Minggu, 31 Oktober 2021

AGAMA ITU MUDAH

 


OLeH: Ustadz H. Syahirul Alim

•┈•◎❀★❀◎•┈•
❀ M a T e R i ❀
•┈•◎❀★❀◎•┈•

🌀AGAMA ITU MUDAH

Tentang Agama itu Mudah (addiinu yusrun) dan ucapan Rasulullah ﷺ bahwa “Beragama yang paling dicintai Alloh ﷻ adalah yang cenderung kepada kebenaran (al-hanifiyyah) dan bersikap toleran (as-samhah).”

حدثنا عبد السلام بن مطهر قال حدثنا عمر بن علي عن معن بن محمد الغفاري عن سعيد بن أبي سعيد المقبري عن أبي هريرة عن النبي صلى الله عليه وسلم قال إن الدين يسر ولن يشاد الدين أحد إلا غلبه فسددوا وقاربوا وأبشروا واستعينوا بالغدوة والروحة وشيء من الدلجة

Rasulullah ﷺ bersabda: “Sesungguhnya agama itu mudah, seseorang janganlah berlebih-lebihan dalam sikap beragama, kecuali (jika bersikap berlebihan dalam hal agama) ia akan menguasaimu (menjadi dorongan hawa nafsu). Bersikaplah moderat (dalam amaliyah keagamaan), kerjakanlah hal-hal yang paling mudah bagimu, yakinlah bahwa amal-amal yang sedikit itu jauh lebih bernilai pahalanya (selama istiqomah) dibanding hal-hal yang lebih besar dan beribadahlah sesuai kemampuan yang kamu miliki dengan mudawamah (kontinuitas) baik diwaktu pagi, siang, ataupun di penghujung malam.” (HR. Bukhari)

Hadis ini tentu saja menjadi penting bagi pembentukan sikap keagamaan seseorang, karena agama, tentu saja terkait dengan berbagai macam hal, termasuk cara bersikap, berpikir, bertindak yang keseluruhannya terkait dengan hubungan antar sesama manusia dan hubungan antara manusia dengan Alloh ﷻ. Ibnu Hajar Al-Asqallany dalam kitabnya “Syarh Bukhari” menjelaskan, kemudahan agama Islam tentu saja terkait erat dengan agama-agama sebelumnya yang senantiasa memberatkan umat. Contoh sederhana adalah mengenai bertaubat, dimana di agama-agama sebelum Islam, proses penghapusan dosa tidak dilakukan dengan sekadar bertobat, tetapi dengan cara membunuh dirinya sendiri. Ketika agama Islam datang, konsep bertaubat kemudian di ubah, cukup dengan menyesali dan berniat untuk tidak mengulangi perbuatan dosanya.

Kemudahan dalam beragama, sesuai dengan apa yang disebutkan Al-Quran, dalam surat Al-hajj: 78:

وَمَا جَعَلَ عَلَيْكُمْ فِي الدِّينِ مِنْ حَرَجٍ ۚ مِلَّةَ أَبِيكُمْ إِبْرَاهِيمَ

“Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan. (Ikutilah) agama orang tuamu Ibrahim...”

Agama Islam, tentu saja tidak berdiri sendiri, namun terkait dengan agama-agama sebelumnya yang kemudian disempurnakan. Oleh karena itu, keterkaitan agama dengan adat, kebiasaan, budaya dan tradisi adalah sebuah keniscayaan dan fakta sejarah, sebagaimana dalam Islam dijelaskan mengenai praktik ritual keagamaan yang berasal dari umat terdahulu, seperti shalat, puasa, atau ibadah haji yang keseluruhannya disempurnakan oleh ajaran Islam. Agama atau “addiin” diartikan sebagai bentuk “kepatuhan atau ketaatan” atau “ketundukan” kepada Tuhan Rabbul ‘Alamin, sehingga segala sesuatu yang dikaitkan dengan “ibadah kepada Tuhan” adalah masuk dalam kategori “agama”. Istilah “addiin” sendiri menurut Ibnul Mandzur dalam kitabnya “Lisaan al-‘Arab” diartikan sebagai “sesuatu yang diikuti, baik berasal dari adat, tradisi, atau budaya” (al-‘aadatu was sya’nu).

Oleh karena itu sangat masuk akal, jika kemudian Islam yang hadir saat ini, tidak mungkin dilepas dari realitas kesejarahan terkait dengan berbagai macam adat, tradisi, dan kebudayaan masyarakat sebelumnya. Hal ini mengingatkan pada suatu proses keagamaan yang memang “warisan” atau “tradisi yang diikuti” sebagaimana Nabi Muhammad yang mengikuti agama bapak moyangnya, Nabi Ibrahim yang “hanif” (millata ibraahima haniifa). Agama Islam tentu saja agama yang mudah, tidak mempersulit umatnya, bahkan Islam tidak dipersulit melalui terlampau berlebihan dari sikap yang terlalu dalam terhadap amaliyah agama, yang berakibat pada hilangnya “keramahan” (arrifqu) dan hubungan-hubungan sosial kemasyarakatan.

Segala sesuatu yang “berlebihan” jelas dilarang dan bukan berasal dari agama Islam, termasuk berlebihan dalam sikap beragama hingga mengorbankan diri sendiri dan pihak-pihak lain. Walaupun sejatinya, manusia tentu saja seringkali terjebak dalam suatu kondisi “melampaui batas”, terutama ketika dirinya merasa sudah cukup, baik hartanya, kedudukannya, maupun ilmunya.

كَلَّا إِنَّ الْإِنْسَانَ لَيَطْغَىٰ   أَنْ رَآهُ اسْتَغْنَىٰ

“Ketahuilah! Sesungguhnya manusia benar-benar melampaui batas, karena melihat dirinya serba cukup.”
(QS. Al-‘Alaq: 6-7)

Wallahu a'lam

•┈••◎◎❀★❀◎◎••┈•
❀ TaNYa JaWaB ❀
•┈••◎◎❀★❀◎◎••┈•

0️⃣1️⃣ Rustia ~ Bekasi 
Ustadz, bagi yang menjalani syariat Islam memang mudah dan ringan menjalaninya.
Namun bagi yang belum mengenal Islam, ibadah-ibadah yang dilakukan, terasa memberatkan, itupun belum tentu diterima amalannya. Berbeda dengan non Islam yang menurut mereka sudah "dijamin masuk surga" tanpa harus beribadah seperti yang dilakukan muslim. 

Bagaimana menyikapi hal demikian? 
Jazakallah khair atas penjelasannya.

🔷Jawab:
Salah satu yang harus dipahami dan mendasar dalam ajaran Islam adalah kemudahannya. Tidak ada yang memberatkan dalam Islam, terlebih ibadah. Alloh ﷻ selalu mendahulukan kepentingan manusia daripada Dzat-Nya sendiri. 

Misal, ketika sholat tidak bisa berdiri, boleh sambil duduk dan berbaring; ketika kita tidak kuat berpuasa karena udzur, boleh mengganti dengan fidyah atau jika bukan udzur syar'i bisa menggantinya di hari lain; haji itu wuquf di Arafah, ketika orang sakit, maka cukup hadir saja di ambulans dan sah hajinya. 

Beberapa kali Al-Qur'an menyebut...

"وَمَا جَعَلَ عَلَيْكُمْ فِي الدِّينِ مِنْ حَرَجٍ"  

"Kami tidak menjadikan agama Islam ini kesulitan sedikitpun." 

Bahkan jika dalam perjalanan, kita boleh menjamak sholat bahkan mengqashar-nya. Betapa mudahnya beragama. Agama bukan hanya ibadah kepada Alloh ﷻ, tetapi juga berbuat baik kepada sesama. 

Dalam Al-Qur'an disebut "laisalbirra an tuwallu wujuhakum qibalal masyriqi wal maghribi.." (kebaikan itu bukan menghadapkan wajahmu ke barat atau ke timur...).

Begitulah Islam yang menjadi mudah bagi para pemeluknya. Jika ada orang merasa berat, berarti mereka baru mengenal Islam, seperti halnya mereka mengenal agama lain. Pelan-pelan ketika hidayah sudah masuk ke dalam jiwa. Bagi muslim sejati tidak ada yang sulit tapi mudah dan sesungguhnya dibalik kesulitan pasti ada kemudahan.

Wallahu a'lam

0️⃣2️⃣ Safitri ~ Banten
Assalamualaikum ustadz,

Dalam materi yang disampaikan, begitu mudahnya agama islam, tapi kenapa orang-orang jangankan yang non muslim, yang orang muslim pun menganggap agama Islam tuh ribet, banyak aturan ini itu segala macam, dilarang nimbulkan dosa, banyak tidak bolehnya, kenapa mereka bisa berpikiran seperti ini?

🔷Jawab:
Waalaikummussalam warahmatullah wabarakatuh

Bagi yang merasa ribet, itu berarti belum iman. Mereka baru islam sebagaimana dalam Al-Qur'an, Rasulullah ﷺ pernah menegur orang-orang Arab yang baru masuk Islam: Orang-orang Arab Badui berkata, “Kami telah beriman.” Katakanlah (kepada mereka), “Kamu belum beriman, tetapi katakanlah ‘Kami telah tunduk (Islam),’ karena iman belum masuk ke dalam hatimu..."(QS. Al-Hujarat: 14). 

Biasanya mereka yang merasa berat karena belum masuk imannya, mereka baru Islam saja. Segala macam larangan itu terkait dengan kebaikan manusia itu sendiri dan kebaikan lingkungan sekitar. Bukan untuk Alloh ﷻ sebenarnya.

Semoga mereka dikuatkan iman dan Islamnya. Aamiin. 

Wallahu a'lam

0️⃣3⃣ Kiki ~ Dumai
Ustadz, ada 1 hal yang masih kiki bingung, kan sekarang di kalangan rescuer-rescuer hewan jalanan (baik kucing maupun anjing) ada yang namanya sabun tanah ustadz, jadi setiap selesai merescuer guguk, ada yang menyucikannya itu pakai sabun tanah tersebut, nah itu bagaimana menurut ustadz, apakah sudah termasuk sah ya ustadz?

🔷Jawab:
Soal najis mughaladzah itu masalah fikih yang tentu saja ikhtilaf. Mencuci najis mugoladzah ada yang dengan air dan tanah, ada juga yang cukup dengan air saja tetapi benar-benar sampai bersih. 

Jika ada sabun tanah, itu berarti sudah modern, dibuat sedemikian rupa dan seseorang meyakini dengan menambahkan sabun itu najisnya hilang. Ya tidak apa-apa, itu sudah suatu upaya, karena dulu tidak ada sabun ya pakai tanah.

Sekarang sudah ada sabun tanah, ya itu lebih berhati-hati namanya. Yang penting najis itu dibasuh dan yang najis berat itu di cuci sampai bersih dengan sabun dan air mengalir.

Wallahu a'lam

•┈•◎❀★❀◎•★•◎❀★❀◎•┈•
❀CLoSSiNG STaTeMeNT❀
•┈•◎❀★❀◎•★•◎❀★❀◎•┈•

Semoga dapat memberi manfaat.
Majelis ilmu lebih mulia, dari dunia dan seisinya.

Wallahu a'lam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar