Minggu, 14 Juni 2020

INDAHNYA SALING MEMAAFKAN



OLeH  : Ibu Irnawati Syamsuir Koto

          💘M a T e R i💘
         
Sahabat-sahabatku...

Siapa di antara kita yang tidak pernah melakukan kesalahan?
Siapapun kita pasti ada melakukan kesalahan, kekhilafan, dan kealpaan.

Tak pelak, manusia itu pulalah yang menjadi tempat “bersemayamnya” kesalahan.
Tinggal lagi soal kualitas dan kuantitas kesalahan itu sendiri.
Soal kualitas, artinya menyangkut kadar atau berat, dan soal kuantitas menyangkut banyak atau seringnya.
Adapun segala besaran kesalahan itu ada cara dan alamat penyesaiannya untuk seseorang memperbaiki agama.

Walaupun Allahﷻ telah banyak menjelaskan dalam firman-firman-Nya, bahwa salah satu ciri orang yang bertaqwa adalah memaafkan kesalahan orang lain, namun dalam prakteknya memaafkan adalah bukan perkara yang mudah.
Masih ingatkah kita akan kisah Abu Bakar As-Shiddiq yang pada suatu hari bersumpah untuk tidak lagi membantu Misthah bin Atsatsah, salah seorang kerabatnya?

Begitu berat kenyataan itu bagi beliau karena Misthah bin Atsatsah telah ikut menyebarkan berita bohong tentang putri beliau yaitu siti Aisyah. Tetapi Allahﷻ yang maha Rahman melarang sikap Abu Bakar tersebut, sehingga turunlah ayat ke-22 dari surah An-Nur.

“Janganlah orang-orang yang mempunyai kelebihan dan kelapangan di antara kamu bersumpah bahwa mereka tidak akan memberi (bantuan) kepada kaum kerabat (nya), orang-orang yang miskin dan orang-orang yang berhijrah di jalan Allahﷻ. Hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak ingin agar Allahﷻ mengampunimu? Sesungguhnya, Allahﷻ adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. An-Nur: 22)

Ayat ini mengajarkan kepada kita agar melakukan sebuah hal mulia kepada orang yang pernah berbuat dosa kepada diri kita, yaitu memaafkan.Dan sebuah kemaafan masih belum sempurna ketika masih tersisa ganjalan, apalagi dendam yang membara didalam hati kita.
Menurut Imam Al-Ghazali, pengertian maaf itu ialah apabila anda mempunyai hak untuk membalas, lalu anda gugurkan hak itu, dan bebaskan orang yang patut menerima balasan itu, dari hukum qisas atau hukum denda.

Dalam sebuah hadis qudsi Allahﷻ berfirman.
“Nabi Musa telah bertanya kepada Allah, wahai Tuhanku!, manakah hamba-Mu yang lebih mulia menurut pandangan-Mu?”

Allahﷻ berfirman,
“Ialah orang yang apabila berkuasa (menguasai musuhnya) dapat segera memaafkan.”

Dari hadis itu, Allahﷻ menjelaskan bahawa hamba yang mulia di sisi Allahﷻ adalah mereka yang berhati mulia, bersikap lembut, mempunyai toleransi tinggi dan bertolak ansur terhadap musuh.
Dia tidak bertindak membalas dendam atau sakit hati terhadap orang yang memusuhinya, walaupun telah ditawannya, melainkan memaafkannya karena Allahﷻ semata-mata.
Orang yang seperti inilah yang dikenali berhati emas, terpuji kedudukannya di sisi Allahﷻ

Memaafkan lawan dimana kita berada dalam kemenangan, kita berkuasa, tetapi tidak dapat bertindak sekehendak hati. Inilah sifat mulia dan terpuji.

Allahﷻ berfirman.
“Dan bersegeralah kamu kepada (mengerjakan amal yang baik untuk mendapat) keampunan daripada Tuhan kamu, dan mendapat syurga yang bidangnya seluas segala langit dan bumi, yang disediakan bagi orang yang bertakwa.” (QS. Ali Imran, ayat 133-134)

Ayat itu membuktikan bahwa orang yang menahan kemarahannya, termasuk dalam golongan Muttaqin yaitu orang yang bertakwa kepada Allahﷻ. Tambahan pula Allahﷻ akan memberikan pengampunan kepada mereka, lalu menyediakan mereka balasan syurga. Alangkah besar dan hebatnya ganjaran bagi manusia pemaaf.
Memaafkan kesalahan seseorang adalah tanda orang yang bertakwa. Wajib memberi maaf jika telah diminta dan lebih baik lagi memaafkan meskipun tidak diminta.

Sifat ‘tak kenal maaf’ atau ‘tiada maaf bagimu’ adalah sifat syaitan. Ia akan membawa keretakan dan kerusakan dalam pergaulan bermasyarakat.
Masyarakat aman damai akan terwujud jika anggota masyarakat itu memiliki sikap pemaaf dan mengerti bahwa manusia tidak terlepas dari pada salah dan alpa.

Imam Al-Ghazali memberi tiga panduan bagi memadamkan api kemarahan dan melahirkan sifat pemaaf. Apabila marah hendaklah mengucap “A’uzubillahiminassyaitanirrajim” (aku berlindung kepada Allah dari syaitan yang direjam).

🔷🌷🔷
Mudah memaafkan, penyayang terhadap sesama Muslim dan lapang dada terhadap kesalahan orang merupakan amal shaleh yang keutamaannya besar dan sangat dianjurkan dalam Islam.

Allahﷻ berfirman.

خُذِ الْعَفْوَ وَأْمُرْ بِالْعُرْفِ وَأَعْرِضْ عَنِ الْجَاهِلِينَ

"Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan perbuatan baik, serta berpisahlah dari orang-orang yang bodoh." [QS. al-A’raf:199]

Dalam ayat lain, Allahﷻ berfirman.

فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ اللَّهِ لِنتَ لَهُمْ ۖ وَلَوْ كُنتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ لَانفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ ۖ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِي الْأَمْرِ

"Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah, kamu berlaku lemah-lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu, maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu." [QS. Ali Imran:159]

Bahkan sifat ini termasuk ciri hamba Allah Azza wa Jalla yang bertakwa kepada-Nya, sebagaimana firman-Nya.

الَّذِينَ يُنفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ ۗ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ

"(Orang-orang yang bertakwa adalah) mereka yang menafkahkan (hartanya) baik di waktu lapang maupun sempit dan orang-orang yang menahan amarahnya serta (mudah) memaafkan (kesalahan) orang lain. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan." [QS. Ali-Imran:134]

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam secara khsusus menggambarkan besarnya keutamaan dan pahala sifat mudah memaafkan di sisi Allahﷻ dalam sabda beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam :
“Tidaklah Allahﷻ menambah bagi seorang hamba dengan pemberian maafnya (kepada saudaranya) kecuali kemuliaan (di dunia dan akhirat).”

Arti bertambahnya kemuliaan orang yang pemaaf di dunia adalah dengan dia dimuliakan dan diagungkan di hati manusian karena sifatnya yang mudah memaafkan orang lain, sedangkan di akhirat dengan besarnya ganjaran pahala dan keutamaan di sisi Allah Azza wa Jalla.

Memaafkan kesalahan orang lain secara tulus ikhlas memang tidak mudah. Kadang mulut ini sudah berjanji untuk memaafkan tapi hati masih saja merasa tersakiti. Tapi nyatanya ada balasan yang dijanjikan Alloh ﷻ bagi kaumnya yang mudah memaafkan.
Sebagai seorang manusia biasa, kita pasti pernah merasakan marah dan kecewa terhadap seseorang ataupun sesuatu.

Namun ketika kita marah dan kecewa mudahkah bagi kita untuk memaafkan?
Dan ketika kita membuat satu kesalahan terpikirkah oleh kita untuk langsung meminta maaf?

Dalam islam saling memaafkan sangatlah dianjurkan.
Jika Allahﷻ saja begitu berlapang dadanya memaafkan kaumnya, pastinya kita juga harus bisa ikhlaskan. InshaAllah dosa kitapun terampuni dengan memaafkan orang lain.

Rasulullah ﷺ bersabda,
“Barangsiapa memaafkan saat dia mampu membalas maka Allahﷻ memberinya maaf pada hari kesulitan." (HR Ath- Thabrani)

Sabda Rasulullah ﷺ,
"Jika hari kiamat tiba terdengarlah suara panggilan “Manakah orang-orang yang suka mengampuni dosa sesama manusianya?” Datanglah kamu kepada Tuhan-mu dan terimalah pahala-pahalamu. Dan menjadi hak setiap muslim jika ia memaafkan kesalahan orang lain untuk masuk surga." (HR Adh-Dhahak dari Ibnu Abbas r.a.)

Sahabat-sahabatku...

Dibutuhkan sebuah hati yang lapang dan pikiran yang jernih untuk bisa memaafkan seseorang.
Begitupun meminta maaf, meminta maaf dan mengakui kesalahan adalah perbuatan yang butuh keberanian besar.
Maka sungguh perbuatan maaf memaafkan sangat dimuliakan oleh Islam.
Tidak diperkenankan bagi seorang muslim mendiamkan saudaranya selama lebih dari 3 hari. Kemudian yang paling baik di antara keduanya adalah yang terlebih dahulu memberi salam. Artinya telah timbul sebuah kelegaan hati dari salah satu di antara mereka yang memiliki potensi mencairkan suasana.

Begitulah Islam memberi sebuah reward bagi mereka yang mampu untuk saling memaafkan dengan hati yang dipenuhi ketulusan dan keikhlasan. Saling memaafkan perbuatan yang dipandang kecil namun sungguh dibutuhkan usaha yang besar. Siapa saja yang mampu meminta maaf dan mengalahkan keegoisannya, ataupun mengendalikan diri untuk tidak marah apalagi benci, maka sungguh dia adalah seseorang yang sangat beruntung karena telah memiliki kebesaran hati untuk saling memaafkan.

وَ اللّٰهُ أَعْلَمُ بِالصَّوَّاب

🔷🔷🔷🌟🌟🌟🔷🔷🔷
         💘TaNYa JaWaB💘

0️⃣1️⃣ Rency ~ Cibinong
Bismillah...
Ustadzah, bagaimana caranya biar bisa memaafkan yang benar-benar tanpa dendam?

🌴Jawab:
Duuh pakai dendam dendam.
Kalau dendam itu yang sakit kita.
Yang resah kita.
Yang nggak tenang kita.
Sementara dia? Anteng saja!

Jangan rajam dirimu sendiri dengan dendam!
Jangan racun tubuhmu sendiri dengan dendam!
Tak ada kebaikkan dalam dendam, meski itu hanya seupil. Yang ada malah segunung kerugian. 
Nggak ada manfaatnya memelihara rasa sakit.
Mending pelihara kucing.

Ikhlas adalah kunci dari semua itu, rasa sakit itu Allahﷻ izinkan menghampiri hati kita melalui orang tersebut, bisa jadi untuk menyadarkan kita, mengajarkan bahwa sesuatu itu tidak baik, maka jangan pernah lakukan hal yang sama.  Maka ikhlaslah menerima pelajaran berharga tersebut. 

Ikhlas menerima apa yang telah terjadi karena itu bagian dari takdir yang memang harus kita lalui. 
Ikhlas dengan kondisi terburuk yang Allahﷻ beri akan membuat kita mampu menjalani hidup tanpa dendam dihati. 
Jadi ikhlaskan lah, maka dendam akan sirna. 
Jangan hancurkan diri sendiri dengan segala rasa dendam itu.

Wallahu a'lam

🔹Bukan dendam yang grrr begitu sih ustadzah tapi seperti rasa kecewa yang masih bertumpu di hati.

🌴Sama saja, apapun rasa negatif yang kita pelihara akan menghancurkan diri sendiri.

🔹Benar Ustadzah.

0️⃣2️⃣ Safitri ~ Banten
Assalamualikum bun,

1.Memang kata memaafkan atau kita sudah memaafkan seseorang harus dengan pembuktian lisan kah? Apa tidak cukup dengan bersikap biasa saja dan melupakannya?

2. Kalau kita sudah memaafkan tapi masih ada rasa kecewa itu bagaimana bun, masih berdosa kah kita bun? 

Terimakasih

🌴Jawab:
Wa'alaikumsalam,

1. Namanya juga kita disuruh meminta maaf, kalau tidak dengan lisan bukan meminta namanya. Perubahan tingkah laku dan perbuatan adalah bagian dari rangkaian permohonan maaf.

Jangan dianggap kita berubah maka orang tahu kita meminta maaf,  malah nanti orang berfikiran bahwa kita seperti orang yang tidak punya perasaan karena menganggap sebuah kesalahan itu tidak pernah ada, tidak sadar dengan apa yang telah kita perbuat. Kita pribadi saja, apa bisa menerima begitu saja perubahan seseorang yang telah berbuat salah? 

Jangan harap orang melupakan kesalahan kita, karena kesalahan itu akan melekat dimemorynya. Sama persis dengan kita yang tak akan bisa melupakan kesalahan orang lain terhadap kita. 
Makanya berhati-hatilah dalam berucap dan berbuat. 

2. Tidak berdosa, tapi kita sendiri yang rugi,  menangggung sakit,  sementara orang itu sudah anteng, damai, tentram hidupnya, kita masih saja tersiksa.
Mau? Silakan saja kalau mau menyiksa diri sendiri!

Wallahu a'lam

0️⃣3️⃣ Sifa ~ Bogor
Assalammualaikum warohmatullahi wabarokatu

1. Jadi begini ustadzah,  saya memiliki kesalahan yang menurut saya besar sekali dalam hidup saya. Saya melarang kakak angkat saya untuk tidak dekat dengan cowok itu, saya tidak bisa lihat kakak angkat saya menangis hanya gara-gara cowok. Sudah tahu cowok nya hanya mempermainkan tapi kakak angkat saya sudah terlanjur jatuh cinta ke cowok itu. Zaman sekarang yang namanya sayang kan susah, saya hanya menasihatinya, mungkin ada perkataan saya yang bikin kakak angkat saya sakit hati.
Sampai akhirnya kakak angkat saya membenci saya, tapi saya berusaha meminta maaf agar dimaafkan kesalahan saya, terus saya meminta maaf sampai setiap hari tapi dia tetap aja tidak berkata "iya saya maaf kan".

Saya berusaha minta maaf semampu saya  tapi tetap saja. Kata kakak angkat saya memang yah minta maaf mah mudah, lantas saya harus bagaimana? Saya mencoba  berkomunikasi dengan baik sambil memohon untuk dimaafkan tapi dia malah nge blok saya. Saya berasa masih belum lega jika belum dimaafkan. Seperti yang dihantui oleh rasa bersalahnya saya.
Lantas harus bagaimana?Semua cara saya lakuin tapi tetap saja begitu.
Apakah saya berdosa ketika maaf saya belum dimaafkan?

2. Saya berusaha untuk ikhlas dan sabar di katain kasar sama kakak angkat saya, tapi seakan hati saya sakit begitu dengan kata-katanya? Saya sudah memaafkan tapi masih ada rasa kecewa begitu. Dosakah saya?

🌴Jawab:
Wa'alaikumsalam,

1. Jika sudah meminta maaf dengan kesungguhan, in syaa Allah kewajiban sudah terlaksana, tidak perlu menunggu kata maaf darinya. Serahkan kembali kepada Allahﷻ,  mohon ampun ke Allahﷻ karena telah menyakiti makhluknya. 
Tidak ada dosa lagi jika sudah minta maaf dengan bersungguh-sungguh. 

2. Rasa sakit itu wajar saja, namanya juga kita manusia. Tapi jangan dipelihara, segera beristighfar jika sakit itu datang dan menggoda. 

Lawan rasa sakit itu dengan dzikir, jangan pernah pikirkan hal-hal yang menbuat sakit tersebut, biasanya disaat itu setan terus memainkan perannya menghembuskan kebencian dan permusuhan diantara kita. 

In syaa Allah, Allahﷻ Maha Tahu apa yang dirasakan oleh hamba-Nya. 
Semoga Allahﷻ tidak mencatatkan itu sebagai sebuah dosa. 

Wallahu a'lam

0️⃣4️⃣ Serra ~ Malang
Assalamualaikum,

Ketika Kita sudah memaafkan dan meminta maaf tapi orang tersebut suka mengungkit-ungkit. Perlukah Kita tanyakan maaf Kita?

Terima kasih

🌴Jawab:
Wa'alaikumussalam,

Tidak perlu menanyakan apapun, tugas kita,  kewajiban kita adalah meminta maaf, bukan menuntut sebuah maaf. 
Meminta dan menuntut itu 2 hal yang jauh berbeda. 
Jika kita sudah meminta maka terserah kepada orang tersebut mau memberi atau tidak, mau mengungkit atau tidak. 

Satu yang harus kita pahami bahwa tidak mudah menerima rasa sakit. Tidak salah jika akan kembali terungkit oleh seseorang. Karena itu berfikir ulang lah saat kita akan berbicara dan berbuat. Jangan mudah untuk menyakiti karena melupakan rasa sakit itu boleh dikata tidak mungkin, apalagi jika yang menyakiti itu adalah orang dekat. Sakitnya akan semakin dalam.

Wallahu a'lam

0️⃣5️⃣ Adhry ~ Makassar
Bagaimana  jika ada seseorang atau saudara kita melakukan kesalahan terus menerus dan berulang, padahal sebelum-sebelumnya sudah kita maafkan tapi kesalahan itu diulangi kembali, sehingga kita sudah bosan mendengar maaf nya Dan dalam hati masih jengkel melihat wajahnya atau mau bertemu.

Tetapi dalam shalat saya selalu mendoakan terbaik untuk mereka yang menyakiti saya. Dan berdoa agar mereka diberikan petunjuk ke jalan yang lurus. Hanya saja untuk bersalaman kembali bercakap seperti biasa apalagi bertemu hati saya belum bisa ustadzah. Apa yang harus saya lakukan? Tetapi jujur saya sudah memaafkan.

🌴Jawab:
Memberi jeda pada hati untuk menjauh dulu dari sumber penyakit itu boleh mba, silakan saja untuk menghindar, tapi jangan karena kebencian ya,  karena ingin menjaga hati agar tidak tersakiti. 

Apapun sakitnya bagi saya, yang tetap saya anjurkan adalah beristighfar, karena itu adalah obat hati yang sangat dahsyat. 

Wallahu a'lam

0️⃣6️⃣ Erna ~ Batam
Nda, apa yang harus kita lakukan ketika ada orang yang salah paham dengan ucapan kita lalu kita berbesar hati untuk minta maaf, namun dia tidak mau memaafkan.

Apakah kita harus mengemis sampai dia memaafkan kita. Atau ada cara lain ketika kata maaf itu tidak kita terima?

🌴Jawab:
Jika kewajiban sudah ditunaikan, maka semua sudah gugur dengan sendirinya, apa akan ada maaf atau tidak, itu kita serahkan ke orang pribadi, urusan kita sudah selesai, dihadapan Alloh ﷻ semua sudah clear. Jangan pula rendahkan diri dihadapannya hingga ada kesempatan dia menghinakan kita, makin panjang nanti urusannya.

Setelah meminta maaf pada manusia maka minta ampunlah pada Allahﷻ.  Dan berdoa agar Allahﷻ bukakan hatinya untuk memaafkan. 

Wallahu a'lam

🔷🔷🔷🌟🌟🌟🔷🔷🔷
 💘CLoSSiNG STaTeMeNT💘

Ukhty fillah...

Memaafkan adalah sifat ksatria.
Alangkah baiknya kita sudah lebih dulu memaafkan sebelum orang lain meminta maaf.

Namun bagaimana jika kita sudah memaafkan tapi orang tersebut tak kunjung datang meminta maaf?

Doakan saja orang tersebut, minta kepada Alloh ﷻ untuk membukakan pintu hatinya dan memberinya hidayah untuk bertaubat.
Semoga kita menjadi hamba-hamba Alloh ﷻ yang senang memaafkan meski orang yang menyakiti tak meminta maaf.

وَ اللّٰهُ أَعْلَمُ بِالصَّوَّاب

Tidak ada komentar:

Posting Komentar