Kamis, 31 Maret 2022

PENTINGNYA MENATA NIAT

 


OLeH: Ustadz Erwan Wahyu Wibowo

•┈•◎❀★❀◎•┈•
❀ M a T e R i ❀
•┈•◎❀★❀◎•┈•

💎PENTINGNYA MENATA NIAT

عَنْ أَمِيْرِ الْمُؤْمِنِيْنَ أَبِيْ حَفْصٍ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه وسلم يَقُوْلُ : إِنَّمَا اْلأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى . فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى اللهِ وَرَسُوْلِهِ فَهِجْرَتُهُ إِلَى اللهِ وَرَسُوْلِهِ، وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لِدُنْيَا يُصِيْبُهَا أَوْ امْرَأَةٍ يَنْكِحُهَا فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ .

Dari Amirul Mu’minin, Abi Hafs Umar bin Al Khottob radiallahuanhu, dia berkata: Saya mendengar Rasulullah ﷺ bersabda : "Sesungguhnya setiap  perbuatan tergantung niatnya. Dan  sesungguhnya setiap  orang (akan dibalas) berdasarkan apa yang dia niatkan. Siapa yang hijrahnya karena (ingin mendapatkan keridhaan) Alloh ﷻ dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada (keridhaan) Alloh ﷻ dan Rasul-Nya. Dan siapa yang hijrahnya karena dunia yang dikehendakinya atau karena wanita yang ingin dinikahinya maka hijrahnya (akan bernilai sebagaimana) yang dia niatkan."
(HR. Bukhari & Muslim)

Segala puji dan syukur kehadirat Alloh ﷻ Sang Pencipta dan Yang Maha Kuasa mengatur alam semesta serta segala isinya.

Shalawat serta salam senantiasa tercurah pada Sang Pemimpin Sejati Muhammad  ﷺ, kepada keluarga, sahabat, serta pengikutnya yang senantiasa istiqomah di jalan juangnya.

Good People Jamaah yang dirahmati Alloh ﷻ...

Malam hari ini kita akan berdiskusi tentang NIAT.

Dalam bahasa Arab, NIAT sering didefinisikan sebagai : Suara atau getaran hati terhadap sesuatu yang dihadapi sesuai dengan keinginan untuk mendapatkan keuntungan atau menghindarkan
kerugian.

Secara syar'i niat didefinisikan
sebagai : Keinginan untuk melakukan amal perbuatan karena mengharap ridha Alloh ﷻ.

Bicara tentang niat, selain hadits yang Saya kutip di atas dalam kumpulan Hadits Arbain yang nomor 1. ada hadist lain yang cukup panjang yang diriwayatkan oleh Imam Muslim tentang urgensi niat dalam setiap amal kita.

 عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ z قَالَ: سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ يَقُوْلُ : إِنَّ اَوَّلَ النَّاسِ يُقْضَى يَوْمَ الْقِيَامَةِ عَلَيْهِ رَجُلٌ اسْتُشْهِدَ فَأُتِيَ بِهِ فَعَرَّفَهُ نِعَمَهُ فَعَرَفَعَهَا, قَالَ: فَمَا عَمِلْتَ فِيْهَا؟ قَالَ: قَاتَلْتُ فِيْكَ حَتَّى اسْتُشْهِدْتُ قَالَ: كَذَبْتَ وَلَكِنَّكَ قَاتَلْتَ ِلأَنْ يُقَالَ جَرِيْءٌ, فَقَدْ قِيْلَ ، ثُمَّ أُمِرَ بِهِ فَسُحِبَ عَلَى وَجْهِهِ حَتَّى اُلْقِيَ فيِ النَّارِ, وَرَجُلٌ تَعَلَّمَ الْعِلْمَ وَعَلَّمَهُ وَقَرَأََ اْلقُرْآنَ فَأُُتِيَ بِهِ فَعَرَّفَهُ نِعَمَهُ فَعَرَفَعَهَا, قَالَ: فَمَا عَمِلْتَ فِيْهَا؟ قَالَ: تَعَلَّمْتُ الْعِلْمَ وَعَلَّمْتُهُ وَقَرَأْتُ فِيْكَ اْلقُرْآنَ, قَالَ:كَذَبْتَ, وَلَكِنَّكَ تَعَلَّمْتَ الْعِلْمَ لِيُقَالَ: عَالِمٌ وَقَرَأْتَ اْلقُرْآنَ لِيُقَالَ هُوَ قَارِىءٌٌ ، فَقَدْ قِيْلَ ، ثُمَّ أُمِرَ بِهِ فَسُحِبَ عَلَى وَجْهِهِ حَتَّى اُلْقِيَ فيِ النَّارِ, وَرَجُلٌ وَسَّعَ اللهُ عَلَيْهِ وَاَعْطَاهُ مِنْ اَصْْنَافِ الْمَالِ كُلِّهِ فَأُتِيَ بِهِ فَعَرَّفَهُ نِعَمَهُ فَعَرَفَهَا, قَالَ: فَمَا عَمِلْتَ فِيْهَا؟ قَالَ: مَاتَرَكْتُ مِنْ سَبِيْلٍ تُحِبُّ أَنْ يُنْفَقَ فِيْهَا إِلاَّ أَنْفَقْتُ فِيْهَا لَكَ, قَالَ: كَذَبْتَ ، وَلَكِنَّكَ فَعَلْتَ لِيُقَالَ هُوَ جَوَادٌ فَقَدْ قِيْلَ, ثُمَّ أُمِرَ بِهِ فَسُحِبَ عَلَى وَجْهِهِ ثُمَّ أُلْقِيَ فِي النَّارِ. رواه مسلم (1905) وغيره

Hadist ini merupakan nasihat dari Rasulullah ﷺ ketika menjelaskan atau mengkaji QS. Al Kahfi: 110.

Dari Abi Hurairah Radhiyallahu 'anhu, ia berkata, aku mendengar Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: 

Sesungguhnya manusia pertama yang diadili pada hari kiamat adalah orang yang mati syahid di jalan Alloh ﷻ. 

Dia didatangkan dan diperlihatkan kepadanya kenikmatan-kenikmatan (yang diberikan di dunia), lalu ia pun mengenalinya. 

Alloh ﷻ bertanya kepadanya : 'Amal apakah yang engkau lakukan dengan nikmat-nikmat itu?' Ia menjawab : 'Aku berperang semata-mata karena Engkau sehingga aku mati syahid.' 

Alloh ﷻ berfirman : 'Engkau dusta! Engkau berperang supaya dikatakan seorang yang gagah berani. Memang demikianlah yang telah dikatakan (tentang dirimu).' 

Kemudian diperintahkan (malaikat) agar menyeret orang itu atas mukanya (tertelungkup), lalu dilemparkan ke dalam neraka.

Berikutnya orang (yang diadili) adalah seorang yang menuntut ilmu dan mengajarkannya serta membaca al Qur`an. 

Ia didatangkan dan diperlihatkan kepadanya kenikmatan-kenikmatannya, maka ia pun mengakuinya. 

Kemudian Alloh ﷻ menanyakannya: 'Amal apakah yang telah engkau lakukan dengan kenikmatan-kenikmatan itu?' Ia menjawab: 'Aku menuntut ilmu dan mengajarkannya, serta aku membaca al Qur`an hanyalah karena engkau.' 

Alloh ﷻ berkata : 'Engkau dusta! Engkau menuntut ilmu agar dikatakan seorang ‘alim (yang berilmu) dan engkau membaca al Qur`an supaya dikatakan (sebagai) seorang qari' (pembaca al Qur`an yang baik). Memang begitulah yang dikatakan (tentang dirimu).' 

Kemudian diperintahkan (malaikat) agar menyeret atas mukanya dan melemparkannya ke dalam neraka.

Berikutnya (yang diadili) adalah orang yang diberikan kelapangan rezeki dan berbagai macam harta benda. 

Ia didatangkan dan diperlihatkan kepadanya kenikmatan-kenikmatannya, maka ia pun mengenalinya (mengakuinya). 

Alloh ﷻ bertanya : 'Apa yang engkau telah lakukan dengan nikmat-nikmat itu?' Dia menjawab : 'Aku tidak pernah meninggalkan shadaqah dan infaq pada jalan yang Engkau cintai, melainkan pasti aku melakukannya semata-mata karena Engkau.' 

Alloh ﷻ berfirman : 'Engkau dusta! Engkau berbuat yang demikian itu supaya dikatakan seorang dermawan (murah hati) dan memang begitulah yang dikatakan (tentang dirimu).' 

Kemudian diperintahkan (malaikat) agar menyeretnya atas mukanya dan melemparkannya ke dalam neraka.’”

Good People Jamaah yang dirahmati Alloh ﷻ...

Justru manusia yang divonis di yaumul akhir adalah pemuda yang Syahid di jalan Alloh ﷻ, seorang yang belajar ilmu dan mendakwahkannya serta orang yang menghafalkan Qur'an dan seorang yang Alloh ﷻ luaskan rezekinya dan punya harta banyak lalu bersedekah serta berinfaq dengan nya.

Tapi semua amalan sholih di atas tidak ada artinya dihadapan Alloh ﷻ, dan bahkan menjadikan sebab mereka dilemparkan Alloh ﷻ ke neraka. Semua gegara niat yang tidak lurus atau lillahi ta'ala.

So, niat ini amatlah penting, itulah juga mengapa Imam Nawawi menempatkan Hadits tentang niat ini dalam kumpulan Hadits Shahihnya yaitu Hadits Arbain yang terkenal itu.

Nah, sekarang mari kita tinjau bagaimana sesungguhnya kedudukan niat itu.

1. Niat akan menentukan diterima atau tidaknya amal perbuatan seseorang. Sebagaimana hadits arbain yang nomor 1 yang saya kutip di awal.

2. Niat akan menentukan balasan yang Alloh ﷻ berikan kepada seseorang. Sebagaimana nasihat Rasulullah ﷺ dalam Hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim tentang orang-orang yang dijerumuskan ke neraka padahal telah beramal sholih.

3. Untuk membedakan antara ibadah dengan bukan ibadah, Contohnya orang yang duduk di masjid, apakah hanya sekedar istirahat atau I’tikaf.

4. Untuk membedakan satu ibadah dengan ibadah lainnya. Contoh orang yang berpuasa di luar bulan Ramadhan; apakah karena kifarat (bayar denda), nazar, qadha’, atau sedang berpuasa sunnah.

Good People Jamaah yang dirahmati Alloh ﷻ...

Lantas apa sih pentingnya menata atau memperbaiki atau meluruskan niat?

Karena banyak virus atau penyakit yang menyerang keikhlasan niat seseorang, maka perlu sesering mungkin
memperbaharui atau menata atau meluruskan niat agar semakin bersih dan murni karena Alloh ﷻ semata-mata.

Penyakit atau virus yang menyerang keikhlasan kita antara lain:
a. Keinginan berhenti dari suatu amal perbuatan.

b. Bergeser dari keinginan semula, karena pengaruh bermacam-macam kebutuhan.

c. Munculnya keragu-raguan terhadap suatu amal perbuatan.

a) Kadang gegara merasa capek atau jenuh memfasilitasi kita ingin berhenti atau resign. Nah kita tata lagi niatnya, sesungguhnya kita memfasilitasi orang menuntut ilmu itu adalah dalam rangka memperoleh ridho Alloh ﷻ. Perintah Alloh ﷻ menuntut ilmu itu kan wajib atau fardhu.

b) Ketika dapat rezeki kita ingin berinfaq, eh lalu harga minyak goreng naik, ah besok-besok saja lah infaqnya, buat beli minyak goreng dulu saja. padahal kalau kita berinfaq dengan keikhlasan, semata karena Alloh ﷻ, maka Alloh ﷻ akan balas dengan balasan yang lebih baik dan dari arah yang tidak disangka-sangka.

c) Ingin ngajakin orang lain tilawah atau gabung ODOJ, eh tapi dinyinyirin, dibilang sok alim. Muncul keinginan mengurungkan ngajakin orang lain beramal sholih, tilawah 1 hari 1 juz. Kita luruskan niat, yang namanya ikhlas itu tidak malu karena dicaci dan tidak riya' saat dipuji.

Good People Jamaah yang dirahmati Alloh ﷻ.

Terakhir saya ingin sampaikan kisah teladan tentang niat yang ikhlas.

Utsman bin Afan itu tidak ikut perang Badar, gegara mengurus pemakaman istrinya. Tapi Utsman dapat pahala orang-orang yang berpartisipasi dalam perang Badar karena Utsman sudah meniatkan untuk ikut perang Badar, dan tidak jadi ikut bukan karena dirinya sendiri.

Dari Abu Musa Al Asyariy berkata : Rasulullah ﷺ ditanya tentang seseorang yang berperang karena syaja’ah (berani), hamiyyah (fanatis), dan riya' (pamer), siapakah di antara mereka yang berjihad fi sabilillah? 

Rasulullah ﷺ menjawab: “Yang berperang untuk meninggikan kalimah Alloh ﷻ-lah yang berjihad fi sabilillah.” Muttafaq alaih.

So... seseorang dianggap jihad fii sabilillah itu bukan gegara dia berani, atau karena fanatisme agama, apalagi gegara ingin pamer.

Niat yang ikhlas karena Alloh ﷻ itu bisa sebagai wasilah kita dihindarkan atau dikeluarkan dari kesulitan atau marabahaya. Ingat kisah 3 orang yang terperangkap dalam goa.

Tiga orang yang terperangkap dalam gua tertutup batu besar, hingga mereka berkesimpulan tidak akan ada yang menyelamatkan dirinya kecuali berdoa kepada Alloh ﷻ
dengan menyertakan amal shaleh yang pernah diperbuat. 

Lalu berdoalah orang pertama dengan pengabdiannya kepada orang tua, yang kedua dengan sikap iffah (menahan diri dari perbuatan dosa pada saat mampu melakukannya), dan ketiga berdoa kejujurannya memenuhi
hak orang lain (membayar gaji karyawan), hingga mereka bisa keluar selamat dari bahaya itu. Hadits muttafaq alaih.

Wallahu a'lam

•┈••◎◎❀★❀◎◎••┈•
❀ TaNYa JaWaB ❀
•┈••◎◎❀★❀◎◎••┈•

0️⃣1️⃣ Setyaningsih ~ Solo
Assalamu'alaykum Ustadz Erwan, 

1. Kalau kita beramal dengan niat yang tulus,  ditandai dengan membaca bismillah 3x, dengan sepenuh hati, sepenuh kesadaran, apakah itu sudah bisa disebut beramal 'lillahi ta'ala' Ustadz?

2. Setiap berapa hari atau berapa saat kita perlu membenahi niat kita Ustadz?

Mohon pencerahannya, Syukron.

🔷Jawab:
Waalaikummussalam warahmatullah wabarakatuh

1. Selain diucapkan (melafazkan basmallah), juga harus menetapkan dalam hati untuk beramal hanya untuk Alloh ﷻ semata, bukan untuk selain-Nya.

2. Setiap saat, ketika ada indikasi bergesernya niat.

Wallahu a'lam

0️⃣2️⃣ Rustia ~ Bekasi 
Assalamu'alaikum Ustadz, 

Bagaimana jika kita diamanahi suatu yang bersifat kebaikan, namun harus mencapai target, jika tidak tercapai akan ada sangsinya, meluruskan niat ikhlas karena Alloh ﷻ di awal mungkin mudah, seiring perjuangan yang sulit, lebih cenderung niat untuk mencapai target yang ditentukan. Karena niat itu ada di awal, tengah dan akhir, sulit untuk tetap ikhlas?

🔷Jawab:
Waalaikummussalam warahmatullah wabarakatuh

Beramal memang perlu ada target capaian karena:
1) Sebagai alat ukur amal kita; msh kurang nih, sesuai target, atau melebihi target. ini penting, karena tanpa target amal, kita bisa terjerumus pada beramal seadanya.

2) Sebagai motivasi; fastabiqul khairot, berlomba-lomba dalam kebaikan.

Jadikan target itu sebagai bagian atau sepaket dari niat, kita niatkan sholat tahajud sepekan 4x karena Allah ta'ala. Seperti kita niat sholat dengan berapa rakaatnya. so kita tidak akan terlalu fokus pada berapa-nya, tapi fokus pada pelaksanaanya karena Alloh ﷻ semoga analogi seperti niat sholat sepaket dengan rakaatnya ini bisa dipahami ya.

Wallahu a'lam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar