Kamis, 31 Maret 2022

CASING DUNIA

 


OLeH: Ibu Hj. Irnawati Syamsuir Koto

•┈•◎❀★❀◎•┈•
❀ M a T e R i ❀
•┈•◎❀★❀◎•┈•

💎CASING DUNIA

Sahabat-sahabat ku yang dicintai Alloh ﷻ...

Kita perlu sadari dan selalu ingat bahwa dunia ini hanya sementara saja. Hendaknya kita sadar bahwa dunia yang kita cari dengan susah payah ini tidak akan bisa kita bawa menuju kampung abadi kita yaitu kampung akhirat.

Ibnu Sammak Muhammad bin Shubaih rahimahullah berkata,

“Anggaplah dunia ada di genggaman tanganmu dan ditambahkan yang semisalnya. Anggaplah (perbendaharaan) timur dan barat datang kepadamu, akan tetapi jika kematian datang, apa gunanya yang ada di genggaman mu?” (Siyarul A’lam An-Nubala 8/330)

Banyak sekali ayat dalam Al-Quran yang mengingatkan kita bahwa kehidupan dunia ini hanya sementara saja. Janganlah kita lalai dan tertipu seolah-olah akan hidup di dunia selamanya dengan mengumpulkan dan menumpuk harta yang sangat banyak sehingga melalaikan kehidupan akhirat kita.

Allah Ta’ala berfirman,

“Sesungguhnya janji Alloh ﷻ adalah benar, maka janganlah sekali-kali kehidupan dunia memperdayakan kamu, dan jangan (pula) penipu (syaitan) memperdayakan kamu dalam (mentaati) Alloh ﷻ.” (QS. Luqman: 33)

Alloh ﷻ juga berfirman,

“Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.” (QS. Ali Imran: 185)

Alloh ﷻ juga berfirman,

“Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Alloh ﷻ serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.” (QS. Al Hadid: 20)

Jika direnungi, ternyata harta kita yang sesungguhnya hanya tiga saja. Selain itu, bukan lah harta kita, walaupun hakikatnya itu adalah milik kita di dunia, karena Mayoritas harta sejatinya hanya kita tumpuk saja dan bisa jadi BUKAN kita yang menikmati, hanya sekedar dimiliki saja atau KOLEKSI saja.

Tiga harta sejati yang kita nikmati, itupun menikmati sementara saja yaitu,

🔹1. Makanan Yang Kita Makan

Makanan yang di kulkas belum tentu kita yang menikmati semua. Makanan yang di gudang belum tentu kita yang menikmati semua. Uang yang kita simpan untuk beli makanan belum tentu kita yang menikmati. Ketika menikmati makanan pun ini hanya sesaat dari keseharian kita, hanya melewati lidah dan kerongkongan sebentar saja.

🔹2. Pakaian Yang Kita Pakai

Termasuk sarana yang kita pakai seperti sepatu, kendaraan serta rumah kita. Ini yang kita nikmati. Akan tetapi inipun sementara saja karena pakaian bisa usang sedangkan rumah akan diwariskan.

🔹3. Sedekah

Sebenarnya Harta Benda Kita boleh kok dibawa mati. Harta benda boleh dibawa mati, tapi ada caranya dan ilmunya. Yakni dengan cara di sedekahkan, di infakkan. Sisihkan sebagian harta kita untuk amal, untuk berbagi. Dan itu dilakukan saat kita masih hidup. Dan harta itulah nanti yang akan menjadi teman atau sahabat kita saat berada di akhirat kelak.

Nabi Muhammad ﷺ bersabda  Ketika anak Adam meninggal dunia terputuslah segala amalnya kecuali 3 perkara, yakni shodaqoh jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak sholih yang senantiasa mendoakan kedua orang tuanya.

Firman Alloh ﷻ, “…Wahai Tuhanku, alangkah baiknya Engkau lambat kan kedatangan ajal ku sedikit waktu lagi, supaya aku dapat bersedekah,” (QS. Munafiqun : 10).

Seorang ulama berkata, “Tidaklah seseorang yang telah mati itu menyebut untuk bersedekah melainkan karena kehebatan pahala yang telah dilihatnya selepas kematiannya.”

Ini adalah harta kita yang sebenarnya, sangat berguna di akhirat kelak. 

Inipun berlalu sebentar dari genggaman kita di dunia.

Selebihnya harta yang kita tumpul hakikatnya bukan harta kita, kita tidak menikmatinya atau hanya menikmati sesaat saja. 

Misalnya menumpuk harta:

~ Rumah ada dua atau tiga, yang kita nikmati utamanya hanya satu rumah saja.

~ Uang tabungan di bank beratus-ratus juta atau miliyaran, yang kita nikmati hanya sedikit saja selebihnya kita hanya kita simpan.

~ Punya kebun yang luas, punya toko yang besar, hanya kita nikmati sesaat saja.

Inilah yang dimaksud hadits, harta sejati hanya tiga.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Manusia berkata, “Hartaku-hartaku.” Beliau bersabda, “Wahai manusia, apakah benar engkau memiliki harta? Bukankah yang engkau makan akan lenyap begitu saja? Bukankah pakaian yang engkau kenakan juga akan usang? Bukankah yang engkau sedekahkan akan berlalu begitu saja?” (HR. Muslim no. 2958)

Riwayat yang lain,
“Hamba berkata, “Harta-hartaku.” Bukankah hartanya itu hanyalah tiga: yang ia makan dan akan sirna, yang ia kenakan dan akan usang, yang ia beri yang sebenarnya harta yang ia kumpulkan. Harta selain itu akan sirna dan diberi pada orang-orang yang ia tinggalkan.” (HR. Muslim no. 2959)

Dunia memang kita butuhkan dan tidak terlarang kita mencari harta dan dunia akan tetapi harus kita tujukan untuk orientasi akhirat.

Orang muslim yang meninggal dunia hanya memakai kain kafan dan tidak membawa harta lainnya. Harta benda, kekayaan semua ditinggal dan menjadi harta waris bagi keluarga. Jika keluarga sholeh-sholehah, InsyaAllah tidak ada masalah.

Namun bagaimana jika ahli waris ada yang rakus, maka bisa menjadi petaka. Karena banyak kejadian, gara-gara warisan saudara kandung bisa cekcok, bahkan sampai berujung pada pembunuhan. Bahkan, juga anak rela mempolisikan ibunya setelah bapaknya meninggal dunia, atau sebaliknya. Naudzubillah mindzalik.

Kita sering merasa bersedih ketika kehilangan dan menganggap kesedihan itu adalah hal yang wajar. Memang hal ini sangat manusiawi, namun jika memaknai lebih dalam, kita akan menyadari bahwa sebenarnya kita tidak pernah benar-benar kehilangan apapun. Pasalnya, segala yang kita miliki merupakan titipan Alloh ﷻ.

Jika kita merasa memiliki sesuatu, bisa harta kekayaan, pangkat jabatan, pasangan, anak-anak, rumah, kendaraan, dan lain sebagainya dari urusan dunia ini, maka yakinilah bahwa semua itu hanya titipan. Bahkan diri kita pun hanyalah titipan.

Kita tidak memiliki apa-apa jika Alloh ﷻ tidak memberi kepada kita. Kita tidak punya apa-apa jika Alloh ﷻ tidak menghendakinya. Selayaknya sebuah titipan, pasti ada saatnya titipan itu diambil kembali oleh sang pemilik. Itulah sebabnya orang-orang yang mendapat keberkahan sempurna serta petunjuk dari Alloh ﷻ sangat mengetahui hal ini, dan alih-alih merasa sedih telah kehilangan.

Mereka akan menghibur diri dengan mengucapkan “Innalillaahi wa inna ilaihi rojiun” yang bermakna “Sesungguhnya segala sesuatu berasal dari Alloh ﷻ dan akan kembali pada-Nya.” Mereka tahu bukan sedang kehilangan sesuatu, melainkan ada ‘titipan’ yang sudah harus dikembalikan.

Kesehatan, kekayaan, dan orang-orang yang kita cintai adalah berkah yang dipinjamkan Alloh ﷻ, namun tidak jarang manusia lupa berkah tersebut hanyalah titipan yang dapat diambil kapan pun. Dan, juga akan ada saatnya sang pemiliki mempertanyakan apa yang telah terjadi dengan titipannya. Maka, demikian pula dengan titipan Alloh ﷻ kepada kita.

Wallahu a'lam

•┈••◎◎❀★❀◎◎••┈•
❀ TaNYa JaWaB ❀
•┈••◎◎❀★❀◎◎••┈•

0️⃣1️⃣ Han ~ Gresik
Assalamu'alaikum,

1. Bu, menjelang Ramadhan yang sudah di depan mata dan juga kondisi pasar perekonomian yang serba mahal. Bagaimana agar diri ini walaupun dengan kekurangan tapi masih bisa bersedekah dan berbagi di bulan ramadhan nanti?

2. Apakah ada yang harus di  utamakan dahulu? Kadang kita itu di ada-adakan untuk misal membeli gadget dan begitu berat untuk berbagi.

🔷Jawab:
Waalaikummussalam warahmatullah wabarakatuh

1. Itu bisa-bisa kita untuk membagi saja, sedekah juga tidak harus banyak, berapa kemampuan kita saja. Kalau malu ngasih sedikit ke orang, kita kumpulin dulu dalam masuk celengan di subuh hari, seribu atau 2 ribu. Nanti terkumpul bisa diberikan ke yang membutuhkan. 

2. Yang harus diutamakan adalah keluarga, lihat keluarga yang masih kekurangan, atau bahkan kelaparan, terus tetangga. Jika membeli gadget itu hanya karena keinginan, tidak ada urgentnya maka utamakan sedekah, tapi kalau memang sudah butuh untuk beli karena rusak, yaa utamakanlah beli gadget sesuai kebutuhan bukan sesuai gaya. 

Wallahu a'lam

0️⃣2️⃣ Aisya ~ Cikampek 
Assalamualikum warahmatullahi wabarakatu 

Jawaban poin dua ustadzah di pertanyaan mba han.

Jika keluarga atau saudara kita lebih mampu dari orang lain misalnya dan kita memberi lebih mementingkan ke orang lainnya (guru misalnya)
dan ada omongan tidak mengenakan dari keluarga atau saudara, kata perihal itu. Bagaimana agar tidak over thinking?

Ustadzah mohon penjelasannya.

🔷Jawab:
Waalaikummussalam warahmatullah wabarakatuh

Kadang memang seperti itu, kita jadi agak was-was juga, tapi kita yang tahu kondisi, dan kita yang paham bagaimana seharusnya. Lakukan saja apa yang menurut kita pas untuk dilakukan. Persoalan nanti ada kata-kata yang timbul, itu sebuah resiko. Sebenarnya, tidak perlu juga keluarga tahu saat kita memberi bantuan ke orang lain, kalau bisa berikan secara sembunyi sembunyi. 

Wallahu a'lam

•┈•◎❀★❀◎•★•◎❀★❀◎•┈•
❀CLoSSiNG STaTeMeNT❀
•┈•◎❀★❀◎•★•◎❀★❀◎•┈•

Sahabat-sahabatku...

Nilai kehidupan dunia tidak diukur dari melimpahnya harta, tingginya jabatan, ataupun kesenangan duniawi belaka, semua itu bersifat sementara. Karena itu, janganlah menjadikan semua itu sebagai tujuan akhir dari kehidupan dunia.

Sesungguhnya kenikmatan dunia itu hanya sebagai penghilang kepedihan, dan tidak lebih dari permainan dan senda gurau belaka.

Para penghuni dunia selalu ingin saling berbangga dengan kekayaan, kekuasaan, kekuatan, keturunan, kedudukan, dan sebagainya. Mereka ingin menjadi populer dalam urusan dunia, karena ketidaktahuannya.

Sedangkan bagi mereka yang senantiasa waspada dan mengetahui hakikat kehidupan dunia, akan menjadikannya sebagai jembatan penyeberangan. Dunia bukan tujuan akhir, tetapi sebagai sarana yang dapat mengantarkannya menuju kebahagiaan yang hakiki. 

Wallahu a’lam.

Mohon maaf lahir dan batin. 

Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Tidak ada komentar:

Posting Komentar