Kamis, 30 Juni 2022

HIKMAH DI BALIK MUSIBAH

 


OLeH: Ustadzah Azizah, S.Pd

•┈•◎❀★❀◎•┈•
❀ M a T e R i ❀
•┈•◎❀★❀◎•┈•

💎 HIKMAH DIBALIK MUSIBAH

بسم الله الرحمن الرحيم

✿ ️اَلسَّلَامُے عَلَيْكُمْے وَرَحْمَةُ اللَّهےِوَبَرَكاَتُهْے

اللهم صل على سيدنا محمد وعلى آله سيدنا محمد

Dalam menapaki kehidupan dunia yang fana ini, kita senantiasa dihadapkan pada dua keadaan, bahagia atau sengsara. Perubahan keadaan itu bisa terjadi kapan saja sesuai dengan takdir Allah Ta’ala. Sementara semenjak diciptakan, tabiat dasar manusia memang tidak pernah merasa puas. Apabila diberi kesenangan, manusia lalai dan tidak menentu. Sebaliknya jika diberi kesulitan, ia akan bersedih dan gundah gulana tidak karuan. Padahal sejatinya bagi seorang mukmin, segala yang terjadi pada dirinya, seharusnya tetap menjadi kebaikan bagi dirinya. Begitulah keistimewaan seorang mukmin sejati. Hal ini ditunjukkan dalam sebuah sabda yang diucapkan oleh pemimpin dan suri tauladan bagi orang-orang yang bertakwa. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

عَجَبًا لِأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ عجب. مَا يَقْضِي اللهُ لَهُ مِنْ قَضَاءٍ إِلاَ كَانَ خَيْرًا لَهُ, إِِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ

“Sungguh menakjubkan  keadaan seorang mukmin. Segala keadaan yang dialaminya sangat menakjubkan. Setiap takdir yang ditetapkan Alloh ﷻ bagi dirinya merupakan kebaikan. Apabila dia mengalami kebaikan, dia bersyukur, dan hal itu merupakan kebaikan baginya. Dan apabila dia tertimpa keburukan, maka dia bersabar dan hal itu merupakan kebaikan baginya.” (HR. Muslim no.2999, dari sahabat Shuhaib)

Benarlah, bahwasanya hanya orang yang beriman yang bisa lurus dalam menyikapi silih bergantinya situasi dan kondisi. Hal ini karena ia meyakini keagungan dan kekuasaan Allah Ta’ala  serta tahu akan kelemahan dirinya. Tidak dipungkiri memang, musibah dan bencana akan selalu menyisakan kesedihan dan kepedihan. Betapa tidak, orang yang dicinta kini telah tiada, harta benda musnah tidak bersisa, berbagai agenda tertunda, bahkan segenap waktu dan perasaan tercurah untuk memikirkannya.

Setiap kita pasti akan mengalami ujian, musibah dan semoga bukan azab. Naudzubillahi min dzalik.

√ Hakikat Musibah.

Musibah adalah perkara yang tidak disukai yang menimpa manusia. Al-Imam Al-Qurthubi rahimahullah menjelaskan: “Musibah adalah segala apa yang mengganggu seorang mukmin dan yang menimpanya.” (Al-Jami’li Ahkamil Qur’an, 2/175)

تُرْجَعُونَ وَإِلَيْنَا فِتْنَةً وَالْخَيْرِ بِالشَّرِّ وَنَبْلُوكُمْ الْمَوْتِ ذَائِقَةُ نَفْسٍ كُلُّ

“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan.” (QS. Al-Anbiya: 35)

Allah Ta’ala berfirman:

“Tidak ada sesuatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Alloh ﷻ; Dan barangsiapa yang beriman kepada Alloh ﷻ, niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Alloh ﷻ Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS. At Thaghabun: 11)

Imam Ibnu Katsîr rahimahullâh berkata:

“Maknanya: seseorang yang ditimpa musibah dan dia meyakini bahwa musibah tersebut merupakan ketentuan dan takdir Allâh Ta’ala, kemudian dia bersabar dan mengharapkan (balasan pahala dari Allâh Ta’ala), disertai (perasaan) tunduk berserah diri kepada ketentuan Allâh Ta’ala tersebut, maka Allâh Ta’ala akan memberikan petunjuk ke (dalam) hatinya dan menggantikan musibah dunia yang menimpanya dengan petunjuk dan keyakinan yang benar dalam hatinya, bahkan bisa jadi Allâh Ta’ala akan menggantikan apa yang hilang darinya dengan sesuatu yang lebih baik baginya.”

√ Musibah Itu Tanda Alloh ﷻ Cinta.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّ عِظَمَ الْجَزَاءِ مَعَ عِظَمِ الْبَلاَءِ وَإِنَّ اللَّهَ إِذَا أَحَبَّ قَوْمًا ابْتَلاَهُمْ فَمَنْ رَضِىَ فَلَهُ الرِّضَا وَمَنْ سَخِطَ فَلَهُ السَّخَطُ

“Sesungguhnya balasan terbesar adalah dari ujian terberat. Jika Alloh ﷻ mencintai suatu kaum, maka Alloh ﷻ akan memberikan cobaan kepada mereka. Barangsiapa ridho, maka Alloh ﷻ pun ridho. Dan barangsiapa murka, maka baginya murka Alloh ﷻ.” (HR. Tirmidzi, beliau katakan hadits ini hasan ghorib)

Alloh ﷻ akan mengampuni kesalahan, khilaf dan dosa dengan musibah yang kita terima asal kita ridho. Karena tidaklah seorang mukmin ditimpa musibah berupa bencana, gangguan, kesulitan, meskipun hanya berupa tusukan duri kecuali pasti jadikan hal itu sebagai kafarah atas dosa-dosanya. 

"Apabila Alloh ﷻ menyayangi seorang hamba maka dia akan di uji agar Alloh ﷻ mendengar permohonannya (ratapannya)." (HR. Baihaqi).

"Apabila Alloh ﷻ menghendaki kebaikan bagi seseorang maka dipercepat tindakan hukuman atas dosanya (di dunia) dan jika Alloh ﷻ menghendaki bagi hamba-Nya keburukan maka disimpan dosanya sampai dia harus menebusnya pada hari kiamat." (HR. Tirmidzi dan Al-Baihaqi).

√ Pentingnya Istirja’ Ketika Datang Musibah.

Istirja’ adalah ucapan إِنَّا لِلهِ وَإِنَّا إِلَيْهَ رَاجِعُونَ yang artinya: “Sesungguhnya kita milik Alloh ﷻ dan kepada-Nya kita kembali.”

Shahabiyah Ummu Salamah radhiyal lahu ’anha menyebutkan sabda Nabi Muhammad shallal lahu ‘alaihi wasallam,

:مَا مِنْ مُسْلِمٍ تُصِيْبُهُ مُصِيْبَةٌ فَيَقُولُ مَا أَمَرَهُ اللهُ
اللهُ لَهُ خَيْرًا مِنْهَا خْلَفَ وَاخْلُفْ لِي خَيْرًا مِنْهَا؛ إِلاَّ أَ مُصِيْبَتِي إِنَّا لِلهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ اللَّهُمَّ أْجُرْنِي فِي

“Tiada seorang muslim yang ditimpa musibah lalu ia mengatakan apa yang diperintahkan Alloh ﷻ (yaitu): ‘Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun, wahai Alloh ﷻ, berilah aku pahala pada (musibah) yang menimpaku dan berilah ganti bagiku yang lebih baik darinya’; kecuali Alloh ﷻ memberikan kepadanya yang lebih baik darinya.” (HR. Muslim no.918)

√ Tujuan Alloh ﷻ Menimpakan Musibah.

Ibnul Qoyyim mengatakan, 

فإن الله سبحانه لم يبتله ليهلكه وإنما ابتلاه ليمتحن صبره وعبوديته

"Sungguh Alloh ﷻ tidaklah menimpakan musibah untuk menghancurkan hamba-Nya. Dia menimpakan musibah hanyalah untuk menguji, apakah hamba bersabar ataukah tidak; dan menguji apakah hamba tetap mau menghambakan diri kepada-Nya dengan menerima takdir-Nya ataukah tidak."
[Al-Wabil Ash-Shoyyib hal. 11, Dar al-Kitab al-Arabi].

Sesungguhnya musibah yang menimpa, tidak lain adalah sarana penggugur dosa seorang hamba, seperti yang diriwayatkan.

Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, “Ujian akan terus datang kepada seorang mukmin atau mukminah mengenai jasadnya, hartanya, dan anaknya sehingga ia menghadap Alloh ﷻ tanpa membawa dosa.” (HR. Ahmad, hasan shahih)

✓ PENYEBAB TURUNNYA MUSIBAH

Saat kita bersedih, gundah dan merasakan ada sesuatu yang membebani, maka hendaklah kita segera bertaubat kepada Allah ﷻ. Karena semua itu adalah pengaruh dari dosa-dosa kita sendiri. Allah ﷻ berfirman:

وَمَا أَصَابَكُم مِّن مُّصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَن كَثِيرٍ

"Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Alloh ﷻ memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu)." (QS. Asy-Syura: 30)

Imam Hasan Al-Bashri rahimahullah pernah mengatakan:

إِنَّ العَبْدَ المُؤْمِنَ لَيَعْمَلُ الذَّنْبَ فَمَا يَزَالُ بِهِ كَئِيْبًا

“Sesungguhnya seorang hamba yang beriman bila melakukan maksiat maka ia akan senantiasa ditimpa oleh duka cita.” 
(Hilyatul Auliya’: 2/15)

Ibnul Qoyyim rohimahullah mengatakan,

مَنْ رَغِبَ عَنْ إِنْفَاقِ مَالِهِ فِي طَاعَةِ اللَّهِ ابْتُلِيَ بِإِنْفَاقِهِ لِغَيْرِ اللَّهِ وَهُوَ رَاغِمٌ.

“Siapa yang tidak suka membelanjakan hartanya untuk ketaatan kepada Alloh ﷻ, maka ia akan ditimpa (musibah) dengan membelanjakannya untuk selain Alloh ﷻ dalam keadaan ia tidak menyukainya."

Imam Muhammad bin Ahmad al-Qurthubi rahimahullah berkata :

قال علماؤنا: وأعظم منه الغفلة عنه، والإعراض عن ذكره، وقلة التفكر فيه، وترك العمل له، وإن فيه وحده لعبرة لمن اعتبر، وفكرة لمن تفكرَ.

"Para ulama kita mengatakan: Musibah yang lebih besar darinya (kematian) adalah lalai darinya, berpaling dari mengingatnya, kurang memikirkannya, dan tidak beramal untuk menghadapinya. Dan sungguh padanya sendiri benar-benar terdapat pelajaran bagi orang yang mau mengambil pelajaran dan pikiran bagi orang yang berpikir."

✓ HIKMAH DIBALIK MUSIBAH

Ibnul Qayyim rahimahullah berkata :

فكم لله من نعمة جسيمة ومنة عظيمة تجنى من قطوف الابتلاء والامتحات

“Betapa banyak nikmat yang besar dan karunia yang agung justru dipetik dari buah bencana dan musibah.” (Miftah dar as Sa’adah 848)

Hudzaifah radhiallahu 'anhu berkata, 

إن الله لم يخلق شيئا قط إلا صغيرا ثم يكبر ، إلا المصيبة فإنه خلقها كبيرة ثم تصغر

"Sungguh Alloh ﷻ menciptakan segala sesuatu bermula dari kecil kemudian membesar, kecuali musibah yang diciptakan besar kemudian mengecil." [Bahjah al-Majalis hlm. 250]

Betapapun besarnya musibah yang kita alami, ia akan mengecil seiring waktu. Maka bersabarlah agar kita meraih pahala orang-orang yang bersabar.

Ibnul Qoyyim rahimahullah berkata :
"Sungguh Alloh ﷻ tidaklah menimpakan musibah untuk menghancurkan hamba-Nya. Dia menimpakan musibah hanyalah untuk menguji apakah hamba bersabar ataukah tidak. Dan menguji apakah hamba tetap mau menghambakan diri kepada-Nya dengan menerima takdir-Nya ataukah tidak."
(Al Wabil Ash Shoyyib hal 11, Dar Al Kitab al Arabi) 

Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

وَاعْلَمْ أَنَّ النَّصْرَ مَعَ الصَّبْرِ، وَأَنَّ الْفَرَجَ مَعَ الْكَرْبِ، وَأَنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا " 

"Ketahuilah bahwasannya kemenangan itu bersama kesabaran, dan jalan keluar itu bersama kesulitan, dan bahwasanya bersama kesulitan ada kemudahan."[HR. Tirmidzi] 

Janganlah kita berputus asa dari datangnya jalan keluar, seseorang yang di uji dengan berbagai macam musibah tidak boleh putus asa dari rahmat Alloh ﷻ.

Imam Ibnul Qayyim Rahimahullah berkata: 

Seorang hamba tidak akan masuk surga kecuali telah ditamhis (disucikan), dan Tamhis di dunia dengan empat cara: 
1. Taubat.
2. Istighfar.
3. Melakukan Amal kebaikan.
4. Melewati musibah yang tidak disukai.

Ibnul Qoyyim rahimahullah berkata:

ما مضى لا يُدفعُ بالحُزن ؛ بل بالرضا والحمد، والصبر، والإيمان بالقدر، وقول العبد قَدر الله وما شاء فعل

Musibah yang telah terjadi tidak bisa dihapus dengan kesedihan, Namun musibah tersebut bisa dihapus dengan :
~ Ridho (kerelaan hati),
~ Memuji Alloh ﷻ,
~ Sabar,
~ Beriman kepada takdir Allah, dan
~ Mengucapkan “Alloh ﷻ telah mentakdirkan, dan Dia melakukan apa yang Dia kehendaki.”
(Kitab Zadul Ma’ad, 2/327)

Al-Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata,

لولا محن الدُّنيا ومصائبها لأصاب العبدَ من أدواء الكِبْر والعُجْب والفَرعنة وقسوة القلب، ما هو سبب هلاكه عاجلاً وآجلاً.
فمن رحمة أرحم الرَّاحمين أن يتفقَّده في الأحيان بأنواعٍ من أدوية المصائب تكون حِمْيةً له من هذه الأدواء، وحفظاً لصحَّة عبوديَّته، واستفراغاً للموادِّ الفاسدة الرَّديَّة المهلكة منه.
فسبحان من يرحم ببلائه، ويبتلي بنعمائه كما قيل:
قد يُنعِم الله بالبلوىٰ وإن عظمت
ويبتلي الله بعضَ القوم بالنِّعم

Kalau bukan karena ujian dan musibah dunia yang menimpa seorang hamba, bisa jadi dia akan tertimpa musibah penyakit sombong, ujub (bangga diri), angkuh, dan kerasnya hati, yang dapat menyebabkan kebinasaannya, cepat atau lambat.

Di antara rahmat Alloh ﷻ—Dzat yang paling penyayang—adalah terkadang Dia tidak memperlihatkan obat berbagai macam musibah tersebut dalam rangka:

Menjaganya dari penyakit-penyakit yang membinasakan itu.

Menjaga kemurnian penghambaannya kepada Alloh ﷻ; dan

Membersihkan dirinya dari penyakit-penyakit yang merusak, rendah, dan membinasakannya.

Maha Suci Alloh ﷻ, Dzat yang menurunkan rahmat di balik musibah yang menimpa.

Maha Suci Alloh ﷻ, Dzat yang menurunkan ujian di balik nikmat yang diberikan.

Hal ini seperti perkataan penyair,

"Terkadang Alloh ﷻ memberi nikmat di balik besarnya musibah. Terkadang pula nikmat yang Alloh ﷻ berikan kepada suatu kaum adalah ujian dan musibah."
(Zadul Ma’ad, 4/280)

✓ DOA SAAT MELIHAT MUSIBAH MENIMPA ORANG LAIN

"Barang siapa melihat orang yang tertimpa musibah, kemudian membaca doa,

الْحّمْدُ لِله الَّذِي عَافَانِي مِمَّا ابْتَلَاكَ بِهِ وَفَضَّلَنِي عَلَى كَثِيرٍ مِمَّنْ خَلَقَ تَفْضِيلاً 

Alhamdulillaahil ladzii 'aafaanii mimmaa ibtalaaka bihi wa fadhdhalanii 'alaa katsiirin mimman khalaqa tafdhiilaa

"Segala puji milik Alloh ﷻ yang telah memberikan afiat kepadaku, dari musibah yang menimpamu, dan segala puji milik-Nya yang benar-benar telah melebihkanku dari kebanyakan makhluk yang Dia ciptakan. Maka, musibah tersebut tidak akan menimpanya."
(Shahih at-Targhib wa at-Tarhib no. 3392)

Yunus bin Yazid bertanya kepada Rabi'ah bin Abu Abdurrahman tentang sabar level tertinggi. Jawaban beliau, 

أن يكون يوم تصيبه المصيبة مثل قبل أن تصيبه

"Sabar level paling tinggi adalah kondisi hati saat tertimpa musibah itu sama dengan sebelum tertimpa musibah." (Hilyatul Auliya' 3/261) 

✓ RENCANA ALLOH ﷻ....

Di atas segala yang kita usahakan, ada takdir Alloh ﷻ yang menjadi ketentuan-Nya. Bahwa dalam hidup, tidak semua yang kita inginkan akan terwujud, sekalipun kita merasa sudah maksimal berusaha dan berdoa.
 
Maka tetaplah berbaik sangka pada apa yang menjadi ketetapan-Nya. Karena bisa jadi Alloh ﷻ telah mempersiapkan sesuatu yang lebih baik dari apa yang sudah kita usahakan. Teruslah berusaha dan tetap yakin pada-Nya.

Ibnul Jauzi رحمه الله berkata,

تدبير الحق عز وجل لك خير من تدبيرك ، وقد يمنعك ما تهوىٰ ابتلاء ، ليبلو صبرك ، فأره الصبر الجميل ، تر عن قرب ما يسر .

“Rencana Alloh ﷻ padamu lebih baik dari rencanamu. Terkadang Alloh ﷻ menghalangi rencanamu untuk menguji kesabaranmu. Maka perlihatkanlah kepada-Nya kesabaran yang indah. Tidak lama kamu akan melihat sesuatu yang menggembirakanmu.”
[Shaidul Khathir 1/205]

Kita sebagai hamba hanya bisa berencana. Namun Alloh ﷻ lah yang menentukan hasilnya. Maka serahkan semua hasil akhirnya kepada-Nya, walaupun itu pahit tidak sesuai dengan apa yang kita harapkan. Tapi yakinlah bahwa itu yang terbaik untukmu. Sebab bisa jadi esok akan ada bahagia, atau Alloh ﷻ akan gantikan dengan sesuatu yang lebih di akhirat nanti.

سبحانك اللهم وبحمدك اشهد ان لا اله الا انت استغفرك واتوب اليك 

وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وآله وصحبه وسلم 

والله اعلم

Sumber : 
Dari berbagai tulisan artikel.

Bogor, 11/6/22

•┈••◎◎❀★❀◎◎••┈•
❀ TaNYa JaWaB ❀
•┈••◎◎❀★❀◎◎••┈•

0️⃣1️⃣ Setya ~ Solo
Assalamu'alaykum Ustadzah Azizah, 

Di saat kita mendapatkan ujian, bolehkah kita ceritakan pada orang lain, atau sebaiknya kita simpan sendiri saja?
Mengingat Nabi Ya'kub mencontohkan sebuah do'a: hanya kepada Alloh ﷻ saja beliau menyerahkan kesedihannya?
Mohon pencerahannya Ustadzah, Syukron.

🔷Jawab:
Wa‘alaikumussalam Warahmatullahi Wabarakatuh

SEMBUNYIKANLAH KESULITAN-KESULITANMU

قال ابن الجوزي رحمه الله :

"سَترُ المَصَائِبِ مِن جُملَةِ كِتمَانِ السِّرِّ ؛
لأنَّ إظهَارَهَا يُسِّرُّ الشَّامِتَ ، ويُؤلِمُ المُحِبَّ".

 ( صَيدُ الخَاطِرِ : ١/٢٧٤ )

Ibnu Jauzi rahimahullah 
berkata :

"Menyembunyikan kesulitan-kesulitan itu adalah termasuk menutupi rahasia. Karena dengan menampakkannya akan membuat senang orang yang membenci dan akan membuat sedih orang-orang  yang mencintai." (Shaydul Khatir : 1/274)

Sedih karena musibah itu sangat manusiawi. Bercerita pada orang bisa dipercaya untuk sekedar meneguhkan perasaan dihati, minta support doa dan semangat tidak masalah.

Jika dipendam justru akan membuat down, atau depresi. Karena hakikat manusia itu makhluk sosial. Dia butuh orang lain.

Yang terlarang adalah curhat ke sosmed, yang bisa menimbulkan multi tafsir bagi banyak orang. Apalagi terkait aib diri, keluarga inti maupun keluarga besar. Bikin masalah mendatangkan masalah baru.

Curhat terbaik memang pada Alloh ﷻ. Karena yang membuat jalan keluar adalah Alloh ﷻ. 

Sejauh mana jalan keluar akan diberikan tergantung se-yakin apa dia pada pertolongan Alloh ﷻ.

Wallahu a’lam bishawab

0️⃣2️⃣ Aisya ~ Cikampek 
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

1. Apa hukumnya nda kalau kita mendapat musibah mengucapkan istighfar nda?

2. Dan apakah musibah itu patut di nanti atau tidak nda?

🔷Jawab: 
Wa‘alaikumussalam Warahmatullahi Wabarakatuh

1. Saat hantaman pertama kali musibah menerpa ucapkanlah istirja'. Setelah itu perbanyaklah istighfar. Karena sejatinya musibah datang untuk menghapuskan dosa dan khilaf di masa lalu kita. Justru dzikir yang harus senantiasa kita dawamkan adalah istighfar. Karena dengan istighfar Alloh ﷻ akan bukakan jalan keluarnya.

2. Yang perlu kita instrospeksi diri adalah ketika sepanjang hari, pekan bulan dan tahun selalu kenikmatan yang kita rasakan.

Sebab ujian dan musibah bukan hanya tentang duka dan air mata tapi yang sering kita lalai adalah saat kita di bong-bong atau di lulu atau di manjakan dengan segala kenikmatan kita justru sedang diuji dengan istidraj. Ini yang lebih mengkhawatirkan.

Musibah jangan ditunggu, Lebih baik banyak-banyak mawas diri, sedekah untuk antisipasi jika terkena musibah kita tetap kuat.

Wallahu a’lam bishawab

•┈•◎❀★❀◎•★•◎❀★❀◎•┈•
❀CLoSSiNG STaTeMeNT❀
•┈•◎❀★❀◎•★•◎❀★❀◎•┈•

Kita adalah manusia biasa. Sekelas Nabi dan Rasul saja Alloh ﷻ tetap berikan ujian. Bahkan ujian mereka jauh lebih berat di atas ujian seluruh manusia. Karena amanah kenabian itu sangatlah berat.

Sebagai manusia biasa, ketika ujian menerpa, maka selayaknya kita menyadari bahwa kita sedang mendapat teguran dari Alloh ﷻ.

Al-Hakam bin ' Utaibah rahimahullah berkata,

"Jika telah menumpuk dosa seorang hamba namun dia tidak punya amal kebaikan untuk menghapusnya, maka Alloh ﷻ akan berikan ujian kepadanya dengan kesedihan untuk menghapuskan dosanya." (Ibn Abid Dunya, 130)

Perbanyak istighfar untuk mengikis segala khilaf
Karena sejatinya selaksa maaf terbentang untuk hamba yang bermohon ampunan.

Wallahu a’lam bishawab

Tidak ada komentar:

Posting Komentar