Minggu, 29 Desember 2019

BAGAIMANA KEWAJIBAN ANAK UNTUK BERBIRRULWALIDAIN



OLeH: Azizah bunda Azzam

          💎M a T e R i💎

🌸BAGAIMANA KEWAJIBAN ANAK UNTUK BER BIRRULWALIDAIN

بسم الله الرحمن الرحيم
الســـلام عليــكم ورحــمة اﻟلّـہ وبركاته

إِنَّ الْحَمْدَ لله نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَ نَتُوْبُ إِلَيْهِ وَنَعُوْذُ بلله مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ الله فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إله إلا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لا نَبِيَّ بَعْدَهُ

Ada banyak kewajiban seorang anak atas ke 2 orang tuanya. Orang tua yang bernama ibu mengandungnya 9 bulan lamanya, melahirkannya, menimangnya dan menyapihnya hingga usia 2 th. Seorang ayah yang dengan kesungguhannya mencari nafkah yang halal, tak peduli seberapa lelah ia harus korbankan dirinya demi kebutuhan rumah tangganya.

Seorang anak yang sholih/ah tidak akan menutup mata atas semua jerih payah ke 2 orang tuanya. Ia akan terus berusaha membalas budi meski tak akan pernah bisa membalas semua pengorbanan ke 2 orang tuanya. Seperti yang dibahas dalam tulisan di bawah ini.

🌷 Tidak Bisa Membalas Budi Baik Orang Tua

Satu tarikan nafas saat melahirkan kita sungguh sulit dibalas apalagi jasa beliau yang lainnya. Ternyata jasa dan budi baik orang tua sulit untuk dibalas.

Dari Abu Hurairah dari “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau bersabda,

لاَ يَجْزِى وَلَدٌ وَالِدًا إِلاَّ أَنْ يَجِدَهُ مَمْلُوكًا فَيَشْتَرِيَهُ فَيُعْتِقَهُ

“Seorang anak tidak dapat membalas budi kedua orang tuanya kecuali jika dia menemukannya dalam keadaan diperbudak, lalu dia membelinya kemudian membebaskannya.” (HR. Muslim no. 1510)

Dari Abi Burdah, ia melihat melihat Ibnu Umar dan seorang penduduk Yaman yang sedang thawaf di sekitar ka’bah sambil menggendong ibunya di punggungnya. Orang itu bersenandung,

إِنِّي لَهَا بَعِيْرُهَا الْمُـذِلَّلُ - إِنْ أُذْعِرْتُ رِكَابُهَا[1] لَمْ أُذْعَرُ

"Sesungguhnya diriku adalah tunggangan ibu yang sangat patuh."

Apabila tunggangan yang lain lari, maka aku tidak akan lari.

ثُمَّ قَالَ : ياَ ابْنَ عُمَرَ أَتَرَانِى جَزَيْتُهَا ؟ قَالَ : لاَ وَلاَ بِزَفْرَةٍ وَاحِدَةٍ[2] ، ثُمَّ طَافَ ابْنُ عُمَرَ فَأَتَى الْمَقَامَ فَصَلَّى رَكْعَتَيْنِ ثُمَّ قَالَ : يَا بْنَ أَبِى مُوْسَى إِنَّ كُلَّ رَكْعَتَيْنِ تُكَفِّرَانِ مَا أَمَامَهُمَا .

Orang itu lalu berkata, “Wahai Ibnu Umar apakah aku telah membalas budi kepadanya?” Ibnu Umar menjawab, “Belum, walaupun setarik napas yang ia keluarkan ketika melahirkan.” Beliau lalu thawaf dan shalat dua raka’at pada maqam Ibrahim lalu berkata, “Wahai Ibnu Abi Musa (Abu Burdah), sesungguhnya setiap dua raka’at akan menghapuskan berbagai dosa yang diperbuat sesudahnya.” (HR. Bukhari dalam Adabul Mufrad no. 11, shahih secara sanad)

Lihat saja begitu besar ternyata jasa orang tua kita, terutama ibu. Satu tarikan nafas saat melahirkan kita saja tidak bisa kita balas. Belum lagi usaha keras beliau saat menyusui kita. Seringnya nangis tengah malam karena tangisan kita. Ia sering menangis karena kenakalan kita saat kecil. Saat kita sakit, ia pun sering meneteskan air mata karena tak bisa melihat anaknya menderita. Apalagi perjuangannya beliau mendidik kita sehingga menjadi sukses saat ini. Namun apa balas kita?

Kita hanya bisa jadi anak durhaka dan enggan berbakti.

Perhatikan perkataan Imam Nawawi dalam mendefinisikan durhaka pada orang tua.

‘Uququl walidain atau durhaka pada orang tua mencakup segala tindakan menyakiti orang tua.

Tidak termasuk durhaka jika kita mendahulukan kewajiban pada Allah. Juga tidak termasuk durhaka jika kita tidak taat dalam maksiat.

Taat pada orang tua itu wajib dalam segala hal selain pada perkara maksiat. Menyelisihi perintah keduanya termasuk durhaka. (Lihat Syarh Shahih Muslim karya Imam Nawawi, 2: 77, terbitan Dar Ibnu Hazm)

Jadi cakupan durhaka itu luas sekali. Menyakiti perasaannya termasuk durhaka. Menerima telepon dengan kasar pun sudah termasuk durhaka. Berkata kasar, muka cemberut pun sudah termasuk durhaka. Apalagi sampai memaki dan mengejek orang tua, ini jelas durhakanya.

Jika demikian, bagaimana kita membalas budi baik orang tua? Dari ‘Abdullah bin ‘Umar dan Jabir bin Abdillah Al Anshary, ia berkata, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

وَمَنْ صَنَعَ إِلَيْكُمْ مَعْرُوفًا فَكَافِئُوهُ فَإِنْ لَمْ تَجِدُوا مَا تُكَافِئُونَهُ فَادْعُوا لَهُ حَتَّى تَرَوْا أَنَّكُمْ قَدْ كَافَأْتُمُوهُ

“Siapa saja yang berbuat baik pada kalian, maka balaslah. Jika kalian tidak bisa membalas kebaikannya, maka do’akanlah kebaikan untuknya sampai engkau merasa telah membalas budinya.” (HR. Abu Daud no. 1672 dan Tirmidzi no. 203, shahih menurut Syaikh Al Albani).

Ada beberapa dalil yang mewajibkan seorang anak harus berbirrul walidain & keutamaan berbakti pada ke 2 orang tua. Diantaranya:

Imam Sa'id bin Musayib berkata,

“Seseorang yang berbakti kepada kedua orang tuanya tidak akan mati (dalam keadaan) buruk (su ul khotimah).”

(Tarikh Ibnu Ma'in: 2/328)

يقول التابعي الجليل سعيد بن المسيب -رحمه الله-, ”البارّ بوالديه لا يموتُ ميتة السوء.“ (تاريخ ابن معين: 2/328)

(Faedah ilmiah dari al-Ustadz Usamah Mahri di WhatsApp مجموعة طريق السلف)

Ada beberapa hal terkait berbakti pada orang tua diantaranya:

▪1. Mentaati Mereka Selama Tidak Mendurhakai Allah

Sa’ad bin Abi Waqas – semoga Allah merahmatinya – menerapkan bagaiman konteks Birrul Walidain mempertahankan keimanan kepada Allah SWT dan Rasul-Nya. Saat ibunya mengetahui bahwa Sa’ad memeluk agama Islam, ibunya mempengaruhi dia agar keluar dari Islam sedangkan Sa’ad terkenal sebagai anak muda yang sangat berbakti kepada orang tuanya. Ibunya sampai mengancam kalau Sa’ad tidak keluar dari Islam maka ia tidak akan makan dan minum sampai mati. Dengan kata-kata yang lembut Sa’ad merayu ibunya “Jangan kau lakukan hal itu wahai Ibunda, tetapi saya tidak akan meninggalkan agama ini walau apapun gantinya atau risikonya.”

Sehubungan dengan peristiwa itu, Allah menurunkan ayat:

“Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya…” (QS. Luqman: 15)

Tidak bosan-bosannya Sa’ad menjenguk ibunya dan tetap berbuat baik kepadanya serta menegaskan hal yang sama dengan lemah lembut sampai suatu ketika ibunya menyerah dan menghentikan mogok makannya.

▪2. Menyediakan Makanan Untuk Mereka

Dari Anas bin Nadzr al-Asyja’i, beliau bercerita, suatu malam ibu dari sahabat Ibnu Mas’ud meminta air minum kepada anaknya. Setelah Ibnu Mas’ud datang membawa air minum, ternyata si Ibu sudah tidur. Akhirnya Ibnu Mas’ud berdiri di dekat kepala ibunya sambil memegang bekas berisi air tersebut hingga pagi.

▪3. Memberikan Harta Kepada Orang Tua Menurut Jumlah Yang mereka Inginkan

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda kepada seorang laki-laki ketika ia berkata: “Ayahku ingin mengambil hartaku.” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Kamu dan hartamu milik ayahmu.” (HR. Ahmad, Abu Dawud, dan Ibnu Majah)

Oleh sebab itu, hendaknya seseorang jangan bersikap bakhil (kikir) terhadap orang yang menyebabkan keberadaan dirinya, memeliharanya ketika kecil dan lemah, serta telah berbuat baik kepadanya, dan sikap yang sudah dilakukan terhadap orang tua baik.

▪4. Membuat Keduanya Ridha Dengan Berbuat Baik Kepada Orang-orang yang Dicintai Mereka

Hendaknya seseorang membuat kedua orang tua ridha dengan berbuat baik kepada para saudara, karib kerabat, teman-teman, dan selain mereka. Yakni, dengan memuliakan mereka, menyambung tali silaturrahim dengan mereka, menunaikan janji-janji (orang tua) kepada mereka, termasuk semangat orang tua untuk berbagi.

▪5. Memenuhi Sumpah Kedua Orang Tua

Apabila kedua orang tua bersumpah kepada anaknya untuk suatu perkara tertentu yang di dalamnya tidak terdapat perbuatan maksiat, maka wajib bagi seorang anak untuk memenuhi sumpah keduanya karena itu termasuk hak mereka.

Semoga Allah berkahi dan karuniakan rizki yang berlimpah dengan sebab berbaakti pada orang tua dan memudahkan mereka melakukan kebaikan.
Aamiin.
(Copas ustadzah indra asih)

Barakallahu fiikum jamii'an

🌸🌸🌸🌟🌟🌟🌸🌸🌸
        💎TaNYa JaWaB💎

0⃣1⃣ Erni ~ Yogja
Ustadzah, Kami, saya dan suami. Sepakat untuk birul walidain untuk kedua pasang orang tua kami tanpa membedakan satu dengan yang lain. Namun semua terhalang ego ayah angkat, sehingga tanpa kami sadari kami dalam berinteraksi dengan mertua dan orang tua saling menyakiti karena ketiadaan tabayun. Setelah terjadi tabayun, semua menjadi netral adanya.

Pertanyaannya, bagaimana menghapus rasa bersalah pada orang tua, ibu utamanya, karena ketidaktahuan dimasa kecil hingga baliq sering di provokasi orang tua angkat untuk membenci beliau. Walau ibu kandung sudah memberi maaf dan justru menyesali semua melihat keadaan saya sekarang?

2. Bagaimana menghapus rasa bersalah pada ibu mertua dan keluarga suami yang pernah terluka juga karena ulah saya akibat provokasi orang tua angkat, walau beliau sudah memaafkan?

3. Bagaimana meminta maaf kepada anak-anak agar mereka bisa memaafkan saya, agar saya tidak kualat dengan doa anak, yang memintakan pada Alloh untuk memperlakukan saya seperti saya memperlakukan mereka diwaktu kecil, yang sempat saya sia-siakan karena ulah bapak angkat yang merasa sudah membesarkan saya dengan tujuan untuk ngabdi pada beliau. Nikah cukup merasakan. Daging mentah dan hidup, setelah itu cerai, ngabdi ke ayah angkat sepenuh perhatian, pikiran. Setelah punya anakpun masih dikejar-kejar untuk menuntut cerai ke suami agar bisa sepenuhnya berbakti pada beliau, tapi bisa punya uang sendiri dari tunjangan janda.

Apalagi kalau anak-anak statusnya ikut saya, semakin gede tuh tunjangan tapi ditaruh di pondok. Ayah angkat menyadari setelah beliau meninggal putus semua hubungan dengan saya, hingga maunya semuanya diterima kas di dunia balas budi saya. Ini pula yang menyebabkan ayah angkat memasukan saya dari SD - SMA di yayasan non muslim.

Karena dengki beliau, kalau beliau tidak bisa punya pahala jariyah dari saya, orang tua kandung juga tidak boleh. Hingga ingin memurtadkan saya. Karena kuliah saya dapat hidayah, terpegang sampai sekarang, beliau mengincar anak-anak saya untuk tidak mau diatur dengan aturan Islam.

Pertanyaannya, apa yang mesti saya lakukan untuk mempertahankan diri? Dikarenakan melihat sikap suami beserta keluarganya dan keluarga kandung saya dah takut dengan ancaman ayah angkat, siapa saja yang menghalangi dia bakal sakit nan tiada obatnya, mati setelah semua harta habis untuk berobat.

Mohon pencerahannya

🌸Jawab:
1. Niat untuk adil pada orang tua kandung dan mertua itu sudah satu nilai positif yang harus saling mengingatkan agar terus awet terpelihara dalam kerangka ibadah pada Allah

2. Terkait bapak kandung yang terlibat dalam hal-hal perdukunan, maka sebisa mungkin menghindarkan anak-anak dari pengaruh beliau. Biasakan saja anak-anak, suami dan mbak untuk menjaga wudhu. Karena dalam Al-Qur'an dikatakan tipu daya setan itu lemah, kalau iman kita kuat. Dan salah satu trik mencegah santet itu dengan menjaga wudhu, karena jin tidak akan masuk kedalam pembuluh darah orang yang senantiasa menjaga wudhu.

3. Meski orang tua dan mertua sudah memaafkan kesalahan kita, tapi kita tetap merasa tidak enak dan merasa bersalah, maka satu-satunya jalan adalah terus perbaiki akhlak kita pada beliau. Lebih mendengar saat dinasihatin, rajin-rajin minta maaf dan berikan sekedar bingkisan atau transfer ke rekening beliau bilang "ibu maaf saya barusan transfer sedikit kali saja bisa buat beli bumbu dapur ya bu. Mohon doanya bisa lebih rizkinya jadi bisa ngasih yang lebih banyak pada ibu..."

√ Tutup semua celah masa lalu sekelam apapun itu, jangan lagi dibuka aibnya. Biarkan kepahitan itu mbak telan sendiri, semoga dengan begitu hidup ke depan Allah lebih muliakan.

√ Bagaimana meminta maaf pada anak atas hutang pengasuhan? Tidak ada kata terlambat teruslah perbaiki diri menjadi ibu yang lebih aware dengan mereka, dekati meski awalnya sulit. Sulit bukan berarti tidak mungkin bukan?

√ Yakini bahwa setiap rumah tangga punya air matanya sendiri. Ini ujian untuk mbak sekeluarga, menguatlah, makin berat ujian maka iman ter upgrade.

√ Adalah salah memahami jika ayah angkat berfikir tidak akan dapat apa-apa karena mbak hanya anak angkat, doa tidak sampai ke orang tua angkat. Bukankah ibunda Aisyah juga tidak berputra? Terus kenapa beliau punya rumah di syurga juga?

Itu karena amal sholihnya. Ketika menjadi orang tua angkat amanah, maka Allah akan balas semua kebaikan itu dengan kebaikan. Seperti dalam surat Arrahman.

√ Jika ibu angkat sudah berpulang semoga sempat bertaubat, atas khilaf diri, tidak apa-apa didoakan berharap ada belas kasih Allah pada beliau.

0⃣2⃣ Kiki ~ Pekanbaru
Bun, jika kita berada di kota yang berbeda dengan orang tua kita,  apa saja birrulwalidain yang baiknya dilakukan bunda?

Jazakillah khoir bunda

🌸Jawab:
Khair,
Jika beda kota dan tidak memungkinkan untuk setiap waktu silaturrahim ada beberapa hal yang bisa di lakukan:
(1) Salah satunya adalah call, dengan suara saja.

(2) VC dengan ibu atau bapak, kalau kita sudah berkeluarga biarkan kakek nenek lihat aktivitas anak-anak. Sebagai pengobat rindu beliau pada cucu.

(3) Berkala kirimin hadiah-hadiah kecil pada beliau. Entah baju, sarung, atau apalah yang sedang beliau butuhkan atau mereka suka sekali dengan pernik-pernik tertentu.

(4) Sisihkan dari uang jajan atau belanja kita untuk mengisi rekening bapak ibu kita. Andai saja kita hitung semua biaya dari mulai lahir sampai kita nikah entah berapa milyar orang tua kita kluar dana, itu belum termasuk biaya lelahnya menjaga saat kita sakit dan laIn-lain.

(5) Yang paling utama adalah mendoakan beliau berdua semoga sehat selalu, makin taat ibadah, dan kita sempat bahagiakan beliau berdua sebelum ajal menjemput.

0⃣3⃣ iKa ~ Jakarta
Bagaimana seorang anak perempuan yang sudah menikah BIRRUWALIDAIN  kepada orang tua dan juga kepada mertua bunda agar bisa menjadi anak dan menantu yang baik?

🌸Jawab:
Apakah tinggal bersama atau beda kota mbak?

🔷Berbeda kota bunda orang tua di kalimantan mertua di Bojonegoro dan saya dan suami kerja di Jakarta.

🌸MasyaAllah...

Prinsipnya sama dengan pertanyaan nomor 2 ya, perlu bunda tambah.

Jika beda kota dan tidak memungkinkan untuk setiap waktu silaturrahim ada beberapa hal yang bisa di lakukan:
(1) Salah satunya adalah call, dengan suara saja.

(2) VC dengan ibu atau bapak, kalau kita sudah berkeluarga biarkan kakek nenek lihat aktivitas anak-anak. Sebagai pengobat rindu beliau pada cucu.

(3) Berkala kirimin hadiah-hadiah kecil pada beliau. Entah baju, sarung, atau apalah yang sedang beliau butuhkan atau mereka suka sekali dengan pernik-pernik tertentu.

(4) Sisihkan dari uang jajan atau belanja kita untuk mengisi rekening bapak ibu kita. Andai saja kita hitung semua biaya dari mulai lahir sampai kita nikah entah berapa milyar orang tua kita keluar dana, itu belum termasuk biaya lelahnya menjaga saat kita sakit dan lain-lain.

(5) Yang paling utama adalah mendoakan beliau berdua semoga sehat selalu, makin taat ibadah, dan kita sempat bahagiakan beliau berdua sebelum ajal menjemput.

(6) Biasakan untuk berimbang, artinya jangan pilih kasih antar mertua dan orang tua kandung. Usahakan bisa seimbang.

(7) Jika memang urgent bisa jadi saat kita ngasih beda, misal mertua sakit butuh biaya, maka otomatis dana lebih besar. Itu tidak masalah, atau mau hajatan.

(8) Tempatkan diri sebagai pasangan yang tidak mengumbar aib pasangan, ceritakan yang baik-baik saja. Beliau sudah lelah besarin kita.

0⃣4⃣ Rahmi ~ Brunei
Assalamu'alaikum ustadzah, 

Durhaka bukan saja anak pada orang tua, tapi ada orang tua durhaka pada anak.

Bagaimana cara berbiruuwaludain pada orang tua yang seperti itu?
Terimakasih atas jawabannya

🌸Jawab:
Wa'alaikumsalam,

Benar ada anak durhaka juga ada orang tua durhaka. Jika ada orang tua yang dia lalai dengan kewajibannya terhadap anak maka itu tanggungjawab dihadapan Allah sangat berat.

Jika yang mengalami itu adalah kita maka lebih baik belajar memaafkan, agar tak selalu ada luka dan dendam di hati akibat diperlakukan tidak adil dan tidak semestinya oleh orang tua kita.

Doakan terus semoga segera menyadari semua khilafnya sebelum ajal menjemput, karena itu tuntutannya tidak main-main dihadapan Allah kelak.

Hati manusia tak sekeras batu. Batu saja bisa berlubang saat terus di tetesin air, hati akan melunak saat disentuh dengan begitu banyak kebaikan.

0⃣5⃣ Hesti ~ Yogya                   Bagaimana BIRRULWALIDAIN kepada orang tua yang sudah meninggal dunia?

🌸Jawab:
BAGAIMANA BERBAKTI KEPADA ORANG TUA YANG TELAH MENINGGAL DUNIA?

(1) Mendo’akannya.

Selalu Mendo’akan kedua Orang Tuanya. Seperti Do’a

رَبَّنَا اغْفِرْ لِي وَلِوَالِدَيَّ وَلِلْمُؤْمِنِينَ يَوْمَ يَقُومُ الْحِسَابُ

”…Wahai Rabb kami, ampunilah aku dan kedua Ibu-bapakku, dan semua orang yang beriman pada hari diadakannya perhitungan (hari Kiamat)..”
[QS.Ibrahim: 41].

Terdapat Hadits yang Shahih, bahwasannya setiap anak Adam jika Meninggal Dunia, maka Terputuslah Amalnya Kecuali (salah satu diantaranya) adalah:

”Do’a anak yang Shalih…”

Kenapa Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menyebutkan “Anak yang Shalih..”?

Para Ulama Menyebutkan bahwasannya,....
Hanya Anak yang Shalih-lah yang Pasti men-Do’akan orang tuanya yang telah Meninggal.

Karena, bagaimana bisa bagi anak yang Pendosa (Durhaka) mendo’akan orang tuanya, sedangkan untuk mendo’akan diri sendirinya dia Sulit, dikarenakan dia sering bergelimang didalam Kemaksiatan (Dosa)? Wal ‘iayadzubillaah.

Mendo’akan orang tuanya dengan Tata Cara yang telah di Syariatkan oleh Agama.

(2) Selalu Memintakan Ampun untuk Keduanya.

Anak yang Shalih adalah anak yang Selalu Memintakan Ampunan untuk Orang tuanya (baik mereka belum Meninggal ataupun sesudah Meninggal) didalam Sholatnya atau Waktu-waktu yang di Syari’atkan (waktu-waktu yang Mustajab atau Do’a-do'a yang akan dikabulkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala).

(3) Membayarkan Hutang-hutangnya.

Membayar Hutang-Hutang mereka, jika pada masa hidupnya mereka mempumyai Hutang kepada orang lain, karena Hutang yang belum terbayar ketika seseorang meninggal akan memberatkan orang tua kita di hadapan Allah Ta’ala kelak.

(4) Menunaikan janji dan wasiat kedua orang tua yang belum terpenuhi semasa hidup mereka, dan melanjutkan amal-amal baik yang pernah mereka kerjakan selama hidup mereka.

Sebab, pahala akan terus mengalir kepada mereka berdua apabila amal baik tersebut dilanjutkan.

Hanya Melaksanakan Wasiat Orang tua yang sesuai Syari’at dan Tidak Perlu menjalankan Wasiat mereka yang bertentangan dengan Syari’at.

Atau tidak perlu Menjalankan Wasiat orang Tua kita yang jika dijalankan Wasiat itu tidak ada Masylahatnya, bahkan banyak Mudhorotnya (Menyusahkan) kita.

(5) Bersedekah atas nama orang tua yang meninggal.

Sedekah yang dikeluarkan seorang anak untuk salah satu atau untuk kedua orang tuanya yang telah meninggal dunia, maka pahalanya akan sampai kepada keduanya. Selain itu segala amal shalih yang diamalkan anaknya maka pahalanya akan sampai kepada kedua orang tuanya tanpa mengurangi pahala si anak tersebut.

Dari ‘Aisyah Radhiyallahu anhuma:

أَنَّ رَجُلًا قَالَ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : إِنَّ أُمّـِيْ افْـتُـلِـتَتْ نَـفْسُهَا (وَلَـمْ تُوْصِ) فَـأَظُنَّـهَا لَوْ تَـكَلَّمَتْ تَصَدَّقَتْ، فَـهَلْ لَـهَا أَجْـرٌ إِنْ تَـصَدَّقْتُ عَنْهَا (وَلِـيْ أَجْـرٌ)؟ قَالَ: «نَعَمْ» (فَـتَـصَدَّقَ عَـنْـهَا).

Bahwasanya ada seorang laki-laki berkata kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam , “Sesungguhnya ibuku meninggal dunia secara tiba-tiba (dan tidak memberikan wasiat), dan aku mengira jika ia bisa berbicara maka ia akan bersedekah, maka apakah ia memperoleh pahala jika aku bersedekah atas namanya (dan aku pun mendapatkan pahala)? Beliau menjawab, “Ya, (maka bersedekahlah untuknya).” ( Shahîh, HR al-Bukhari (no. 1388), Muslim (no. 1004), Ahmad (VI/51), Abu Dawud (no. 2881), an-Nasa-i (VI/250), Ibnu Majah (no. 2717), dan al-Baihaqi (IV/62; VI/277-278).

(6) Menyambung tali silaturrahim dengan kerabat Ibu dan Ayah.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

“Barang siapa yang ingin menyambung silaturrahim ayahnya yang ada dikuburannya, maka sambunglah tali silaturrahim dengan saudara-saudara ayahnya setelah ia meninggal.”
(HR. Ibnu Hibban).

0⃣6⃣ Safitri ~ Banten
Ustadzah, kita tidak boleh ngomong dengan nada tinggi sama orang tua tidak boleh cemberut semuanyalah yah, terus kalau misalkan kita lagi kesel sama orang tua benar-benar kesal terus kita diam saja ngediamkan orang tua apa itu juga salah apa itu durhaka juga?

🌸Jawab:
Mendiamkan dengan sikap yang biasa. Jangan kelamaan, diam untuk mencegah mulut melontarkan kata-kata pedas dan nyelekit itu baik. Tapi tetap tidak boleh berlebihan diamnya.

Cooling down dulu, baru bicara maksudnya bagaimana, jadi beliau salah tangkap dan runyam.

Semua hanya di komunikasi, kalau disampaikan dengan bahasa yang mudah, tenang, lemah lembut maka bunda pikir orang tua akan mengerti.

0⃣7⃣ Yuli ~ Jombang
Ustadzah, jika kita berbakti kepada orang tua, hanya karena menjalankan perintah Allah, tetap berbuat baik, menyenangkan hatinya, tapi dihati kita tidak ada kasih sayang, apakah termasuk durhaka?
Kasih sayang hilang karena kesalahan orang tua yang fatal terhadap kita.

🌸Jawab:
Jika kita sebagai anak diperlakukan tidak selayaknya oleh orang tua, tapi kita tetap berbuat ahsan pada beliau berdua, maka yakinlah semua akan kembali pada kita.

Kelak anak-anak kita akan memperlakukan kita dengan cara yang santun. Kebaikan itu akan berbuah kebaikan lagi.

Adapun perlakuan orang tua yang kurang baik itu menjadi urusan beliau dengan Allah kelak.

Ingat, saat mbak berbuat baik dan diam-diam orang tua mendoakan maka tidak ada tabir antara doa beliau dengan Allah.

Jadi teruslah berbuat baik. Jangan takut, semua pasti akan berbuah kebaikan.

0⃣8⃣ Yuli ~ Aceh
Bagaimana cara mengatasi perbedaan rasa kasih sayang sebagai menantu kepada orang tua. Sedangkan mertua lumayan berada tapi kalau butuh pertolongan kena ceramah dulu lama-lama seakan kami tidak menempatkan uang pada sasarannya.

Sedangkan orang tua susah memberi diusahakan dari sumber rejeki dari mana saja asal anak tertolong. Merasa sangat dibedakan antara menantu dengan anak kandungnya. Saya sadar, tapi sulit hati diajak berdamai dengan keadaan.
Takutnya lama-lama tumbuh penyakit, karena merasa tersakiti.

🌸Jawab:
Saya bingung ini.
Jadi posisi mbak sebagai apa?
Menantu?
Itu maksudnya bagaimana mbak, mertua minta tolong masalah uang kah?

Terus maksudnya orang tua susah memberi diusahakan dari rejeki dimana saja asal anak tertolong. Ini orang tuanya siapa? Anak yang dimaksud siapa?

Merasa sangat dibedakan antara menantu dan anak kandungnya? Ini maksudnya bagaimana ya...

🔷Saya menantu yang merasa selalu dibandingkan dengan anak kandung mertua. Mertua saya lumayan berada.
Saya dulunya dari orang susah.

🌸Jadi begini mbak, sampai kapanpun yang namanya kandung dan menantu itu beda, kalaupun ada yang sangat baik tetap saja tidak seperti anak kandung ya. Jadi pahami posisi ini.

Saat kita butuh bantuan dan mertua berada tapi cara nolongnya bikin kita sakit hati karena kata-kata dan sikapnya, maka coba bicara dengan suami, alangkah lebih baik tidak minta tolong pada mertua tapi cari yang lain. Ini demi menjaga perasaan kedua belah pihak. Anak, menantu dan mertua.

Dan namanya orang tua kandung ibarat kepala jadi kaki kaki jadi kepala asal bisa nolongin anak akan dilakukan mbak, itu yang bunda rasakan sebagai ibu.

Bahkan ibu kadang bunda sendiri saat diminta milih saat ke bogor, mau tinggal di rumah anak lelakinya yakni kakak bunda dengan fasilitas lengkap, ada mobil sopir dan pembantu. Atau di rumah bunda yang seadanya (karena memang baru nikah). 

Maka ibu atau neneknya anak-anak lebih milih tinggal dengan bunda dan anak-anak. Karena kakak bunda juga suka tugas ke luar kota dan luar negeri. Jadi ibu lebih nyaman tinggal sama bunda, yang perempuan.

So...
Itu naluri saja mbak. Tapi yang penting kita harus tetap jaga hubungan baik. Bagaimanapun anak lelaki itu milik ibunya. Ingat kisah anaknya umar bin Khattab kan? Yang diminta ceraikan istrinya, dan itu dituruti oleh anaknya umar.

Intinya tetaplah memposisikan diri menantu, warga baru dalam keluarga yang tadinya memang tidak ada mbak di sana.

Jangan wariskan kebencian pada anak-anak. Karena dua-duanya tetap darah daging bagi mereka. Jangan biarkan anak-anak berpihak, itu tidak baik.

Tahan diri untuk tak membalas sikap yang tidak baik dengan sikap yang menyakitkan. Semua itu kerjaan setan, agar mbak konflik dengan mertua.

Bisakah mbak memposisikan jika mertua ada di posisi mbak. Pasti menantu juga sedih seperti mbak bukan.

So...
Jadikan ini bagian dari pendewasaan diri menjemput keberkahan karena sabar dan terus bersyukur.

🔷Ya, benar bunda...
Alhamdulillah saya belum pernah melawan dan membalas.
Saya sedang berusaha mengkondisikan diri.

Jazakillah bunda

0⃣9⃣ Yeyen ~ Bandung Barat
Afwan bunda, kalau orang tua yang pilih kasih bagaimana baiknya sikap saya? Ibu saya sudah meninggal terus saya dapat warisan dari ibu saya anak satu-satunya, warisan saya habis sama bapak dan ibu tiri saya buat biayain anak ibu tiri saya.

Bagaimana seharusnya saya? Tiap hari rasanya saya kesal dengan bapak dan ibu tiri saya termasuk dengan saudara tiri saya. Apakah saya sudah tak berbakti terhadap bapak saya?

🌸Jawab:
Seharusnya sebagai bapak menjaga amanah pembagian waris ini. Namun apa daya jika itu sudah terlanjur habis.  Adalah wajar jika kemudian ada rasa kesal dan kecewa. Hanya saja, apa ia harus terus dipelihara rasa kecewa itu.

Apakah dengan bersikap antipati begitu terus warisan nya kembali? Tidak juga bukan?

Kenapa kita tidak coba memaafkan dan memulai sesuatunya kembali baik. Toh Allah tidak akan dzolim kok. Kan hal jazaul ihsan ilal ihsan dalam surat Arrahman.

Bahwa kebaikan itu akan mendapat balasan kebaikan. Berpikirlah kelak suatu saat mbak atau keturunan selanjutnya akan saling bantu dengan keluarga dari ibu dan saudari tiri.

Apakah lebih baik mbak sampai keturunan selanjutnya akan mewariskan kebencian dan dendam plus su'udzon?

Mungkin mbak sekarang merasa terdzholimi. Maka ingatlah dalil doa yang tak tertolak itu salah satunya adalah doa dari orang yang terdzholimi.

Nah... 
Berdoalah warisan yang hilang Allah ganti lewat anak-anak atau suami.

Dan ingat jika berdoa buruk, ada satu dalil yang mengatakan jika seorang berdoa buruk, untuk orang lain maka doa itu akan kembali kepadanya terlebih dahulu.

So tinggal pilih saja. Mau yang bagaimana ke depannya.

🌸🌸🌸🌟🌟🌟🌸🌸🌸
 💎CLoSSiNG STaTeMeNT💎

Betapa Allah mengajarkan begitu besarnya pahala saat kita berbakti pada kedua orang tua. Bahkan di satu dalil, dikatakan orang tua adalah pintu tengah menuju surga.

Semoga kita menjadi insan yang tahu cara membalas Budi pada orang tua kita, sehingga kelak anak kita pun akan berbakti pada kita sebagai orang tuanya.
Aamiin.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar