Kamis, 30 Juni 2022

THARIQUL IMAN

 


OLeH: Ummu Azkia Fachrina

•┈•◎❀★❀◎•┈•
❀ M a T e R i ❀
•┈•◎❀★❀◎•┈•

💎 THARIQUL IMAN

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

إنَّ الـحَمْدَ لِلّهِ نَـحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُه لا نبى بعدى

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى (إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى) آلِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ

بِسْمِ اللَّهِ تَوَكَّلْتُ عَلَى اللَّهِ لاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللَّهِ الْعَلِيِّ اْلعَظِيْمِ

رَبِّىْ زِدْنِيْ عِلْمًـا ناَفِعًاوَرْزُقْنِـيْ فَهْمًـا

رَضِيْتُ بِاللهِ رَبًّا وَبِالْاِسْلاَمِ دِيْنًا وَبِمُحَمَّدٍ نَبِيًّا وَرَسُوْلاً
رَبِّىْ زِدْنِيْ عِلْمًـا ناَفِعًاوَرْزُقْنِ

رَبِّ اشْرَحْ لِي صَدْرِي وَيَسِّرْ لِي أَمْرِي وَاحْلُلْ عُقْدَةً مِنْ لِسَانِي يَفْقَهُوا قَوْلِي

أَمَّا بَعْدُ

بِسْمِ اللَّهِ تَوَكَّلْتُ عَلَى اللَّهِ

Akhwati rahimmakumullah

Alhamdulillah hari ini kita dipertemukan oleh Alloh ﷻ di dalam sebuah pertemuan yang insyaAllah pertemuan ini diridhoi oleh Alloh ﷻ. Majelis yang diridhoi Alloh ﷻ, sekalipun duduknya kita belum bertatap muka tetapi dalam kondisi online ya, tapi mudah-mudahan apa yang kita lakukan saat ini mendapatkan ridho Allah Ta'ala, InsyaAllah. 

بِسْمِ اللَّهِ تَوَكَّلْتُ عَلَى اللَّهِ

Hari ini adalah pertemuan pertama terkait dengan apa yang akan Saya sampaikan dalam serial pembahasan Nizhamul Islam (peraturan hidup di dalam Islam) yang InsyaAllah untuk seri yang pertama ini akan kita bahas terkait dengan Thariqul Iman (Jalan Menuju Iman). 

Kenapa kemudian ini kita bahas, karena kita adalah hamba Alloh ﷻ yang diciptakan oleh Alloh ﷻ dengan sebaik-baiknya penciptaan. Alloh ﷻ memberikan bekal akal kepada kita. Kemudian Alloh ﷻ memberikan kemuliaan kepada kita sebagai bagian dari sebaik-baiknya penciptaan manusia ya. Bahwasannya Alloh ﷻ telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya, dan kondisi terbaik di antara manusia yang lainnya karena kita adalah muslim. 

Baik, akhwati rahimakumullah...

Kenapa kemudian juga ini dibahas, karena sekalipun kemudian Alloh ﷻ membekali kita dengan akal, kemudian dengan sebaik-baiknya penciptaan, dengan bekal yang sudah Alloh ﷻ berikan dimana Alloh ﷻ telah turunkan risalah yang dibawa oleh Nabi kita, nabiyullah Muhammad ﷺ, rasul yang kita cintai, Rasul yang kita ikuti ajarannya, belum tentu kemudian kita itu mengikuti apa yang diperintahkan oleh-Nya. Belum tentu kita kemudian meng-Illah-kan Alloh ﷻ dengan sebenar-benarnya peng-Illah-an. 

Di sinilah kemudian butuh apanya penguatan iman dan yang namanya iman itu perlu kita ketahui jalannya menuju mana. Jalannya itu arahnya, arah kemana, kemudian seperti apa ketika kita menanamkan keimanan itu di dalam diri kita, maka kita membutuhkan jalan ya, jalan menuju keimanan. 

بِسْمِ اللَّهِ تَوَكَّلْتُ عَلَى اللَّهِ

Bahwasannya yang harus kita pahami bersama ya bangkitnya manusia itu tergantung kepada pemikirannya, pemikiran terkait apa, pemikiran terkait hidupnya, terkait kehidupan, terkait alam semesta, kemudian juga terkait dengan manusia dan juga hubungan di antara ketiganya, terkait dengan hayah ya, kemudian juga kaum ya, kemudian juga dengan insan, dengan ketiganya tadi. 

Dan itu kaitannya tentunya kita memahaminya ya, sebelum ataupun sesudahnya, supaya apa kita memikirkan itu, supaya kita mampu membangkitkan diri kita, kemudian melakukan perubahan yang sangat mendasar dan menyeluruh terkait dengan kehidupan kita sebagai manusia yang telah Alloh ﷻ ciptakan dengan kelebihan dibandingkan mahluk yang lainnya, kita diberikan akal oleh Alloh ﷻ ya, dan kalau kemudian kita memiliki pemikiran sebelumnya yang belum terarahkan dengan risalah Alloh ﷻ yang dibawa oleh Rasulullah ﷺ maka kita mampu menggantikan pemikiran yang salah dan keliru dengan pemikiran yang mendasar yang itu memang datangnya dari Alloh ﷻ. 

Kenapa demikian? Karena pemikiran lah yang nantinya akan memperkuat, membentuk persepsi terhadap segala sesuatu dan yang lainnya lagi bahwasannya manusia itu selalu mengatur tingkah lakunya di dalam kehidupannya ya sesuai dengan persepsi dia terkait dengan kehidupan. Misal, seseorang ya, seseorang tuh memiliki persepsi terhadap orang yang dicintainya maka ketika dia memiliki persepsi tertentu dengan orang yang dicintainya, maka dia akan berusaha, untuk apa? Untuk melakukan segala sesuatu sesuai dengan apa yang dilihat dari orang yang dicintainya. 

Bagaimana dia akan melakukan apapun, gitu kan, sesuai dengan apa yang diharapkan oleh yang dicintainya. Nah, begitupun dengan yang dibenci maka akan kebalikannya. Bagaimana kemudian ketika persepsi kebencian yang dimiliki terhadap seseorang itu akan terlampiaskan di dalam perilaku hidupnya. 

Jadi, ketika dia mengatur tingkah laku di dalam kehidupannya ya sesuai dengan persepsi yang dia miliki atau kalau di dalam bahasa Arab itu mafahim-nya, sesuai dengan mafahim-nya terhadap sesuatu. 

Nah, jadi ketika kemudian dia memiliki mafhum tertentu maka tingkah laku yang akan dia lakukan itu sangat berkaitan erat dengan pemahaman atau mafahim yang dimilikinya. 

Jadi, kalau kemudian kita hendak mengubah tingkah laku manusia dari yang rendah menjadi perilaku yang tinggi kemuliaannya maka tidak ada jalan lain kecuali dengan mengubah mafhumnya terlebih dahulu, mengubah persepsinya terlebih dahulu, sebagaimana Alloh ﷻ berfirman dalam surat Ar Ra'd ayat 11:

أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

 إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّىٰ يُغَيِّرُوا۟ مَا بِأَنفُسِهِمْ ۗ 

"Sesungguhnya Alloh ﷻ tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum kaum itu sendiri mengubah apa yang ada pada diri mereka."

Nah, sehingga di sini, satu-satunya jalan untuk mengubah mafahim seseorang itu adalah mewujudkan suatu pemikiran tentang kehidupan dunia sehingga kemudian terwujudlah mafahim yang benar tentang kehidupan tersebut. 

Nah, tapi tidak kemudian jadinya otomatis, berarti kan di sini yang harus kita fahami pemikiran seperti ini tidak bisa, dia itu kemudian melekat erat di dalam kehidupan kita, ya, kemudian memberikan hasil yang berarti, kecuali kalau kemudian bentukan itu di dalam dirinya terkait bagaimana kemudian dia memahami alam semesta, bagaimana dia memahami manusia, ya termasuk dia sendiri kan, kemudian memahami tentang hidup dan apapun yang ada sebelum kehidupan dan sesudahnya, kemudian juga dia memahami keterkaitan antara kehidupan dunia, dengan sebelum dan sesudahnya. 

Nah, semua ini bisa dicapai kalau kemudian manusia itu diberikan pemikiran yang menyeluruh, pemikiran yang sempurna terkait dengan apa yang ada di balik ketiga unsur utama tadi, tentang manusia, alam semesta dan hidup. 

Nah, kalau kemudian pemikiran menyeluruh dan sempurna terkait tiga itu, diberikan secara sempurna dan itu menjadikan landasan berpikir yang pada akhirnya melahirkan semua pemikiran cabang yang ada di dunia kemudian diberikanlah pemahaman pemikiran yang menyeluruh tadi terkait ketiga unsur tadi, dengan sempurna maka ini akan menjadi solusi yang sangat mendasar pada diri manusia. 

Nah, kalau solusi yang mendasar itu telah terurai maka terurai semua masalah. Kenapa? Karena seluruh permasalahan manusia pada dasarnya merupakan cabang dari problematika utamanya. 

Nah, tapi yang perlu dipahami kembali bahwasannya pemecahan itu tidak akan mengantarkan kita kepada kebangkitan yang benar kecuali kalau pemecahan itu benar. Nah, pemecahan yang benar itu yang mana, yang sesuai dengan fitrah manusia, memuaskan akalnya kemudian juga memberikan ketenangan hati, begitu kan ya. 
Kalau sudah sesuai dengan fitrah manusia, kita puas, kemudian tenang hatinya maka nah itu yang kemudian akan menghantarkan kepada kebangkitan yang benar. 

Nah, bagaimana sih pemecahan yang benar itu, dapat ditempuh dengan cara apa sih. Nah, pemecahan yang benar itu hanya bisa didapatkan, ditempuh dengan pemikiran yang cemerlang atau yang mustanir terkait dengan alam semesta, terkait dengan manusia, terkait dengan hidup. 

Nah, karena itu bagi mereka atau siapapun yang menghendaki kebangkitan kemudian menginginkan kehidupannya itu ada pada jalan yang mulia, mau tidak mau maka yang pertama kali harus dipecahkan adalah problematika yang pokok, yang utama dengan cara yang benar, dengan berpikir yang cemerlang. Nah, pemikiran yang cemerlang yang kemudian mampu memecahkan permasalahan pokok itulah, yang menghasilkan akidah dan sehingga akhirnya akidah itulah menjadi landasan berpikir yang nantinya akan melahirkan setiap pemikiran-pemikiran cabang terkait dengan perilaku manusia di dunia dan peraturan-peraturan yang ada di dalamnya. Pertanyaannya, apa itu, apa itu yang mampu, yang mampu memecahkan atau kemudian bisa memberikan pemecahan yang sempurna tersebut, inilah yang kita kenal dengan Islam. Kita mendengar Islam. 

Islam itu menuntaskan problematika pokok, problematika utama yang ditemukan oleh manusia dan sesuai dengan fitrah. Nah, jadi kalau kita menggunakan seluruh pemecahan permasalahan utama manusia berikut cabang-cabangnya maka InsyaAllah, itu akan dipecahkan sesuai dengan fitrah manusia, memuaskan akal manusia dan pada akhirnya memberikan ketenangan jiwa. 

Nah, dan kemudian apakah yang namanya Islam itu bisa sembarangan, ketika manusia itu memahaminya dah memeluknya, nah, tentunya ketika Islam itu dijadikan sebagai penuntas problematika pokok kemudian dilakukan oleh manusia tentunya Islam itu harus dipeluk dulu. Dipeluknya bagaimana, dengan sepenuhnya, mengakui sebenar-benarnya sebagai pola untuk memecahkan segala permasalahan dan pengakuan yang ada ini yaitu berasal dari akal manusia, dimana manusia itu diberikan oleh Alloh ﷻ akal untuk berpikir dan pada akhirnya menjadikan Islam itu sebagai dasar yang utama atau kemudian kita jadikan akidah. 

Dengan akidah itulah bahwasannya di balik alam semesta, di balik manusia, di balik kehidupan ini ada yang menciptakan, ada Al Khalik yang menciptakan alam semesta, manusia dan kehidupan itu. Nah, kemudian juga menciptakan segala sesuatunya dan dialah itu, Alloh ﷻ. 

Alloh ﷻ-lah yang menciptakan segala sesuatu dari yang tidak ada menjadi ada dan Dia wajibul wujud atau wajib adanya, kenapa, kalau tidak ada, nah, berarti, kalau enggak wajibul wujud, wajib adanya, maka Dia tidak mampu menjadi Khalik, kenapa, karena Dia bukanlah makhluk. Dan sifat pencipta itu menunjukkan bahwasannya Dia itu bukan makhluk. 

Nah, dan secara mutlak, ya, wajib pula adanya, ya. Jadi, ketika eksistensi Alloh ﷻ itu ada dan dia tidak bersandar kepada apapun, tidak bergantung kepada apapun, maka itulah Dia Al Khalik. 

Apa yang menjadi bukti bahwasannya segala sesuatu itu mengharuskan adanya pencipta yang menciptakan, nah ini bisa diterangkan, sebagai berikut "bahwa segala sesuatu yang bisa dijangkau oleh akal, nah ini yang bisa dijangkau oleh akal ya, itu ada 3 unsur, yang pertama manusia, yang kedua alam semesta dan hidup."

Manusia, alam semesta dan hidup itu, tiga-tiganya terbatas, tiga-tiganya lemah, tiga-tiganya serba kurang, tiga-tiganya saling membutuhkan satu sama lain. Gimana nih penggambarannya, misalnya nih manusia, manusia itu terbatas sifatnya ya, kenapa, kita lihat, pada saat manusia tumbuh dan berkembang, dia punya batas tertentu yang enggak bisa dilampaui lagi. 

Nah, manusia nih ketika dia tumbuh, tidak terus meninggi kan, ketika bayi kan kecil terus besar, besar, besar, meninggi, meninggi, meninggi, tapi apakah akan terus meninggi terus, bisa dibayangkan kalau meninggi terus, setinggi apa manusia dan berarti kan ada keterbatasan ketika dia tumbuh. Ketika kemudian, dia itu menua, kan tidak selamanya terus yang tua itu tut tut tut, tapi kan akhirnya dia meninggal, semua ada keterbatasan. 

Bagaimana, kemudian ada batasan yang dia tidak mampu melampauinya dan ini menunjukkan bahwasannya manusia itu terbatas. 

Gigi, gitu ya, gigi itu kalau ketika kecil kan, kecil-kecil ya, nah ketika kita tumbuh  berkembang gitu ya, menjadi dewasa, gigi itu kemudian besar tapi kan tidak besar terus dan tidak memanjang terus. Bahwasannya ada keterbatasan tertentu, ada limitnya, ada limited measurement, ada ukuran tertentu yang kemudian terbatas, yang itu manusia tidak bisa menghindarinya ya, berarti di situ kan ada sesuatu yang kemudian mengaturnya. 

Berarti yang namanya kehidupan itu berakhir, berakhir pada satu individu saja. Jadi hidup pun menjadi terbatas. Jadi yang namanya hidup tidak selamanya hidup. 

Nah, sama halnya dengan alam semesta. Alam semesta itu kan himpunan dari benda angkasa, yang ada, kemudian ada setiap benda yang ada di dalamnya dan itupun memiliki keterbatasan. 

Nah, dan kalau kita perhatikan keterbatasan itu menunjukkan bahwasannya berarti alam semesta pun memiliki keterbatasan. Sehingga di sini kita bisa memahami bahwasannya manusia, hidup dan alam semesta, ketiga-tiganya terbatas. 

Nah, kalau kemudian kita sudah melihat bahwasannya segala sesuatu itu bersifat terbatas maka semua itu tidak azali, bahwasannya tidak azali dan kita pahami bahwasannya yang namanya bersifat azali itu tidak berawal dan tidak berakhir. Kalau yang azali itu kan berarti enggak punya keterbatasan dong, sementara kita manusia punya keterbatasan, hidup juga punya keterbatasan, alam semesta juga punya keterbatasan. 

Alam semesta ketika terjadi bencana, dia enggak mampu menolak, ketika gunung meletus ya, apa dia bisa menolak, jangan meletus, itu kan enggak juga, berarti kan di sini ada keterbatasan ya dan apa namanya, ada akhirnya, gitu kan, maka dia tidak azali. Dengan segala keterbatasan yang ada, berarti yang punya keterbatasan ini berarti dia diciptakan oleh sesuatu yang lain, gitu kan, bukan oleh dirinya sendiri, bukan yang punya keterbatasan, tetapi dia tidak punya keterbatasan dan sifatnya itu ya tidak ada batasnya dan itulah yang kita kenal dengan Al Khalik. 

Dia-lah yang kemudian menciptakan manusia, hidup dan alam semesta, nah, tapi  di sini kita harus pahami juga, ketika kita menentukan keberadaan pencipta ini kita bisa mendapati adanya tiga kemungkinan ya, kita pahami dulu ini. 

Jadi, ada 3 kemungkinan, yang pertama, dia itu bisa jadi diciptakan oleh yang lain, ya kan, bisa jadi nih, ini baru bisa jadi, bisa jadi nih, kemungkinan-kemungkinan kan. Pertama, dia diciptakan oleh yang lain, nah itu yang pertama. 

Yang kedua, dia diciptakan oleh dirinya sendiri. Nah, kemudian yang ketiga, dia bersifat azali dan wajibul wujud. Coba sekarang kita lihat, kemungkinan yang pertama, kalau dia diciptakan oleh yang lain, mungkin enggak, dia kan pencipta, mungkin enggak kalau misalnya seorang pencipta gitu ya diciptakan oleh yang lain, namanya juga pencipta, kalau pencipta berarti yang menciptakan ya, berarti kan bathil gitu ya, bathil ya dan itu enggak bisa diterima akal, kenapa, berarti kalau dia diciptakan berarti dia punya keterbatasan dong, namanya juga diciptakan, kalau misalnya dia diciptakan bisa dong dia dimusnahkan oleh yang menciptakannya. Nah, itu yang pertama. 

Berarti kemungkinan pertama, bathil, dia enggak bisa diterima, enggak bisa diterima kalau seandainya bahwasannya pencipta itu, itu diciptakan oleh yang lain. Kalau Alloh ﷻ itu tidak diciptakan oleh yang lain, berarti itu bathil. 

Kemungkinan yang kedua ya terkait dengan pernyataan bahwasannya dia itu menciptakan dirinya sendiri, oke, kita lihat, kalau dia menciptakan dirinya sendiri berarti dia punya dua standar ya, dia sebagai mahluk atau dia sebagai khalik pada saat yang bersamaan. Nah, kalau begitu kita lihat secara, apakah kemudian ini bisa diterima, mana bisa mahluk itu sebagai Al Khalik, dia menciptakan dirinya sendiri. 

Jadi, kalau kemudian kita perhatikan bagaimana bisa seorang yang mempunyai akal, dia bisa membuktikan pasti di balik benda-benda yang dihadapannya itu pasti ada yang menciptakan dan itu menunjukkan memang adanya keterbatasan. Jadi, kalau kemudian membuktikan adanya Alloh ﷻ itu adalah Al Khalik yang Maha Pengatur. Cukup saja sebetulnya dengan mengarahkan manusia dan memperhatikan manusia itu terhadap benda yang ada di alam semesta, bagaimana fenomena hidupnya, bagaimana dirinya sendiri sebagai manusia, nah, misalnya dengan mengamati salah satu planet lah misalnya yang ada di alam semesta ya. Kemudian kita melihat fenomena kehidupannya seperti apa, kemudian kita memahami diri kita bagaimana. Kita bisa melihat bagaimana manusia sendiri, kitalah ya, misalnya yang tadi ya, salah satu contohnya bagaimana gigi tidak memanjang terus, bagaimana tingginya manusia tidak terus meninggi terus, tangan yang tumbuh itu kenapa tidak memanjang terus, ya kan berarti ada suatu keterbatasan dan pasti keterbatasan itu diciptakan oleh sesuatu yang lebih daripada manusia dan Dia-lah yang menciptakan keterbatasan itu. 

Lalu, kemudian kita yang telah dibimbing oleh Islam dan Islam itu mampu memecahkan permasalahan kehidupan, tentunya kita memiliki panduan untuk memahami itu ya, salah satunya ada di dalam Al Qur'an, dimana Al Qur'an itu, di situ ada ajakan untuk mengalihkan perhatian manusia terhadap benda yang ada, kemudian mengajak manusia untuk mengamati dan fokus terhadap benda yang ada itu atau segala sesuatu yang ada di sekelilingnya itu untuk apa, untuk menghubungkan segala sesuatu yang dilihat di indera ya, yang dirasakan olehnya itu membuktikan adanya Alloh ﷻ, nah, kenapa, karena dengan mengamati benda-benda itu bagaimana satu sama lain saling membutuhkan, kalau kita melihat bagaimana, apa namanya, rantai ya, rantai kehidupan, atau jaring-jaring kehidupan atau jaring-jaring makanan aja, kita memperhatikan bagaimana saling ketergantungan, saling  membutuhkan, makhluk hidup dengan, satu dengan yang lainnya, bagaimana manusia membutuhkan tumbuhan, bagaimana manusia membutuhkan hewan, bagaimana hewan pun membutuhkan yang lainnya, dan seterusnya. 

Nah itu bisa kemudian ketika mengamati itu bisa kita diberikan suatu pemahaman yang meyakinkan bahwasannya ada yang menciptakan, ada yang mengatur, ya. Berarti ada sesuatu yang lebih dari diri dia yang dimana tidak ada ketergantungan satu sama lain, enggak perlu ada ketergantungan satu sama lain sementara dia sendiri sebagai manusia punya ketergantungan terhadap yang lain ya. 

Dan di sinilah kemudian Al Qur'an menjelaskan ratusan ayat berkenaan dengan ini. Nah, antara lain di sini adalah surat Ali Imran ya, surat ke-3 ayat 190:

أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

اِنَّ فِيْ خَلْقِ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ وَاخْتِلَافِ الَّيْلِ وَالنَّهَارِ لَاٰيٰتٍ لِّاُولِى الْاَلْبَابِۙ

"Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda (kebesaran Alloh ﷻ) bagi orang yang berakal."

MasyaAllah ya.. MasyaAllah. 

Kemudian ayat yang lainnya surat Ar Rum: 22

أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

وَمِنْ اٰيٰتِهٖ خَلْقُ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ وَاخْتِلَافُ اَلْسِنَتِكُمْ وَاَلْوَانِكُمْۗ 

"Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya adalah diciptakannya langit dan bumi serta berlain-lainannya bahasa dan warna kulitmu."

MasyaAllah...

Kita lihat ya warna kulit kita, orang Asia kebanyakan itu kan sawo matang ya, dataran Eropa, putih, di Timur Tengah seperti apa kulitnya dan seterusnya. Berlain-lainan, siapa yang bisa mewarnai kulit, MasyaAllah ya. 

Ayat yang lainnya lagi dalam surat Al Ghasiyah

أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

اَفَلَا يَنْظُرُوْنَ اِلَى الْاِبِلِ كَيْفَ خُلِقَتْۗ

وَاِلَى السَّمَاۤءِ كَيْفَ رُفِعَتْۗ

وَاِلَى الْجِبَالِ كَيْفَ نُصِبَتْۗ

وَاِلَى الْاَرْضِ كَيْفَ سُطِحَتْۗ

MasyaAllah... 

"Apakah mereka tidak memperhatikan unta, bagaimana ia diciptakan?"

"Dan langit, bagaimana ia ditinggikan?"

"Dan gunung-gunung, bagaimana dia ditegakkan?"

"Dan bumi bagaimana dihamparkan?"

Bagaimana caranya, siapa yang bisa melakukan itu, ya MasyaAllah, Al Qur'an mengajak kita untuk memperhatikan tanda-tanda kekuasaan yang menciptakannya, MasyaAllah. 

Kemudian di surat yang lainnya, dalam surat At Thariq ayat 5-7:

أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

فَلْيَنْظُرِ الْاِنْسَانُ مِمَّ خُلِقَ

خُلِقَ مِنْ مَّاۤءٍ دَافِقٍۙ

يَّخْرُجُ مِنْۢ بَيْنِ الصُّلْبِ وَالتَّرَاۤىِٕبِۗ

"Hendaklah manusia memperhatikan diri apa dia diciptakan."

"Dari apa dia diciptakan."

"Dia diciptakan dari air yang memancar."

"Yang keluar di antara tulang sulbi laki-laki dan perempuan."

MasyaAllah, Alloh ﷻ menerangkan itu. 
Kemudian ayat yang lainnya, MasyaAllah.

أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

اِنَّ فِيْ خَلْقِ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ وَاخْتِلَافِ الَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَالْفُلْكِ الَّتِيْ تَجْرِيْ فِى الْبَحْرِ بِمَا يَنْفَعُ النَّاسَ وَمَآ اَنْزَلَ اللّٰهُ مِنَ السَّمَاۤءِ مِنْ مَّاۤءٍ فَاَحْيَا بِهِ الْاَرْضَ بَعْدَ مَوْتِهَا وَبَثَّ فِيْهَا مِنْ كُلِّ دَاۤبَّةٍ ۖ وَّتَصْرِيْفِ الرِّيٰحِ وَالسَّحَابِ الْمُسَخَّرِ بَيْنَ السَّمَاۤءِ وَالْاَرْضِ لَاٰيٰتٍ لِّقَوْمٍ يَّعْقِلُوْنَ

"Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, berlayarnya bahtera di laut yang membawa apa yang berguna bagi manusia dan apa yang Alloh ﷻ turunkan Alloh ﷻ dari langit berupa air, lalu dengan air itu Ia dihidupkan-Nya bumi sesudah matinya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan dan pengisaran air dan awan dikendalikan antara langit dan bumi, sesungguhnya, semua itu terdapat tanda-tanda (kebesaran Alloh ﷻ) bagi kaum yang memikirkan." (QS. Al Baqarah: 164) 

MasyaAllah...
Banyak lagi sebetulnya ayat-ayat yang serupa dengan itu, ya, mengajak manusia memperhatikan benda-benda, memperhatikan alam dengan seksama, memperhatikan sekelilingnya, memperhatikan apa yang berhubungan dengan dirinya dan ajakan itu menjadi petunjuk, akan adanya Pencipta yang maha Pengatur. Sehingga kemudian imannya kepada Alloh ﷻ menjadi iman yang mantap, iman yang berakar, pada akal dan bukti yang nyata. 

Benar ya, memang yang namanya iman kepada Pencipta, yang Maha Pengatur itu adalah hal yang fitrah, yang fitri, hanya saja iman yang fitri ini bisa muncul dari perasaan yang berasal dari hati nurani belaka. 

Nah, kalau cara ini kemudian dibiarkan tanpa dikaitkan dengan akal, riskan, ya, karena enggak bisa dipertahankan lama, ya. Karena apa, yang namanya perasaan itu sering nambah-nambahin, kadang-kadang, dan akhirnya tidak sesuai dengan hakikatnya. Bahkan pada akhirnya mengkhayal-khayalkan, gitu ya, mengkhayal-khayalkan sampai pada akhirnya diimani. Akhirnya tanpa sadar hal itu akan mengarahkan kepada kekufuran dan kesesatan ya, misalnya, adanya penyembahan berhala, khurafat-khurafat, kebathinan, ajaran kebathinan, itu karena kesalahan perasaan, gitu kan ya, hanya menggunakan apa namanya, hati nurani belaka. Dan Islam tidak akan membiarkan itu ya, sebagai jalan untuk menuju iman, supaya apa, supaya tidak ada menambah-menambahkan segala sesuatu yang akhirnya bersifat khayali, naah, akhirnya mengada-adakan, nah, jadi pada akhirnya harusnya, apa namanya, tidak ada mensyarikatkan Alloh ﷻ, akhirnya apa, terjadilah  kekufuran, kesyirikan, khurafat, berimajinasi, sampai pada akhirnya keluar dari iman yang lurus. 

Nah, sehingga di sini, Islam menegaskan ya, supaya selalu menggunakan akal selain adanya perasaan. Nah, jadi, di sini pun, Alloh ﷻ ya telah mengingatkan jangan semata-mata bertakhbib saja tetapi ketika Alloh ﷻ memberikan akal kepada manusia wajiblah bagi dia itu melakukan proses berpikir, meneliti ya, kemudian memperhatikan, kemudian merujuk kepada sesuatu yang mengarahkan kepada iman dia kepada Alloh ﷻ. 

Kemudian, bagaimana Islam telah mengajarkan untuk selalu memperhatikan alam semesta dengan seksama ya, mencari sunnatullah, supaya apa, supaya memperoleh petunjuk ya, dan akhirnya beriman kepada Alloh ﷻ dan itu telah disebutkan ratusan kali di dalam Al Qur'an dalam ayat-ayat yang berbeda, supaya apa, supaya manusia itu bisa beriman ya, beriman sesuai dengan pemberian akal yang diberikan oleh Alloh ﷻ. 

Bagaimana kemudian Alloh ﷻ pun mengingatkan jangan mengikuti apa yang sudah ditempuh oleh nenek moyangnya tapi kembali dalami apakah ini sesuai dengan seruan Islam atau tidak. 

Jadi, kalau kemudian tidak sesuai dengan Islam ya jangan diikuti, nah, jadi di sini harus dipahami ya, bahwasannya Alloh ﷻ mewajibkan, manusia itu menggunakan akalnya supaya mencapai keimanan yang kuat ya, tapi tidak kemudian di luar jangkauan dia, karena yang namanya indera dan akal pun punya keterbatasan. 

Nah, ketika kemudian kekuatan itu mempunyai keterbatasan apakah kemudian akan meningkat gitu ya dengan keterbatasan tertentu atau kemudian menurun kemampuannya karena kita tahu sendiri ya bahwasannya al iman yazid walan kuz, maka kita akan berupaya, bagaimana kita senantiasa gitu kan ya, memahami apa yang telah Alloh ﷻ ciptakan tadi, dalam rangka mencapai hakikat keimanan yang sebenarnya dengan upaya yang luar biasa sesuai dengan ajaran Alloh ﷻ. 

Jadi, kita selalu berusaha, untuk menguatkan keimanan kita dengan melalui proses berpikir, bagaimana kita berpikir, dikuatkan dengan perasaan, kemudian mengarahkan kepada hakikat yang benar ya, kemudian pada akhirnya dengan jalan itu kita bisa menguatkan keyakinan kita dengan menyerahkan diri kepada Alloh ﷻ, dengan apa-apa yang sudah dikabarkan oleh Alloh ﷻ melalui Rasul ﷺ, yang sudah diajarkan kepada Rasul ﷺ, tidak kemudian, ya, keluar, keluar dari apa yang sudah diajarkan dari Alloh ﷻ kepada Rasul-Nya ya. 

Bagaimana Alloh ﷻ telah menurunkan dien Islam yang mulia sebagai jalan untuk mencapai keimanan, sehingga di sini secara fitrah, manusia senantiasa mensucikan Penciptanya yaitu Alloh ﷻ. Nah, inilah yang kemudian dinamakan dengan ibadah. 

Makanya ada ibadah. Nah, ibadah itulah yang kemudian akan menjadi penghubung, tali penghubung antara manusia dengan Alloh ﷻ. Nah, kalau hubungan ini dibiarkan begitu saja enggak ada aturan, maka ibadahnya kacau, pada akhirnya ibadahnya pun akan ditambah malahan nanti malah menyembah kepada sesuatu selain Pencipta. Nah, sehingga memang di sini harus ada aturan juga yang mengatur hubungan tadi. 

Nah, hanya di sini aturan itu tidak boleh datang dari manusia. Maka aturan itu, ibadah pun ada dari Alloh ﷻ. Nah, sehingga di sini memang kita membutuhkan adanya Rasul. Rasul yang  menyampaikan agama Alloh ﷻ. Rasul yang kemudian akan mengajarkan semuanya, makanya di sini Alloh ﷻ menurunkan Rasul yang dimuliakan Nya, Rasul Muhammad ﷺ. 

Bagaimana dituntun manusia supaya berjalan dengan aturan, jangan sampai kemudian hanya menjurus kepada pemuasan yang salah dan menyimpang, yang akhirnya manusia sengsara. 

Makanya di sini Alloh ﷻ memberikan Rasul, menurunkan Rasul itu supaya enggak sengsara. Jalan yang ditempuh pun adalah jalan yang dilalui oleh para Rasul, diikuti oleh para sahabatnya, diikuti oleh para tabi'innya dan diikuti oleh kita sekarang. Nah, kalau kemudian kita bertanya lagi, ya, bagaimana atau dari siapa Al Qur'an itu, ya kitakan tahu, bahwasannya Al Qur'an itu datang dari Alloh ﷻ nah, tapi suka ada pertanyaan juga. Ada beberapa kemungkinan, apa kemungkinannya, bisa jadi, itu karangan orang Arab kan bahasanya Arab, atau kemungkinan kedua itu karangan Nabi Muhammad, atau yang ketiga itu berasal dari Alloh ﷻ. 

Nah, jadi kalau kemudian kita kembali membahas oh itu dari orang Arab, berarti orang Arab yang menulis, enggak mungkin dong kalau misalnya Alloh ﷻ menantang orang Arab kalau itu diciptakan oleh orang Arab. Dalam surat Hud: 13, kan di situ Alloh ﷻ menantang, menantang orang Arab ya supaya membuat karya yang serupa, dalam surat Hud: 13 kan dikatakan begini:

أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

 ۗقُلْ فَأْتُوْا بِعَشْرِ سُوَرٍ مِّثْلِهٖ 

"Katakanlah, (Kalau demikian), maka  datangkan sepuluh surah yang dapat menyamainya."

Tuh, jadi kalau kemudian itu diciptakan oleh orang Arab, kenapa Alloh ﷻ menantang, ya, jadi tertolak.

Kalau kemudian misalnya ada yang kedua nih, oh itu dari apa namanya, dari Muhammad, dari Muhammad ﷺ, itu kan enggak bisa diterima, kenapa, bagaimanapun jenisnya beliau, dia tetaplah seorang manusia, yang menjadi salah satu masyarakat dan bangsanya. Selama seluruh bangsa Arab tidak mampu menghasilkan karya yang serupa maka, secara akal pun Nabi Muhammad yang merupakan salah satu dari bangsa Arab enggak mampu menghasilkan karya yang serupa. 

Terlebih lagi dengan banyak hadist shahih yang berasal dari nabi Muhammad ﷺ yang sebagian malah diriwayatkan dengan cara tawathur yang kebenarannya tidak bisa diragukan lagi bahkan kemudian menjelaskan, apa namanya, bahwasannya Al Qur'an itu enggak ada kemiripan dengan hadist. Nah, jadi beda. 

Nah, bagaimana kemudian Rasulullah ﷺ pun tidak mengeluarkan Al Qur'an tetapi Rasul mengajarkan Qur'an, ya. Nah, kemudian, apa namanya, ada memang tuduhan, ada tuduhan ya, tuduhan dari seorang pemuda Nasrani yang namanya Jaber, tapi kemudian tuduhan ini ditolak ya oleh Alloh ﷻ, tuduhannya bahwasannya Qur'an itu disadur Muhammad, maka Alloh ﷻ menjawab dalam surat An Nahl: 103, nah, di sini Alloh ﷻ mengatakan:

أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيم

وَلَقَدْ نَعْلَمُ اَنَّهُمْ يَقُوْلُوْنَ اِنَّمَا يُعَلِّمُهٗ بَشَرٌۗ لِسَانُ الَّذِيْ يُلْحِدُوْنَ اِلَيْهِ اَعْجَمِيٌّ وَّهٰذَا لِسَانٌ عَرَبِيٌّ مُّبِيْنٌ

"Dan sesungguhnya Kami mengetahui mereka berkata, “Bahwasannya Al-Qur'an itu diajarkan oleh seorang manusia kepadanya (kepada Muhammad). Padahal bahasa orang yang mereka tuduhkan (Muhammad itu belajar) kepadanya adalah bahasa ‘Ajami, sedangkan (Al-Qur'an) itu adalah bahasa Arab yang jelas.""

Nah, ini membuktikan bahwasannya bukan karangan nabiyullah Muhammad, sehingga di sini bahwasannya berarti Qur'an itu diciptakan oleh selain dari kedua itu tetapi diciptakan oleh Alloh ﷻ. Nah, yang bisa mencapai itu hanyalah pemikiran yang cemerlang. Sehingga di sini kita harus benar-benar memiliki pemikiran yang cemerlang agar kemudian kita bisa mencapai jalan keimanan yang lurus, jalan keimanan yang sesuai dengan yang ditentukan oleh Alloh ﷻ. MasyaAllah, dan ini tidak bisa berleha-leha ya, tidak bisa berdiam diri, semua itu harus dilakukan dengan proses, semua itu harus dilakukan dengan upaya, salah satunya adalah dengan mengkaji ilmu, MasyaAllah. 

Wallahu a’lam bishawab

Uusikum binafsiy bitaqwallah

Mohon maaf lahir bathin

Ini adalah seri pertama ya terkait dengan Thoriqul Iman (Jalan Menuju Iman). 

اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَا تُهُ

•┈••◎◎❀★❀◎◎••┈•
❀ TaNYa JaWaB ❀
•┈••◎◎❀★❀◎◎••┈•

0️⃣1️⃣ Han ~ Gresik
Assalamu'alaikum...

Umm, apakah benar Thoriqul Iman atau jalan menuju keimanan harus di lalui melalui dua jembatan, yaitu dalil aqli (akal) dan dalil naqli (nash). Kalau benar, mengapa harus melalui keduanya umm?

🔷 Jawab:
Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Bismillahirrahmanirrahim...

Ukhtiiy Han shalihah...
Dalil Naqli adalah Nash dari Alloh ﷻ yang tak pernah dan tak boleh diabaikan dalam membenarkan sesuatu dalam mengaitkan sesuatu.
Dan kita diberikan akal untuk mengaitkan antara apa yang harus kita pahami. Jadi keduanya adalah hal penting untuk menjalani kehidupan.
Meraih takwa sebagai derajat tertinggi sebagai makhluk yang berakal.
Demikian ukhtiiy Han shalihah.

Wallaahu a'laam bisshawaab...

🌷Bagaimana, Umm dengan yang lagi ramai masalah Hollyw*** dimana dari team promosinya yang mungkin dengan kepintarannya itu malah kebablasan mencampur adukan akidah umat Islam dan bagaimana bisa mempromosikan dagangannya tersebut. Yang akhirnya memicu kemarahan ummat dan lagi-lagi Islam selalu yang menjadi korban, Umm. 

🔷 Bismillahirrahmanirrahim...

Saya coba jawab ya shalihah...
Kasus Hollywings sungguh membuat kita sangat teriris. Karena nama seseorang yang dimuliakan Alloh ﷻ dicatut untuk mengiming-imingi keharaman agar diterima.
Alasan apapun terkait pencatutan nama nabi kita dalam bisnis yang terkait dengan miras, sungguh tak bisa diterima.
Penistaan itu menjadi ada, tak bisa dikatakan tiada, karena nama itu sangat tendensi dengan Islam. Kita pun tak suka jika yang kita cintai dilecehkan, dinista.

Ahlus Sunnah mencintai Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan mengagungkannya sebagaimana para Sahabat Radhiyallahu anhum mencintai beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam lebih dari kecintaan mereka kepada diri dan anak-anak mereka, sebagaimana yang terdapat dalam kisah ‘Umar bin al-Khaththab Radhiyallahu anhu, yaitu sebuah hadits dari Sahabat ‘Abdullah bin Hisyam Radhiyallahu anhu, ia berkata:

كُنَّا مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ آخِدٌ بِيَدِ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ، فَقَالَ لَهُ عُمَرُ: يَا رَسُوْلَ اللهِ، َلأَنْتَ أَحَبُّ إِلَيَّ مِنْ كُلِّ شَيْءٍ إِلاَّ مِنْ نَفْسِي. فَقَالَ لَهُ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: لاَ وَالَّذِي نَفْسِيْ بِيَدِهِ، حَتَّى أَكُوْنَ أَحَبَّ إِلَيْكَ مِنْ نَفْسِكَ. فَقَالَ لَهُ عَمَرُ: فَإِنَّهُ اْلآنَ، وَاللهِ، َلأَنْتَ أَحَبُّ إِلَيَّ مِنْ نَفْسِي. فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اْلآنَ يَا عُمَرُ.

“Kami mengiringi Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan beliau menggandeng tangan ‘Umar bin al-Khaththab Radhiyallahu anhu. Kemudian ‘Umar berkata kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam: ‘Wahai Rasulullah, sungguh engkau sangat aku cintai melebihi apa pun selain diriku.’ Maka Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: ‘Tidak, demi yang jiwaku berada di tangan-Nya, hingga aku sangat engkau cintai melebihi dirimu.’ Lalu ‘Umar berkata kepada beliau: ‘Sungguh sekaranglah saatnya, demi Alloh ﷻ, engkau sangat aku cintai melebihi diriku.’ Maka Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: ‘Sekarang (engkau benar), wahai ‘Umar.’”

MaasyaaAllaah...

Terkait efek jera. Ini terjadi jika benar-benar ada sanksi yang benar dan tegas terkait miras itu sendiri. Selama sanksi itu samar dan tak hentikan peredaran dan produksi mirasnya itu sendiri, maka efek jera menjadi tiada. Dalam Islam sangat jelas hukum terkait khamar.
Nabi Muhammad ﷺ  melarang perilaku ini dengan sabdanya yang artinya: "Alloh ﷻ melaknat peminum khamer dan penjualnya." (HR. Hakim)

Real...maka sanksinya pun jelas dan tegas.

Menurut Syaikh Abu Bakar Jabir al-Jazairi dalam kitab Minhajul Muslim, hukuman peminum khamar adalah dengan dicambuk 80 kali pada bagian punggungnya. Hadist ini sesuai dengan yang dicontohkan Nabi Muhammad bagi para pelanggar larangan minum khamar.

Berbicara terkait 3000 pekerjanya, maka ini adalah hal yang harus diperhatikan pula.
Pemilik bisnis harusnya bertanggungjawab agar pegawainya tidak berkubang dosa, maka tempat ini bisa beroperasi namun tidak bisnis khamar lagi.
Sanksi tetap berlaku bagi para pelaku bisnis namun kesadaran untuk membangun kembali bisnis dan tetaplah harus terjaga dengan sistem.
Dan sistem Islam akan menjaga agar semua tidak terulang lagi. Sungguh realisasi sistem Islam sudah sangat urgen agar Hollywings dan sejenisnya tak subur makmur lagi dan melenggang dengan nista yang lainnya.
Demikian.

Wallaahu a'laam bisshawaab..

🌷Njih umm, sangat miris sekali nama baginda Nabi kita hanya dinilai dan disamakan dengan minuman yang haram.

Semoga pencabutan ijin usahanya bisa memberikan efek jera dan bisa menular ke yang lain demi tegaknya Islam. Aamiin

🔷 Perlu upaya kita untuk selalu menyerukan kebenaran.

🌷Njih umm, harus berani menyeru kebenaran bukan hanya diam saja saat agama dah ditindas apalagi dilecehkan.

•┈•◎❀★❀◎•★•◎❀★❀◎•┈•
❀CLoSiNG STaTeMeNT❀
•┈•◎❀★❀◎•★•◎❀★❀◎•┈•

Tetaplah Tha'at pada Alloh ﷻ. Pahami jalan ini dengan baik dan benar. Raihlah ridho Alloh ﷻ, janganlah berma'shiyat kepada-Nya.
Hidup ini hanya sekali, selanjutnya kembali pada kehidupan akhirat yang abadi. Jalani Iman ini dengan benar, insyaaAllaah berkah hidup bahagia dalam takwa. Uusiikum wa nafsiiy bitaqwallaah.

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakaatuh

Tidak ada komentar:

Posting Komentar