Rabu, 29 September 2021

HIDUPLAH SESUAI DENGAN LEVEL MU, JANGAN PAKSAKAN DIRI

 


OLeH: Ustadz Erwan Wahyu Wibowo

•┈•◎❀★❀◎•┈•
❀ M a T e R i ❀
•┈•◎❀★❀◎•┈•

💎HIDUPLAH SESUAI LEVELMU, JANGAN PAKSAKAN DIRI

بِسْـــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِِِ الرَّحِيْـــــــم

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

‎إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ ،َأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.، أَمَّا بَعْدُ؛
‎ رٓ بِّ اشْرَحْ لِىْ صَدْرِىْ وَيَسِّرْلِىْ اَمْرِىْ وَاحْلُلْ عُقْدَةً مِنْ لِسَانِىْ يَفْقَهُوْاقَوْلِى
وَالَّذِينَ إِذَا أَنْفَقُوا لَمْ يُسْرِفُوا وَلَمْ يَقْتُرُوا وَكَانَ بَيْنَ ذَٰلِكَ قَوَامًا

"Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) ditengah-tengah antara yang demikian."
(QS. Al-Furqān: 67)

Puji syukur kehadirat Alloh ﷻ yang masih memberikan kita nikmat iman, Islam dan keistiqomahan untuk tetap berjalan di jalan ini. Jalan dakwah yang semoga berujung kata Jannah.

Shalawat beriring salam selalu kita hadiahkan kepada uswah hasanah kita, pejuang peradaban Islam, Al Qur'an berjalan, kekasih Alloh ﷻ yakni Nabi besar Muhammad ﷺ, pada keluarga dan para sahabatnya semoga kita kelak dikumpulkan oleh Alloh ﷻ bersama beliau di hari akhir nanti.

Saya ingin bercerita tentang kehidupan masyarakat di Jepang, kalau saya bilang masyarakat Jepang artinya adalah orang asli Jepang (Nihonjin) atau orang asing yang tinggal di Jepang, karena orang asing yang tinggal di Jepang pun diperlakukan sama seperti Nihonjin, kami punya KTP, bayar pajak dapat subsidi dari pemerintah dan lain-lain, sama hak dan kewajibannya.

Yang membedakan waktu tinggal kita yang terbatas, alias ada expirednya sedangkan Nihonjin atau orang asing yang permanent resident tidak ada batasnya.

Batasnya biasanya kalau mahasiswa adalah sesuai masa studi; kalau under graduate atau S1 biasanya 4 tahun, master biasanya 2 tahun, doktoral 3-4 tahun, post doctoral bisa sampai 2 tahun, jadi kalau dari S1 - S3 bisa 10 tahun ditambah post doctoral 2 tahun total maksimal 12 tahun.

Kalau kenshusei atau pegawai magang di perusahaan Jepang biasanya sesuai kontrak kerja. Nah kembali ke topik gaya hidup masyarakat Jepang. Masyarakat Jepang itu terkenal fungsional dan praktis, alias tidak ribet hidupnya, semua efektif dan efisien.

Jadi, dalam urusan barang-barang rumah tangga pun masyarakat Jepang itu simple, hanya beli barang atau punya barang yang memang dibutuhkan.

★  Hal ini karena:
1. Budaya memang begitu, jadi rumah-rumah di Jepang itu perabotnya minimalis.

2. Barang-barang besar dan banyak bakal repot buangnya, di jepang tidak ada namanya pemulung, buang sampah besar juga tidak bisa asal di tempat sampah, bayarnya mahal. Buang kulkas saja harus bayar 7000-9000 yen, sekira 900rb - 1,1 jt.

Jadi, tidak ada cerita orang Jepang "panas" hati gegara tetangga beli TV atau kulkas baru atau furniture baru seperti ibu-ibu kompleks, atau heboh kalau mobilnya lebih besar dibanding mobil tetangga.

Orang Jepang beli barang baru itu bisa dipastikan gegara barang lama sudah tidak bisa dipakai. Di Indonesia tiap apple keluarin produk baru tiap tahun, maka tiap tahun pula orang Indonesia ganti iphone, sekarang yang paling baru iphone 12 ya, di Jepang di subway atau bis, bahkan iphone 5s saja orang masih ada yang pakai, yang penting masih berfungsi, sehingga masih dipakai, bayangkan iphone 5s itu release tahun 2013, tahun 2021 masih banyak orang pakai di Jepang.

Orang Jepang atau orang asing yang tinggal di Jepang beli mobil itu karena memang butuh, karena pajak kendaraan atau shaken itu mahal di Jepang, parkir sejam 500 yen/ 65.000 rupiah,
orang prefer pakai sepeda atau transportasi publik seperti bis, subway atau kereta, mobil-mobil di Sendai tempat saya tinggal, kebanyakan mobil kecil-kecil, seperti karimun wagon R.

Salah satu prinsip gaya hidup yang merasuki kehidupan  masyarakat saat ini adalah konsumerisme. 

Konsumerisme ditandai oleh tingkat konsumsi atau belanja tinggi pada barang-barang tertentu, meski mereka bukanlah prioritas dan kebutuhan sama sekali.

Barang-barang itu dibeli hanya untuk memenuhi keinginan sesaat tanpa menimbang nilai fungsi mereka dalam kehidupan. Atau juga barang-barang itu dibeli hanya karena melihat rekan dan tetangga yang lain mempunyai barang-barang yang serupa.

Cara hidup seperti ini sangatlah beresiko. Kalau tidak dibarengi dengan pendapatan yang cukup, bisa saja hal ini akan mendorong seseorang pada pilihan hidup yang salah. Salah satunya adalah melakukan korupsi dan berutang dan terjerat riba.

Banyak orang yang mengabaikan fungsi dari suatu produk, dan lebih memilih untuk membeli 'pengakuan' yang didapatkan saat ia menggunakan produk tertentu. Tidak jarang yang rela 'kere' (atau jual ginjal) untuk mendapat pengakuan tersebut.

🔶Apa yang kita pertimbangkan saat membeli satu produk?

Fungsi atau 'pengakuan' yang ingin kita dapatkan?

Perilaku kita yang lebih menyukai untuk mendahulukan gengsi inilah yang menyebabkan banyak yang rela menghabiskan sebagian besar gajinya untuk memenuhi gaya hidup.

Padahal gaji seberapa besar pun tidak akan sanggup untuk membiayai gaya hidup. Well, serem juga ternyata jika kita tidak dapat mengendalikan gaya hidup dan lebih mengutamakan gengsi.

🔶Apa kiat supaya tidak terjebak pada situasi berlebih-lebihan dalam membelanjakan harta sebagaimana ayat yang saya kutip di awal?

◾1. Senantiasa Mengharapkan Ridha Alloh ﷻ Semata

Tingkatan tertinggi dalam ikhlas adalah mengharapkan ridha Alloh ﷻ semata, sehingga tidak terbersit sedikit pun rasa ingin mencari imbalan atau perhatian orang lain, baik itu pujian, simpati, dan lain sebagainya.

◾2. Mengharapkan Surga Dan Minta Dihindarkan Dari Neraka

Dalam Al Quran, Alloh ﷻ sudah menjanjikan bagi hamba-Nya yang berbuat baik dan beramal sholih akan memperoleh surga dan terhindar dari neraka. 

Karena itu, seorang muslim memprioritaskan beramal atau bersedekah dan mengharapkan balasan akhirat dari Alloh ﷻ alih-alih mengedepankan gaya dan gengsi dalam membelanjakan harta.

Yang saya tahu warga Indonesia yang tinggal di Jepang, walau berangkat ke kampus pakai sepeda atau pakai transportasi publik, saat Ramadhan kemaren infaq dan shodaqohnya luar biasa.

Bahkan saat awal-awal pandemi di Indonesia dan APD langka untuk nakes, teman-teman Indonesia menyumbang banyak banget lewat ACT kalau dikonversi ke rupiah bisa ratusan juta. Apalagi saat itu nilai tukar yen terhadap rupiah lagi tinggi tingginya yaitu sekitar Rp 154/ 1 yen, biasanya 139.

◾3. Hiduplah Dengan Kemampuan

Hal ini sangat penting, berhenti mengukur kemampuan diri dengan standar hidup orang lain. Lihat kemampuan kita, jangan memaksakan diri agar sama dengan orang lain hanya untuk lebih dihargai. 

Menerima diri sendiri akan membuat kita terhindar dari gengsi yang justru menghambat untuk sukses. Hidup dengan sederhana. Tidak perlu ikut-ikutan demi terlihat keren. Membeli barang yang tidak dibutuhkan demi terlihat wow dan menarik.

◾4. Jadilah Diri Kamu Sendiri

Tidak  perlu menjadi orang lain demi diterima orang lain. Well, orang yang menyukai kita, tidak perlu alasan untuk menerima kita dan orang yang membenci kita, tidak akan pernah melihat hal baik tentang kita.

◾5. Mengharapkan Berkah Dunia Dari Alloh ﷻ

Berkah itu bukan tentang banyak, bahkan yang sedikitpun bila itu terus menerus memberikan kebaikan atau kemanfaatan bagi kita itu lebih baik.

Sering kali yang banyak itu tidak selalu berkah, bila kita tidak mensyukuri dan memanfaatkannya untuk ibadah dan beramal sholih.

Wallahu a'lam

•┈••◎◎❀★❀◎◎••┈•
❀ TaNYa JaWaB ❀
•┈••◎◎❀★❀◎◎••┈•

0️⃣1️⃣ Phity ~ Yogja
Ustadz, gaya hidup seperti itu, yang simple, tidak neko-neko itu, apakah menyeluruh di semua wilayah? Apakah tidak dipengaruhi tingkat pendidikan?
Artinya apakah semua kalangan bergaya hidup seperti itu? 
Terima kasih.

🔷Jawab:
Terima kasih pertanyaannya.

Kebanyakan masyarakat Jepang memang simple begitu hidupnya, banyak atau mayoritas tinggal di apato atau apartemen dibanding punya rumah sendiri.

Yang punya rumah gedong atau mobil mewah seperti audi atau mercy bisa dipastikan memang beneran orang kaya.

Makin kaya seseorang, makin besar pajaknya, sehingga mereka benar siap dengan konsekwensi biaya tinggi (pajak) plus menopang gaya hidup mewahnya. Sehingga, pendapatan memang beneran besar.

Sepertinya tidak ada korelasinya dengan tingkat pendidikan. Karena banyak profesor profesor saya juga memilih tinggal di asrama atau dormitori kampus alih-alih beli rumah. Kawan-kawan Jepang saya yang di graduate skul atau pasca sarjana juga hidupnya simple dan sederhana. Banyak yang tinggal di apartement juga.

Wallahu a'lam

0️⃣2️⃣ Rustia ~ Bekasi 
Assalamu'alaikum...

MaasyaaAllah ustadz, diceritakan begitu serasa ingin pindah ke Jepang.
Hidup minimalis seperti itu meringankan hisab ya ustadz. Kemudian saya sering dengar kalau "orang Islam yang Jepang masuk surga" saking gaya hidupnya seperti itu.

🔷Jawab:
Waalaikummussalam warahmatullah wabarakatuh

Terima kasih pertanyaannya.

 آمِيْن يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ  

Iya, hidup sederhana itu meringankan hisab inshaAllah.

Wallahu a'lam

0️⃣3️⃣ Bestiar ~ Pekanbaru
Ijin komen Ustadz. Kalau dilihat dan diamati orang Jepang sangat bagus disiplinnya. Teratur dan tidak ribet. Jika mereka beragama Islam, mungkin lebih mudah dalam mengikuti ajaran Islam karena taat aturan. Bukankah begitu ustadz? Afwan kalau saya salah.

🔷Jawab:
Terima kasih feedbacknya.

Iya mbak, orang Jepang itu sangat toleran dan tidak rasis sebagaimana orang-orang Eropa. Banyak orang Jepang juga yang masuk Islam, kebanyakan karena mox married, atau perkawinan campuran, entah laki-lakinya yang muslim atau perempuannya yang muslim. 

Bahkan presiden ICCS Islamic Cultural Centre of Sendai adalah orang Jepang muslim, namanya Sato san, beliau sering jemput pakai mobil keliling orang-orang yang mau sholat di masjid, setiap isya' dan shubuh every day. Karena Masjid Sendai itu lokasinya jauh dari peradaban.

Wallahu a'lam

0️⃣4️⃣ Safitri ~ Banten 
Ustadz, bagaimana cara mengendalikan diri agar tidak terpengaruh sama lingkungan dan teman-teman. Cara yang baik bilang ketika teman-teman ngomong kenapa sih tidak beli, murah loh, bagus loh, kenapa sih apa-apa tidak mau? Nah bagaimana ustadz?

🔷Jawab:
Yang penting kita punya prinsip ya. Beli barang yang memang kita butuhkan bukan karena keinginan atau hawa nafsu. Recourse-nya bisa dialihkan untuk kebutuhan lain atau untuk infaq dan sedekah. 

Bisa dijawab:
~ Maaf saya sudah ada di rumah yang seperti itu.
~ Tidak apa-apa, anggarannya mau dipakai untuk yang lain. Dan lain sebagainya. 

🌷Sepertinya hidup di Jepang itu nyaman damai dan tentram sekali.

🔷Alhamdulillah, yang jelas orang-orang yang pernah tinggal di Jepang, kangen pingin balik lagi. Saya belum ketemu yang menyesal pernah ke Jepang.

Maksudnya bukan mengagung-agungkan ya, hal hak negatif pasti ada; pergaulan bebas, mabuk, bunuh diri, workoholic. Hanya saja hal-hal yang positif tentang kesederhanaan, disiplin, kebersihan, toleransi, etos kerja, service excelent bisa kita contoh.

Wallahu a'lam

0️⃣5️⃣ Aisya ~ Riyadh 
Assalamualikum warahmatullahi wabarakatuh...  

Ustadz, boleh berbagi tipsnya, bagaimanakah kiat-kiat atau cara-cara agar bisa mendidik gaya hidup buah hati kita agar bisa meniru gaya hidup orang jepang tetap sederhana dan sesuai level kita.

Dari keluarga kita inshaallah bisa, hanya ketika di luar rumah ustadz?
Mohon penjelasannya

🔷Jawab:
Waalaikummussalam warahmatullah wabarakatuh

Terima kasih pertanyaannya.
Beri pemahaman tentang gaya hidup masyarakat maju, bisa diajak nonton youtube kehidupan orang Jepang yang simple dan sederhana, and then orang tua contohkan dengan istiqomah atau konsisten.

Wallahu a'lam

•┈•◎❀★❀◎•★•◎❀★❀◎•┈•
❀CLoSSiNG STaTeMeNT❀
•┈•◎❀★❀◎•★•◎❀★❀◎•┈•

إِنَّ الْمُبَذِّرِينَ كَانُوا إِخْوَانَ الشَّيَاطِينِ ۖ وَكَانَ الشَّيْطَانُ لِرَبِّهِ كَفُورًا

"Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan dan syaitan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya."
(QS. Al Isra' : 27)

Wallahu a'lam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar