Kamis, 30 Juni 2022

SAAT TAKDIR MEMISAHKAN DENGAN PASANGAN

 


OLeH: Ustadzah Azizah, S.Pd

•┈•◎❀★❀◎•┈•
❀ M a T e R i ❀
•┈•◎❀★❀◎•┈•

💎 SAAT TAKDIR MEMISAHKAN DENGAN PASANGAN

بسم الله الرحمن الرحيم

✿ ️اَلسَّلَامُے عَلَيْكُمْے وَرَحْمَةُ اللَّهےِوَبَرَكاَتُهْے

اللهم صل على سيدنا محمد وعلى آله سيدنا محمد

Tidak ada satupun yang tahu tentang masa depan. Jangankan masa depan, apa yang akan terjadi sore nanti atau esok haripun kita tak bisa memastikannya, akan seperti apa, dan apa yang akan terjadi.

Seperti kisah yang dituturkan seorang ibu tentang berpulangnya suami tercinta. "Padahal kemarin masih aktivitas seperti biasa, tidak ada yang aneh, atau terlihat sakit. Semalam masih ke masjid untuk sholat Maghrib dan isya', lalu jam 8 pagi ini...kami terpisah untuk selamanya, Alloh ﷻ memanggilnya."

Takdir adalah ketentuan yang telah digariskan Alloh ﷻ pada setiap makhluk-Nya. Salah satu rukun iman pun memuat tentang percaya kepada takdir Alloh ﷻ. Bahwasannya, takdir setiap kita telah tertulis 50 ribu tahun sebelum bumi dan langit diciptakan. 

Rasulullah shallallaahu'alaihi wa sallam bersabda,

كَتَبَ اللَّهُ مَقَادِيرَ الْخَلَائِقِ قَبْلَ أَنْ يَخْلُقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ بِخَمْسِينَ أَلْفَ سَنَةٍ

"Alloh ﷻ telah menulis takdir seluruh makhluk sebelum Alloh ﷻ menciptakan langit dan bumi selama 50.000 tahun." [HR. Muslim dari Ibnu 'Amr radhiyallahu 'anhuma]

Tulisan ini mengulas tentang bagaimana bersikap terhadap salah satu takdir Alloh ﷻ yakni "perpisahan yang disebabkan oleh maut alias kematian." 

Mati adalah keniscayaan bagi setiap makhluk. Itu harus benar-benar tertanam di dalam hati kita. Tidak ada yang bisa memajukan atau memundurkan waktunya meski sesaat. Ini penting, agar kita tetap menjadi hamba Alloh ﷻ yang beriman dan sabar. Kesabaran sejati itu ada pada hentakan pertama.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Sesungguhnya kesabaran sejati adalah saat pertama kali musibah terjadi.” (HR. Al-Bukhari, I/ 430).

Lantas bagaimana menyikapi jika tiba-tiba kita kehilangan belahan jiwa?

1) Sebelum semuanya benar terjadi, maka banyak-banyaklah meminta maaf pada pasangan.

Terutama istri pada suami. Sebab di dalam dalil dikatakan jika seorang istri meninggal dan suaminya ridho maka surga baginya.

Dari Ummu Salamah Radhiyallahu 'anha ia berkata, Rasulullah Shallalahu 'alaihiwasallam bersabda:

أَيُّمَا امْرَأَةٍ مَاتَتْ وَزَوْجُهَا رَاضٍ عَنْهَا دَخَلَتِ الْجَنَّةَ

“Wanita (istri) mana saja yang meninggal dalam keadaan suaminya ridha kepadanya niscaya ia akan masuk surga.” (At-Tirmidzi berkata, Hadits ini hasan) 

2) Bangunlah kebersamaan yang Indah, meski tidak harus "wah". 

Karena kenangan tidak melulu tentang kemegahan, terkadang kenangan dibangun di atas ketulusan yang menyentuh dinding kalbu. Dia abadi di dalam sekat-sekat memori. Saat saling berjauhan pun, maka biarkan setangkup doa bertaut di langit yang sama.

Syaikh Abdul Muhsin Al-Abbad Al-Badr berkata: "Kelak di alam kuburnya, sebelum ia berdiri panjang di Padang Mahsyar, ia akan memetik pahala atas amal sholihnya yang dahulu ia bersusah payah dan bersabar dalam mengerjakannya." [Lihat Syarh Sunan Abi Dawud (1/2) 

3) Menyiapkan bekal bersama untuk menyambut kematian terbaik. 

Salah satunya dengan terus mendekat, taat dan tekun ibadah. Berharap kelak berpulang dalam keadaan yang baik, dikenang dalam ingatan terbaik dari orang-orang yang ditinggalkan. Kita harus ingat bahwa Alloh ﷻ tidak melihat hasil akhir. Tapi Alloh ﷻ melihat proses dan progres kita untuk terus menjadi hamba yang taat. Alloh ﷻ itu suka dengan amal yang sedikit tapi kontinyu sampai akhir hayat. 

مَنْ تَفَقَّهَ فِي دِينِ اللَّهِ كَفَاهُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ ، وَرَزَقَهُ مِنْ حَيْثُ لا يَحْتَسِبُ

"Barangsiapa mempelajari agama Alloh ﷻ, maka Alloh ﷻ mencukupi kebutuhannya dan memberinya rezeki dari jalan yang tidak diduga sebelumnya." (HR. Abu Hanifah) 

4) Saat kenyataan itu ada dihadapan kita, maka hal yang paling utama adalah mengucapkan kalimat istirja' "innalillahi wa'inna ilaihi Raji'un." 

Ini adalah bentuk pengakuan seutuhnya bahwa kita tidak punya kuasa apapun atas takdir yang telah digariskan-Nya.

Dari Ummu Salamah Radhiallahu 'Anha,  bahwa Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda:

 مَا مِنْ مُسْلِمٍ تُصِيبُهُ مُصِيبَةٌ فَيَقُولُ مَا أَمَرَهُ اللَّهُ { إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ }
اللَّهُمَّ أْجُرْنِي فِي مُصِيبَتِي وَأَخْلِفْ لِي خَيْرًا مِنْهَا إِلَّا أَخْلَفَ اللَّهُ لَهُ خَيْرًا مِنْهَا

"Tidaklah seorang mukmin tertimpa musibah lalu ia membaca apa yang telah diperintahkan oleh Alloh ﷻ, 'INAA LILLAHI WAINNAA ILAIHI RAAJI'UUN, ALLAHUMMA`JURNII FII MUSHIIBATI WA AKHLIF LII KHAIRAN MINHAA

(Sesungguhnya kami adalah milik Alloh ﷻ dan akan kembali kepada Alloh ﷻ. Ya Alloh ﷻ, berilah kami pahala karena mushibah ini dan tukarlah bagiku dengan yang lebih baik daripadanya).' melainkan Alloh ﷻ menukar baginya dengan yang lebih baik." (HR. Muslim no. 918) 

Rasulullah صلى الله عليه وآله وسلم bersabda, "Sesungguhnya اللهِ tidaklah menetapkan suatu Keputusan kecuali akan berakibat Baik kepadanya." (HR. Ibnu Hibban dari Anas)

5) Jangan menangis berlebihan atau meratap. Karena itu terlarang. 

Dari Abdullah radhiallahu 'anhu ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wasalam bersabda,
“Bukanlah dari golongan kami orang yang menampari pipi (ketika ditimpa kematian), merobek pakaian dan yang mengeluh serta meratapi seperti kebiasaan jahiliah.” (HR. Muslim)

6) Tetaplah melatih kesyukuran dan kesabaran.

Karena setiap musibah Alloh ﷻ janjikan Ibrah, hikmah dan pahala yang besar jika kita ridho dengan ketentuan-Nya. 

Ibnu Katsir rahimahullah menafsirkan ayat di atas:

ﻭﻣﻦ ﺃﺻﺎﺑﺘﻪ ﻣﺼﻴﺒﺔ ﻓﻌﻠﻢ ﺃﻧﻬﺎ ﺑﻘﻀﺎء اﻟﻠﻪ ﻭﻗﺪﺭﻩ، ﻓﺼﺒﺮ ﻭاﺣﺘﺴﺐ ﻭاﺳﺘﺴﻠﻢ ﻟﻘﻀﺎء اﻟﻠﻪ، ﻫﺪﻯ اﻟﻠﻪ ﻗﻠﺒﻪ، ﻭﻋﻮﺿﻪ ﻋﻤﺎ ﻓﺎﺗﻪ ﻣﻦ اﻟﺪﻧﻴﺎ ﻫﺪﻯ ﻓﻲ ﻗﻠﺒﻪ، ﻭﻳﻘﻴﻨﺎ ﺻﺎﺩﻗﺎ، ﻭﻗﺪ ﻳﺨﻠﻒ ﻋﻠﻴﻪ ﻣﺎ ﻛﺎﻥ ﺃﺧﺬ ﻣﻨﻪ، ﺃﻭ ﺧﻴﺮا ﻣﻨﻪ

“Siapa yang tertimpa musibah, kemudian ia meyakini bahwa itu berasal dari ketentuan dan takdir Alloh ﷻ; lantas ia bersabar, berihtisab (mengharap pahala dari Alloh ﷻ), dan menyerahkan semuanya kepada takdir Alloh ﷻ, niscaya Alloh ﷻ akan memberi kalbunya hidayah. Demikian pula Alloh ﷻ akan mengganti apa yang hilang dari perkara dunianya dengan memberi kalbunya petunjuk dan keyakinan yang jujur. Bahkan, terkadang atau seringkali Alloh ﷻ menganugerahi ganti yang serupa atau lebih baik.” (Tafsir Al-Qur’an al-‘Azhim 8/137) 

7) Jika kita memiliki anak maka upayakan untuk tidak melalaikan amanah ini.

Berharap ketika kita serius mendidiknya memahami agama ini, maka ia akan menjadi investasi ukhrowi kita kelak. 

Dari Buraidah radhiyallahu'anhu, ia berkata bahwa Rasulullah ﷺ bersabda;

"Barangsiapa yang membaca Al-Qur'an, mempelajari dan mengamalkannya, maka pada Hari Kiamat nanti kedua orang tuanya akan dipakaikan mahkota dari cahaya, cahayanya seperti cahaya matahari; dan kedua orang tuanya juga akan dipakaikan dua pakaian yang tidak bisa dibandingkan dengan dunia. Lalu keduanya berkata, 'Karena apa kami dipakaikan pakaian ini?' Lalu dijawab, 'Karena anak kalian berdua mengamalkan Al-Qur'an'." (HR. al-Hakim) 

8) Meyakini bahwasannya setiap musibah atau ujian dari Alloh ﷻ itu, sejatinya tidak untuk melemahkan, justru itu tempaan agar kita tangguh.

"Jangan engkau membenci sesuatu yang telah Alloh ﷻ pilih, karena sejatinya Alloh ﷻ memilihkan sesuatu yang padanya mengandung kemaslahatan besar yang engkau tidak mengetahui dirinya." Syaikh Shalih al Utsaimin rahimahullah
(Syarh Riyadh as Sholihin 3/309)

Al-Imam Ibnul Qayyim Rahimahullah berkata:

"Seandainya bukan karena adanya ujian-ujian dan musibah-musibah di dunia, niscaya seorang hamba ditimpa penyakit sombong, ujub, melampaui batas seperti Fir'aun, dan kerasnya hati, yang semua ini merupakan sebab kebinasaannya di dunia dan akhirat. Jadi termasuk bentuk rahmat dari Dzat yang paling penyayang di antara para penyayang adalah dengan terkadang memberikan perhatian kepadanya dengan berbagai macam obat berupa musibah-musibah yang menjadi imunisasi dari berbagai penyakit tersebut." (Zaadul Ma'ad, 4/179)

9) Sabar bukan berarti pasrah begitu saja.

Sabar itu tetap dalam koridor ikhtiar terbaik (tetap semangat) sehingga Alloh ﷻ senantiasa membersamai dalam kemudahan. Dan kita menjadi manusia yang paling bahagia. 

Beliau (Umar Radhiyallahu 'anhu) berkata pula,

وجدنا خير عيشنا الصبر

"Kami dapati kehidupan yang terbaik bagi kami adalah kesabaran. (Maksudnya, sabar ketika menjalani ketaatan kepada Alloh ﷻ, sabar ketika menjauhi maksiat, dan sabar ketika tertimpa musibah)." [Az-Zuhd karya Imam Ahmad, hlm. 146]

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

اِحْرِصْ عَلَى مَا يَنْفَعُكَ وَاسْتَعِنْ بِاللَّهِ وَلاَ تَعْجِزْ

“Semangatlah dalam hal yang bermanfaat untukmu, minta tolonglah pada Alloh ﷻ, dan jangan malas (patah semangat).” (HR. Muslim no. 2664)

‏سُئل ابن قدامة رحمه الله، من هو السعيد؟ فقال هو الذي إذا توقفت أنفاسه لم تتوقف حسناته

Ibnu Qudamah Radhiyallahu'anhu ditanya, siapakah manusia paling bahagia? Beliau menjawab: Manusia yang berhenti nafasnya, namun tidak berhenti pahalanya. 

10) Berharap dengan kesabaran menjalani takdir, kelak dapat berkumpul kembali di syurga-Nya, dalam kondisi amanah telah ditunaikan dengan baik.

طُوبى لعبدٍ أنار قبره قبل أن يدخله ‏وأرضى ربَّه قبل أن يلقاه ‏وصلّى قبل أن يُصلّى عليه !

"Beruntunglah seorang hamba yang menerangi kuburnya sebelum ia memasukinya, membuat ridha' Rabbnya sebelum ia menjumpai- Nya, dan tuntas shalatnya sebelum ia dishalati." [Ibnul Jauzi Radhiyallahu'anhu)

Berkata Umair bin Hubaib -rahimahullah-
"Barangsiapa yang bersabar menghadapi sesuatu hal yang ia tidak sukai, niscaya ia akan mendapatkan apa yang ia sukai." (Az-zuhud karya Imam Ahmad)

سبحانك اللهم وبحمدك اشهد ان لا اله الا انت استغفرك واتوب اليك 

وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وآله وصحبه وسلم 

والله اعلم

Sindang barang 24/11/21

•┈••◎◎❀★❀◎◎••┈•
❀ TaNYa JaWaB ❀
•┈••◎◎❀★❀◎◎••┈•

0️⃣1️⃣ Sasi ~ Balam
Bismillah...

Bunda, bagaimana memahami takdir yang sudah tertera di Ummu Al-Kitab, karena takdir itu selalu menguras energi dan air mata untuk menjalaninya? 

Pasti tiap manusia ingin hidupnya lancar, mulus, bahagia, tapi doa seperti tidak kunjung dikabulkan. 

Jazakillah khoir.

🌸Jawab:
Bismillahirrahmanirrahim...

Jadi begini, untuk bisa memahami takdir memang kita tidak pernah tahu ya takdir kita itu akan seperti apa dan bagaimana, yang jelas, takdir itu sudah tertulis  50 ribu tahun sebelum langit dan bumi itu diciptakan. Jadi, prinsip ini yang harus kita fahami, mau seperti apapun kedepannya maka itu adalah takdir yang harus kita jalani. 

Jangan pernah mengatakan kenapa saya yang terpilih untuk menjalani takdir karena Alloh ﷻ itu tidak memberikan takdir itu dalam rangka untuk merapuhkan hamba-Nya, bukan itu. Tetapi Alloh ﷻ memberikan takdir kepada kita itu karena kita sanggup untuk melalui itu. Nah yang paling penting adalah bagaimana ketika ujian iman itu berupa takdir yang tidak mengenakkan, karena Rasulullah ﷺ mengatakan "yang disebut dengan orang beriman itu adalah pada hantaman pertama", maksudnya apa, ketika kita menerima takdir yang buruk, maka yang pertama kali diucapkan itu apa? Kita mengeluh dulu, menyalahkan keadaan kemudian justru merutuk atau justru naudzubillah kemudian kita menyalahkan Alloh ﷻ. Ini yang salah, yang benar adalah ketika kita kena hantaman ujian pertama kali yang dilakukan itu adalah mengucapkan istirja, innalillahi wa innailaihi rojiun, untuk masalah apapun, bukan hanya karena meninggal atau kecelakaan, atau apa. 

Sebesar apapun ujian itu ketika kita pasrahkan kepada Alloh ﷻ, kita serahkan yang terbaik itu kepada Alloh ﷻ maka  insyaAllah akan Allah berikan jalan. Jadi, kalau tadi pertanyaannya bagaimana memahami takdir, sementara itu sangat menguras air mata, yang jelas Alloh ﷻ itu sangat-sangat tahu kapasitas kita sebagai hamba-Nya karena Alloh ﷻ yang menciptakan kita. 

Tiap ujian kita itu sudah terukur. Kalau sudah terukur artinya kita sanggup untuk melalui itu. Nah sekarang bagaimana kita meningkatkan kapasitas untuk memahami takdir itu sendiri, jadi jangan sampai kemudian ketika takdir itu sudah menimpa atau kita menjalani, yang pertama itu harus dilakukan adalah mengucapkan istirja, kemudian yang kedua memasrahkan diri kepada Alloh ﷻ. 

Ujian diberikan itu tidak tanpa jawaban, pasti ada jawabannya, yang penting ketika kita di uji dalam kondisi iman yang terlemah maka jangan pernah melakukan kesalahan dalam artian kemudian menentang. Menentang apa yang diperintahkan oleh Alloh ﷻ karena nanti justru Alloh ﷻ tidak akan memberikan jalan keluar. 

Jadi, intinya adalah ketika kita sudah mengalami takdir itu maka semakin mendekat kepada Allah ya. Kalau beberapa artikel yang Saya baca, ada Syaikh itu ya mengatakan bahwa ketika kita sudah tidak bisa mengungkapkan bagaimana cara melewati takdir itu maka lakukan dengan tilawah, ungkapkan apapun yang ada di dalam hati dan otak kita itu lewat tilawah, sebanyak-banyaknya, maka pada saat seperti itulah Alloh ﷻ InsyaAllah akan memberikan jalan karena yang kita baca itu adalah firman Alloh ﷻ. 

Wallahu a’lam bishawab

🔹MasyaAllah... 
Terima kasih, Bunda
Barakallah fiiki 

0️⃣2️⃣ Setya ~ Solo
Assalamu'alaikum warahmatullahi Wabarakatuh Ustadzah
 
Terkait materi di point ke-7. 
Sebenarnya orang tua yang mendapatkan mahkota itu, yang anaknya hafidz Qur'an, atau yang membaca atau mengamalkan, karena yang populer di masyarakat kok yang hafidz Qur'an?
Mohon pencerahannya, Ustadzah, Syukron. 

🌸Jawab:
Wa‘alaikumussalam Warahmatullahi Wabarakatuh

Bismillahirrahmanirrahim...

Jadi begini, untuk yang menghafalkan Qur'an ya, kenapa di masyarakat itu terkenalnya hafidz Qur'an dan hafidz Qur'an itu adalah 30 juz, sementara ada, ya memang ada dalilnya yang mengatakan nanti anak-anak penghafal Qur'an itu akan memberikan mahkota kepada orang tuanya. Nah, yang jelas kalau kita hanya fokus kepada itu sementara anak-anak kita itu tidak menghafalkan Al Qur'an sampai 30 juz, apakah kemudian kita tidak mensyukuri nikmat, sementara pahala untuk orang tua itu bukan hanya itu. 

Jadi, kita didik anak kita sebaik-baiknya, bahkan ada yang mengatakan bahwa usahakan anak-anak itu dari kecil diajari membaca Al Fatihah itu oleh kedua orang tuanya karena begitu anak itu paham tentang Al Fatihah, dia gunakan untuk 17 rakaat ya, sholatnya, kemudian dia sampai dewasa melakukan itu, sholat itu dengan rutin, itu pahala Al Fatihah itu ngalir ke orang tuanya, mengalir, bukankah Al Fatihah itu ummul kitab, bukankah Al Fatihah itu bagian dari Al Qur'an, sehingga pahala itu mengalir karena tidak semua anak bisa kita tuntut untuk kemudian bisa menghafal 30 juz dan pahala itu bisa mengalir dari mana saja, tidak hanya sekedar menghafalkan Al Qur'an sampai 30 juz.

Ketika Rasulullah ﷺ ditanya ya, Aisyah ditanya tentang akhlaknya Rasulullah ﷺ, Aisyah menjawab: bahwa akhlaknya Rasulullah ﷺ itu adalah Al Qur'an yang berjalan, dalam artian apa, ketika Rasulullah ﷺ itu beraktifitas 24 jam maka itu adalah Al Qur'an. Bagaimana ketika Rasulullah ﷺ bangun tidur, kemudian dia memperlakukan istrinya, kemudian dia bersosialisasi dengan tetangga, ketika beliau berperang, ketika beliau menanam tanaman, ketika beliau berdagang, semua itu adalah akhlak-akhlak Al Qur'an dan itu akan menjadi tabungan amal ketika anak-anak kita dididik untuk menjadi orang yang jujur, bertanggung jawab, berkomitmen. 

Itu semuanya bukankah ajaran Rasulullah ﷺ sehingga ajaran-ajaran itu kemudian ketika diterapkan kepada orang lain dan orang lain itu menjadi nyaman dengan anak-anak kita, itu MasyaAllah pahalanya akan mengalir. Bukankah ketika anak kita bertanggungjawab, ketika anak kita menjadi seorang leader yang amanah sehingga tidak ada penyelewengan, tidak dzolim kepada bawahan dan lain sebagainya, itu pahalanya juga akan mengalir kepada orang tua. 

Bukankah pendidikan tentang komitmen, tanggung jawab, kemudian amanah dan lain-lain, itu semuanya adalah ajaran dari Al Qur'an, intisari dari Al Qur'an dan itu adalah ibadah. Jadi, jangan kemudian kita putus, sementara anak kita tidak, tidak semua orang punya passion untuk itu, kita tidak bisa maksa. 

Apakah kemudian ilmuwan itu kemudian tidak mendapatkan pahala sementara ketika dia mengadakan penelitian bagaimana bisa mempercepat produksi buah dan lain sebagainya, bukankah itu juga menguntungkan, dalam artian bisa menjamin kehidupan masyarakat, tersedianya pangan dan lain sebagainya, itu perlu ilmu kan, dan itu juga sebagai apa, meskipun dia menghafalkan sedikit dari Al Qur'an tetapi kemudian diterapkan untuk tekhnologi misalnya maka dia akan merasa MasyaAllah, ilmunya Alloh ﷻ itu baru tentang tanaman saja, belum tentang laut, belum tentang hutan, belum tentang daratan, savana dan lain sebagainya. Bukankah itu semua ilmu dari Alloh ﷻ. 

Jadi, kita tidak usah berkecil hati kalau anak-anak kita tidak, belum ya, bukan tidak, belum bisa menghafalkan 30 juz Al Qur'an, yang penting ketika kita sudah berusaha untuk memberikan support anak-anak kita menghafal tetapi mungkin hanya bisa menghafal satu juz, dua juz, tiga juz tidak apa-apa. Yang penting bagaimana akhlak Al Qur'an itu ada dalam diri anak kita, ketika dia berbicara dia tidak berbohong, dia kemudian kalau laki-laki, dia ghadul bashar, kalau perempuan dia berhijab, itu yang perlu kita terapkan, bukankah itu perintah dari Al Qur'an.

Mungkin itu yang perlu saya sampaikan, mohon maaf jika ada kekurangan. 

Wallahu a’lam bishawab

0️⃣3️⃣ Yanti ~ Balam
Tentang point 3, Ummi...

Bagaimana bersahabat dengan takdir bersuami yang ibadahnya tidak sesuai harapan hati kita.
Keseluruhan suami baik, dalam beragama baik sebagai individu atau bermasyarakat, aktif dan selalu sholat di masjid tapi suami kurang dekat dengan Qur'an. 

Kadang kekecewaan ini suka mengganggu di malam hari, menghibur hati, beliau tidak melanggar aturan aturan Alloh ﷻ, bahkan beliau mengajarkan agama dengan baik terhadap anak-anaknya tapi kurang dekatnya dengan Qur'an sering buat hati kecewa. Kadang tidak sadar, mengurangi bakti di hati.

🌸 Jawab:
Bismillahirrahmanirrahim

Jadi begini, setiap kita itu ditakdirkan untuk berjodoh dengan seseorang yang tidak semuanya itu kemudian menjadi sempurna karena pernikahan itu adalah bagai bukan untuk mencari pasangan yang sama-sama sempurna, tetapi bagaimana kita bisa menerima kekurangan pasangan itu dengan sempurna. Ya, artinya apa, kita sama-sama apa memahami. Di dalam Al Qur'an dikatakan bahwa suami istri itu diibaratkan apa namanya, baju. Kita fahami posisi baju.
Baju itu kan untuk melindungi, baju itu untuk melindungi kita, aurat kita, artinya biar kita tidak malu. 

Jadi dalam rumah tangga artinya kita harus sama-sama menjaga aib keluarga. Kemudian kalau kita lihat baju. Baju itu akan selalu kita pakai sesuai dengan ukuran badan kita, kita tidak akan pakai baju yang terlalu kecil misalnya untuk anak 3 tahun kita pakai tidak mungkin cukup atau kita memakai ukuran baju yang ukurannya itu misalnya jumbo begitu ya, misalnya berat kita hanya 40 kg, kita pakai yang untuk 100 kg. Mesti longgar begitu kan. 

Artinya apa, pasangan kita itu adalah yang terbaik yang di berikan oleh Alloh ﷻ kepada kita. Bagaimana menyikapi mungkin subhanallah ya ketika seorang suami dengan pemahaman seperti itu kemudian sudah bisa mendidik anak-anak. Anak-anak diajak ke masjid, suami aktif di DKM kemudian sosialisasi dengan masyarakat tidak terkendala, itu patut kita syukuri. 

Coba kita lihat dengan orang-orang di sekitar kita yang kemudian ngaji tidak, ke masjid tidak, sholat tidak, gitu kan, justru bikin masalah saja dengan tetangga, lebih parah kan. 

Dan bagaimana kemudian ketika kita merasa bahwa suami hanya kurangnya di membaca Al-Quran misalnya dan ini artinya adalah menjadi ladang dakwah buat kita sebagai istri untuk mengingatkan, paling tidak, kita tilawahlah di dekat beliau, mungkin beliau sedang mengerjakan tugas atau apa, kita tilawah di dekatnya, sehingga apa, sehingga beliau yang tidak membaca Al-Quran, tidak tilawah tetapi telinganya mendengar apa yang kita baca, karena kita itu akan lelah kalau hanya mengharapkan seperti apa mindset kita dan ingat, bisa jadi suami itu banyak diam dengan begitu banyaknya kekurangan kita sebagai istri, itu perlu dicatat. 

Bagaimana coba kalau suami itu kemudian "menuntut sempurna seperti apa yang dia inginkan." Mungkin kita lelah mengejarnya, jadi artinya syukuri bahwa dengan kekurangan yang kita miliki untuk saat ini, suami tuh masih bisa terima, coba kalau misalnya suami pengennya kita seperti begini, seperti begini, sepertinya kok susah ya saya memenuhi itu, kan jadi lelah kitanya, yang ada adalah masing-masing merasa kecewa, kemudian saling mengungkapkan kekecewaan itu dan itu tidak akan pernah menjadi solusi. 

Jadi, intinya adalah ketika suami itu, saya punya satu kisah begitu ya, seorang ibu yang dia ingin sekali suaminya itu pergi ke masjid, sekali saja begitu, maksudnya ketika adzan memanggil itu dia ngajak anak-anaknya, kebetulan anak-anaknya itu semuanya laki-laki, tidak ada yang perempuan dan anak-anaknya rajin ke masjid, begitu adzan mereka lari bawa sarung, ke masjid, suaminya tetap bekerja, tapi sholat, sholat di rumah, padahal kan tahu ya, bahwa seorang laki-laki itu kewajibannya adalah pergi ke mesjid 5 waktu. 

Dan cara yang dipakai, dan itu berjalan 10 tahun ya, ikhtiar itu, sampai akhirnya kemudian suaminya seperti apa yang dia impikan dalam artian dia menggunakan si bungsu, anak yang paling kecil, itu kan dekat sekali ya sama si ayah, dia bujuk itu si anak, coba deh dibawa, istrinya sudah berusaha untuk ngomong juga iya iya doang tapi tidak dilakukan, 10 tahun itu prosesnya. 

Tapi Alloh ﷻ, kembali ini adalah ikhtiar, Alloh ﷻ kemudian membuka hati si suami lewat anak bungsunya ini, kemudian bilang, ayah anterin dong, hujan, ingin ke masjid, mau enggak mau kan, masa dia nganterin anak ke masjid, dianya di dalam mobil, tidak mungkin, akhirnya dia turun, ikutan, atau jemput bawa payung, lama-lama MasyaAllah gitu, sampai kemudian suaminya itu ikut taklim kemana-mana. 

Jadi, memang perlu proses. Jadi, bagaimana caranya, banyak trik untuk bisa menjadikan apa ya, kendala itu sebagai ladang pahala, yang penting jangan pernah menggurui, karena kalau menggurui bagi seorang laki-laki, qowwam, pasti ada sesuatu yang akan membuat tidak nyaman,l. 

Jadi, kita juga akan lelah ketika kita menuntut kesempurnaan karena sempurna sejatinya hanya milik Alloh ﷻ dan ketika kita sadari bahwa begitu banyak kekurangan kita sehingga suami itu cukup dengan diam seribu bahasa itu bisa menerima kondisi kita. 

Jadi, coba cari tips, misalnya ketika sholat malam, mungkin suami tidak shalat malam misalnya, kita shalat di samping tempat tidur, kemudian kita tilawah pelan-pelan sehingga kedengaran. 

Jadi, itu sarana untuk mencari ini aja, kemudian banyak-banyak berdoa kepada Alloh ﷻ, ya Alloh ﷻ tolong bukakan suami hamba untuk paling tidak dua ayat atau tiga ayat saja dulu setiap hari untuk misalnya rutin shubuh atau maghrib, atau pulang kerja, membaca Al-Quran karena doa istri InsyaAllah Alloh ﷻ makbulkan ketika niat baik itu adalah untuk menegakkan kalimat illah, begitu ya, Bu. 

Wallahu a’lam bishawab

0️⃣4️⃣ Aisya ~ Cikampek
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Baca title-nya jadi ingat dulu pas masih kecil, setiap Jum'at pagi ibu selalu tidak ada di rumah. 
Dan pergi bercerita di depan makam almarhum papa. Kadang sambil nangis, ketawa dan merenung juga.

Apakah benar, Nda hanya doa yang mampu merubah takdir kita?

🌸Jawab:
Wa'alaikumussalam warahmatullahi Wabarakatuh

Bismillahirrahmanirrahim...
Yang dituntun oleh Rasulullah ﷺ ketika kita mengunjungi makam ya, itu adalah mengucapkan salam ya, kemudian kita mendoakan orang-orang yang sudah dimakamkan di pemakaman itu dan kita diminta untuk mentadaburi dan mentafakuri. 

Dulu, mereka hidup sama seperti kita di atas bumi dan ketika kita sudah berkunjung ke pemakaman itu, mereka sudah ada di dalam bumi. Dan itu artinya kita tinggal menunggu giliran untuk ada di dalam bumi juga. 

Jadi, tidak disyariatkan untuk kemudian kita bercerita di makam itu karena tidak ada tuntunannya, yang disyariatkan itu adalah mendoakan orang-orang kaum muslimin yang ada dimakamkan di tempat itu, begitu ya. 

Kemudian, adakah tuntunan tentang doa bisa merubah takdir, ini maksudnya begini, takdir itu kan sudah ditentukan 50 ribu tahun sebelum bumi dan langit diciptakan, ya kan, kemudian bagaimana bisa doa itu merubah takdir, ini juga atas kehendak Alloh ﷻ, kan yang punya takdir Alloh ﷻ. 

Ketika benar-benar kita meminta kepada Alloh ﷻ, itu adalah hak prerogatif dari Alloh ﷻ untuk mengabulkan takdir yang sudah tertulis, kan yang tertulisnya di Lauhil Mahfudz ya. 

Jadi, kalau ketika kita berdoa kemudian misal nih, salah satu contoh ada seseorang yang secara IQ dia mungkin tidak terlalu bagus, tapi kemudian dia bersungguh-sungguh belajar kemudian dia meminta kepada Alloh ﷻ, bisa jadi yang seharusnya dia tidak naik kelas menjadi naik kelas, kenapa, karena Alloh ﷻ melihat kesungguhannya ketika berikhtiar. 

Kemudian, yang kedua ketika dia berdoa dan itu adalah haknya Alloh ﷻ untuk bisa memberikan keajaiban itu. Jadi, yang salah itu ketika kita pasrah gitu ya, tidak ada ikhtiar kemudian tidak berdoa juga, ya sudah kumaha Alloh ﷻ we, tidak bisa begitu, karena segala sesuatunya itu tetap harus di ikhtiarkan, tetap harus diusahakan, yang namanya ikhtiar itu adalah beriringannya antara usaha seseorang itu dengan doa dan semoga kemudian takdirnya menjadi baik. 

Nanti, akan Bunda tuliskan ya salah satu tulisan atau artikel yang menjelaskan tentang doa bisa merubah takdir itu ya, mungkin itu. 

Bismillah...

Dari Salman Al-Farisi radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Yang dapat menolak takdir hanyalah doa. Yang dapat menambah umur hanyalah amalan kebaikan.” (HR. Tirmidzi, no. 6 dalam Kitab Al-Qadr, Bab “Tidak ada yang menolak takdir kecuali doa”)
 
A. Yang dimaksud doa bisa menolak takdir terdapat dua makna:

~ Kalau seseorang tidak berdoa, maka takdirnya seperti itu saja.

~ Kalau seseorang berdoa, takdir akan dijalani dengan mudah. Yang terjadi seakan-akan takdir yang jelek itu tertolak.
 
B. Yang dimaksud umur tidaklah bertambah melainkan dengan kebaikan terdapat dua makna:

~ Kalau seseorang tidak melakukan kebaikan, maka umurnya pendek.

~ Kalau seseorang melakukan kebaikan, umurnya bertambah, yaitu bertambah berkah.
 
Jika dilihat dari pengertian di atas berarti umur bertambah bisa bermakna hakiki. Atau ada yang mengatakan bahwa makin banyak amalan kebaikan, makin bertambah umur. Sebagaimana pula makin sering memanjatkan doa, musibah akan terus tertolak.
 
Artinya yang disebutkan di atas berarti Alloh ﷻ memberkahi umur. Apa maksud Alloh ﷻ memberkahi umurnya? Ia cukup beramal shalih dalam waktu yang singkat, dimana dengan waktu seperti itu, yang lainnya tidak bisa melakukan amalan yang banyak. Maksud kedua di sini, bertambah umur berarti bertambah secara majaz.
 
✓ Faedah Penting Yang Bisa Diambil:

Dorongan untuk memperbanyak kebaikan serta bersegera melakukan kebaikan dan sebab-sebabnya.

Amalan kebaikan menyebabkan umur bertambah, baik secara hakiki atau majazi.

Doa punya kedudukan yang begitu mulia. Segala sesuatu yang telah Alloh ﷻ takdirkan pada hamba berupa hal yang dibenci, dapat tertolak dan dipalingkan dengan doa, asalkan seseorang ikhlas dan benar dalam niat.

Semoga bermanfaat.

#Ustadz Abduh Tuasikal hafizahullah.

🔹Subhanallah, Nda.
Semoga Alloh ﷻ memaafkan kesalahan oŕang tua kami ya, Nda. 

Terima kasih banyak, Nda sangat menenangankan penyampaiannya. 

0️⃣5️⃣ Aisya ~ Cikampek
Satu lagi bolehkah, Nda, di luar materi tapi. 

Ini sudah saya tanyakan ke dokter tapi saya belum menemukan kepastian. 

1. Wajarkah anak usia 7 tahun sudah tidak mau berpakaian seperti celana pendek atau kaos oblong?

2. Wajarkah kalau anak tantrum sadar dan mengakui ketantrumannya, Nda, usia 7 tahun. 

🌸 Jawab:
Bismillahirrahmanirrahim...

1. Jadi begini, anak umur 7 tahun itu kalau dia perempuan ya, harusnya memang sebelum umur 7 tahun saja itu sudah harus diajarin ya untuk mengenal auratnya, begitu kan. Jadi, kalau dia perempuan maka dibiasakan untuk memakai legging di dalam baju, misalnya dia pakai semacam apa ya, seperti daster misalnya yang kecil begitu, baju-baju yang tidak potongan. Jadi, aurat dia itu tertutup, dan dibiasakan dia mengenal hijab atau jilbab ya, jadi meskipun itu hanya latihan tetapi dia tahu bahwa karena dia perempuan kalau mau itu keluar harus terbiasa menggunakan hijab, begitu, sehingga rasa malu itu terbentuk sejak dini. 

Terus kalau misalnya dia keluar dari kamar mandi tuh, tidak langsung lari dalam keadaan semua auratnya terlihat, begitu, tidak, tapi biasakan terlilit oleh handuk. Jadi, kalaupun dia harus ganti pakaiannya di kamar, begitu, tetapi keluar dari kamar mandi dalam posisi aurat besar dia itu tertutup, jadi itu yang perlu diajarkan pada anak perempuan. 

Pada anak laki-laki dibiasakan untuk memiliki, kalaupun pakai celana pendek itu celana pendeknya menutupi lutut. Jadi, jangan di atas lutut. Jadi nanti dia itu akan kebiasaan karena kan auratnya laki-laki itu kan dari pusar sampai ke lutut ya. Jadi sampai ke paha itu harus tertutup, harus di bawah lutut. Nah ini kalau tidak dibiasakan sejak kecil maka dia nanti akan memilih celana pendek yang di atas lutut, jadi ketika duduk tampak ketarik ke atas begitu dan itu aurat tidak boleh dilihat. 

Nah, ini yang perlu ditanamkan, jadi kalau misalnya ada anak umur 7 tahun sudah tidak mau menggunakan semacam kaos oblong, lari-lari ke sana ke sini, di tempat terbuka, bukan di dalam rumah, itu wajar, karena apa, anak umur 7 tahun itu kan sudah kelas 1 ya, dia sudah mulai bisa sedikit penalar, apa sih, apalagi kalau misalnya sekolah Islam begitu, itu sudah diajari batasan-batasan aurat yang boleh dilihat dan tidak, itu akan diajarin. 

Jadi, kalau seperti tangan, itu boleh tampak misalnya ya. 

2. Wajarkah anak umur 7 tahun tuh tantrum dengan sadar, yang namanya marah yaa, namanya marah ketika dia emosi apapun bisa terjadi, jangankan 7 tahun ya, anak yang di atas usia dia ketika dia kondisinya benar-benar down terus kemudian ada orang yang tidak mengerti, dia meledak, selama ini sudah diam, nah itu bisa gitu meledaknya luar biasa, bahkan bisa mengambil sikap-sikap negatif, misalnya kabur dari rumah, kemudian dia menghilangkan jejak, artinya dia tidak bawa handphone, tidak mengabari ada dimana. Jadi, bisa terjadi saja, kalau hal-hal seperti ini tuh tanpa "batasan usia" ya. Karena anak itu kalau sudah marah gitu kan, sementara dia sudah berusaha untuk bicara tetapi dia menganggap orang-orang di sekitarnya tidak mau ngertiin dia, ya dia bisa meledak, dan ledakannya itu seperti tantrum itu. 

Jadi, kalau sudah seperti ini lebih baik dilihat ya, anak tantrum itu dilihat, kemudian ditungguin, tidak usah dikomen, biarkan dia puas dengan apa yang dia inginkan, setelah itu baru diajak berdialog. Jadi, jangan ketika dia tantrum, kita paksa untuk mendengarkan kita, percuma ya, karena dia sedang marah-marahnya. Dia tidak akan mau mendengar siapapun, lebih baik biarkan saja dulu tetapi jangan ditinggalin, khawatir melakukan hal-hal yang berbahaya untuk dirinya, begitu, misalnya membenturkan kepala atau dia pukul-pukul apa yang bisa membuat dirinya cedera. Mungkin itu saja. 

Wallahu a’lam bishawab

🔹Nggih, Nda, terima kasih banyak sudah clearly. Alhamdulillah sudah ada pencerah sekarang. Barakallahu fikk, bunda.

•┈•◎❀★❀◎•★•◎❀★❀◎•┈•
❀CLoSiNG STaTeMeNT❀
•┈•◎❀★❀◎•★•◎❀★❀◎•┈•

Kita tidak pernah tahu perjalanan takdir kita ke depan akan seperti apa. Tapi kita harus yakin bahwa Alloh ﷻ tidak pernah dzalim pada semua takdir yang telah ditetapkan-Nya.

Teruslah menjadi hamba yang yakin bahwa pilihan atas setiap catatan takdir dariNya hanya punya 2 kemungkinan, yakni
"Jika itu bukan kebaikan maka Alloh ﷻ akan siapkan kemudahan."
Membangun huznuzhon jauh lebih baik daripada merutuk keadaan.
Sebab Alloh ﷻ akan memberikan seperti apa yang kita pikirkan.

Wallahu a’lam bishawab

Tidak ada komentar:

Posting Komentar