Minggu, 29 Desember 2019

BAHAYA MENCARI KETENARAN DAN POPULARITAS



OLeH: Ibu Irnawati Syamsuir Koto

          💘M a T e R i💘

Pujian hanya tertuju kepada Allah yang dengan rahmat-Nya kita bisa menyimak majlis kajian ini. Sholawat dan salam kita hadiahkan kepada junjungan alam,  Rasulullah shallallahu alaihi wasallam,  keluarga sahabat dan para pengikutnya hingga akhir zaman.

Sholehah...

Sebagian manusia memang ada yang sangat cinta dengan ketenaran dan popularitas. Ada yang mencarinya dengan prestasinya dan ilmunya sehingga manfaatnya dirasakan oleh orang banyak dan iapun menjadi terkenal. Ada juga yang mencari ketenaran dengan melakukan hal-hal yang sangat aneh, atau sangat konyol atau sangat ekstrim. Untuk orang seperti ini, tidak perlu terlalu dipedulikan, diberitakan dan disebarkan keanehan dan kekonyolannya.

Oang Arab berkata:

ﺑﺎﻝ ﻓﻲ ﺯﻣﺰﻡ ﻟﻴﺸﺘﻬﺮ

“Dia mengencingi sumur Zam-zam agar terkenal”

Atau

“Stop making stupid people famous”

Kebanyakan orang malah ingin kondang dan tenar. Keinginan ini sering kita temukan pada para artis. Namun orang yang tahu agama pun punya keinginan yang sama.

Ketenaran juga selalu dicari-cari oleh seluruh manusia termasuk orang kafir. Akhirnya, berbagai hal yang begitu aneh dilakuin karena ingin tenar dan tersohor. Berbagai rekor MURI pun ingin diraih dan dipecahkan karena satu tujuan yaitu tenar.

Menjadi populer adalah sebuah kenikmatan pada pandangan manusia. Banyak orang yang ingin menjadi populer, sehingga tidak heran kalau saat ini begitu banyak orang yang ingin menjadi artis, ikut ajang ini itu, yang salah satu tujuannya adalah popularitas.

Apakah menjadi populer salah?

Tentu saja tidak.
Nabi Muhammad ﷺ adalah manusia yang paling populer di dunia ini.

Sampai-sampai seorang penulis barat, Michael H. Hart menulis sebuah buku berdasarkan penelitiannya mengenai orang-orang yang paling berpengaruh di dunia, dan menempatkan nama Nabi Muhammad ﷺ sebagai orang nomor satu. Masya Allah!

Tetapi, Nabi Muhammad  ﷺ bukanlah sosok yang mencari popularitas. Beliau menjadi populer sejak masa mudanya di tengah-tengah masyarakat kafir Quraisy dahulu, karena kemuliaan akhlaknya.

Beliau dengan sendirinya dikenal oleh orang-orang Quraisy sebagai seorang anak muda yang berbudi baik, sopan, jujur, amanah, dan berbagai kebaikan lainnya.

Maka dari itu saudariku, menjadi populer tidaklah salah.

Yang salah adalah kalau salah niatnya.

Ada orang yang ingin populer, kemudian menghalalkan berbagai macam cara meski hal-hal yang dilarang oleh Alloh ﷻ sekali pun.

Ia lakukan ini itu, ia turuti permintaan orang yang bisa mengangkat namanya, tanpa peduli apakah itu halal ataukah haram. Inilah yang berbahaya.

Dan akan lebih berbahaya lagi manakala setelah ia populer, ia menjadi contoh buruk bagi orang lain, karena dengan begitu keburukan akan semakin menyebar.

Karena biasanya orang yang populer cenderung akan diikuti oleh orang lain.

Ukhtyfillah yang semoga dirahmati Alloh ﷻ …

Al Fudhail bin ‘Iyadh mengatakan, “Wahai hamba Allah, sembunyikanlah selalu kedudukan muliamu. Jagalah selalu lisanmu. Minta ampunlah terhadap dosa-dosamu, juga dosa yang diperbuat kaum mukminin dan mukminat sebagaimana yang diperintahkan padamu.”

Abu Ayub As Sikhtiyani mengatakan, “Seorang hamba sama sekali tidaklah jujur jika keinginannya hanya ingin mencari ketenaran.” (Lihat Ta’thirul Anfas, hal. 276.)

Ibnul Mubarok mengatakan bahwa Sufyan Ats Tsauri pernah menulis surat padanya, “Hati-hatilah dengan ketenaran.” (Lihat Ta’thirul Anfas, hal. 277.)

Daud Ath Tho’i mengatakan, “Menjauhlah engkau dari manusia sebagaimana engkau menjauh dari singa.” (Lihat Ta’thirul Anfas, hal. 278) Maksudnya, tidak perlu kita mencari-cari ketenaran ketika beramal sholih.

Imam Ahmad mengatakan, “Beruntung sekali orang yang Allah buat ia tidak tenar.” Beliau juga pernah mengatakan, “Aku lebih senang jika aku berada pada tempat yang tidak ada siapa-siapa.” (Lihat Ta’thirul Anfas, hal. 278)

Dzun Nuun mengatakan, “Tidaklah Allah memberikan keikhlasan pada seorang hamba kecuali ia akan suka berada di jubb (penjara di bawah tanah) sehingga tidak dikenal siapa-siapa.” (Lihat Ta’thirul Anfas, hal. 278)

Al Fudhail bin ‘Iyadh mengatakan, “Rahimahullahu ‘abdan akhmala dzikrohu (Moga-moga Allah merahmati seorang hamba yang tidak ingin dirinya dikenal atau tenar).” (Lihat Ta’thirul Anfas, hal. 280)

Basyr bin Al Harits Al Hafiy mengatakan, “Aku tidak mengetahui ada seseorang yang ingin tenar kecuali berangsur-angsur agamanya pun akan hilang. Silakan jika ketenaran yang dicari. Orang yang ingin mencari ketenaran sungguh ia kurang bertakwa pada Allah.” Suatu saat juga Basyr mengatakan, “Orang yang tidak mendapatkan kelezatan di akhirat adalah orang yang ingin tenar.” (Lihat Ta’thirul Anfas, hal. 284)

Ibrohim bin Ad-ham mengatakan, “Tidaklah bertakwa pada Allah orang yang ingin kebaikannya disebut-sebut orang.” (Lihat Ta’thirul Anfas, hal. 286)

🌷🔷🌷
Sholehah...

Popularitas adalah ujian. Orang yang semakin populer tapi semakin mabuk dengan pujian dan histeria orang terhadap dirinya, maka semakin berat baginya untuk lulus dari ujian ini.

Sedangkan orang yang akan selamat dari ujian ini adalah orang yang senantiasa menyadari bahwa ada tanggung jawab besar di balik popularitasnya, sehingga ia semakin mendekat kepada Alloh ﷻ, memohon perlindungan-Nya dan menjadikan popularitasnya sebagai kendaraan untuk mengajak orang-orang semakin dekat kepada Alloh ﷻ.

Saudariku, menjadi populer itu tidaklah ringan. Semakin kita populer, semakin perilaku kita harus senantiasa terjaga. Bukan untuk jaim (jaga imej), tapi semata-mata agar keburukan kita tidak menjadi contoh bagi orang lain.

Imam Al Ghazali pernah mengatakan, “Yang tercela adalah apabila seseorang mencari ketenaran. Namun, jika ia tenar karena karunia Allah tanpa ia cari-cari, maka itu tidaklah tercela.”

Tidak perlu kita mencari-cari ketenaran. Namun, jika Alloh ﷻ takdirkan nama kita terkenal, pergunakanlah itu sebagai sarana untuk berdakwah.

Tidak usah kita ingin tenar di tengah penghuni bumi, inginkanlah ketenaran di antara penghuni langit. Kita tentu ingat kisah Uwais al-Qarni, seorang pemuda dari Yaman yang faqir dan yatim.

Tidak banyak orang yang mengenalnya. Tapi, Rasulullah ﷺ pernah mengatakan kepada Siti Aisyah, dan juga kepada para sahabat bahwa pemuda ini tidak dikenal penghuni bumi, tapi sangat dikenal oleh penduduk langit.

Mengapa Rasulullah ﷺ mengatakan hal demikian. Ternyata karena Uwais al-Qarni adalah anak yang sangat berbakti kepada ibunya.

Masya Allah!

Saudaraiku, jika Alloh ﷻ mengaruniakan popularitas kepada kita, mari gunakanlah untuk mengajak orang semakin dekat dengan Alloh ﷻ.

Namun, jika kita bukanlah orang yang populer di tengah manusia, maka bersyukurlah dan jadilah orang yang namanya populer di langit sebagaimana Uwais al-Qarni.

Ketenaran merupakan kedudukan yang sangat rawan untuk menggelincirkan seseorang. Oleh karena inilah Ibnu Mas’ud radhiyallahu anhu mewasiatkan untuk dirinya sendiri yang menjelaskan keadaan beliau dan menjelaskan apa yang wajib untuk dilakukan –katakanlah– oleh siapa saja yang memiliki pengikut, beliau mengatakan:

لَوْ تَعْلَمُوْنَ ذُنُوْبِيْ مَا وَطِئَ عَقِبِيْ اثْنَانِ وَلَحَثَيْتُمُ التُّرَابَ عَلَى رَأْسِيْ.

“Seandainya kalian mengetahui dosa-dosaku, tidak akan ada orang yang mau berjalan di belakangku (mengikutiku) walaupun cuma dua orang, dan niscaya kalian akan menaburkan debu di kepalaku.”

Wajib atas siapa saja yang memiliki ketenaran atau dia termasuk orang yang menjadi idola manusia, untuk senantiasa menganggap rendah dirinya di tengah-tengah mereka, dan hendaknya dia menampakkan hal itu namun bukan agar dimuliakan oleh mereka.

Tetapi dia melakukannya semata-mata agar mendapatkan kemuliaan di sisi Allah Jalla wa Ala. Dan poros dari hal itu adalah keikhlasan, karena sungguh diantara manusia ada yang terkadang merendahkan dirinya di hadapan manusia agar dia nampak atau menonjol (agar dianggap sebagai orang yang tawadhu’) diantara mereka. Yang semacam ini termasuk perbuatan syaithan.

Diantara mereka ada yang merendahkan dirinya di tengah-tengah manusia dalam keadaan Allah Jalla wa Ala mengetahui hatinya bahwa dia jujur dalam hal tersebut.

Dia melakukannya karena takut perjumpaan dengan Allah Jalla wa 'Ala, dan dia takut terhadap hari ketika apa yang tersembunyi dalam dada diberi balasan setimpal, dan hari ketika semua yang ada di dalam hati dibongkar.
Dan ketika itu tidak ada sedikitpun yang tersembunyi dari ilmu Alloh ﷻ.

Popularitas itu ibarat rasa lapar yang tidak pernah mengalami kenyang. Apabila seseorang telah tergoda dengan yang demikian, maka sulit baginya untuk lepas.
Dan dapat membinasakan agama seseorang.

Dari Ka’ab bin Malik radhiallahu ‘anhu, Rasulullah ﷺ bersabda,

مَا ذِئْبَانِ جَائِعَانِ أُرْسِلَا فِي غَنَمٍ بِأَفْسَدَ لَهَا مِنْ حِرْصِ الْمَرْءِ عَلَى الْمَالِ وَالشَّرَفِ لِدِينِهِ

“Dua ekor srigala yang lapar, dilepas di suatu peternakan domba, hal ini tidak lebih berbahaya dibanding seseorang yang bernafsu mengejar harta dan kehormatan.”

Dan yang terakhir sholehah....

Ketenaran ibarat ular berbisa. Bisa membinasakan dunia dan akhiratnya ketika ia sengaja mengejarnya demi orientasi dunia semata, biar terkenal, biar dihormati orang lain, biar heboh atau tujuan-tujuan rendah semata. Ini sama sekali jauh dari akhlak Islam. Yakinlah ketenaran demi kebahagiaan dunia semata niscaya pelakunya akan menderita, karena faktanya betapa banyak orang yang tenar akhir hidupnya merana dan tragis.

Demikian dari saya malam ini, mari kita baca dan kita renungkan.

Semoga bermanfaat.

🔷🔷🔷🌟🌟🌟🔷🔷🔷
         💘TaNYa JaWaB💘

0⃣1⃣ Safitri ~ Banten
Assalamualikum bunda,

Kalau wanita-wanita muslimah seperti itulah dia popularitas dan tenar dengan sesuatu hal seperti dia jadi model baju muslimah dan dia sangat menikmati itu semua bukanya seperti itu juga tidak boleh yah sama saja dosa kan!  Sama aja mengundang syhawat buat para laki-laki yang melihatnya.

Tapi kalau mereka menikmatinya itu bagaimana bun?
Terimakasih

🔷Jawab:
Dalam kutaib Ahkam al-Usrah fi al-Islam wa Dauruha fi al-Hufazh ‘ala al-Siyaj al-Ijtima’i li al-Mujtama’at yang merujuk kitab Muqaddimah al-Dustur Bab al-Nizham al-Ijtima’i disebutkan qaidah sebagai berikut:

يمنع كل من الرجل والمرأة من مباشرة أي عمل فيه خطر على الأخلاق، أو فساد في المجتمع

Artinya: "Setiap dari pria dan wanita dilarang untuk melakukan pekerjaan manapun yang di dalamnya ada suatu yang membahayakan akhlaq  atau kerusakan masyarakat."

Dan Rasulullah ﷺ pun telah mengingatkan:

Diriwayatkan dari Rafi’ bin Rifa’ah, ia berkata, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah melarang kami dari pekerjaan seorang pelayan wanita kecuali yang dikerjakan dengan kedua tangannya. Beliau bersabda, “begini (dia kerjakan) dengan jari-jemarinya seperti membuat roti, menenun dan mengurai wol.” (HR. Ahmad dan al-Hakim menetapkan keshahihannya).

Kalau di ambil dari beberapa dalil diatas, secara Islam, wanita dilarang untuk terlibat terhadap kegiatan yang menggunakan dirinya sebagai objek “jual beli.”

Jelaslah bahwa apa yang mereka lakukan adalah sebuah dosa. Karena dengan sendirinya telah mengexspos dirinya.

Islam sejatinya menghargai seorang wanita, namun wanita itu sendiri yang membuat dia jadi murah.

Wallahu a'lam

0⃣2⃣ Atin ~ Pekalongan
Uni, si A dikenal dermawan luar biasa. Siapapun yang datang minta pertolongan, dia akan upayakan untuk menolong.

Dan dia selalu menyembunyikan kebaikannya.
Tapi B, orang yang ditolong sering cerita ke orang lain akan kebaikan A. Hal itu membuat A kecewa dan mengungkapkan ketidaksukaannya.

B merasa A berlebihan karena pujian yang dia keluarkan wajar sekali.

Menurut Uni, apakah sikap A dan B yang marah bisa dibenarkan?

🔷Jawab:
Sangat bisa, karena si A benar-benar ingin menjaga hatinya. Tapi sebelum marah apa sudah dibicarakan?
Apa sudah diingatkan?

Tapi sebaiknya diingatkan saja dengan baik, dan beri pengertian kepada si B, yang perlu kita ingat juga adalah kita ini dilarang marah.

Apa iya rasa tidak suka harus diakhiri dengan marah?
Tidak juga kan?

Sebaiknya bersikap bijaklah, jika kita ingin satu kebaikkan dari satu amalan, maka usahakan jangan dirusak dengan amalan lain seperti marah itu.

Wallahu a'lam

0⃣3⃣ Erni ~ Jogja
Assalamualaikum,

Bagaimana caranya agar tetap bisa menjaga perasaan suami ketika istrinya lebih tenar di banding suami?

Saya jualan nasi kuning  yang dicari bagaimana caranya agar orang kalau cari nasi kuning ingatnya warung saya walau harus melewati 3 penjual nasi kuning dengan cara cari untung tidak banyak-banyak tapi rasa bisa membekas di hati. 

Dan berhasil mendapat pelanggan dari sini suami sering merasa tidak nyaman karena merasa kalah tenar dan sering mancing-mancing saya agar nangis. Apa yang mesti saya lakukan?

Bagaimana caranya agar bisa bersikap seperti air zam-zam yang ditaruh dibotol ditutup rapat dibenamkan dalam comberan tapi manfaatnya tetep ada, untuk menghadapi comberan yang dilabel zam-zam.
Mohon pencerahannya.

🔷Jawab:
Wa'alaikumussalam,

Jadi ceritanya suami cemburu kah? 

Mungkin bisa dikasih pengertian saja kali ya, kalau jualan ramai yang untung kan keluarga juga,  masa harus diperlakukan seperti itu.

Habis itu ya didoain saja semoga hatinya tidak suudzan.

Wallahu a'lam

🔷🔷🔷🌟🌟🌟🔷🔷🔷
 💘CLoSSiNG STaTeMeNT💘

Sholehah...
Sesungguhnya suka tenar dan popular adalah bentuk keterpedayaan dan takjub dengan diri sendiri. Ia cenderung kepada hal-hal yang berbeda, sulit menerima nasihat, dan berhadapan dengan fitnah.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan:

"Tidak ada sesuatu yang mencampuri jiwa yang lebih merusak daripada asy-syahwah al-khafiyyah. Ia merusak perwujudan ibadah kepada Allah. Merusak meingkhlaskan agama hanya kepada-Nya. Syaddad bin Aus mengatakan, ‘Wahai orang-orang Arab, sesungguhnya yang paling kutakutkan ataus kalian adalah riya’ dan asy-syahwah al-khafiyyah’. Abu Dawud ditanya, ‘Apa yang dimaksud dengan asy-syahwah al-khafiyyah’? Ia menjawab, ‘Suka menonjolkan diri’.”

Na'udzubillahi mindzalik...

Semoga kita terhindar dari keterpedayaan dan fitnah. Sejatinya ketenaran dan popularitas tidaklah membawa kepada kebahagiaan, karena bahagia itu adalah disaat kita mampu menjadi ummat yang bertaqwa kepada Alloh ﷻ dan hidup didalam keridhoan Allah Azza Wajalla.

Demikian pertemuan kita malam ini, semoga bermanfaat.

Mohon maaf jika ada kesalahan didalam penyampaian.

Wallahu a'lam bishowab

Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Tidak ada komentar:

Posting Komentar