Kamis, 30 Juni 2022

AKU TERTIPU WAKTU

 


OLeH: Ibu Hj. Irnawati Syamsuir Koto

•┈•◎❀★❀◎•┈•
❀ M a T e R i ❀
•┈•◎❀★❀◎•┈•

🌸 AKU TERTIPU WAKTU

Sahabat-sahabatku...

Allah Azza wa Jalla telah menciptakan manusia dan memberikan kenikmatan yang tidak terhingga. Manusia tidak akan mampu menghitungnya.

Ada sebuah surat di dalam Al Qur’an yang disebut oleh para ulama sebagai surat An Ni’am (surat tentang kenikmatan-kenikmatan Alloh ﷻ) yaitu surat An Nahl. 

Allah Azza wa Jalla memulai dengan menyebutkan kenikmatan terbesar, yaitu kenikmatan agama. Allah Azza wa Jalla menurunkan wahyu kepada para Rasul-Nya, lewat para malaikat, untuk menyerukan Laa ilaaha illa Allah. Bahwa tidak ada yang berhak diibadahi selain Allah Azza wa Jalla. Wajib meninggalkan seluruh peribadahan kepada selain Allah Azza wa Jalla, dan beribadah dengan ikhlas hanya kepada-Nya. Karena sesungguhnya Dia esa di dalam rububiyah-Nya, esa di dalam menciptakan langit dan bumi, tidak ada sekutu bagi-Nya.

Kemudian Allah Azza wa Jalla menyebutkan kenikmatan-Nya yang lain kepada manusia, yaitu Allah Azza wa Jalla menciptakan binatang ternak dengan segala manfaatnya untuk manusia. 

Demikian juga berbagai binatang yang dapat dijadikan tunggangan dan pengangkutan. Allah Azza wa Jalla menyebutkan kenikmatan-kenikmatan-Nya yang lain secara berturut-turut, kemudian mengakhirinya dengan berfirman:

وَإِن تَعُدُّوا نِعْمَةَ اللهِ لاَ تُحْصُوهَا إِنَّ اللهَ لَغَفُورٌ رَّحِيمٌ

"Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Alloh ﷻ, niscaya kamu tidak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Alloh ﷻ benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." [QS  An Nahl: 18]

Oleh karena itulah seorang hamba hendaklah selalu mengingat-ingat kenikmatan Allah Subhanahu wa Ta’ala yang berupa kesehatan, kemudian bersyukur kepada-Nya, dengan memanfaatkannya untuk ketaatan kepada-Nya. Jangan sampai menjadi orang yang rugi, sebagaimana hadits di bawah ini:

عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نِعْمَتَانِ مَغْبُونٌ فِيهِمَا كَثِيرٌ مِنْ النَّاسِ الصِّحَّةُ وَالْفَرَاغُ

Dari Ibnu Abbas Radhiyallahu anhuma, dia berkata: Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Dua kenikmatan, kebanyakan manusia tertipu pada keduanya, (yaitu) kesehatan dan waktu luang.” [HR. Bukhari, no. 5933]

Al Jauhari rahimahullah berkata: “Berdasarkan ini, kedua (makna itu) bisa dipakai di dalam hadits ini. Karena sesungguhnya orang yang tidak menggunakan kesehatan dan waktu luang di dalam apa yang seharusnya, dia telah tertipu, karena dia telah menjual keduanya dengan murah, dan pikirannya tentang hal itu tidaklah terpuji.”

Ibnu Baththaal rahimahullah berkata: “Makna hadits ini, bahwa seseorang tidaklah menjadi orang yang longgar (punya waktu luang) sehingga dia tercukupi (kebutuhannya) dan sehat badannya. Barangsiapa dua perkara itu ada padanya, maka hendaklah dia berusaha agar tidak tertipu, yaitu meninggalkan syukur kepada Alloh ﷻ terhadap nikmat yang telah Dia berikan kepadanya. Dan termasuk syukur kepada Alloh ﷻ adalah melaksanakan perintah-perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya. Barangsiapa melalaikan hal itu, maka dia adalah orang yang tertipu.”

Ibnul Jauzi rahimahullah berkata: “Kadang-kadang manusia itu sehat, tetapi dia tidak longgar, karena kesibukannya dengan penghidupan. Dan kadang-kadang manusia itu cukup (kebutuhannya), tetapi dia tidak sehat. Maka jika keduanya terkumpul, lalu dia dikalahkan oleh kemalasan melakukan kataatan, maka dia adalah orang yang tertipu. Kesempurnaan itu adalah bahwa dunia merupakan ladang akhirat, di dunia ini terdapat perdagangan yang keuntungannya akan nampak di akhirat. Barangsiapa menggunakan waktu luangnya dan kesehatannya untuk ketaatan kepada Alloh ﷻ, maka dia adalah orang yang pantas dicemburui. Dan barangsiapa menggunakan keduanya di dalam maksiat kepada Alloh ﷻ, maka dia adalah orang yang tertipu. Karena waktu luang akan diikuti oleh kesibukan, dan kesehatan akan diikuti oleh sakit, jika tidak terjadi, maka itu (berarti) masa tua (pikun)."

Imam Al Hakim meriwayatkan dari Abdullah bin Abbas, bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda menasihati seorang laki-laki:

اِغْتَنِمْ خَمْسًا قَبْلَ خَمْسٍ , شَبَابَكَ قَبْلَ هَرَمِكَ , وَصِحَّتِكَ قَبْلَ سَقْمِكَ , وَغِنَاكَ قَبْلَ فَقْرِكَ , وَفَرَاغَكَ قَبْلَ شُغْلِكَ , وَحَيَاتَكَ قَبْلَ مَوْتِكَ

"Ambillah kesempatan lima (keadaan) sebelum lima (keadaan). (Yaitu) mudamu sebelum pikunmu, kesehatanmu sebelum sakitmu, cukupmu sebelum fakirmu, longgarmu sebelum sibukmu, kehidupanmu sebelum matimu."

Saya menemukan sebuah tulisan yang sangat bagus untuk kita renungkan. 

◻️AKU TERTIPU WAKTU

Waktu berjalan begitu halus.
Berjalan seiring nafas yang berhembus.
Menipu kita yang terlena.
Akan tugas menjadi hamba.

Jauh di dalam jiwa, terbesit sebuah rencana.
Aku tertipu waktu, semua telah berlalu.

Rencana tinggal rencana. Waktu berlalu begitu cepatnya.

Belum sempat berdzikir pagi, tahu-tahu siang hari menghampiri.
Belum sempat bersedekah pagi, matahari sudah meninggi.

Rencananya jam sembilan mau sholat dhuha, tiba-tiba adzan dzuhur menggema 

Sudah dari setahun yang lalu. Inginnya membaca satu juz Al Qur’an di pagi hariku. Menambah hafalan ayat satu hari satu. Tapi ya itu !!! ”Inginnya itu.“

Namun kebiasaan itu belum terlaksana, dan hanya tinggal rencana.

Ada sebenarnya komitmen diri.
Tidaklah akan melewatkan malam kecuali dengan tahajjud witir dan berserah diri.
Sekalipun hanya tiga raka’at.
Namun sayang... Komitmen itu belum juga terlaksana sejak 5 tahun yang lewat 

Dulu juga pernah berpikir punya anak asuh.
Entah faqir, miskin atau wanita rapuh.
Namun sayang karena kesibukan maka lupa merealisasikannya.
Padahal niatan itu sudah 10 tahunan lamanya.

Akan terus begini kah “nasib“ kita.
Menghabiskan umur? Berhura-hura dengan usia, dunia, harta, tahta dan wanita atau pria?
Lalu tiba-tiba masuklah usia diangka 30 sebentar kemudian 40 lalu 50 menjadi tidak terasa.
Kemudian orang memanggil kita dengan sebutan, Kek ... Nek ... pertanda kita sudah tua.

Di saat itu uban mulai menghias kepala.
Kulit keriput datang seraya menyapa.
Tenaga tidak lagi seberapa.
Dan raga pun menunjukan lemahnya.

Mata mulai tidak menampak, telinga mulai berangsur pekak.
Makan saja mulai tidak enak.
Tidur jauh dari nyenyak.
Ekonomi pun bergantung pada anak.

Lalu sambil menunggu ajal tiba. Sejenak mengintip catatan amal yang kita ingat pernah berbuat apa...???
Astagfirullah... Ternyata tidak seberapa ...!!!
Sedekah dan infaq Cuma sekedarnya.

Mengerjakan ilmu tidak seberapa.
Silaturahim rusak semua.
Banyak tertinggal sholat, puasa.
Zakat dan waqaf kadang terlupa.

Umroh dan haji tinggal rencana 
Anak-anakpun buta agama.

Na’udzubillah Ya Alloh ﷻ ... !!!

Jika sudah demikian, apakah ruh ini tidak akan melolong, meraung, menjerit menahan kesakitan di saat harus berpisah dari tubuh pada waktu sakaratul maut.

Tambahkan usiaku Ya Alloh ﷻ...!!!

Aku butuh waktu untuk beramal dan berakal sebelum Kau akhiri ajal.
Belum cukupkah menyia-nyiakan waktu selama 30, 40, 50 atau 60 tahun yang terbegal? 
Butuh berapa tahun kah mengulang pagi, siang, sore dan malam hari?

Butuh berapa minggu, bulan dan tahun lagi???
Agar bisa mempersiapkan diri untuk siap mati. Tanpa pernah kita merasa kehilangan waktu dan kesempatan yang menghasilkan pahala setiap hari. Maka 1000 tahunpun tidak akan pernah cukup lagi, bagi orang yang terlena di dunia ini.

Wallahu a’lam bishawab

•┈••◎◎❀★❀◎◎••┈•
❀ TaNYa JaWaB ❀
•┈••◎◎❀★❀◎◎••┈•

0️⃣1️⃣ Cucu ~ Cudliah Tasikmalaya
Ustadzah, syukron notulen dan moderator

Ya Alloh ﷻ, hamba-Mu mengakui telah tertipu dengan mengikuti hawa nafsu. Tapi diri yang lemah selalu berusaha bersama dengan orang-orang yang Sholeh atau Sholehah. 

Bagaimana supaya diri tetap Istiqomah dalam ibadah agar tidak tertipu mengikuti hawa nafsu?

Syukron

🌸Jawab:
Istiqomah itu, memang harus diusahakan, tidak mungkin akan hadir begitu saja, harus melawan rasa malas, harus melawan cibiran keluarga, tetangga dan lain-lain. Kuat mental dan punya azzam yang kuat.

Kita harus mengilmui apa yang membuat kita tertipu dan apa yang membuat kita menjadi orang yang beruntung. Jika ilmu tidak ditambah, maka kita akan mudah merasa puas, jika sudah puas maka kita akan merasa cukup ibadahnya, dan terus mencari majlis-majlis ilmu, dan membersamai teman-teman yang sama tujuannya dengan kita. 

Wallahu a’lam bishawab

0️⃣2️⃣ Widia ~ Bekasi
Assalamu'alaikum warahmatullahi Wabarakatuh 

Bund, bagaimana memanfaatkan waktu karena kelalaian dalam beribadah?

🌸Jawab:
Wa'alaikumussalam warahmatullahi Wabarakatuh 

Perlu kita paham ibadah itu seperti apa. Apakah ibadah itu, hanya sholat, dzikir, sedekah, infaq saja? Tentu tidak, banyak ibadah yang bisa dilakukan, asal semua kebaikan yang kita lakukan diniatkan atas ketaatan kepada Alloh ﷻ. 

Jika yang dimaksud adalah ibadah sholat, dzikir, tentu hal ini harus diusahakan, jangan tunda sholat, jangan lupakan dzikir, karena menunda biasanya akan membuat kita batal untuk melakukannya, apalagi itu sholat-sholat sunnah, kalau sholat wajib, akhirnya sholat kita udah di akhir-akhir waktu, penundaan ini yang membuat kita berat untuk beribadah. Jadi lakukan sholat di awal waktu. Nikmati sholat kita, jangan lakukan karena itu untuk melepaskan kewajiban saja, tapi lakukan karena saat itu kita memang sedang ingin berbincang dengan Rabb kita. 

Wallahu a’lam bishawab

0️⃣3️⃣ Apni ~ Garut
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Bagaimana dengan seorang wanita yang hanya diam di rumah saja, apakah itu termasuk menyia-nyiakan waktu?

Wassalammua'laikum warahmatullahi.

🌸Jawab:
Wa'alaikumussalam Warahmatullahi Wabarakatuh.

Berdiam diri di sini maksudnya seperti apa? 

Kalau hanya diam, tidak mengerjakan apapun yang dilandaskan kepada keta'atan kepada Alloh ﷻ, duduk nonton, selancar dumay, melakukan sesuatu yang tidak berfaedah, jelas itu menyia-nyiakan waktu, tapi jika dia di rumah, mengerjakan pekerjaan rumah, memperhatikan kebutuhan keluarga, di rumah mendidik anak-anaknya dan diniatkan untuk ketaatan kepada Alloh ﷻ, jelas ini bukan menyia-nyiakan waktu. 

Wallahu a’lam bishawab

🔹MaasyaAllah, terima kasih banyak.

0️⃣4️⃣ Aisya ~ Cikampek 
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. 

Apakah benar, Nda kalau waktu kita disibukkan dengan suatu yang un faedah sia-sia, Rasulullah ﷺ sedang menelantarkan kita?

🌸Jawab:
Wa'alaikumussalam  Warahmatullahi Wabarakatuh kk Aisya

Na'udzubillah yaa kk...

Hal seperti itulah yang telah diingatkan oleh Rasulullah ﷺ dalam sebuah hadist beliau:

"Di antara tanda Alloh ﷻ berpaling dari seorang hamba, Alloh ﷻ menjadikannya sibuk dalam hal yang sia-sia sebagai tanda Alloh ﷻ menelantarkannya." (At-Tamhid) 

Jadi kita juga harus berhati-hati, jika kita sibuk dalam kelalaian dari mengingat Alloh ﷻ, lalai  dari mengibadahi Alloh ﷻ, itu pertanda Alloh ﷻ enggan untuk bertemu dan berbincang dengan kita. Astaghfirullah...

Wallahu a’lam bishawab

•┈•◎❀★❀◎•★•◎❀★❀◎•┈•
❀CLoSiNG STaTeMeNT❀
•┈•◎❀★❀◎•★•◎❀★❀◎•┈•

Sahabat-sahabatku...

Terkadang, manusia berada dalam kondisi sehat, namun ia tidak memiliki waktu luang karena sibuk dengan urusan dunianya. 

Terkadang, manusia memiliki waktu luang, namun ia dalam keadaan tidak sehat. 

Apabila terkumpul pada manusia waktu luang dan nikmat sehat, sungguh akan datang rasa malas dalam melakukan amalan ketaatan. 

Dan mereka itulah manusia yang telah tertipu dan terperdaya.

Na'udzubillahi mindzalik.

Mohon maaf lahir batin

Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar