Minggu, 29 Desember 2019

MENCETAK GENERASI PEMBELA ISLAM SEJAK DINI DENGAN TAUHID



OLeH: Bunda Heradini F., S.Psi

           💎M a T e R i💎

ﺍﻟﺴﻼﻡ ﻋﻠﻴﻜﻢ ﻭﺭﺣﻤﺔ ﺍﻟﻠﻪ ﻭﺑﺮﻛﺎﺗﻪ


اعوذبالله من الشيطان الرجيم
بسم الله الرحمن الرحيم
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَسْتَهْدِيْه
ِ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَهَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنِ اهْتَدَى بِهُدَاهُ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ.

Puji syukur kehadirat Allah ﻋﺰّﻭﺟﻞّ  atas segala nikmat dan karunia-Nya sehingga kita bisa berjumpa  di kajian malam hari ini, dalam kafaah keilmuan kita untuk menjadi seorang yang lebih baik lagi dalam bertaqarrub kepada Allah, menguatkan Azzam dalam jamaah, memaksimalkan potensi dakwah, menyemaikan syariah dalam bermuamalah hingga dunia bersemai indah.

Shalawat dan salam kita haturkan pada baginda Rasulullah ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ , yang berahklak mulia, uswatun hasanah.
Semoga terus memotivasi kita untuk terus menjadi lebih baik.

Semoga pada malam hari yang barokah ini, insyaAllah mampu menerangi kita untuk selalu dekat dengan-Nya untuk menuju Jannah yang Abadi...
Aamiin ya robbal alaamiin.

Alhamdulillah malam ini kita berdiskusi dengan tema :
MENCETAK GENERASI PEMBELA ISLAM SEJAK DINI DENGAN TAUHID

Semoga pada stay disini ya...

Tidak sedang galau menanti pasangan, tidak sedang berada diluar sana, malam mingguan
Juga tidak sedang melakukan hal-hal unfaedah lainnya.

Karena bagaimana kita bisa mencetak generasi pembela islam jika urusan pribadi masih belum kelar. Bagaiman kita bisa membangun peradaban jika kita sendiri sedang mempersiapkan diri untuk terlindas oleh peradaban.

Maka, yang masih maksiat, ayo tinggalkan
Yang masih berdiam, ayo mulai bergerak...
Yang masih ikut arus, ayo segera hijrah...

Karena untuk mencetak generasi hebat harus dimulai dari diri sendiri.

Akhwati fillah pengguni room perindu surga yang dirahmati Allah....
Tahukah kalian apakah yang membuat umat mundur dan muncul rasa takut dalam diri mereka? Jawabannya adalah karena mereka jauh dari tauhid dan tidak menegakkan hak utama Allah dalam tauhid serta masih banyak praktek kesyirikan melanggar hak Allah.
Dalam Al-Quran sangat jelas, bahwa sebab rasa takut tersebut adalah kesyirikan menyekutukan Allah sebagaimana ditimpakan kepada orang kafir.

Allah Ta’ala berfirman,

سَنُلْقِي فِي قُلُوبِ الَّذِينَ كَفَرُوا الرُّعْبَ بِمَا أَشْرَكُوا بِاللَّهِ مَا لَمْ يُنَزِّلْ بِهِ سُلْطَاناً

“Akan Kami masukkan ke dalam hati orang-orang kafir rasa takut atau gentar (menghadapi orang-orang beriman), disebabkan mereka mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah sendiri tidak menurunkan keterangan tentang itu.” (QS. Ali ‘Imraan: 151).

Rasa takut muncul karena tidak ada tauhid dan aqidah yang benar yang ujungnya adalah menimbulkan rasa cinta dunia dan takut akan kematian.
Inilah yang disebutkan dalam hadits dengan “PENYAKIT WAHN”. Kemudian musuh-musuh Islam memanfaatkan penyakit ini dan mereka bersatu-padu serta berlomba-lomba memerangi kaum muslimin.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

«يُوشِكُ الأُمَمُ أَنْ تَدَاعَى عَلَيْكُمْ كَمَا تَدَاعَى الأَكَلَةُ إِلَى قَصْعَتِهَا». فَقَالَ قَائِلٌ: وَمِنْ قِلَّةٍ نَحْنُ يَوْمَئِذٍ؟ قَالَ: «بَلْ أَنْتُمْ يَوْمَئِذٍ كَثِيرٌ وَلَكِنَّكُمْ غُثَاءٌ كَغُثَاءِ السَّيْلِ. وَلَيَنْزِعَنَّ اللَّهُ مِنْ صُدُورِ عَدُوِّكُمُ الْمَهَابَةَ مِنْكُمْ وَلَيَقْذِفَنَّ اللَّهُ فِى قُلُوبِكُمُ الْوَهَنَ ». فَقَالَ قَائِلٌ يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَا الْوَهَنُ قَالَ « حُبُّ الدُّنْيَا وَكَرَاهِيَةُ الْمَوْتِ ».

“Akan datang suatu masa di mana musuh-musuh (bersatu-padu dan) berlomba-lomba untuk memerangi kalian. Sebagaimana berebutnya orang-orang yang sedang menyantap makanan di atas nampan.” Salah seorang sahabat bertanya, “Apakah karena saat itu jumlah kami sedikit?” Beliau menjawab, “Justru saat itu kalian banyak, namun kalian bagaikan buih di lautan."
Allah akan membuang rasa takut mereka kepada kalian, dan akan memasukkan wahn di dalam hati kalian.
“Apakah wahn itu wahai Rasul?” tanya salah satu sahabat. Beliau menjawab, “Cinta dunia dan benci kematian…"
(HR. Imam Abu Dawud dari Tsauban dan dinilai sahih oleh Syaikh al-Albani).

Sedih banget ya baca hadits diatas. Kitakah? Kitakah yang masig sangat cinta dunia. Kitakah yang Rosul sebut masih dihinggapi penyakit wahn.

Akhwati fillah.....
Maka mari luruskan kembali pemahaman kita akan tauhid.
Mana bisa kita mendidik generasi tauhid, jika tauhid kita sendiri masih amburadul.

Tauhid merupakan Konsep dalam "Diinul Islam" yang mana ini menyatakan tentang Ke-Esaan Allah SWT dalam setiap perkara apapun.
Seorang muslim meyakini bahwa tauhid adalah dasar dalam Islam yang paling agung dan hakikat islam yang paling besar, dan merupakan suatu syarat diterimanya suatu amal.

Dan tidaklah Allah mengutus para Utusan-Utusan-Nya (Para Nabi dan Rasul) kecuali untuk menyeru kepada Tauhid. Sebagaimana Firman-Nya :

"Dan sungguh Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan). 'Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah berbagai macam Thagut." (QS. An-Nahl: 36)

Dalam ayat ini dijelaskan bahwasannya Allah tidak mengutus para Utusan-Nya pada tiap-tiap umat, melainkan untuk menyerukan agar menyembah Allah semata tanpa men-Syirikan Dia dalam bentuk apapun baik berupa Washilah (Perantara) maupun hal yang berkaitan dengan ke-Syirikan lainnya.

Akhwati fillah yang dirahmati Allah.....

Untuk bisa mewujudkan genarasi tauhid seutuhnya, agenda besar ini harus dimulai dari lingkungan belajar yang lingkupnya paling kecil, yaitu keluarga.
Karena itu, Allah perintahkan agar kepala keluarga dengan serius memperhatikan kondisi keluarganya.

Allah berfirman (yang artinya):
“Wahai orang-orang yang beriman, lindungilah diri kalian dan keluarga kalian dari neraka…” (QS. At-Tahrim: 6).

Allah gandengkan perintah ini dengan gelar iman, menunjukkan bahwa perintah tersebut merupakan tuntutan dan konsekwensi iman seseorang.

Dalam ayat di atas ada dua perintah.
√ Perintah pertama, lindungi diri kalian, yaitu dengan melaksanakan perintah dan menjauhi larangan.

√ Kedua, lindungi keluarga kalian, dengan memerintahkan untuk mengamalkan kewajiban dan melarang keluarga untuk melanggar larangan.

Hal ini sebagaimana dikatakan Ali bin Abi Thalib radliallahu ‘anhu, ketika menafsirkan ayat di atas: “Ajari mereka dan didik mereka.” (Ibn Katsir, 8/167)

Keluarga adalah pondasi terpenting dalam mencetak generasi tauhid.

Bagi yang masih jomblo, cari pasangan yang benar-benar sevisi dan semisi dalam mendidik anak.

Bukan pasangan yang masih suka galau, masih lebay, dikit-dikit nangis bombay untuk hal-hal yang sepele.
Benar-benar harus selektif.

Kalau sudah lewat masalah satu ini, baru kita bangun sebuah keluarga yang sakinah, mawaddah wa rahmah agar melahirkan generasi tauhdi pembela islam dimasa datang
Untuk mewujudkan tujuan ini, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajarkan beberapa metode dalam mendidik generasi tauhid:

🔸1. Ajari Mereka Untuk Bertauhid. Paham Benar Makna Laa Ilaaha Illah.

Allah berfirman menceritakan tentang wasiat yang disampaikan Nabi Ya’qub ketika hendak meninggal dunia (yang artinya): "Adakah kamu hadir ketika Ya’qub kedatangan (tanda-tanda) maut, ketika ia berkata kepada anak-anaknya: “Apa yang kamu sembah sepeninggalku?” Mereka menjawab: “Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu, Ibrahim, Ismail dan Ishaq, (yaitu) Tuhan Yang Maha Esa dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya.” (QS. al-Baqarah: 133)

Ayat ini mengajarkan kepada kita satu prinsip penting tentang penanaman aqidah kepada keluarga. Sebagaimana yang kita ketahui bahwa cerita perjalanan hidup Nabi Ya’qub sangat panjang dan merupakan cerminan akhlak terpuji. Namun penggalan cerita tentang beliau yang Allah pilih dalam al-Qur’an adalah kisah wasiatnya kepada putra-putra.
Demikian juga yang diajarkan luqmanul hakim kepada anaknya (lihat surat Luqman 13).

Cara praktis, pilihkan lingkungan yang baik, pilihkan sekolah yang baik, pilihkan makanan yang baik dari rejeki yang halal, pilihkan teman yang baik.

🔸2. Ajari Keluarga Untuk Melaksanakan Shalat. Karena Shalat Yang Benar Adalah Manifestasi Dari Lurusnya Tauhid.

Dari Ibnu Abbas radliallahu ‘anhuma, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:  “Perintahkanlah anak kalian untuk shalat ketika mereka berusia 7 tahun. Dan pukullah mereka untuk dipaksa shalat, ketika mereka berusia 10 tahun.” (HR. Abu Daud 495 dan dishahihkan al-Albani)

Pada asalnya hukum shalat tidak wajib bagi anak-anak. Akan tetapi, ketika ada seorang anak  meninggalkan shalat, sementara orang tuanya tidak memerintahkannya atau memaksanya maka si anak tidak berdosa, namun orang tuanya telah melanggar kewajiban.
Karena dirinya wajib untuk memerintahkan anaknya agar melaksanakan shalat. (Penjelasan Ibn Hajar dalam Fath al-Bari, 9/348).

Dan faedah lain, bahwa perintah tersebut untuk membiasakan anak mengerjakan sholat.
Mulai dari wudhunya yang benar.
Sholat jamaah.
Jamaah dimana.
Terbiasa dengan lingkungan dan kegiatan masjid sehingga mampu menjaga adab ketika berada didalamnya.

🔸3. Memberikan Sedikit Ancaman Agar Mereka Tidak Bermaksiat Dan Hadiah Jika Mereka Mampu Berbuat Taat.

Tujuan memberikan ancaman semacam ini adalah agar anak tidak berani melawan orang tua atau istri melawan suami.

Dari Ibnu Abbas radliallahu ‘anhuma, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda:  "Gantunglah cemeti di tempat yang bisa dilihat penghuni rumah. Karena ini akan mendidik mereka." (HR. Thabrani dalam al-Ausath 10671 dan dihasankan oleh al-Albani).

Sebelum ancaman diberlakukan, anak-anak harus mengenal aturan terlebih dahulu terutama bagi anak yang sudah bisa membedakan baik dan benar.
Selain ancaman, juga berikan hadiah.
Hadiah tidak mesti dalam bentuk barang berharga, jalan-jalan atau buku-buku baru yang mendidik bisa jadi hadiah jika mereka mampu berbuat baik sesuai dengan adab islam.

🔸4. Memperbanyak Doa Untuk Kebaikan Keluarga.

Banyak sekali do’a yang Allah ajarkan dalam al-Qur’an, yang isinya memohon kebaikan bagi keluarga. Demikian pula Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam banyak mengajarkan hal yang sama dalam hadisnya.

In syaa Allah ini yang bisa saya sampaikan, silakan dibaca dulu.
Nanti kita diskusi bersama ya .....


🌸🌸🌸🌟🌟🌟🌸🌸🌸
        💎TaNYa JaWaB💎

0⃣1⃣ Erni ~ Jogja
Assalamualaikum ustadzah, 

Bagaimana caranya meraih kembali hati anak yang dulunya sholihah sekarang sedang pada futur disebabkan sikap mertua. Dan sekarang beliau sudah meninggal kami ingin menatanya kembali semuanya dari awal.

Tapi kami bingung harus memulai dari mana untuk membuat anak-anak kembali dalam pelukan kami. Selama mertua hidup anak-anak pengasuhan saya pasrahkan ke tetangga yang belum sholihah. Semua kehendak mertua karena memang beliaunya menghendaki anak saya jangan sampai melampaui sepupunya.

Apa yang mesti saya lakukan untuk memulai menata kembali semua untuk meraih kembali hati anak mengingat karakter suami kalau anak sholih anaknya dia. Kalau tidak sholih anak saya. Maunya saya bisa memback up ini semua agar anak-anak kembali sholihah. Perkara setelah itu yang di wah orang suami saya tidak jadi soal. Saya pilih penilaian Allah saja.

Mohon pencerahannya.

🌸Jawab:
Waalaikum salam,

Pertama, ajak bicara suami dulu. Anda sama suami harus seiya sekata, anak seperti apa yang diharapkan. Kemudian berdua bikin list penanganan atau treathment sesuai dengan kondisi yang ada saat ini.

Kalau hal diatas sudah beres, baru penanganan ke anaknya.
Kalau hal diatas belum beres, anda kelelahan menjalaninya sendiri.

Apalagi jika muncul penentangan atau sikap tidak peduli.
Setelah itu, ajak anak diskusi. Pertama minta maaf atas kondisi yang terjadi karena situasi saat itu membuat anda tidak punya pilihan.
Kemudian lantunkan harapan anda pada anak
Minta dia dan kita berubah bersama sama.

Jangan minta dia saja yang berubah. Karena berubah bersama akan lebih melegakan. Tidak ada yang menuntut harus target begini dan begitu. Hargai setiap perubahan kecil ke arah kebaikan dengan terlebih dahulu menerima kondisinya apa adanya.

Dan jangan lupa, berdoa
Memohon pada Allah untuk memudahkan dan melapangkan jalan menuju perubahan kearah perbaikan.
In syaa Allah.

0⃣2⃣ Erni ~ Jogja
Ustadzah, bagaimana jika sikap suami selalu merasa paling benar dan sepertinya tidak bisa diajak sama-sama.

🌸Jawab:
Dia merasa paling benar dan kita selalu paling salah.
Susah juga nih.

Ajak kajian saja. Bisa jadi beliau menjadi baik bukan dari mulut kita. Tapi dari orang yang lebih bisa dipercayai. Karena umumnya suami itu gengsi jika dibilangi istri. Harga dirinya pasti ngelunjak. Maka perlu bantuan pihak ketiga sebagai penengah perkara.

0⃣3⃣ Eriska Novelita ~ Pangkal Pinang
Assalamu'alaikum ustadzah,

Ana mempunyai tholibah yang curhat. Sebut saja namanya indah. Indah mempunyai anak 2 orang. Beliau seorang ibu bekerja. Di rumah beliau ada ibu kandung dan mertua. Mertuanya tidak ingin menantu dan cucunya taat kepada agama. Beliau dulunya suka ke dukun. Beliau ingin menantu dan anaknya bercerai.

Tholibah ana ini di serang ketakutan, sehingga untuk mengatasinya setiap adzan beliau langsung sholat. Yang menjadi masalah anak anak yang di tinggal kerja ini, dominan di didik mertua, orang tua indah tidak berdaya.

Bagaimana mengatasi ini ya ustadzah?
Ana kasihan padanya.

🌸 Jawab:
Kalau memungkinkan untuk pindah cari rumah sendiri, itu lebih baik. Karena kendali rumah tangga harus ada di kita.
Kita harus punya kuasa dan komitmen dalam mendidik anak. Jika komitmen itu tidak ada, maka proses tarbiyah anak tidak akan berlangsung dengan baik. Dan tarbiyah itu menjadi tanggung jawab penuh kita.

Kita tidak bisa menyerahkan sepenuhnya pendidikan anak pada mertua atau orang tua sendiri. Dengan alasan bekerja dan lain-lain. Karena kesalahan yang kita lakukan sejak kecil akan berdampak ketika anak dewasa.

💎Afwan ustadzah. Rumah yang ditinggal rumah sendiri. Orang tua dan mertua yang ikut
Ibundanya agamis. Tapi mertuanya Tidak kejawen!

🌸Usahakan tidak dalam 1 rumah.
Untuk anak, jangan titipkan kepada mereka ketika kita bekerja. Sekolahkan saja. Atau masuk ke penitipan anak yang full day dan berbasis agama. In syaa Allah akan lebih baik.

0⃣4⃣ Fatimah ~ Bandung
1. Terhadap anak yang sudah dewasa, menasehati sudah mengingatkan tiap waktu tapi anak
terkesan lalai, misal subuh setengah 6,  bagaimana ya ustadzah?

2. Jika anak berstatus janda, siapa yang bertanggung jawab amal dan dosanya?

Jazakillah khoir.

🌸Jawab:
1. Menasehati anak yang sudah besar?
Anak besar merupkan cerminan dari didikan yang diterima selama ini. Jika cara mendidiknya benar, in syaa Allah tidak akan ada kesusahan sesudahnya. Jika mendidiknya tidak benar, cenderung membiarkan, memanjakan, terlalu banyak permakluman, maka setelah besar masalah itu mulai timbul dan cenderung susah untuk dibenahi.

Maka kembalilah untuk mengkoreksi terlebih dahulu gaya didiknya selama ini. Sudah benarkah? Kalau sudah berarti ada faktor kesalahan lainnya. Jika belum, mari benahi sejak awal.

Untuk hal sholat, jangan menyuruh tapi aja dia untuk sholat bersama. Jangan ayahnya kemasjid dan dia dibiarkan tidur saja. Tapi bangunkan dan ajak ke masjid. Nasehati dikit-dikit. Serta doakan.

2. Tanggung jawab amal dan dosanya ada pada ayahnya, anaknya, saudara laki-lakinya. Mereka harus mengingatkan jika kedapatan si janda tersebut bermaksiat. Jika diingatkan masih tidak mau, maka lepas tanggung jawab akhiratnya. Jangan bosan mengingatkan meski kesalahan sama terus menerus dilakukan.

0⃣5⃣ Bunda Khansa ~ Bekasi
Ustadzah, do'a apa yang dibaca agar anak nurut sama kita orang tuanya, dibilangin sudah, dicontohi sudah tapi masih susah sekali untuk sholat, sekalinya mau sholat asal-asalan (buru-buru), yang kecil umur 7.5 yang besar umur 23 tahun.

Terima kasih ustadzah.

🌸Jawab:
Banyak do'a yang bisa dibaca. Pertama tetap dzikir pagi dan petang. Selain itu do’a Nabi Ibrahim untuk keturunannya, juga ada do'a nabi Nuh dan do'a orang sholih.

Nabi Ibrahim ‘alaihis salam termasuk nabi yang do’anya banyak Allah sebutkan dalam al-Qur’an. Dan banyak do’a beliau berisi kebaikan untuk dirinya dan keturunanya.
Ini menunjukkan bahwa do’a Nabi Ibrahim adalah do’a yang istimewa di sisi Allah.

Diantara do’a beliau:  “Jauhkanlah aku dan anak-anakku dari menyembah berhala.” (QS. Ibrahim: 35).

Beliau juga berdo’a: “Ya Allah, jadikanlah diriku dan keturunanku orang yang bisa menegakkan shalat. Ya Allah, kabulkanlah do’a.”  (QS. Ibrahim: 40)

Lain dari itu adalah do’a Nabi Nuh ‘alaihis salam. Beliau memohon kepada Allah agar setiap orang mukmin yang masuk rumahnya diampuni oleh Allah. Ini akan memberi kesempatan agar keluarga kita banyak mendapat ampunan dari Allah.

Nabi Nuh berdo’a:  “Yaa Allah, ampunilah diriku, kedua orang tuaku. Ampunilah setiap orang yang masuk rumahku dalam keadaan beriman, dan kepada seluruh orang mukmin laki-laki maupun wanita.” (QS. Nuh: 28)

Allah juga mengajarkan, diantara do'a orang mukmin adalah,
“Ya Rabb kami, anugrahkanlah kepada kami istri-istri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS. Al-Furqan: 74)

0⃣6⃣ Oom ~ Bandung
1. Ustadzah, saya baru diamanahi 1 anak laki laki oleh allah. Usia anak saat ini 19 bulan, saya adalah madrasah pertama untuk anak saya. Saya mencoba memberikan contoh yang baik kepada anak. Nah termasuk dalam hal shalat, ketika sedang sholat anak saya suka mengganggu.

Apakah hal tersebut dibiarkan tidak apa-apa? Karena kembali lagi ke tujuan awal, saya ingin memberikan contoh kepada anak untuk membiasakan sholat.

2. Adakah langkah-langkah untuk pola didik anak agar apa yang ditanamkan pada anak sejak dini senantiasa berkelanjutan sampai anak usia dewasa, soalnya karena suka liat kasus anak, ketika usia dini anak yang baik tapi ketika sudah dewasa menjadi kurang baik.

Jazakillah khoir ustadzah.

🌸Jawab:
1. Tidak apa sholat diganggu, karena demikian cara anak untuk belajar. Sholat saya pun selama 18 tahun diganggu terus.
Naik kepunggunglah, sengaja tidur di sajadahlah, merengek ketika kita sholatlah. Dan gangguan lainnya. Sabar. Jangan bentak mereka.

Namun setelah sholat selesai, segera peluk erat. Ajak berdoa dipangkuan, sambil bilang kalau mama sedang sholat kamu harus bla...bla...bla..., mereka nurut? Tentu tidak serta merta. Tapi mereka akan menyimpan pelajaran adab itu di otak dan hatinya.

2. Pembinaan tidak akan berhenti meski anak sudah dewasa dan sudah menikah.
Setiap kali terdengar adzan, Rosululloh selalu mengetuk pintu kamar Ali dan fathimah untuk sholat. Padahal kita tahu kemuliaan akhlak mereka. Tidak mungkinlah mereka tinggal sholat. Tapi Rosululloh tetap mengetuk pintu. Tetap mengajaknya.

Begitu juga dengan abu bakar terhadap anaknya.
Jadi harus terus mengingatkan. Harus terus mendampingi selagi mereka masih ada dalam jangkauan kita.

🌸🌸🌸🌟🌟🌟🌸🌸🌸
 💎CLoSSiNG STaTeMeNT💎

Mencetak generasi pembela Islam merupakan tanggung jawab semua orang. Karena semua manusia memiliki tanggung jawab untuk berdakwah dan menegakkan amar ma’ruf nahi munkar. Dimulai dari lingkungan terkecil dulu kemudian ke lingkungan sekitar.
Semoga Allah memudahkan langkah kita dan memberkahi seluruh usaha kita.

Aamiin

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar