Minggu, 29 Desember 2019

URGENSI IKHLAS



OLeH: Ibu Irnawati Syamsuir Koto

           💘M a T e R i💘

Malam ini ini kita ngomongin URGENSI IKHLAS.

Ngomong-ngomong soal IKHLAS sudah pada tahu kan ya IKHLAS itu bagaimana?

Sholehah.....

Ad Daruquthni rahimahullah mengatakan, “Pada awalnya kami menuntut ilmu bukan semata-mata karena Allah, akan tetapi ternyata ilmu enggan sehingga menyeret kami untuk ikhlas dalam belajar karena Allah.” (Tadzkiratus Sami’ wal Mutakallim, dinukil dari Ma’alim fii Thariq Thalabil ‘Ilmi, hal. 20)

Ibnu Athailah menegaskan bahwa amal perbuatan yang dilandasi dualisme niat tidak akan diterima oleh Alloh ﷻ, begitu juga hati yang mendua.

Ikhlas ialah, menghendaki keridhaan Alloh ﷻ dalam suatu amal, membersihkannya dari segala individu maupun duniawi.

Tidak ada yang melatarbelakangi suatu amal, kecuali karena Alloh ﷻ dan demi hari akhirat.

Tidak ada noda yang mencampuri suatu amal, seperti kecenderungan kepada dunia untuk diri sendiri, baik yang tersembunyi maupun yang terang-terangan, atau karena mencari harta rampasan perang, atau agar dikatakan sebagai pemberani ketika perang, karena syahwat, kedudukan, harta benda, ketenaran, agar mendapat tempat di hati orang banyak, mendapat sanjungan tertentu, karena kesombongan yang terselubung, atau karena alasan-alasan lain yang tidak terpuji; yang intinya bukan karena Alloh ﷻ, tetapi karena sesuatu; maka semua ini merupakan noda yang mengotori keikhlasan.

Membersihkan diri dari hawa nafsu yang tampak maupun yang tersembunyi, membersihkan niat dari berbagai noda, nafsu pribadi dan duniawi, juga tidak mudah.

Memerlukan usaha yang maksimal, selalu memperhatikan pintu-pintu masuk bagi setan ke dalam jiwa, membersihkan hati dari unsur riya’, kesombongan, gila kedudukan, pangkat, harta untuk pamer dan lainnya.

Sulitnya mewujudkan ikhlas, dikarenakan hati manusia selalu berbolak-balik. Setan selalu menggoda, menghiasi dan memberikan perasaan was-was ke dalam hati manusia, serta adanya dorongan hawa nafsu yang selalu menyuruh berbuat jelek.

Landasan niat yang ikhlas adalah memurnikan niat karena Alloh ﷻ semata. Setiap bagian dari perkara duniawi yang sudah mencemari amal kebaikan, sedikit atau banyak, dan apabila hati kita bergantung kepadanya, maka kemurniaan amal itu ternoda dan hilang keikhlasannya.

Karena itu, orang yang jiwanya terkalahkan oleh perkara duniawi, mencari kedudukan dan popularitas, maka tindakan dan perilakunya mengacu pada sifat tersebut, sehingga ibadah yang ia lakukan tidak akan murni, seperti shalat, puasa, menuntut ilmu, berdakwah dan lainnya.

Perbuatan adalah bentuk implementasi dari keimanan seseorang, maka tak heran jika amalan (perbuatan) bisa menjadi tolok ukur tinggi dan rendah, naik (yāzid) dan turun (yanqūs) keimanan seseorang. Sedangkan yang menjadi tolok ukur amalan itu sendiri adalah Iklhas.

Peran hati bagi seluruh anggota badan ibarat raja bagi para prajuritnya. Semua bekerja berdasarkan perintahnya dan tunduk kepadanya. Karena perintah hatilah istiqamah dan penyelewengan ada. Hati adalah raja, sedangkan seluruh tubuh adalah pelaksana titah-titahnya.

Ikhlas merupakan sifat terpuji dalam hati yang akan menghiasi perilaku seorang Muslim. Segalanya karena Alloh ﷻ   dan untuk-Nya semata.

Ikhlas adalah perhiasan hati yang akan menyelamatkan seseorang dari kerugian akhirat, tanpa ikhlas amal perbuatan akan sia-sia tiada guna.

Ikhlas artinya memurnikan amal dari setiap noda yang mengotori.

Dengan kata lain, menjadikan Alloh ﷻ   sebagai satu-satunya tujuan dalam segala amal perbuatan dan perkataan, baik zhahir maupun batin. Mukhlish atau orang yang ikhlas adalah orang yang tidak peduli apabila manusia tidak memberikan penghargaan kepadanya, karena kejujuran hatinya kepada Alloh ﷻ. Ia pun tidak suka bila orang lain memperhatikan amalannya sekecil apapun.

🔷🌷🔷
Sholehah Yang Dicintai Alloh ﷻ

Urgensi Ikhlas...  Sesungguhnya pondasi terbesar dan terpenting dalam agama Islam adalah mewujudkan keikhlasan kepada Alloh ﷻ   dalam melaksanakan berbagai aktivitas peribadatan kepada-Nya serta menjauhkan diri dan berhati-hati dari lawan dan musuh keikhlasan tersebut, seperti riyā’, sum’ah, ‘ujub dan lainnya.

Berdasarkan hal tersebut, maka sangatlah perlu mengetahui urgensi dan pentingnya ikhlas. Di antaranya adalah sebagai berikut:

Sebagai amal perbuatan hati yang terpenting. Ikhlas merupakan amalan hati yang sangat penting, yaitu sebagai dasar dan syarat diterimanya amal perbuatan.

Tanpa ikhlas, seseorang akan tersesat dan menjadi orang-orang yang merugi. Sebaliknya, dengan ikhlas amal perbuatan akan menjadi agung di sisi Alloh ﷻ   sekalipun amal itu sepele dalam pandangan orang lain. 

Ibnul Qayyim berkata: “Amal perbuatan hati adalah dasar, dan perbuatan anggota badan merupakan pengikut dan penyempurna saja, dan sesungguhnya niat itu bagaikan ruh sedangkan amal perbuatan bagaikan jasad.”

Dari Abu Hurairah, ia berkata bahwa Rasulullah ﷺ   bersabda:
“Sesungguhnya Alloh tidak memandang kepada jasad-jasad dan rupa-rupa kalian, akan tetapi Dia memandang kepada hati dan amal-amal kalian.” (HR. Muslim)

Syarat diterimanya ibadah. Ikhlash adalah syarat diterimanya amal ibadah yang dikerjakan sesuai dengan tuntunan Rasulullah ﷺ.

Tanpa ikhlas peribadatan hanya bagaikan debu yang berterbangan. Sudah sepatutnya bagi seorang Muslim untuk memperhatikan keikhlasan dalam beramal.

Janganlah ia melelahkan dirinya dengan memperbanyak amal, namun tiada guna dan arti. Sebab, boleh jadi seseorang memperbanyak amal ketaatan namun hanya akan memperoleh kelelahan di dunia dan adzab di akhirat. 

Alloh ﷻ  berfirman: “Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Alloh dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat. Dan yang demikian itulah agama yang lurus.” (QS. al-Bayyinah: 5) 

Rasulullah ﷺ  bersabda: “Barangsiapa yang mencari suatu ilmu yang seharusnya hanya untuk mengharapkan wajah Alloh semata, tetapi ia mempelajarinya untuk mencari perhiasaan dunia, maka ia tidak akan mendapatkan wanginya surga pada hari Kiamat kelak.” (HR. Abu Dawud)

Imam al-‘Izz bin ‘Abdis Salam   berkata:  “Ikhlas dalam beribadah adalah syarat (diterimanya ibadah).”  Syaikh Shiddiq Hasan Khan   juga berkata:  “Tidak ada perbedaan pendapat, bahwa ikhlash merupakan syarat sah dan diterimanya amal perbuatan.”

Benteng dari bujukan setan. Ketahuilah! Sesungguhnya setan adalah musuh nyata bagi manusia. 

Alloh ﷻ berfirman: “Sesungguhnya setan itu adalah musuh bagi  kalian, maka anggaplah ia musuh (kalian), karena sesungguhnya setan-setan itu hanya mengajak golongannya supaya mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala.” (QS. Fathir: 6)

Setan dan bala tentaranya berusaha keras untuk menjerumuskan umat manusia dari jalan Alloh ﷻ. Setan memiliki bujukan maut guna menjerat manusia agar menjadi penghuni neraka Jahannam bersamanya.

Alloh ﷻ telah menjelaskan kepada manusia beberapa tindakan preventif (penegakan) dan kuratif (penyembuhan) agar mereka tidak terperangkap oleh bujukan setan.

Salah satunya adalah dengan ikhlas dalam beramal. Ikhlas bukan hanya sebagai amalan hati yang mendapatkan kedudukan tinggi di sisi Alloh ﷻ dan paling utama, juga sebagai benteng seorang Mukmin dari bujuk rayu setan dan dari fitnah orang-orang yang sesat lagi menyesatkan. Setan tidak akan mampu membobol benteng seorang Mukmin yang beribadah dengan ikhlas. 

Alloh   berfirman: “Iblis menjawab: ‘Demi kekuasaan Engkau, aku akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba-hamba-Mu yang mukhlish di antara mereka.” (QS. Shad: 83)

Akhlak orang-orang mulia. Para salafush shaleh sangat memperhatikan niat ikhlas mereka dan saling memberikan wasiat antara satu dan lainnya untuk senantiasa mengikhlaskan niat dalam setiap amal yang mereka lakukan. ‘Umar bin al-Khaththab pernah menulis surat kepada Abu Musa al-Asy’ari yang isinya antara lain: “Barangsiapa yang niatnya ikhlash karena Alloh ﷻ, niscaya Alloh   akan mencukupkan dirinya dari apa-apa yang menjadi milik orang lain.” 

Dan juga sebagaimana yang sudah masyhur bahwa para salafush shaleh selalu memulai kitab-kitabnya dengan hadits, “Sesungguhnya amal perbuatan tergantung niatnya.” Hal ini sebagai bentuk pengingatan kepada para pembaca kitab, khususnya untuk mengikhlaskan niat.  Imam ‘Abdur Rahman bin Mahdi berkata: “Barangsiapa yang ingin mengarang suatu kitab, maka hendaknya ia memulai tulisannya dengan hadits ini!”
(Sumber  K.A)

Selaku orang muslim, tentu sifat ikhlas ini harus benar-benar dimiliki dan menjadi satu komposisi dalam meracik ramuan amalan baik yang akan direalisasikan sebagai wujud keimanan kita kepada Alloh ﷻ.

Jangan sampai dalam perjalananya semua amalan yang kita laksanakan sia-sia belaka seperti buih di lautan. Oleh karena itu Alloh ﷻ  berfirman :

“Katakanlah: sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. Tiada sekutu bagi-Nya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah).” (QS. al-An’am : 162-163)

Ayat di atas, tentu sebagai seorang muslim, kita harus memahami dan mampu mengaplikasikan semboyan : “Allah tujuan kita, Allah satu-satunya penolong kita dan hanya kepada Allah lah kita berserah diri” dalam segala perbuatan yang kita kerjakan.

Ikhlas adalah hakekat dien dan kunci dakwah para rasul, yakni menyembah Allah Subhanahu wa Ta’ala semata dan menjauhi thagut :

"Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus... " [QS. Al-Bayyinah: 5]

Yang dimaksud dengan  “agama yang lurus” pada ayat di atas adalah terjauhkan dari perkara-perkara syirik dan menuju kepada tauhid. Di sinilah pentingnya ikhlash dalam selurus amal ibadah, agar amalan tersebut tidak sia-sia, dan tidak mendapat adzab dari Alloh ﷻ, baik di dunia maupun di akhirat kelak.

Kemudian bahwa pengaruh ikhlas terhadap amalan itu sangatlah besar, amal yang kecil dan sedikit jika dilakukan dengan ikhlas dapat memperoleh pahala yang besar.

Saya rasa cukup dulu sekian bahasan kita malam ini, mari kita baca bersama-sama dan renungkan, semoga Alloh ﷻ memberi kita Rahmat dan hidayah-Nya.
Aamiin


🔷🔷🔷🌟🌟🌟🔷🔷🔷
         💘TaNYa JaWaB💘

0⃣1⃣ Han ~ Gresik
Assalamu'alaikum,

Bu, bagaimana biar kita bisa IKHLAS dalam berdakwah yang kadang ada masih mencela, meremehkan, ngata-ngatain apa yang kita lakukan! 

Ada rasa kecewa dan bahkan down ketika apa yang kita lakukan masih saja ada yang mencelanya.

🔷 Jawab:
Wa'alaikumsalam,

Mulai lagi dengan Bismillah, buang segala rasa kecuali hanya Lillah.

Kita tidak mungkin bisa memuaskan semua orang dalam satu waktu, dan kita tak mungkin bisa mengarahkan pikiran orang lain untuk sama dengan kita, tidak akan bisa kita menyamakan pandangan dengan semua. Setiap manusia punya cara pikir dan cara pandang sendiri.

Jadi berjalanlah dengan jalan yang telah digariskan oleh Alloh ﷻ dan Rasulullah ﷺ, maka kita tidak akan lelah mendengarkan kata setiap orang. 

Disetiap kebenaran akan selalu ada penghalang dan penghancurnya.

Tegar saja berjalan diatas Sunnah dan maafkan orang-orang yang memandangmu rendah.

Wallahu a'lam

0⃣2⃣ Echa ~ Sragen
Assalamu'alaikum bunda ...

Bagaimana caranya kita untuk mensinkronkan antara hati dan lisan kita. Karena kadang lisan kita bilang ikhlas tapi hati masih menggerutu.

🔷 Jawab:
Wa'alaikumussalam,

Ikhlas yang masih digerutui berarti ikhlasnya baru sebatas lisan, belum dari hati, karena jika ikhlasnya memang dari hati, maka sesakit apapun yang kita terima maka rasa itu akan mereda dengan sendirinya.

Maka sadarilah apapun yang terjadi, sakit yang kita rasakan karena lisan seseorang itu atas izin Alloh ﷻ sebagai bagian dari ujian bagi kita.

Belajar lagi perlahan-lahan mengikhlaskan dengan hati, bukan hanya sekedar di lisan.

Wallahu a'lam

0⃣3⃣ Safitri ~ Banten
Assalamualaikum bunda, 

Kan kata ikhlas itu tidak boleh diucapkan secara lisan ketika kita membantu atau memberikan sesuatu sama orang saya ikhlas kok nah jika seperi ini apa sama saja namanya riya?
Mohon penjelasanya bunda.

🔷 Jawab:
Wa'alaikumsalam,

Wallahu a'lam, karena ikhlas adalah ibadah hati, maka hanya kita yang tahu apakah kita benar-benar ikhlas atau tidak.

Wallahu a'lam

0⃣4⃣ Tatik ~ Bekasi
Niat hati untuk mengurus keluarga dan mengurangi membantu memenuhi kebutuhan keluarga, karena hampir 14 tahun bekerja di luar, apakah bisa di sebut ikhlas menerima apa adanya tanpa meributkan hal lain.

🔷 Jawab:
Jika apa yang dilakukan memang karena ingin meringankan beban keluarga tulus niat karena Alloh ﷻ. Maka itulah ikhlas.

Wallahu a'lam

0⃣5⃣ Atin ~ Pekalongan
Uni, dalam sebuah komunitas pasti ada dong yang berperan lebih menonjol dari lainnya sehingga muncul dominasi yang pada akhirnya melunturkan keikhlasan.
Kok aku terus sih...
Kok tidak bisa pada bergerak sendiri tanpa disuruh sih...
Dan seterusnya...  Walaupun itu hanya dalam hati.

Bagaimana menekan rasa seperti itu Uni?
Dan bagaimana memberi masukan ke orang yang mendominasi tersebut tidak merasa serba dia.

🔷 Jawab:
Menata hati lagi, bekerja karena apa dan untuk siapa. Kembali pada niat, luruskan niat, istighfar jika merasakan sesak didada, mungkin jalan kita sudah tidak benar lagi dan tidak lagi karena Alloh ﷻ.

Seharusnya didalam sebuah komunitas masing-masing harus melakukan jobsnya. Namun jika ada yang mendominasi dan seakan-akan semua dijadikan tidak bergerak, padahal semua bisa berjalan meski mungkin tidak secepat yang diinginkan, maka sebaiknya bicarakan secara terbuka bahwa apa yang dia lakukan itu tidak baik untuk sebuah komunitas.

Ajak dia saling memahami, tapi jika memang semua tidak berjalan sesuai kesepakatan, maka dia yang harus melakukan semua sendiri, maka masing-masing yang sudah mendapat amanah juga harus introspeksi diri kenapa semua itu bisa terjadi.

Wallahu a'lam

0⃣6⃣ Neng Ella ~ Palu
Mam's bagaimana caranya berdamai dengan hati agar kita bisa Ikhlas.
Misalnya kita tidak jadi menikah karena dia ternyata bukan jodoh yang terbaik buat kita.
Habis bawaannya kok kata ikhlas mudah di ucapkan tapi realisasi agak sulit. Kalau diingat lagi kejadiannya bawaannya ingin nangis.

🔷 Jawab:
Cara berdamai dengan hati hanyalah mendekati pemilik hati. Siapa dia? Allah Azza wajalla.

Sadari sepenuhnya bahwa Alloh ﷻ itu lebih tahu dari kita yang sebenarnya hanya sok tahu dengan diri dan kehidupan kita. Alloh ﷻ tahu dari sebelum ada kita, setelah ada kita sampai akhirnya kita kembali tiada, sementara kita? Apa yang kita tahu? Sedetik kedepan saja kita tidak tahu apa-apa.

Jadi disaat kita tidak mendapatkan apa yang kita inginkan, maka percayalah kepada Alloh ﷻ bahwa semua itu memang sudah Alloh ﷻ tentukan karena Alloh ﷻ mengetahui yang terbaik untuk kita.

Ibadah saja diperbanyak, perbaiki diri, pantaskan diri agar Alloh ﷻ memberi jodoh yang pantas juga untuk kita.

Wallahu a'lam

🔷🔷🔷🌟🌟🌟🔷🔷🔷
 💘CLoSSiNG STaTeMeNT💘

Sholehah yang Dirahmati Alloh ﷻ...

Ketika seseorang melakukan kebaikan namun tidak diiringi dengan keikhlasan maka bisa dipastikan bahwa ia akan senantiasa diliputi perasaan kecewa, lebih-lebih kala kebaikan yang dilakukannya tidak diapresiasi orang lain. Ia bahkan akan mengalami penurunan motivasi yang sangat drastis, hingga tidak ada lagi semangat sedikitpun untuk melakukan kebaikan.

Sebaliknya, jika ada apresiasi dari orang lain, semangat melakukan kebaikan akan kembali meningkat tajam disertai gairah yang sangat luar biasa. Akan tetapi, motivasi yang demikian, sebenarnya tidak mendatangkan apa-apa selain hanya menipu diri sendiri. Sebab, kita beramal tidak lagi karena Alloh ﷻ tapi karena manusia.

Solusi ikhlas ialah dengan mengenyahkan pertimbangan-pertimbangan pribadi, memotong kerakusan terhadap dunia, mengikis dorongan-dorongan nafsu dan lainnya.

Dan bersungguh-sungguh beramal ikhlas karena Alloh ﷻ, akan mendorong seseorang melakukan ibadah karena taat kepada perintah Alloh ﷻ dan Rasul, ingin selamat di dunia-akhirat, dan mengharap ganjaran dari Alloh ﷻ.

Tidak diragukan lagi bahwa keikhlasan membutuhkan kesungguhan yang tinggi hingga seorang hamba meraihnya dengan sempurna.

Upaya mewujudkan ikhlas bisa tercapai, bila kita mengikuti Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan jejak Salafush Shalih dalam beramal dan taqarrub kepada Alloh ﷻ, selalu mendengar nasihat mereka, serta berupaya semaksimal mungkin dan bersungguh-sungguh mengekang dorongan nafsu, dan selalu berdo’a kepada Allah Ta’ala.

Demikian saja malam ini, semoga bermanfaat. mohon maaf atas segala kekurangan.

Wassalamu'alaikum Warahmatullahi wabarakatuh

Tidak ada komentar:

Posting Komentar