Minggu, 31 Oktober 2021

RASA DAN LOGIKA

 


OLeH: Ibu Hj. Irnawati Syamsuir Koto

•┈•◎❀★❀◎•┈•
❀ M a T e R i ❀
•┈•◎❀★❀◎•┈•
 
💎RASA DAN LOGIKA

Segala puji bagi Alloh ﷻ yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya untuk kita semua yang berada di majlis  ini, kita syukuri rahmat dan nikmat terbesar yang kita terima, yaitu iman Islam yang tidak semua manusia menerimanya, dan juga tidak semua yang telah menerima diberi ketetapan hidayah untuknya. Alhamdulillah kita yang berada disini saat ini masih di izinkan dan diridhoi Alloh ﷻ untuk bersyahadat kepada-Nya. 

Sholawat dan salam kita persembahkan kepada Rasulullah ﷺ yang telah membawa kita kepada jalan yang lurus jalan yang terang, salam juga kita persembahkan kepada keluarga, sahabat, dan para pengikutnya hingga akhir masa.

Saudari-saudariku...

Manusia terlahir dengan rasa dan logika dua kekuatan yang dalam keberfungsiannya terkadang tidak bisa berjalan bersamaan. 

Kadang rasa yang dominan kadang pula logika yang lebih dominan. Dan pada masyarakat kita telah melekat bahwa rasa itu erat dengan wanita dan logika erat dengan laki-laki. 

Namun dalam perjalanan waktu tidak jarang wanita sekarang dominan menggunakan logika daripada rasa begitupun sebaliknya.

Apapun jika berjalan beriringan dan seimbang pasti akan indah untuk dipandang begitupun dengan rasa dan logika. 

Rasa erat hubungannya dengan emosi dan logika erat hubungannya dengan pikiran. Untuk itu banyak orang menganggap bahwa wanita cenderung emosional dan baperan daripada laki-laki. 

Karena wanita selalu mendahulukan rasanya sehingga apa-apa dimasukkan dihati hingga akhirnya banyak wanita yang mudah sakit hati.

Tapi tidak selamanya orang yang baperan itu tak baik lho, karena tipe orang yang demikian biasanya  memiliki empati dan simpati yang tinggi. 

Orang yang dominan rasanya ketika menilai sesuatu lebih peka dan jeli tidak serta merta berdasarkan penglihatan panca indra. 

Berbeda dengan orang yang dominan logikanya mereka dalam melihat sesuatu hanya sepintas  lalu dan cenderung instan karena hanya menghandalkan logikanya saja.

Pola berpikir seperti ini dapat berbahaya karena membatasi pikiran kita dengan cenderung melihat sesuatu secara sempit atau dari sisi luarnya saja, tanpa benar-benar memahami bahwa banyak hal di dunia ini yang memiliki sisi abu-abu — “salah” dan “benar” tidak absolut, melainkan tergantung konteks, situasi, persepsi tiap individu dan lain-lain.

Dunia tidak se-hitam-putih itu. Orang yang menggunakan logika bukan berarti tidak berperasaan, dan orang yang menggunakan perasaan bukan berarti tidak logis. Baik logika maupun perasaan, keduanya saling terkait dan dapat mengintervensi satu sama lain.

Manakah yang harus didahulukan dalam islam LOGIKA atau RASA?

Sebelum menjawab pertanyaan tersebut ada banyak permasalahan orang dalam beragama yang membawa mereka ke jalan kemurtadan dan tidak sedikit diantara mereka adalah insan akademis dan juga ada diantara mereka yaitu orang-orang yang tidak memiliki pemahaman yang cukup mengenai islam sehingga mudah dipengaruhi.

Permasalahan yang biasanya menghampiri insan akademis adalah terlalu kritisnya mereka berpikir tentang keberadaan Alloh ﷻ dan biasanya pertanyaan-pertanyaan yang menghantui kepala mereka adalah bukti adanya Alloh ﷻ, dimana tempat Alloh ﷻ, apa gunanya menyembah Alloh ﷻ dan lain-lain, hal ini dipicu oleh pemaham mereka yang mendalam mengenai filsafat yang nantinya akan meningkatkan daya pikir kritis mereka akan sesuatu hal.

Pengunaan logika yang berlebihanlah yang dapat membawa kita ke jalan kesesatan dan yang lebih parahnya lagi adalah jalan kemurtadan, kita semua sepakat bahwa semua manusia pasti punya batasan-batasan dalam dirinya, contohnya mata kita punya batasan untuk melihat, telinga kita punya batasan untuk mendengar, mulut kita ada batasan untuk bicara, perut kita ada batasan untuk makan, kaki kita ada batasan untuk berjalan, dan otak kita punya batasan untuk berpikir atau berlogika.

Dan batasan logika manusia adalah berpikir yang sangat mendalam tentang Alloh ﷻ, karena dalam Islam sudah ditetapkan batasan-batasan berpikir tentang Alloh ﷻ, karena Alloh ﷻ tidak seperti makhluk, pertanyaan-pertanyaan seperti Bagaimana bentuk Alloh ﷻ? Apakah Alloh ﷻ bertempat? Dan lain-lain. Ketahuilah pertanyaan-pertanyaan tersebut hanya pantas untuk makhluk tidak pantas untuk Alloh ﷻ, karena Alloh ﷻ tidak seperti makhluk, dan logika kita dibatasi untuk memikirkan dan membayangkan Alloh ﷻ bukanlah wilayah logika manusia karena logika kita sudah dibatasi dari pertanyaan-pertanyaan demikian.

Dan penyebab orang-orang berpikir terlalu mendalam tentang Alloh ﷻ yang akhirnya malah berujung kemurtadan adalah kurangnya rasa dalam diri mereka. Apa itu rasa? Kenapa rasa? Dari mana sumber rasa berasal. Rasa itu adalah ketika Kita merasakan keberadaan Alloh ﷻ dalam hidup kita, dan apabila kita sudah merasakannya maka pertanyaan tentang “apa bukti keberadaan Alloh ﷻ” dan “dimana Alloh ﷻ bertempat” tidak akan berlaku.

Maka dapat kita nilai disini bahwa Rasa penting, bukan berarti logika tidak penting tetapi kita harus mengutamakan rasa.

Contoh simpelnya seperti ini tahukan tongkol balado? Mungkin kelihatan sepintas kita akan berpikir tongkol itu pedas karena dipenuhi cabai dan warnanya merah? Tapi ketika  sudah merasakannya dan ternyata tongkolnya tidak pedas apakah kita masih mengutamakan apa yang dikatakan otak atau apa yang kita rasakan? Tentu akan memilih apa yang sudah kita rasakan.

Maka dapat disimpulkan bahwa salah satu bukti dari keberadaan Alloh ﷻ adalah kita dapat merasakan ketenangan hati yang diperoleh melalui Dzikrulloh. Karena keberadaan Alloh ﷻ bukan untuk dipikirkan tetapi untuk dirasakan sesungguhnya pikiran kita terbatas untuk memikirkan keberadaan Alloh ﷻ secara logika apalagi memikirkan dzat-Nya. Karena Alloh ﷻ bukan makhluk tetapi adalah kholiq dan sifat makhluk sangat berbeda dengan kholiq.

wallahu a'lam.

•┈••◎◎❀★❀◎◎••┈•
❀ TaNYa JaWaB ❀
•┈••◎◎❀★❀◎◎••┈•

0️⃣1️⃣ Bestiar ~ Pekanbaru  
Rasa yang menonjol dari wanita serta logika dari laki-laki, apakah itu tanda kebesaran Alloh ﷻ juga ya ustazah? 
Karena kalau dicerna logika dan rasa dalam kehidupan sangat penting, terlebih lagi dalam lingkungan keluarga. Agak seimbang kalau dipikir-pikir.

🔷Jawab:
Apapun yang ada pada ciptaan Alloh ﷻ, itu adalah tanda kebesaran-Nya. Termasuk rasa dan logika tersebut. 

Itulah salah sebab kenapa kita diciptakan berpasang-pasangan, agar ada keseimbangan. 

Namun didalam diri pribadi juga, harus dilatih untuk menyeimbangkan rasa dan logika tersebut. Ada kalanya disatu kasus atau kejadian kita bermain rasa, dikejadian lain kita bermain logika.

Karena ada hal-hal yang perlu dipertimbangkan. Jadi jangan terburu-buru mengambil keputusan jika ada masalah. 

Wallahu a'lam

0️⃣2️⃣ Rustia ~ Bekasi 
1. Ustadzah, bagaimana cara melatih rasa dan logika agar dapat berjalan beriringan? 

2. Apakah pelaksanaan keputusan setelah mengambil keputusan yang mendahulukan rasa baru logika, kembali menggunakan rasa dulu baru logika atau sebaliknya atau bahkan berbarengan?

🔷Jawab:
1. Cara melatih rasa dan logika agar sejalan? 

Yang pertama enjoy didalam menjalani kehidupan ini. Karena dengan kondisi jiwa yang tenang, maka mengambil keputusan lebih enak. 

Perhatikan hal-hal yang pro ataupun kontra dengan masalah yang kita hadapi saat itu.  Dengan cara itu kita bisa memetakan mana yang baik dan tidak. 

Jangan mengambil keputusan saat lapar, marah, merasa sendiri, dan kelelahan. 

Empat kondisi tersebut bisa menurunkan kemampuan kita untuk mengevaluasi setiap kemungkinan atau pilihan yang ada.

Jauhi hal-hal yang akan merugikan kita. Karena dengan ini hati akan lebih enak didalam mengambil keputusan.

Wallahu a'lam.

2. Jawaban ada sekalian di nomor 1 ya.

Wallahu a'lam

0️⃣3️⃣ Leila ~ Klaten
Assalamualaikum ustadzah. 

Bagaimana bila perempuan memakai logika kemudian menswitch nya menjadi sebuah rasa, sehingga selalu berpikir baik tentang apapun yang sedang terjadi, sekalipun kenyataannya tidak begitu.

🔷Jawab:
Waalaikummussalam warahmatullah wabarakatuh

Kalau bisa melakukan hal itu, akan lebih baik untuk mental dan hati. Soal hasil, hanya Alloh ﷻ yang punya kuasa. 

Wallahu a'lam

0️⃣4️⃣ Aisya ~ Riyadh 
Assalamualikum warahmatullahi ustadzah.

Contoh saat menagih hutang, kadang perasaan mengalahkan logika.
Tapi kalau dipandang dalam segi logika dan agama, menagih hutang itu lebih baik sebagai pengingat dan menjauhkan si penghutang dari dosa.

Lalu lebih ahsan mana ustadzah?
Menggunakan logika atau perasaan ustadzah? Hutangnya lebih dari tahunan.

🔷Jawab:
Waalaikummussalam warahmatullah wabarakatuh

Rasa dan logika dipakai beriringan, rasa dipakai agar kita tetap menjaga akhlak dan silaturahim. Sementara logika dipakai karena ini meminta hutang tersebut diperintahkan oleh Alloh ﷻ. Jadi meminta hutang bukan karena merasa itu uang kita, tapi karena kita ingin selamatkan saudara tersebut dari dosa hutang yang luar biasa beratnya. Tidak main-main Islam memandang hutang tersebut. 

Wallahu a'lam

•┈•◎❀★❀◎•★•◎❀★❀◎•┈•
❀CLoSSiNG STaTeMeNT❀
•┈•◎❀★❀◎•★•◎❀★❀◎•┈•

Sahabatku...

Setiap insan yang hidup, pasti dibekali dengan adanya perasaan yang kemudian kita semua disuruh untuk berpikir, menimbang-nimbang untuk semua pilihan yang telah dibuat.

Yang terpenting bukan pada menggunakan logika saja atau perasaan saja, melainkan keduanya saling melengkapi.

Mohon maaf lahir batin. 

Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


Tidak ada komentar:

Posting Komentar