Kamis, 30 Juni 2022

HAQ DAN BATHIL

 


OLeH: Ibu Hj. Irnawati Syamsuir Koto

•┈•◎❀★❀◎•┈•
❀ M a T e R i ❀
•┈•◎❀★❀◎•┈•

🌸 HAQ DAN BATHIL

Sahabat-sahabatku....

Sudah merupakan Qodarullah (ketetapan Alloh ﷻ) bahwa Pertarungan antara Haq dan Kebathilan adalah sesuatu yang abadi dan akan tetap terus berlangsung sampai hari Kiamat. 

Pertempuran antara kebenaran dan kebohongan, kejujuran dan dusta akan terus berkecamuk pada kehidupan manusia sampai dengan hancurnya alam semesta ini. 

Antara Haq dan bathil, antara kebenaran dan thoghut, antara kebaikan dan kejahatan, antara jalan Alloh ﷻ dan jalan Setan tak akan bisa bersatu untuk selamanya. Ini semua adalah ketetapan Alloh ﷻ.

Hal ini bermula tatkala Alloh ﷻ menciptakan makhluk yang bernama Adam As, lalu mengumpulkan para malaikat dan kemudian Alloh ﷻ memerintahkan mereka untuk sujud kepada Adam. As sebagaimana diceritakan dalam Al-Qur’an Surat Shod ayat 72-78 sebagai berikut :

“Kemudian tatkala telah Aku sempurnakan kejadiannya (Adam) dan aku tiupkan ruh (ciptaan)Ku kepadanya, maka tunduk lah kamu sekalian dengan bersujud kepadanya (72) Lalu para malaikat itu bersujud semuanya (73) Kecuali Iblis, ia menyombongkan diri dan nia termasuk golongan yang kafir (74) (Alloh ﷻ) berfirman: ‘Wahai Iblis, apakah yang menghalangi kamu sujud kepada yang telah aku ciptakan dengan kedua tangan-Ku. Apakah kamu menyombongkan diri atau kamu (merasa) termasuk golongan yang (lebih) tinggi?’ (75) (Iblis) berkata: ‘Aku lebih baik daripadanya, karena Engkau ciptakan aku dari api, sedangkan dia Engkau citakan dari tanah’. (76)  (Alloh ﷻ) berfirman: ‘Kalau begitu, keluarlah kamu dari surga..! Sesungguhnya kamu adalah makhluk yang terkutuk’. (77)  Dan sungguh, kutukan-Ku tetap atasmu sampai hari pembalasan (78).”

Dialog panas antara Alloh ﷻ dan Iblis tersebut kemudian dilanjutkan dengan tantangan Iblis terhadap Alloh ﷻ melalui janji penyesatan yang akan dilakukan Iblis terhadap anak cucu Adam yang akan terus dilakukannya sampai hari kiamat sebagaimana tersebut dalam Al-Qur’an Surat Al-A’rof ayat 16-17 sebagai berikut :

“(Iblis menjawab) Dan oleh karena Engkau telah menyesatkan aku, pasti aku akan selalu menghalangi mereka dari jalan-Mu yang lurus (16)  Kemudian aku pasti akan mendatangi mereka dari depan, dari belakang, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka yang bersyukur (17).”

Maka sejak itulah pertarungan antara Haq dan Thoghut, kebenaran dan kebathilan, ketulusan dan kepalsuan, kejujuran dan dusta terus saja berkecamuk dan tidak akan berhenti sampai dengan hari kiamat nanti. 

Sifat pertarungan tentunya saling berusaha mengalahkan, saling menguasai dan saling menundukkan antara satu dengan lainnya, sehingga dunia ini, bangsa ini hanya ada di dua kondisi dikendalikan oleh Al-Islam sebagai symbol kebenaran (Al-Haq) dengan tersingkirnya kebathilan serta kebohongan. Atau justru sebaliknya, bangsa ini dikendalikan dan dipimpin oleh kebohongan dan kebathilan sedangkan Al-Haq dan kebenaran terkalahkan dan tersingkir karena berserakannya kaum muslimin, sebagaimana pepatah arab mengatakan yang artinya:

“Al-Haq dan kebenaran yang tidak disiplin dan tidak terorganisir dapat dikalahkan oleh kebathilan dan kebohongan yang disiplin dan terorganisir.”

Meskipun demikian, adalah merupakan sunnatullah  bahwa pada akhirnya kebathilan dan kebohongan tidak akan bisa tampil sebagai pemenang. 

Boleh jadi mereka menang tapi percayalah bahwa itu hanya untuk waktu yang sangat sementara dan pada ujungnya Al-Haq dan kebenaran lah yang akan tampil di permukaan. 

Hal ini sebagaimana difirmankan Alloh ﷻ dalam Al-Qur’an Surat Al-Isro’ ayat 81 :

“Dan katakanlah (Muhamad) : ‘Telah datang kebenaran dan yang bathil akan lenyap’. Sesungguhnya kebathilan itu adalah sesuatu yang pasti lenyap.” (QS. Al-Isro, 81)

Adalah merupakan sunnatullah bahwa Al-Haq (Al-Islam) akan selalu berhadapan dengan Thoghut (Kekufuran) karena memang Alloh ﷻ menciptakannya seperti itu. Tidak usah heran bila ada Ulama yang teguh berpegang pada kebenaran (Islam) dan konsisten menegakkan kebenaran itu serta memperjuangkan tegaknya kebenaran dan keadilan lalu mendapatkan tantangan dari musuh-musuh Alloh ﷻ dengan perlakuan yang kejam, tidak berperikemanusiaan, diperdaya dengan segala tipu daya, dusta dan kebohongan. Hal yang demikian ini sudah lama berlangsung sejak dahulu kala dan telah dialami oleh para nabi-nabiNya. Hal ini pula Alloh ﷻ tegaskan dalam Al-Qur’an Surat Al-An’am ayat 112 :

“Dan demikianlah untuk setiap nabi Kami menjadikan musuh, yang terdiri dari setan-setan dari bangsa manusia dan jin, sebagian mereka membisikkan kepada sebagian yang lain perkataan yang indah sebagai tipuan. Dan kalau Tuhanmu menghendaki, niscaya mereka tidak akan melakukan-nya. Maka biarkanlah mereka bersama kebohongan yang mereka ada-adakan.” (QS. Al-An’am: 112)

Syeikh Abu Qotadah Al-Falistiniy menerangkan bahwa Al-Qur’an banyak menjelaskan cara kebathilan (Thoghut) memerangi Al-Haq (Islam) dengan menggunakan sihir. 

Sebagai contoh adalah peristiwa yang dialami oleh Nabi Musa yang melawan Fir’au dimana Fir’aun selaku penguasa menyewa tukang sihir untuk mengalahkan Musa lalu terjadilah peperangan ular sihir yang itu adalah kebohongan yang dibuat penguasa melawan ular mukjizat yang itu adalah kebenaran Alloh ﷻ dan berakhir dengan kemenangan. 

Nasib nahas yang dialami si tukang sihir yang kemudian syahid di tangan penguasa Fir’aun tatkala dia bertemu dengan hidayah Alloh ﷻ dan berbalik menjadi pembela Musa. 

"Demikianlah karakter penguasa dzolim yang selalu menggunakan cara-cara dusta dan kebohongan untuk menutupi kebohongan dirinya serta bertindak jahat dan kejam dengan membunuh siapa saja yang berlawanan dengan dirinya dan membantai siapa saja yang melawan kebijakannya." (QS. Thoha 17-21)

Oleh karena itu maka adalah merupakan fitrah bagi manusia untuk condong kepada Al-Haq dan kebenaran. Karena di dalam Al-Haq itu tersimpan kedamaian, keindahan, kenyamanan, ketenangan, keamanan yang semua manusia pasti mendambakan hal-hal tersebut. Sedangkan pada kebathilan dan kebohongan tersimpan nilai-nilai kebalikan, maka secata fitrah manusia akan menentang kebathilan dan kebohongan itu. Akan tetapi kalau ada manusia yang tampaknya lebih condong kepada kebathilan dan kebohongan, maka dipastikan orang tersebut pada hakekatnya telah bertentangan dengan nuraninya karena dikuasai oleh nafsu setan, hati dan pikirannya sudah tergadai oleh kepentingan jabatan atau nominal uang atau karena faktor penyelamatan dirinya akibat dari kejahatannya di masa lampau.

Demikian dari saya, semoga bermanfaat.

Wallahu a’lam bishawab

•┈••◎◎❀★❀◎◎••┈•
❀ TaNYa JaWaB ❀
•┈••◎◎❀★❀◎◎••┈•

0️⃣1️⃣ Han ~ Gresik
Assalamu'alaikum warahmatullahi Wabarakatuh 

Bu, di zaman yang luar biasa sekarang ini bagaimana jika kita menyuarakan kebenaran di tengah arus penyimpangan yang sudah di anggap wajar dan normal saja seperti tidak ada masalah bahkan masyarakat pun seolah juga ada yang acuh tak acuh. 

Bagaimana bu, seolah kebenaran ini terasa sulit sekali untuk di perjuangkan?

🌸Jawab:
Wa'alaikumussalam warahmatullahi Wabarakatuh 

Inilah ujian akhir zaman, ujian bagi ummat Islam. 

Hanya Alloh ﷻ yang bisa memberi hidayah dan kekuatan. 

Wallahu a’lam bishawab

0️⃣2️⃣ Han ~ Gresik
Assalamu'alaikum warahmatullahi Wabarakatuh 

Bu, kenapa Alloh ﷻ memperkenalkan Haq dan Bathil?

🌸Jawab:
Wa'alaikumussalam warahmatullahi Wabarakatuh 

Yaa karena itu kehendaknya Alloh ﷻ, hanya Alloh ﷻ yang tahu kenapa. Tapi setidaknya, dari sanalah manusia mengenal pelajaran tentang akhlak. 

Wallahu a’lam bishawab

•┈•◎❀★❀◎•★•◎❀★❀◎•┈•
❀CLoSSiNG STaTeMeNT❀
•┈•◎❀★❀◎•★•◎❀★❀◎•┈•

Sahabat-sahabatku...

Tidak usah takut menjadi orang yang sudah benar jalannya, karena meskipun orang yang benar itu jumlahnya hanya satu saja, itu saja sudah cukup menghadapi orang yang salah, meskipun jumlah mereka beribu bahkan berjuta.

Takutlah menjadi orang yang keliru jalannya, karena meskipun jumlahnya beribu bahkan berjuta, tidak akan akan menang berhadapan dengan orang yang sudah benar jalannya, meskipun orang yang benar tersebut jumlahnya hanya ada satu.

Kekeliruan yang sering dialami oleh kebanyakan manusia adalah mendasarkan Kebenaran pada diri mereka dari segi jumlah berapa banyak mereka, bukan bersandarkan pada Prinsip.

Wallahu a’lam bishawab

Mohon maaf lahir batin

Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar