Minggu, 31 Oktober 2021

TERTIPU WAKTU LUANG

 


OLeH: Ustadz H. Tri Satya Hadi

•┈•◎❀★❀◎•┈•
❀ M a T e R i ❀
•┈•◎❀★❀◎•┈•

🌀TERTIPU WAKTU LUANG

“Sesungguhnya manusia benar-benar dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh dan saling menasihati supaya mentaati kebenaran dan saling menasehati supaya menetapi kesabaran.” (QS. Al-Ashr: 1-3)

Pernahkah kita merasa waktu begitu cepat?, hampir setiap orang pasti merasakan itu, ketika menjelang akhir tahun terucap, “wah sudah mau berganti tahun, tidak terasa ya”. Begitu pula ketika akhir bulan terasa cepat berganti ke bulan berikutnya. Saat bertemu hari juga demikian dengan sedikit terkekut, “hah besok sudah Jum'at lagi. Jam ke jam, menit ke menit, dan detik ke detik, cepat melewati hingga tersadar ternyata waktu itu sudah jauh di belakang.

Lihat diri kita sekarang, bandingkan dengan yang dulu, terkejut bercermin membandingkan foto kanak-kanak kita. Ayah dan ibu kita terlihat renta dengan uban yang semakin banyak, anak anak kita dulu masih buaian pelukan, sekarang asik dalam dunia keremajaannya hingga susah di ajak jalan bersama, dan seterusnya.
Waktu begitu cepat melesat hingga kita terkadang lupa apa yang di kerjakan kemarin. Hidup instan dengan gaya hedonis, asosial, uang dan harta dikejar dengan berbagai cara.

Halal dan haram menjadi abu-abu, agama menjadi simbol identitas. Hingga sekilas tersadar ketika melihat kematian orang tua, keluarga, ataupun kerabat. Tersadar bahwa kita akan mengalami kematian, menangis mengingat kepergian mereka, sedih mengingat amal kita, takut tidak siap dengan apa yang kita bawa menghadap Alloh ﷻ. Di antara mereka ada yang sadar untuk bertaubat dan bersegera memperbaiki iman dengan ber-azzam untuk istiqomah dengan amal-amal terbaik.

“Dan hendaklah kamu meminta ampun kepada Rabb-mu dan bertaubat kepadaNya, (jika kamu mengerjakan yang demikian), niscaya Dia akan memberi kenikmatan yang baik (terus menerus) kepadamu, hingga pada waktu yang telah ditentukan dan Dia akan memberikan kepada tiap-tiap orang yang mempunyai keutamaan (balasan) keutamaannya. Jika kamu berpaling, maka sungguh aku takut, kamu akan ditimpa siksa hari Kiamat.” (QS.Hud: 3)

Bagi yang tidak tersadar atau mengabaikan, hilangnya waktu yang lalu dianggap biasa saja seakan merasa besok masih hidup. Adanya waktu yang kosong (luang) mereka buang, mereka isi dengan aktivitas sia-sia bahkan kemaksiatan. Akhirnya ketika kematian itu tiba, tidak ada lagi kesempatan untuk bisa memperbaikinya.

“Tiap-tiap umat mempunyai ajal. Apabila telah datang ajal mereka, maka mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak (pula) mendahulukannya.” (QS. Yunus:49)

Di antara yang tertipu dengan banyak nya waktu luang, mereka menganggap apa yang mereka kerjakan adalah hal yang positif, hal yang biasa, atau hal yang di maklumi. Ketika berkumpul dengan teman-temannya menggunakan waktunya untuk refreshing untuk merilekskan pikiran, ngobrol, bercanda, gurau, dan nonkrong-nongkrong. Sepanjang untuk menghilangan rasa lelah tentu masih bisa dimaklumi bahkan di anjurkan, karena Rasulullah ﷺ pun juga melakukan. Tapi bila sudah menjadi adat kebiasaan, di era digitalisasi ini, ber-medsos, chating lewat grup, mabar, kopdar, dan aktifitas lainnya baik online atau offline yang ada unsur kesia-siaan, bahkan cenderung kearah kemaksiatan ini yang dilarang.

“Dan kehidupan dunia ini hanya senda gurau dan permainan. Dan sesungguhnya negeri akhirat itulah kehidupan yang sebenarnya, sekiranya mereka mengetahui.” (QS. al-Ankabut: 64).
“Maka janganlah sekali-kali kehidupan dunia memperdaya kamu.” (QS. Luqman: 33)

Dunia itu sementara, akan lenyap, tidak ada kehidupannya yang abadi. Jika kita bisa memanfaatkan waktu di dunia dan menyibukkannya dengan ketaatan kepada Allah Ta’ala, maka kita akan beruntung dan memetik hasilnya di akhirat kelak.

Adapun jika kita menyibukkannya dengan berbuatan syahwat (nafsu), maka kita akan merugi.

Hal ini sebagaimana firman Allah Ta’ala,“Rugilah ia di dunia dan di akhirat. yang demikian itu adalah kerugian yang nyata.” (QS. Al-Hajj: 11)

“Wahai orang-orang beriman, bertakwalah kamu kepada Alloh ﷻ. Dan perhatikanlah waktu yang telah engkau lewati untuk bekal mengarungi kehidupan waktu mendatang.” (QS. al-Hasyr: 18)

Sudah seharusnya setiap muslim untuk tidak tertipu dengan waktu luang. 

Sabda Rasulullah ﷺ, "Dua nikmat yang banyak manusia tertipu di dalam keduanya, yaitu nikmat sehat dan waktu luang."_ (HR. Bukhari, Tirmidzi dan Ibnu Majah).

Seorang Ulama Abdul Fattah bin Muhammad dalam Qimatuz Zaman ‘Indal ‘, kata "tertipu" dalam hadis ini bermakna merugi.

Banyak manusia yang merugi karena nikmat sehat dan waktu luang. Ada yang secara fisik sehat, namun ia seakan tidak punya waktu untuk persiapan akhirat karena terlalu sibuk dengan kehidupan dunia. Sebaliknya ada yang punya cukup waktu untuk mempersiapkan akhirat, namun fisiknya sedang tidak sehat. Sehingga seiring bertambahnya umur, hari-harinya hilang tanpa amalan yang menjadi bekal akhirat.

Waktu luang termasuk nikmat yang banyak dilalaikan dan disia-siakan. Padahal, setiap nikmat yang telah Allah Ta’ala berikan kepada kita, kelak akan ditanyakan di yaumil hisab kelak. 

Allah Ta’ala berfirman, “Kemudian kamu pasti akan ditanya tentang kenikmatan (yang kamu bermegah-megahan di dunia itu).” (QS. At-Takaatsur: 8)

Hasan Al-Bashri pernah mengatakan, “Wahai manusia, sesungguhnya kalian hanyalah kumpulan hari. Setiap kali satu hari hilang, maka akan hilang pula sebagian dirimu. Pada hakikatnya, waktu bagi manusia adalah umurnya sendiri. Apabila waktu berlalu, maka usianya pun semakin berkurang."

Rasulullah ﷺ pernah bersabda kepada seorang laki-laki dan menasihatinya;
"Jagalah lima perkara sebelum (datang) lima perkara (lainnya). Mudamu sebelum masa tuamu, sehatmu sebelum sakitmu, kayamu sebelum miskinmu, waktu luangmu sebelum sibukmu dan hidupmu sebelum matimu." (HR. Nasai dan Baihaqi).

Dalam hadits yang lain dikatakan, “Tidak akan bergeser kedua kaki anak Adam di hari kiamat dari sisi Rabb-Nya, hingga dia ditanya tentang lima perkara, tentang umurnya untuk apa ia habiskan, tentang masa mudanya untuk apa ia gunakan, tentang hartanya dari mana ia dapatkan dan untuk apa ia belanjakan, serta apa saja yang telah ia amalkan dari ilmu yang dimilikinya." (HR. Tirmidzi).

Menjaga yang lima ini tidaklah mudah, perlu hati yang ikhlas dan usaha yang keras. Perlu kesungguhan, teman yang bisa saling mengingatkan, dan lingkungan yang kondusif.

Ada beberapa kita agar kita tidak mudah tertipu dengan waktu luang.

◾Pertama, berusaha untuk meninggalkan hal-hal yang tidak bermanfaat. 
Sabda Rasulullah ﷺ, “Di antara kebaikan Islam seseorang adalah dia meninggalkan hal-hal yang tidak bermanfaat.” (HR. Tirmidzi)

Hadits ini mengandung makna bahwa di antara kebaikan Islam seseorang adalah meninggalkan hal yang tidak bermanfaat baik berupa perkataan atau perbuatan. (Jaami’ul ‘Ulum wal Hikam, 1: 288)

Jika Islam seseorang itu baik, maka sudah barang tentu ia meninggalkan pula perkara yang haram, yang syubhat dan perkata yang makruh, begitu pula berlebihan dalam hal mubah yang sebenarnya ia tidak butuh. Meninggalkan hal yang tidak bermanfaat semisal itu menunjukkan baiknya seorang muslim.  Demikian perkataan Ibnu Rajab Al Hambali yang kami olah secara bebas. (Lihat Jaami’ul ‘Ulum wal Hikam, 1: 289).

◾Kedua, jangan berangan-angan bahwa masih ada hidup di hari esok. 
Allah Ta’ala berfirman:

“Setan telah menjadikan mereka mudah (berbuat dosa) dan memanjangkan angan-angan mereka.” (QS. Muhammad: 25)

Menurut Imam Ghazali, dua penyebab panjang angan-angan adalah kebodohan dan cinta dunia. Adapun bodoh, yaitu bahwa kadang-kadang manusia menggantungkan diri kepada masa mudanya, ia memandang bahwa masa muda jauh dari kematian. Kadang-kadang pula ia merasa jauh dari kematian karena ia sehat, padahal kematian bisa datang kapan saja, tidak peduli seorang hamba sedang sakit atau sehat sekalipun.

Hasan Al-Bashir berkata, ”Tidaklah seorang hamba berpanjang angan-angan melainkan akan merusak amalannya?” (Al Bayan wat Tabyin, jilid III, hal 74).

Hendaknya kita menyadari kematian akan datang kapan saja ia datang menghampiri dan mencegah diri untuk tidak berlebihan mencintai dunia. Rasulullah ﷺ pun bersabda, “Cintailah sesuatu yang kamu cintai, tetapi kamu harus ingat bahwa kamu pasti akan berpisah dengannya.” (HR. Al Hakim)

◾Ketiga, sering-seringlah mengingat kematian.
Mengingat kematian menjadikan seseorang akan mempersiapkan diri untuk berjumpa dengan Allah ﷻ. Karena barangsiapa mengetahui bahwa ia kelak akan menjadi mayit, ia maka ia pasti akan mempersiapkan jawaban dengan amal kebaikan saat nanti ketika ditanya oleh Tuhannya. Ia akan bersegera berbuat kebaikan, tidak menunda-nunda. 

Dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma dia berkata: “Suatu hari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memegang kedua pundakku seraya bersabda: ”Jadilah engkau di dunia ini seperti orang asing atau pengembara”. Maka Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma menyatakan: “Jika engkau berada di sore hari janganlah engkau menunggu datangnya esok hari. Jika engkau berada di pagi hari, janganlah engkau menunggu datangnya sore hari. Pergunakanlah masa sehatmu untuk menghadapi masa sakitmu, dan masa hidupmu untuk menghadapi masa kematianmu.” (HR. Al Bukhari)

Kematian adalah nasihat bagi orang merindukan akhirat pemutus segala nikmat.  Rasulullah ﷺ bersabda,  “Perbanyaklah banyak mengingat pemutus kelezatan (yaitu kematian) karena jika seseorang mengingatnya saat kehidupannya sempit, maka ia akan merasa lapang dan jika seseorang mengingatnya saat kehiupannya lapang, maka ia tidak akan tertipu dengan dunia (sehingga lalai akan akhirat).” (HR. Ibnu Hibban dan Al Baihaqi, dinyatakan hasan oleh Syaikh Al Albani).

◾Keempat, jadikan dunia sebagai ladang amal untuk akhirat.
Segala aktivitas kita di dunia ini hendaklah dengan niat untuk ketaatan kepada Allah ﷻ. Maka termasuk orang yang beruntunglah bagi mereka yang memanfaatkan waktu dunia dengan baik, menyibukkannya untuk kemaslahatan agama dan dunianya.

Allah ﷻ berfirman dalam surat Ar-Radu ayat 26
“Alloh ﷻ meluaskan rezeki dan menyempitkannya bagi siapa yang dia kehendaki. Mereka bergembira dengan kehidupan di dunia, padahal kehidupan dunia itu (dibanding dengan) kehidupan akhirat, hanyalah kesenangan (yang sedikit).” (QS. Ar-Radu: 26).

Dalam ayat tersebut menjelaskan bahwa dunia sebagai alat, dicela bukan semata-mata karena dunia itu buruk, akan tetapi dicelanya karena kita salah dalam memanfaatkan dunia. 

◾Kelima, bergabung dengan teman-teman yang salih.
Sabda Rasulullah ﷺ, "Teman yang baik dan teman yang buruk ibarat seorang penjual minyak wangi dan seorang pandai besi. Penjual minyak wangi, engkau bisa membeli minyak wangi darinya, dan kalau pun tidak, engkau tetap dapat mendapatkan bau harum darinya. Adapun pandai besi, bisa jadi (percikan apinya) mengenai pakaianmu dan kalaupun tidak, engkau tetap mendapatkan bau asapnya yang tidak sedap." (HR. Bukhari-Muslim).

Teman yang baik akan berusaha memberikan nasihat untuk mentaati perintah Allah ﷻ  dan menjauhi larangan-Nya, mengarahkan ke kebaikan-kebaikan, serta menunjukkan kekurangan-kekurangan kita. Manusia itu memiliki tabiat mengikuti kawan atau teman dekatnya. Sebagian akan menggiring ke kebaikan atau sebagian lagi ke keburukan. Ketika kita lalai dalam mengisi waktu, teman yang salih akan datang dalam bentuk perkataan secara langsung ataupun tulisan (chating) mengingatkan, begitupun sebaliknya kita.
Namun sebagai agama rahmatan lil alamin berteman tidak terbatas sesama muslim. Bahwa muamalah itu menembus batas suku, agama, dan ras. Ahlak yang baik wajib kita tunjukan kepada teman siapapun itu.

"Sebaik-baik teman di sisi Alloh ﷻ adalah orang yang paling baik di antara mereka terhadap temannya. Dan sebaik-baik tetangga di sisi Alloh ﷻ adalah orang yang paling baik di antara mereka terhadap tetangganya.'' (HR Tirmidzi).

Wallahu a’lam-TSH
Pekanbaru, 21 Oktober 2021
https://pijarpunbenderang.blogspot.com/

•┈••◎◎❀★❀◎◎••┈•
❀ TaNYa JaWaB ❀
•┈••◎◎❀★❀◎◎••┈•

0️⃣1️⃣ Aisya ~ Riyadh 
Assalamualikum warahmatullahi wabarakatuh. 

Pernah mendengar suatu hadist, Rasulullah ﷺ wafat dalam usia 63 tahun.

(HR. Ibnu Majah dan Tirmidzi).
"Usia umatku (Muslim) antara 60 hingga 70 tahun, dan sedikit sekali dari mereka yang melewatinya."

Hanya sedikit saja orang yang melewati batas usia ini.

Apakah benar ketika kita di kasih usia lebih dari itu tandanya sebagian dari bonus dari Alloh ﷻ ustadz?
Mohon penjelasannya ustadz. 

🔷Jawab:
Waalaikummussalam warahmatullah wabarakatuh

Umur dan kematian bagian dari takdir yang sudah ditentukan, maksud dari hadits, "Umur umatku adalah antara 60 hingga 70 tahun. Sedikit dari mereka yang melebihi itu.”

Hadits dengan sanad yang berbeda menambahkan "sedikit yang melebihi 80."
Umat disini adalah objek dakwah pada waktu itu meliputi seluruh manusia, jadi jikalau ada yang melebihi 70, 80 tahun itu sedikit dan sudah ditentukan siapa-siapanya. Dan tetap menjadi rahasia Alloh ﷻ kalaupun ada yang menganggap bonus itu sebatas, istilah bahasa manusia, sebagai muslim kita disuruh meyakini kematian itu pasti, kapanpun di manapun, sehingga kita harus berusaha istiqamah di jalan kebaikan, jangan sampai lalai, jika lalai segera bertaubat, hingga akhir yang indah, husnul khotimah.

Wallahu a'lam.

0️⃣2️⃣ Setyaningsih ~ Solo
Assalamu'alaykum Ustadz, 

Bagaimana tips nya agar kita bisa mengoptimalkan waktu untuk hal-hal positif dan bernilai ibadah? 
Syukron atas pencerahannya Ustadz.

🔷Jawab:
Waalaikummussalam warahmatullah wabarakatuh

Disamping berusaha untuk menjaga yang lima sesuai hadits Nabi. Secara praktis kita lakukan dengan:

1) Disiplin dalam ibadah wajib. Hingga melatih disiplin dalam aktivitas lainnya. 

2) Tetapkan target harian dalam ibadah sunnah, sedikit terlebih dahulu, rutin, terpelihara.

3) Lakukan segala aktivitas apapun mulai dari bangun tidur, makan, kerja, dan lainnya hingga tidur kembali dengan membaca doa atau basmallah, akhiri dengan hamdallah.

4) Sekali dalam seminggu, lakukan aktivitas positif yang membantu merefresh pikiran dan jasmani, piknik, olahraga, bergabung dalam komunitas yang baik, ikut kajian, dan sebagainya.

5) Selalu berpikir positif bahwa ada hikmah di setiap kejadian.

6) Selalu ambil peluang kebaikan meskipun hanya menyingkirkan duri atau batu di jalan.

7) Selalu menghitung dengan prioritas antara manfaat dan mudharat jika kita terpaksa berinteraksi dengan aktivitas yang melalaikan.

Wallahu a'lam

0️⃣3️⃣ Safitri ~ Banten 
Assalamualaikum ustadz,

Kenapa yah selalu mengingat kematian, bagaimana nanti kita dialam kubur, bagaimana panasnya siksa api neraka, selalu ada kebayang-bayang begitu, tapi diri ini merasa belum maksimal dalam memperbaiki diri dalam segi apapun, bagaimana ustadz?

🔷Jawab:
Waalaikummussalam warahmatullah wabarakatuh

Mengingat kematian bukan berarti kita jadi takut yang berlebihan, tetap usaha untuk memaksimalkan kiat praktis seperti jawaban sebelumnya.

Bahwa Alloh ﷻ itu menghitung prosesnya kok, usahanya, masalah hasil itu preogratif Alloh ﷻ. Surga itu diberikan Alloh ﷻ bukan karena banyak nya amal, tapi karena rahmatnya Alloh ﷻ, salah satu yang bisa mendatangkan rahmat Alloh ﷻ ya, berusaha istiqomah atas suatu amalan, sedikit tapi terpelihara.

Wallahu a'lam.

•┈•◎❀★❀◎•★•◎❀★❀◎•┈•
❀CLoSSiNG STaTeMeNT❀
•┈•◎❀★❀◎•★•◎❀★❀◎•┈•

Mengutip dari status FB: Perindu Surga.

Ibnu Baththol mengatakan, ”Seseorang tidaklah dikatakan memiliki waktu luang hingga badannya juga sehat. Barangsiapa yang memiliki dua nikmat ini (yaitu waktu senggang dan nikmat sehat), hendaklah ia bersemangat, jangan sampai ia tertipu dengan meninggalkan syukur pada Alloh ﷻ atas nikmat yang diberikan. Bersyukur adalah dengan melaksanakan setiap perintah dan menjauhi setiap larangan Alloh ﷻ. Barangsiapa yang luput dari syukur semacam ini, maka dialah yang tertipu.”

Wallahu a'lam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar