kata dalam penulisan.

 العلم بلاعمل كا لشجر بلا ثمر

Ilmu itu apabila tidak diamalkan bagaikan pohon yang tidak berbuah.

 جزاكم الله خير جزاء شكرا وعفوا منكم...
فا استبقوا الخيرات...

والسلام عليكم ورحمة الله و بر كاته

•┈••◎◎❀★❀◎◎••┈•
❀ TaNYa JaWaB ❀
•┈••◎◎❀★❀◎◎••┈•

0️⃣1️⃣ iNdika ~ Semarang
Bagaimana sebaiknya suara wanita jika dia bekerja sebagai resepsionis atau penerima telepon ya Umm?

🔷Jawab: 
Tetap ramah tapi tidak mendayu-dayu dan tidak dibuat-buat. Ramah tapi tegas.

Wallahu a'lam

0️⃣2️⃣ Riyanti ~ Yogja
Sejarah Islam mencatat, ada sahabiyyah yang jadi laksamana, Aisyah ikut perang Jamal. Menurut ustadzah untuk konteks sekarang bagaimana kita mengambil hikmahnya?

🔷Jawab: 
Kalau dilihat dari shiroh, para shabiyah ketika ikut berjihad kebanyakan berada di garis belakang dengan tugas merawat para mujahid yang terluka. Kalau pun akhirnya di garis depan, memang punya keahlian dan dibutuhkan keahliannya tersebut. Dalam konteks sekarang wanita bisa tampil di depan, selama menjaga adab bergaul, menutup aurat, terlebih bila memang keahliannya dibutuhkan masyarakat.

Wallahu a'lam

0️⃣3️⃣ Safitri ~ Banten 
Ustadzah jika dalam pekerjaan kita bergabung dengan laki-laki bahkan setiap hari selalu berintraksi bercandaan setiap harinya, bagaimana cara mengendalikan sikap kita agar tidak terlalu berlebihan dan masih dalam batas wajar?

🔷Jawab: 
Tetap menjaga batasan, kurangi bercanda kalau bisa dihilangkan. Tapi bukan berarti jadi jutek. Tetap ramah dengan menerapkan syariah, misalnya dengan tidak bersentuhan ketika salaman. Mungkin awalnya akan ada protes, tapi lama kelamaan akan memaklumi.

🌷Insyaallah bun, tapi bun jika tidak boleh bersentuhan dengan lawan jenis jika itu dilakukan tidak sengaja tidak apa-apa kan bun?

🔷Kalau tidak sengaja tidak apa-apa.

Wallahu a'lam

0️⃣4️⃣ Mujahidah ~ Purbalingga
Assalamu'alaikum warohmatullohi wabarokatuh.

Ustadzah, jika kita berbicara dengan lawan jenis masalah pekerjaan, namun menyertakan emot senyum, termasuk menjerumuskan?

🔷Jawab: 
Wa'alaikumussalam warohmatullah wabaarokatuh. 

Sebaiknya hindari penggunaan emot yang multitafsir, menurut kita biasanya saja, belum tentu menurut orang lain. 
Pilih emot yang aman dari multitafsir.

🌷Apakah ada emot-emot yang tidak diperbolehkan untuk digunakan dalam chat dengan lawan jenis? Maksudnya emot yang boleh dan tidak diperbolehkan.

🔷Emot yang berlambang cinta atau sejenisnya mesti dihindari.

Wallahu a'lam

0️⃣5️⃣ Achi ~ Tangsel
Assalamu'alaikum ustadzah.

Bagaimana caranya untuk tetap mengendalikan nada bicara dengan lawan jenis? Maksudnya tidak sampai merubah nada bicara dan gesture tubuh. Karena terkadang jika bertemu dengan kawan lama, suka "kebablasan", baik becandaannya maupun gesture tubuh saat berinteraksi. 

Karena termasuk yang "sering" berinteraksi dengan lawan jenis, khususnya dalam hal pekerjaan. Jadi kadang dituntut profesional, tetapi dalam hal berinteraksi seperti itu. Syukron.

🔷Jawab: 
Waalaikummussalam warahmatullah wabarakatuh

Kalau profesional insyaaAllah bisa menjaga yaa. 

Ketika mengobrol biasa yang kadang tidak terkontrol, begitu maksudnya ya mba? 

Harus dibiasakan untuk melakukan batasan, diawal-awal sekali dua kali masih sering kelupaan. Tapi kalau sudah terbiasa, akan menjadi habits, dan reflek otak kita mengingatkan sedang berinteraksi dengan bukan muhrim.

Wallahu a'lam

•┈•◎❀★❀◎•★•◎❀★❀◎•┈•
❀CLoSSiNG STaTeMeNT❀
•┈•◎❀★❀◎•★•◎❀★❀◎•┈•

Kecantikan sejati seorang wanita tercermin dalam jiwanya, dalam rasa malunya, dan dalam agama dan keimanannya.

Wallahu a'lam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar