Kamis, 30 Juni 2022

KURIKULUM MERDEKA BELAJAR MENCETAK GENERASI SEKULER

 


OLeH: Ustadzah Tely Herliyani

•┈•◎❀★❀◎•┈•
❀ M a T e R i ❀
•┈•◎❀★❀◎•┈•

💎 KURIKULUM MERDEKA BELAJAR MENCETAK GENERASI SEKULER

A'udzubillahiminasysyaitoonirrojiim

Bismillahirrohmaanirrohiim

Assalamualaikum warohmatullah wabaarokatuh. 

Alhamdulillahilladzi arsala rosulahu bil huda wadinilhaq luyudzhirohu 'alaaddinikulli wakafa billahi syahida.

Asyhadu alla ilaha ilallah wahdahu lasyarikalawa asyhaduanna muhammadan 'abduhu warosuluhu alladzi la nabiya ba'da. 

Robbishohlisodri wayassirli amri wahlul'uqdatammillisanii yafqohu qouli 'ammaba'du. 

Alhamdulillah akhwatifilah kita bisa bertemu kembali dalam majelis ilmu mudah-mudahan akhwatifilah semuanya dalam keadaan sehat walafiat, dalam keadaan tidak kurang satu apapun.

Baik pada kesempatan kali ini, kita akan mendiskusikan sebuah tema tentang kurikulum merdeka belajar mencetak generasi. Bagaimana kurikulum tersebut dan apa yang melatarbelakanginya. Saya akan menshare sebuah tulisan, silahkan antum semua membacanya. Nanti jika sudah selesai membaca, ada yang mau didiskusikan, kita diskusikan bersama.

◾Kurikulum Merdeka Belajar Mencetak Generasi Sekuler

Mewujudkan pendidikan unggul dan bermutu adalah harapan semua bangsa. Sayangnya, kualitas pendidikan masih menjadi problem serius di negeri ini. Kondisi tersebut bertambah parah pada masa pandemi. Ancaman ketertinggalan pelajaran membuat kualitas pendidikan merosot tajam. Alih-alih mencari akar persoalan rendahnya kualitas pendidikan, justru (kembali) pemerintah bergegas mengubah kurikulum. Oleh karenanya, Kurikulum Merdeka resmi diluncurkan Pemerintah pada 11/2/2022 sebagai bagian dari Kebijakan Merdeka Belajar episode ke-15. 

Disinyalir, bahwa Kurikulum Merdeka yang merupakan salah satu program yang dilakukan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) untuk mengatasi ketertinggalan dan hilangnya pembelajaran (learning loss) di Indonesia. 

Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Anwar Makarim menyampaikan saat peluncuran Merdeka Belajar Episode Kelima belas bahwa penyederhanaan kurikulum darurat dinilai efektif memitigasi ketertinggalan pembelajaran pada masa pandemi Covid-19.   

Benarkah kurikulum baru ini akan membawa perubahan positif pendidikan di negeri ini?

◾Apa Itu Kurikulum Merdeka Belajar(KMB)?

Latar belakang diluncurkannya KMB adalah kondisi pendidikan selama pandemi yang mengalami kemerosotan tajam, baik dari konsep, teknik dan metode pembelajaran. Oleh karena itu, menurut Mendikbudristek, penyederhanaan kurikulum dalam bentuk kurikulum darurat efektif memitigasi ketertinggalan pembelajaran pada masa pandemi. Menurutnya, Kurikulum Merdeka juga dinilai memiliki beberapa keunggulan. Di antaranya, lebih sederhana dan mendalam, lebih merdeka(bebas) dan lebih relevan serta interaktif. 

Nadiem menegaskan, esensi Merdeka Belajar adalah memberikan keleluasaan bagi siswa untuk memilih pelajaran sesuai minat mereka. Menurut Nadiem, orang tua tidak bisa memaksa anak yang menyukai seni untuk belajar secara mendalam. Setiap anak, kata Nadiem, pada dasarnya punya rasa ingin tahu, punya keinginan untuk belajar. Dalam kasus seperti ini, menurut Nadiem, konsep Merdeka Belajar bisa menjadi solusi, yakni kebijakan dirancang berdasarkan keinginan dan memprioritaskan kebutuhan siswa.

Dapat Disimpulkan, Bahwa Kurikulum Merdeka Disusun Dengan 4 Arah: 

✓ Pertama, struktur kurikulum lebih fleksibel, jam pelajaran ditargetkan untuk satu tahun, bukan per minggu sebagaimana yang selama ini berjalan. 

✓ Kedua, fokus pada materi esensial, tidak terlalu padat seperti sekarang. 

✓ Ketiga, memberikan keleluasaan bagi guru menggunakan berbagai perangkat ajar sesuai kebutuhan dan karakteristik peserta didik. Dalam hal ini guru juga dapat memberikan pembelajaran sesuai dengan konteks dan muatan lokal. 

✓ Keempat, adanya aplikasi yang menyediakan berbagai referensi bagi guru untuk terus mengembangkan praktik mengajar secara mandiri.

◾Bahaya Di Balik KMB

Ada beberapa hal yang layak dikritisi dari kurikulum yang mengusung jargon kemerdekaan ini. Salah satu hal yang layak dicermati adalah muatan kebebasan. Tampak dari nama yang di usung yakni Merdeka. Kemerdekaan inilah yang selalu digaungkan, baik bagi siswa maupun guru atau pendidik. 

Sayangnya, justru dari sinilah celah masalah itu muncul.

🔸Pertama, tidak adanya pemaksaan (keseragaman) dalam penggunaan Kurikulum Merdeka (setidaknya hingga 2024) justru berpeluang memunculkan disparitas dalam kualitas pembelajaran. Sekolah yang menggunakan Kurikulum Merdeka bisa dianggap sebagai sekolah maju (unggulan) dalam persepsi masyarakat. Lantas bagaimana nasib sekolah yang belum menerapkan kurikulum baru tersebut?

🔸Kedua, kebebasan yang bertumpu pada membangun minat siswa juga berpotensi masuknya pembelajaran unfaedah bagi siswa. Sebagai contoh, tentu disayangkan ketika sebuah sekolah akhirnya mengadopsi pembelajaran ekstra kurikuler -seperti- e-sport atau yang lainnya, hanya gegara banyaknya siswa yang berminat pada bidang tersebut. Padahal sejatinya, e-sport atau yang semisalnya, tidak layak masuk kurikulum pendidikan, apalagi pada jenjang menengah. Sebab, dalam e-sport bukan hanya terjadi transfer keahlian dalam dunia digital, namun juga penanaman budaya. 

Jika demikian, hadirnya Kurikulum Merdeka berpeluang menjadi ancaman ideologis, yakni masuknya budaya dan ideologi asing (Barat). Ini tentu bisa menjadi jalan pembajakan potensi generasi demi kepentingan eksistensi peradaban Barat. Ancaman bahaya ini muncul, karena Kurikulum Merdeka tidak dibangun di atas asas akidah Islam. Namun, pada asas kapitalistik yang mengedepankan manfaat materi yang sering berseberangan dengan aturan Islam. 

🔸Ketiga, kebebasan yang memberikan fleksibilitas bagi guru dalam menentukan metode pembelajaran juga bukan tanpa peluang masalah. Dalam kondisi banyaknya problem guru (seperti beban ekonomi, dan lain-lain), hal itu tidak serta-merta memudahkan guru untuk memampukan dirinya mengikuti perkembangan belajar siswa. Padahal, Kurikulum Merdeka sangat menjaga kemerdekaan siswa. Jika siswa mampu berlari, guru harus mampu memfasilitasinya.

Sebaliknya, guru juga harus bersabar terhadap kondisi siswa yang tertinggal. Masalahnya, bekal aplikasi atau platform Merdeka Mengajar yang disediakan bagi guru belum tentu optimal. Ini akan menjadi ironi dan kesangsian, benarkah akan memberi solusi?

🔸Keempat, kurikulum ini juga berpotensi mengukuhkan konsep kapitalistik dalam tata kelola pelayanan publik. Seharusnya, negara memegang peran sentral dalam pemenuhan semua kebutuhan pendidikan. Namun, dengan kurikulum ini, beban tersebut akhirnya lebih banyak bertumpu pada guru dan sekolah. Sekolah memiliki otoritas yang tepat mengenai cara membangun pembelajaran yang kontekstual itu. Sebab, pembelajaran mesti sesuai kebutuhan belajar anak, daerah, dan sumber daya manusia yang ada di sekolah. Di satu sisi, fleksibilitas bisa ditangkap positif—meski tidak sepenuhnya—yakni jika satuan pendidikan mampu mengarahkan pembelajaran sesuai misi pendidikan sahih. 

Namun, di sisi lain, otoritas sekolah yang terlalu besar juga berpeluang masuknya pihak luar yang hendak mengambil keuntungan dari bisnis pendidikan. Terlebih sebelumnya ada penerapan konsep otonomi sekolah, yakni model pengelolaan MBS (manajemen berbasis sekolah).
Dari sini sudah jelaslah untuk apa KBM diberlakukan, tak lain tak bukan dalam rangka melanggengkan sistem kapitalis liberalis sekuler, yang itu akan mengkayakan kelompok kapitalis atau swasta. Jika demikian, mana mungkin bisa berharap dari KMB ini?

Wallahu a’lam bishawab

•┈••◎◎❀★❀◎◎••┈•
❀ TaNYa JaWaB ❀
•┈••◎◎❀★❀◎◎••┈•

0️⃣1️⃣ Sasi ~ Balam
Bismillah...

Bunda, saya perhatikan semakin ke sini dunia pendidikan Indonesia itu penuh gagasan idealis (tiap ganti menteri) tapi minim dengan esensinya. Benar tidak sih, Bun? 

Seperti semua seolah dipaksakan dengan kurikulum baru tanpa kesiapan matang baik SDM (pendidik dan pengajar) apalagi siswanya. 

Ini sebenarnya ada misi apa sih, Bun? 

🔷Jawab:
Ya baik, saya langsung jawab ya pertanyaan dari ibu sasi, terkait dengan kurikulum ini, ya memang kalau misalnya kita perhatikan begitu, dunia pendidikan hari ini, ketika ganti presiden, ganti menteri, ganti lagi kurikulum.

Tidak seperti dulu kita lihat zaman saya, SD kelas 1 itu buku itu turun temurun, buku yang warna merah, coklat, apalagi ya hijau kalau tidak salah, belajar baca ini budi, ini ibu budi kan gitu ya, ini bapak budi, iwan adik budi, sampai hafal sampai sekarang kan begitu.

Nah ini yang kemudian dipakai terus gitu ya sehingga buku itu bisa turun menurun ke adik-adik gitu masih bisa dipakai. Nah kalau sekarang itu kan enggak ya, ada yang namanya paket tematiklah, kemudian buku itu kan tidak disediakan di sekolah, tetapi kemudian kita harus beli per paket itu. Sehingga ketika masuk tahun ajaran baru itu, mak-mak itu puyeng banget, sudah membayar sekolahnya, terus kemudian seragam, buku-buku, dan lain sebagainya. Ini yang kemudian membuat semakin pusing kita sebagai orang tua.

Nah disisi yang lain, kalau misalnya kita melihat, apa sih output yang kemudian didapatkan oleh anak-anak hari ini. Nah kalau kita saksikan, semakin hari itu ya semakin, ya Alloh ﷻ begitu ya, semakin apa ya? Dikatakan semakin hancur, semakin bejatlah dunia pendidikan hari ini. 

Kalau beberapa waktu yang lalu, sempat mungkin akhwati semua pernah menyaksikan ya viral di media sosial, itu bagaimana seorang anak yang kemudian dia itu diusir dari sekolahnya, karena tidak boleh mengikuti ujian akhir, anak SD, karena apa, karena dianggap selama 6 bulan itu dia tidak sekolah, kenapa dia tidak sekolah? Ternyata ketika selama pandemi itu dia belajar online, dia tidak punya hp gitu. Terus sehingga dia tidak bisa mengikuti pelajaran online.

Nah kemudian ketika kemarin-kemarin itu masuk secara offline ya, dia ternyata tidak bisa juga pergi ke sekolah, karena dia tidak punya seragam, kebayang kan 2 tahun tidak sekolah tidak pakai seragam, terus pastikan bertambah atau berkembang tubuh anak itu. Sehingga baju yang dulu itu sudah sempit dan dia tidak punya seragam dan tidak bisa untuk masuk ke sekolah.

Ini dianggap oleh gurunya itu, bahwa anak ini sudah tidak sekolah selama 6 bulan, sehingga tidak boleh mengikuti ujian akhir kenaikan kelas, dan anaknya diusir. 

Kemudian fenomena yang lain, seorang ibu sampai dia nekat nyuri hp karena ingin anaknya itu ikut belajar. Banyaklah kejadian-kejadian seperti itu.

Terus bagaimana dengan hasil pendidikannya, kita lihat banyak sekali ibu-ibu yang mengeluh selama 2 tahun dengan online ini, justru anak-anak itu banyak keranjingan gadget, terus kemudian anak-anak lebih bisa bebas membuka hp, sehingga akhirnya ada perilaku-perilaku pornoaksi, pornografi gitu ya, itu dinikmati oleh anak-anak.

Dan kemudian kemarin saya juga pernah menyaksikan begitu ya, viral, generasi ini mabuk-mabukan, terus kemudian judi, terus seks bebas, itu adalah suatu yang lazim, bahkan baru-baru ini kalau sempat ukhti baca di fb, itu sempat viral ada seorang pasangan, yang dia itu sampai melakukan hubungan intim sepuluh kali dan melakukan aborsi sebanyak 7 kali, dan dia menyimpan janin-janin hasil aborsinya, dia tidak mau untuk dikuburkan sebagai bukti bahwa dia sudah hamil oleh si laki-laki itu. Nah terakhir itu kan, apa namanya, malah si laki-laki bukan menikahinya malah akhirnya menghilang. Ini yang terjadi di dunia pendidikan hari ini. Ya Alloh ﷻ kalau misalkan kita menyaksikannya begitu bejatnya, begitu hancurnya moral generasi.

Bagaimana dengan kaitannya dengan kurikulum hari ini? Kalau misalnya kita lihat dari kurikulum yang sebelumnya, kurikulum kurtilas, kurikulum tiga belas, katanya itu adalah kurikulum yang sangat memberikan tekanan yang besar kepada peserta didik, dan peserta didik itu tidak bebas untuk kemudian mengapresiasikan atau menyalurkan minat dan bakat yang kemudian mereka miliki, sehingga anak banyak stress di dunia belajar itu, sehingga mas menteri yang baru hari ini, nadiem makarim mencetuskan ide merdeka belajar, sehingga nanti akan tercipta kampus yang merdeka, anak-anak tidak lagi belajar dalam kondisi tekanan.

Sehingga apa tujuannya? Tujuannya itu tadi, agar anak-anak bebas mengekspresikan, bebas melakukan apa yang kemudian mereka inginkan, termasuk misalnya di dalam makalah saya contohkan, distu ada e-games, itu bukan bukan elektronik games, bukan main game di hp, tetapi permainan yang dia itu games, misalnya kalau hari ini kan seperti sepakbola, terus kemudian basket dan lain sebagainya, itukan ekstrakurikuler.

Tapi kalau maksudnya hari ini, kata mas nadiem itu, ketika anak itu memang minat bakatnya disitu, itu memang harus dilakukan hal itu, harus difasilitasi oleh sekolah, ya termasuk ketika misalnya tadi, permainan sepakbola itu ada di games hp, dan itu yang membuat dia tertarik untuk kemudian mempelajari sampai sedetil-detilnya, dan bakatnya memang disitu, maka itu harus difasilitasi juga oleh sekolah, sampai seperti itu.

Ini sebenarnya apakah, ada apa sih dibalik semua itu? Nah kalau misalnya kita melihat latar belakang kemunculannya, diawali sebelum-sebelumnya kita pernah mendengar tentang moderasi, baik itu moderasi beragama, terus kemudian moderasi di berbagai sisi, nah ini tu apa tujuannya? Sebenarnya mereka memiliki tujuan itu untuk menciptakan generasi yang dia itu moderat, serta tidak boleh ekstrem, tidak boleh juga dia bebas, jadi harus ada di tengah-tengah. 

Apa yang melatarbelakanginya? Katanya begitu ya, kenapa harus ditengah-tengah, karena orang yang kemudian dia itu taat beragama, dia tidak memiliki toleransi terhadap agama yang lain, sehingga bagaimana kemudian akhirnya toleransi ini terwujud di dalam kehidupan, katanya seperti itu, sehingga muncullah ide moderasi.

Kemudian dari moderasi itu, di jawantahkan atau turunannya semua, begitu ya, untuk mewujudkan tadi, generasi yang serba bebas sebenarnya, sehingga dia bebas untuk memilih apapun, milih agama dia bebas, terus kemudian dia mau berperilaku juga bebas, nah ini tujuannya.

Kalau misalnya kita melihat hal ini atau tujuan ini, pasti akan mengacu kepada sebuah dasar dari sebuah pemikiran. Nah kalau misalnya kita teliti lagi lebih jauh, maka kalau misalnya kita akan mendapati bahwa yang diinginkan itu adalah memisahkan agama dari kehidupan.

Jadi kalau agama itu ya di agama, berbicara agama di masjid, dan sebagainya. Agama tidak boleh mencampuri urusan-urusan berkehidupan. Nah inilah yang kemudian dikatakan dengan sekuler.

Nah kenapa ini muncul? Kita melihat bahwa Alloh ﷻ mengatakan : bahwasanya orang-orang yahudi dan nasrani, mereka tidak akan pernah ridho kepada kaum muslimin, sampai kaum muslimin itu mengikuti millah meraka.

Sejak kekalahan mereka, orang-orang kafir di dalam perang salib oleh orang muslimin, dendam kesumat yang ada didalam benak orang kafir itu sangat kuat. Sehingga mereka mengajarkan sampai ke anak cucu mereka, bagaimana kebencian terhadap Islam dan kaum muslimin.

Hingga kalau misalnya, kita lihat fakta sampai hari ini begitu ya, itu tidak lepas sebenarnya dari strategi orang-orang kafir barat untuk menghancurkan Islam dan kaum muslimin. Sampai ke arah generasi hari ini, yang sedang digencarkan itu adalah pengrusakan generasi, kenapa gitu ya? Generasi ini menjadi sasaran buat mereka?

Kalau misalnya kita melihat, bagaimana sih sifat atau tabiat dari generasi muda itu, yang pertama punya ciri fisiknya masih kuat, otaknya masih kuat, dan mereka itu adalah agent of change, atau agen-agen perubahan.

Karena remaja itu adalah orang-orang yang sedang mencari jati diri mereka, sedang mencari idealisme mereka itu seperti apa. Sehingga inilah yang kemudian dimanfaatkan oleh mereka, untuk merubah Islam dan kaum muslimin, lewat generasi-generasi mudanya.

Hingga akhirnya, mereka kemudian mencoba dengan berbagai strategi, untuk kemudian, menghancurkan tadi, Islam dan kaum muslimin, sampai kearah atau sampai ke ranah yang paling terkecil, karena kalau misalnya, kita melihat kurikulum ini diberlakukan dari mulai PAUD, TK, begitu ya, SD sampai kemudian Mahasiswa, sehingga menciptakan tadi kampus merdeka belajar.

Nah ini yang kemudian mereka ciptakan, dan mereka ya itu tadi, menyusup ke benang-benang kaum muslimin, menyusup kepada pemikiran-pemikiran kaum muslimin, sehingga kaum muslimin dengan mudah, ketika pemikiran dirusak, dia kemudian akan melemah, nah ini yang kemudian terjadi hari ini.

Dan kalau misalnya kita melihat gitu ya, ada 3 komponen, ada 3 komponen di dalam pembentukan generasi:

1. Itu adalah keluarga,  
keluarga itu adalah ranah terkecil, yang dia itu sebetulnya memiliki peran sebagai pondasi dasar, didalam pendidikan anak. Sehingga seharusnya ini bertumpu, pendidikan ini bertumpu pada keluarga. Bagaimana keluarga itu kemudian menerapkan kekuatan iman, menerapkan pondasi-pondasi Islam kepada anak-anaknya.

2. Itu adalah masyarakat,
masyarakat berpengaruh juga kepada perkembangan anak begitu ya. Kita melihat misalnya keluarga, ditengah-tengah keluarga, anak sudah dibiasakan dengan kebiasan yang baik, dengan pembiasan-pembiasaan Islam, tapi ketika mereka terjun ke tengah-tengah masyarakat, itu memberikan dampak yang juga sangat besar. Mungkin akhwatifillah yang sudah berkeluarga dan sudah memiliki anak, ini juga memiliki pengalaman tersendiri, ketika menghadapi pergaulan anak-anak di masyarakat.

3. Adalah negara,
karena apa? Negara itu adalah penerap hukum, termasuk dalam masalah kurikululm ini, negara mempunyai wewenang untuk kemudian "memaksakan" di dalam tanda petik, memaksakan setiap ide-ide, setiap gagasan, setiap hukum, yang kemudian mereka buat kepada rakyatnya. Jadi dipaksakan, rakyat nurut, siap tidak siap, bisa tidak bisa, mampu tidak mampu, pokoknya rakyatnya harus gitu ya, harus menjalankan itu.

Begitu yang kemudian kita lihat, dan sehingga kurikulum ini juga sangat berpengaruh ke pendidikan anak, karena memang tadi, yang namanya kurikulum itu, kesatuan belajar dan kemudian, dia akan diajarkan kepada anak, sehingga dia pun memiliki pengaruh yang besar.

Ketika misalnya penguasa yang ada hari ini, memberlakukan tadi kurikulum merdeka belajar gitu ya, mau tidak mau, bisa tidak bisa begitu ya, semua kalangan, baik pendidik maupun peserta didik, itu harus mampu dan harus mengikuti itu semua, itu seperti itu.

Sehingga kurikulum ini, bisa menjadi sebuah alat, yang kemudian dipakai untuk menyusupkan ide-ide kafir barat. Dalam hal ini adalah ide sekular kapitalis kepada benak-benak generasi kita, benak anak-anak kita, termasuk juga kepada kita sebagai orang tuanya.

Sehingga itulah misi yang kemudian mereka buat, untuk kemudian bisa menghancurkan Islam dan kaum muslimin, itu seperti itu ya untuk yang pertama.

🌷Kita segenerasi, Bun, masih ketemu ini budi, Wati kakak Budi.

Wallahi, Saya sejuta % tidak setuju dengan kurikulum dajjal seperti ini (afwan).

Indonesia sudah darurat zina, Bun. Ditambah lagi dengan kurikulum anti Islam seperti ini, mau jadi apa anak-anak kita.

#mirissekali

🔷Makanya kita tidak bisa berdiam diri saja, tapi harus bergerak, melakukan sebuah perubahan. Karena Alloh ﷻ tidak akan merubah suatu kaum, kecuali mereka merubahnya sendiri. 

Wallahu a’lam bishawab

0️⃣2️⃣ Muthia ~ Riau
Bagaimana peran orang tua sebaiknya dalam menyikapi kurikulum baru ini ustadzah?

🔷Jawab:
Lantas bagaimana gitu ya sebagai orang tua menyikapi ini.

Nah tadi saya sampaikan, bahwa hari ini mau tidak mau, begitu ya, bisa tidak bisa, maka orang tua harus mengikuti, karena memang ini dipaksakan.

Bagaimana kita kemudian menyikapinya?

✓ Bahwa kita harus kritis, ketika ada sesuatu atau kita harus senantiasa memantau, begitu ya, apa yang kemudian diajarkan kepada anak-anak kita, begitu.

Kita pahami, apa yang kemudian diajarkan di sekolah, itu seperti itu.

Kemudian ketika ada pembelajaran yang kemudian menyimpang, dari ajaran-ajaran Islam, maka kita yang kemudian harus meluruskan.

Yang pertama, kita luruskan anak kita, kita berikan pemahaman-pemahaman kepada anak kita, apa yang seharusnya dilakukan.

✓ Kita tidak boleh berdiam diri ya, karena ketika ada sebuah ide, ketika ada sebuah gagasan, ketika ada sebuah hukum, yang dia itu bertentangan dengan Islam, maka itu adalah sebuah kemungkaran.

Ketika kita melihat, ketika kita menyaksikan sebuah kemungkaran, apa yang kemudian harus kita lakukan?

Seperti sabda Rasulullah ﷺ, ketika kita melihat kemungkaran, maka ubahlah dengan tangan kita, jika tidak mampu, maka ubahlah dengan lisan, dan jika tidak mampu, ubahlah dengan hati dan itu adalah se lemah-lemahnya iman.

Nah, sehingga ketika kita melihat kenyataan tadi, oh ini kurikulum merdeka belajar ini, akan menimbulkan kebahayaan, akan memunculkan, atau akan menciptakan generasi-generasi yang, memang dia itu liberal, serba bebas.

Sekarang kita lihat hasil pendidikan hari ini, begitu ya, Ya Allahu Rabbi, anak-anak sudah didalam pergaulan begitu bebas, begitu ya. Di dalam agama juga misalnya, kalau tidak di push di rumah itu, akan sangat-sangat jauh anak-anak itu dari agama.

Sehingga kita harus melakukan amar ma'ruf nahi mungkar, hingga kepada guru-gurunya yang kemudian mengajarkan anak-anak kita, kita sampaikan, begitu ya. Bagaimana ajaran Islam yang benar itu seperti apa, bagaimana kita seharusnya bersikap, bagaimana kita seharusnya menjadikan Islam itu sebagai sandaran, atau sebagai landasan didalam bersikap dan bertingkah laku, di dalam berpikir. 

Kita harus menjadikan Islam sebagai solusi di dalam setiap permasalah kehidupan. Ini yang kemudian harus kita sampaikan, baik ketengah-tengah masyarakat, maupun kepada para guru, begitu ya, dan ini yang juga seharusnya kita sampaikan kepada para penguasa hari ini.

Jadi yang namanya amar ma'ruf nahi mungkar itu, ya harus kita lakukan keberbagai kalangan, termasuk kepada penguasa, karena yang sebaik-baiknya amar ma'ruf nahi mungkar itu, adalah ketika kita melakukannya kepada penguasa. Sampai Rasulullah ﷺ mengkategorikan orang-orang yang terbunuh ketika menyampaikan amar ma'ruf kepada penguasa itu sebagai syaidul syuhadan.

Jadi Rasul ﷺ bersabda syaidul syuhada itu, adalah hamzah dan orang-orang yang berdiri di hadapan penguasa yang dzolim. Kemudian dia melakukan amar ma'ruf nahi mungkar dan terbunuh olehnya, maka dia terkategori sebagai penghulu para syuhada, dimana tempatnya penghulu para syuhada itu, jannatul firdaus.

Kemudian ini yang sebenarnya kita harapkan, kita inginkan, nah sehingga itu tadi, kembali lagi kepada pertanyaan bagaimana sikap kita sebagai orang tua,

1) Memang memantau pembelajaran anaknya.

2) Kemudian amar ma'ruf nahi mungkar, karena ini adalah sebuah kemungkaran.

Jadi ketika melalaikan hukum Alloh ﷻ, ketika menjadikan hukum selain Alloh ﷻ itu sebagai pijakan, maka ini adalah sebuah kemungkaran yang harus dirubah, seperti itu.

Wallahu a’lam bishawab

0️⃣3⃣ Aisya ~ Cikampek 
Assalamualikum warahmatullahi wabarakatuh. 

Bunda aslinya saya belum faham apa itu Islam merdeka.

1. Jadi yang dibahas bukan agama Islam saja fokusnya. Tapi semua agama kah?

2. Lintas agama ini yang aku tahu ada di Mata kuliah mahasiswa jurusan filsafat, tentang faham liberalisme bukan?

3. Kebebasan dalam beragama. Jadi disusupkan toleransi yang digembor-gemborkan saat ini.

Contoh: Tausiyah di gereja fine, sholawat di gereja fine.

Tapi bukan kah itu menyalahi Quran dan sunnah ya?

4. Jadi bagaimana cara memilih sekolah yang baik untuk anak kita?

Afwan apakah SDIT, MI, Kalau school basic Islam juga masuk kah?

Dan untuk level SMPN atau SMPS, SMAN atau SMAS sudah masuk mapel pluralisme dan liberalisme kah?

🔷Jawab:
Wa‘alaikumussalam Warahmatullahi Wabarakatuh

Ya ukhti aisyah di cikampek, sebenarnya kita ini berdekatannya, mungkin bisa bertemu langsung, bisa berdiskusi secara langsung sebenarnya kalau mau ya. Nah kalau disini sebenarnya ruangnya terbatas ya.

1. Jadi kalau dari apa yang ukhti tanyakan yang saya tangkap ya, disini yang pertama, fokusnya Islam itu semuanya, ya kalau misalnya dilihat ini kan, sebenarnya ada satu misi, ada satu upaya dari orang-orang kafir untuk menghancurkan Islam dan kaum muslimin begitu.

Mereka menyampaikan ketika kaum muslimin itu memegang teguh keislamannya, begitu ya, mereka ingin memahami Islam secara kaffah, mereka ingin menerapkan Islam secara kaffah, maka meraka katakan itu adalah ekstremis, itu adalah radikalis, begitu ya. Mereka tidak toleran terhadap agama-agama yang lain. padahal katanya Indonesia ini adalah agama (negara) yang plural, banyak gitu ya agama, tidak hanya Islam. Sehingga memang tidak bisa memaksakan 1 agama tertentu kepada yang lainnya, seperti itu.

Sehingga mereka menginginkan begitu ya, orang-orang Islam atau kaum muslimin itu moderat, dia di tengah-tengah, nggak usah terlalu fanatik lah, hormatilah agama yang lain seperti itu, ya harus ada toleransi dan lain sebagainya. Sehingga mereka menciptakan ide Islam moderat, begitu.

Padahal kan sebenarnya tidak boleh Islam  moderat, Islam itu sudah jelas, mana hitam, mana putih, tidak boleh ada abu-abu, kan begitu, yang Alloh ﷻ haramkan, tidak bisa kita halalkan, yang Alloh ﷻ halalkan, tidak bisa kita haramkan. Nah tidak ada kemudian ranah abu-abu, jadi harus jelas.

Sementara begitu ide dari moderasi ini begitu ya, ya tadi, menciptakan Islam yang kemudian serba boleh. Karena kalau misalnya terlalu fanatik katanya begitu ya, dia tidak kemudian toleran kepada agama yang lain, seperti itu, sehingga harus mengakui bahwa semua agama itu benar.

2. Kemudian berkaitan dengan filsafat ini juga salah satu, cara mereka untuk kemudian menghancurkan pemikiran-pemikiran kaum muslimin, sehingga akan memunculkan yang namanya atheis atau tidak percaya kepada tuhan, itu ide filsafat yang saya ketahui, kan begitu.

3. Kemudian yang ke 3, tentang kebebasan beragama ya, yang kemudian disusupkan kedalam, moderasi itu. Nah dia mengusung toleransi, sehingga tadi yang saya sampaikan, membolehkan atau menghalalkan apa yang Alloh ﷻ haramkan dan mengharamkan apa yang Alloh ﷻ halalkan.

Seperti misalnya itu tadi, melakukan sholawatan di gereja, terus kemudian ikut perayaan hari natal, terus kemudian sholawat dengan orkestra begitu ya, terus banyaklah. Kemudian dilakukan, ada yang kemudian melakukan sholat di gereja. Ini sebagai bukti katanya toleransi kepada agama yang lain, dan ini harus diakui oleh Islam.

Nah ini yang kemudian dilakukan hari ini, akan ada perusakan-perusakan akidah yang kemudian dilakukan, dan katakanlah barat berhasil merusak tadi, akidah kaum muslimin dengan adanya toleransi seperti ini.

Sehingga, semua itu benar ya, menyalahi aturan Al Quran dan As Sunnah, jadi kita memang tidak boleh untuk kemudian melakukannya.

4. Nah lantas bagaimana atau kita memilih sekolah yang baik untuk anak kita, kan begitu ya. Minimal kita lihat begitu ya, sekalipun tadi kurikulum yang kemudian diambil oleh sekolah tersebut itu adalah kurikulum merdeka belajar, karena memang suatu keharusan ya hari ini, kurikulum itu diterapkan, dan dipaksakan begitu ya, untuk kemudian diterapkan disekolah apapun yang memang dia terdaftar, baik di diknas maupun di depag, itu tetap harus menggunakan kurikulum merdeka belajar.

Tetapi sekolah itu bisa atau ada keluasan bagi sekolah itu untuk mengejawantahkannya, sesuai dengan visi dan misi sekolah itu sendiri, dan sehingga kita bisa melihat lagi, dari sisi kurikulum yang kemudian diejawantahkan disekolah tersebut.

Katakan misalnya, bagaimana dengan hafalan Qurannya, kemudian pendidikan adabnya, begitu ya, terus kemudian muatan Islamnya itu seperti apa.

Minimal itu sekolah yang kemudian bisa kita pilih untuk hari ini. Hanya saja begitu ya, kalau kita tetap kembali kepada peran orang tua di dalam pendidikan ini, begitu, karena ya tetap ya, kita tidak bisa kemudian berlepas tangan begitu. Ketika kemudian anak sudah disekolahkan ke sekolah yang Islam, terus kemudian atau misalnya pesantren sekalipun, tetap orang tua itu, sebetulnya tidak memiliki atau apa namanya ya, orang tua itu masih memiliki kewajiban untuk kemudian mendidik anak-anaknya.

Jadi yang namanya sekolah, yang namanya pesantren, begitu ya, itu membantu saja, yang membantu kita didalam melakukan pendidikan. Jadi yang utama itu ada ditangan orang tua, didalam melakukan pendidikan.

Wallahu a’lam bishawab

•┈•◎❀★❀◎•★•◎❀★❀◎•┈•
❀CLoSSiNG STaTeMeNT❀
•┈•◎❀★❀◎•★•◎❀★❀◎•┈•

Akhwati Fillah...
Hari ini, musuh-musuh kita begitu gencarnya berupa menghancurkan Islam dan kaum muslimin sampe keranah yang paling kecil. Yaitu keluarga dan generasi. Strategi-strategi mereka disusupkan ke benak-benak kaum muslimin menggunakan kaum muslimin sendiri. Seolah-olah ide mereka madu, padahal racun.

Oleh karena itu maka, kita harus senantiasa waspada dan berjuang untuk melakukan perubahan menuju Islam Kaffah. InsyaAllah ketika kita menolong agama Alloh ﷻ, maka Alloh ﷻ akan menolong kita. 

Satu-satu solusi yang bisa menyelesaikan seluruh persoalan kita insyaAllah hanyalah Islam. Dengan menerapkan Islam Kaffah, hidup kita akan menjadi berkah.

Wallahu a’lam bishawab

Tidak ada komentar:

Posting Komentar