Kamis, 31 Maret 2022

JANGAN CARI KESALAHAN SAUDARAMU

 


OLeH: Ibu Hj. Irnawati Syamsuir Koto

•┈•◎❀★❀◎•┈•
❀ M a T e R i ❀
•┈•◎❀★❀◎•┈•

💎JANGAN CARI KESALAHAN SAUDARAMU

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh 

Sholehah...  
Kita langsung masuk ke materi saja yaa, kata pembuka saya ngikut ke Kk Han. 

Ukhtyfillah...

Tidaklah ada salah seorang dari kita, kecuali ada malaikat pecatat amal untuk mencatat setiap amalan yang dilakukan. Salah satunya berada di sisi kanan dan yang lainnya berada di sisi kiri. Diperintahkan untuk menulis amalan-amalan kebaikan dan yang lain diperintah untuk menulis  amalan-amalan kejelekan. 

Tidaklah suatu ucapan dan perbuatan kecuali tertulis dan tercatat seluruhnya.   

Tidak ada yang tertinggal sedikit pun dari amalan, semuanya akan tertulis kemudian diperlihatkan di hari kiamat nanti dan diberikan kepada seluruh manusia catatan-catatan amalan yang ia lakukan selama di dunia. 

Dikatakan kepadanya, 
“Bacalah kitabmu, cukuplah dirimu sendiri pada waktu ini sebagai penghisab terhadapmu.” (QS. Al-Isra’: 14) 

Sungguh beruntung seorang hamba yang catatan amalnya dipenuhi dengan kebaikan dan kesengsaraan bagi siapa saja yang catatannya dipenuhi kejelekan.   

★ Perhatikanlah Amalmu!

Kita beriman bahwasannya apa yang kita amalkan dari ucapan maupun perbuatan, semuanya tertulis, besar ataupun kecil. 

Namun anehnya, banyak dari kita melakukan sebuah perbuatan tanpa peduli baik dan buruknya amalan tersebut. Seolah-olah hal tersebut tidak tercatat, mereka berucap dengan ucapan yang jelek tanpa peduli apa yang diucapkannya. Terkadang engkau mendapati salah seorang dari mereka mencela saudaranya dengan celaan yang sangat buruk, terkadang celaan tersebut ada padanya dan terkadang tidak.   

Hadits tentang dua orang yang saling mencela, di dalam sebuah hadits, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, 
“Dua orang yang saling mencela, maka dosanya ditanggung oleh orang yang memulai, selama orang yang terdzhalimi tersebut tidak melampaui batas.” (HR. Muslim no. 2587) 

Makna hadits bahwa dosa celaan dari dua orang yang saling mencela, maka dosanya berada pada orang yang pertama kali mencela, kecuali orang yang terzhalimi tersebut melampaui batas dalam membalasnya.   

Ghibah, dosa besar Terkadang engkau mendapati sebagian orang membicarakan tentang saudaranya apa yang dia benci, sedang saudaranya tidak ada bersamanya. 

Ini merupakan ghibah (menggunjing) yang tersebar pada kebanyakan manusia. 

Ghibah dianggapnya sebagai hal remeh, padahal perkara tersebut merupakan dosa besar. 

Alloh ﷻ telah menyerupakan orang yang mengghibahi saudaranya dengan orang yang memakan bangkai saudaranya tersebut. 

Di dalam sebuah hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Wahai orang-orang yang hanya beriman dengan lisannya namun keimanannya tidak sampai menyentuh hatinya, jangan kalian menggunjing kaum muslmin dan jangan sekali-kali kalian mencari-cari aib kaum muslimin. Sesungguhnya barangsiapa mencari-cari aib seorang muslim, maka Alloh ﷻ akan kejar aib dia. Barangsiapa yang sudah Alloh ﷻ kejar aibnya, maka Alloh ﷻ akan bongkar aibnya sedang ia berada dalam rumahnya.” (HR. Ahmad)   

Dan dalam hadits yang lain dengan redaksi, 
“Alloh ﷻ akan membongkar aibnya walaupun dia bersembunyi di dalam rumahnya.”

Maraknya perbuatan mencari-cari aib di akhir zaman Betapa banyak di zaman ini yang mengejar dan mencari-cari aib manusia serta ketergelinciran mereka, kalau mereka melihat ada ketergelinciran, mereka bergembira kemudian menyebarkannya. 

Apabila mereka melihat sifat yang terpuji, mereka menyembunyikannya. Merekalah orang-orang yang dimaksud oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam di dalam sabdanya, 
“Wahai orang-orang yang hanya beriman dengan lisannya namun keimanannya tidak sampai menyentuh hatinya. Jangan kalian menggunjing kaum muslmin dan jangan sekali-kali kalian mengejar, mencari-cari aib kaum muslimin.” (HR. Ahmad)

Islam merupakan agama yang sempurna dan sangat menghormati hak dalam bersaudara antara sesama manusia. 

Karena itu, Islam sangat menjamin hak-hak setiap individu maupun masyarakat dan melarang perbuatan yang menyerempet kepada hak-hak pribadi maupun aib dari setiap manusia. 

Salah satu perbuatan atau sikap yang buruk adalah tajassus. 

Apa itu tajassus? 

Tajassus kalau dalam istilah kita dinamakan dengan memata-matai (spionase) atau mengorek-orek berita. 

Sehingga dalam lingkungan pesantren kata itu sering kali digunakan dan menyebutnya sebagai ‘jaasuus’ atau mata-mata.
Perbuatan ini hampir sama dengan berburuk sangka. 

Keduanya tergolong sifat tercela yang amat dibenci Alloh ﷻ dan Rasul-Nya.
Sebagaimana firman Alloh ﷻ dalam Al Qur’an: "Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah banyak dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah ada di antara kamu yang menggunjing sebagian yang lain. Apakah ada di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa jijik. Dan bertakwalah kepada Alloh ﷻ, sesungguhnya Alloh ﷻ Maha Penerima taubat, Maha Penyayang." (QS. Al-Hujurat: 12).

Nabi ﷺ bersabda, "Barangsiapa mencari-cari kesalahan saudaranya, maka Alloh ﷻ akan menampakan kejelekannya."

Seorang mukmin yang bertaqwa tidak akan berkata sembarangan dan tidak mengatakan selain kebenaran.

Banyak orang saling menyampaikan kabar dan mereka menggampangkan hal itu. Yang disukai oleh orang-orang adalah siapa yang cocok dengan keinginan mereka, meskipun tidak lurus kepada Alloh ﷻ. Sedangkan yang tercela menurut mereka adalah yang berbeda dengan mereka, meskipun seorang hamba itu saleh.

Karena itu, setiap mukmin wajib berhati-hati dalam semua urusan. Sebab, zaman ini penuh dengan fitnah dan banyak manusia yang menyimpang dari kebenaran, kecuali yang dikehendaki Alloh ﷻ.

Manusia tidak ada yang selamanya benar dan selamanya juga salah, namun sadarkah kamu sahabat bahwa sering kali di antara kita selalu mencari-cari kesalahan orang lain, baik sengaja ataupun tida sengaja.

Islam merupakan agama yang menjunjung tinggi rasa perdamaian. Bahkan bisa dikatakan bahwa Islam adalah agama damai. Hal ini didukung oleh ayat-ayat al-Qur’an yang dapat menjadi bukti  islam agama damai. Salah satunya dijelaskan dalam QS. Al Anfal : 61  yang artinya berikut ini:
“Dan jika mereka condong kepada perdamaian, maka condonglah kepadanya dan bertawakkallah kepada Alloh ﷻ. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.“ 
Ayat di atas dengan jelas menyatakan bahwa islam merupakan agama yang condong atau menjurus pada kedamaian. Oleh sebab itu, kita sebagai umat Islam yang bertakwa sudah seharusnya hidup dalam kedamaian dengan tidak berusaha mencetus konflik dan memecah belah hubungan antar saudara-saudari kita yang ada di muka bumi ini.

Amirul Mukminin Umar bin Khaththab radhiyallahu ‘anhu berkata,
“Janganlah engkau berprasangka terhadap perkataan yang keluar dari saudaramu yang mukmin kecuali dengan persangkaan yang baik. Dan hendaknya engkau selalu membawa perkataannya itu kepada prasangka-prasangka yang baik.”

Syekh Abu Bakar bin Jabir al-Jazairi rahimahullah berkata ketika menafsirkan ayat ke 12 dari surat Al-Hujurat, “Haram mencari kesalahan dan menyelidiki aib-aib kaum muslimin dan menyebarkannya serta menelitinya.”

Syekh As-Sa’di rahimahullah berkata, “Janganlah kalian meneliti aurat (aib) kaum muslimin dan janganlah kalian menyelidikinya.”

Murid dari Syaikh as-Sa’di yaitu Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin rahimahullah juga berkata, “Tajassus yaitu mencari aib-aib orang lain atau menyelidiki kejelekan saudaranya.”

Imam Abu Hatim al-Busti rahimahullah berkata, “Tajassus adalah cabang dari kemunafikan, sebagaimana sebaliknya prasangka yang baik merupakan cabang dari keimanan. Orang yang berakal akan berprasangka baik kepada saudaranya, dan tidak mau membuatnya sedih dan berduka. Sedangkan orang yang bodoh akan selalu berprasangka buruk kepada saudaranya dan tidak segan-segan berbuat jahat dan membuatnya menderita.”

Demikian dari saya,  semoga bermanfaat.

Wallahu a'lam

•┈••◎◎❀★❀◎◎••┈•
❀ TaNYa JaWaB ❀
•┈••◎◎❀★❀◎◎••┈•

0️⃣1️⃣ Setya ~ Solo
Assalamu'alaykum Ustadzah, 

Dalam kehidupan sehari-hari, baik pembicaraan kita dengan teman, tetangga atau saudara, awalnya baik-baik saja, tapi tiba-tiba merembet pada ghibah yang tidak sengaja.
Bagaimana kiat nya, agar kita terhindar dari hal tersebut, apalagi di dalam bulan Ramadhan nanti.

Mohon pencerahannya Ustadzah

🔷Jawab: 
Waalaikummussalam warahmatullah wabarakatuh

Tetap jaga diri, jaga lisan,  jangan sampai terbawa arus hingga akhirnya tidak sadar kalau sudah mulai mengarah ke ghibah.  

Jika sudah mengarah kepada ghibah, coba mengalihkan kepada hal lain, jika tidak bisa, lebih baik cari alasan agar bisa  meninggalkan pembicaraan tersebut.  

Wallahu a'lam

0️⃣2️⃣ Aisya ~ Cikampek 
Assalamualikum warahmatullahi wabarakatuh

Ustadzah tajjassus apakah sama dengan kritikus?

🔷Jawab:
Waalaikummussalam warahmatullah wabarakatuh

Tajjassus dengan kritikus itu beda, tajjassus sengaja mencari cari kesalahan orang lain,  sementara kritikus adalah orang yang mengkritik apa yang dilakukan oleh orang lain yang menurut dia itu salah. 

Wallahu a'lam

•┈•◎❀★❀◎•★•◎❀★❀◎•┈•
❀CLoSSiNG STaTeMeNT❀
•┈•◎❀★❀◎•★•◎❀★❀◎•┈•

Nasihat Bagi Yang Suka Mencari Kesalahan Orang Lain.

Cukuplah buat kita sebuah untaian perkataan seorang imam yaitu Imam Abu Hatim bin Hibban Al-Busthi berkata dalam sebuah kitabnya yang dikutip oleh Syekh Abdul Muhsin bin Hamd al-‘Abbad al-Badr dalam tulisannya sebagai berikut, ”Orang yang berakal wajib mencari keselamatan untuk dirinya dengan meninggalkan perbuatan tajassus dan senantiasa sibuk memikirkan kejelekan dirinya sendiri. Sesungguhnya orang yang sibuk memikirkan kejelekan dirinya sendiri dan melupakan kejelekan orang lain, maka hatinya akan tenteram dan tidak akan merasa capai. Setiap kali dia melihat kejelekan yang ada pada dirinya, maka dia akan merasa hina tatkala melihat kejelekan yang serupa ada pada saudaranya. Sementara orang yang senantiasa sibuk memperhatikan kejelekan orang lain dan melupakan kejelekannya sendiri, maka hatinya akan buta, badannya akan merasa letih, dan akan sulit baginya meninggalkan kejelekan dirinya.”

Semoga kita senantiasa dimudahkan oleh Alloh ﷻ dalam berakhlak karimah dan menjauhi sifat-sifat buruk dan sikap yang merugikan diri kita sendiri. Aamiin.

Akhir kata Hendaknya kita bertakwa kepada Alloh ﷻ, koreksilah diri-diri kita terhadap apa yang diucapkan dan diperbuat. Sesungguhnya kita akan ditanya dan dihisab tentangnya.

Maaf lahir batin

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Tidak ada komentar:

Posting Komentar