Kamis, 31 Maret 2022

MENJAGA HATI DALAM ISLAM

 


OLeH: Ibu Hj. Irnawati Syamsuir Koto

•┈•◎❀★❀◎•┈•
❀ M a T e R i ❀
•┈•◎❀★❀◎•┈•

💎MENJAGA HATI DALAM ISLAM

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuuh Sholehah

Segala puji hanya milik Allahhu Rabbi. Segala zat yang Maha Ghafur, zat yang Maha Syukur yang telah memberikan beribu-ribu nikmat yang tidak terukur. 

Nikmat iman, nikmat Islam, sampai nikmat sehat wal 'afiat sehingga kita bisa berkumpul di tempat yang insyaallah diberkahi Alloh ﷻ.

Seandainya lautan yang ada di muka bumi ini, Alloh ﷻ jadikan sebagai tinta. Lalu, pepohonan-pepohonan Alloh ﷻ jadikan pena, dan dedaunan Alloh ﷻ jadkan kertas. Niscaya ia tidak akan cukup untuk menuliskan nikmat-nikmat yang Alloh ﷻ berikan kepada kita.

Sholawat serta salam semoga tercurah limpahkan kepada Nabi akhirul zaman, seorang Nabi yang lahirnya saja membuat goncang alam semesta, membuat heboh para malaikat Alloh ﷻ, yang kalau bukan karenanya tidak akan Alloh ﷻ ciptakan alam semesta ini. Siapakah dia, tidak lain dan tidak bukan yaitu Nabi Muhammad ﷺ.

Sahabat Sholehahku yang dicintai Alloh ﷻ…

Alloh ﷻ memberikan berbagai kenikmatan bagi hamba-hamba-Nya. Namun di antara kenikmatan itu yang paling berharga bagi seorang Mukmin adalah diteguhkannya hati dalam Islam.

Sebab tidak sedikit seorang hamba yang mulanya taat dan rajin beribadah kemudian goyah keimanannya hingga kufur bahkan menyekutukan Alloh ﷻ.

Iman seseorang terkadang naik dan turun. Maka penting sekali mengetahui bagaimana cara menjaga iman agar terus istiqamah. Iman adalah sesuatu yang harus diperbaharui. Tidak bisa dibiarkan begitu saja. Karena iman yang diabaikan berisiko mengalami kemunduran yang disebut dengan futur. 

Di tengah-tengah keramaian hiruk pikuk hidup, tidak sedikit orang yang melepaskan iman demi sekeping uang. Fenomena hari ini, sebagian manusia hampir menyesal, berputus asa karena derita dan sengsara akibat ulah bodoh manusia sendiri, manusia tersesat jauh kedalam dasar kegelisahan dan ketidakpastian, ketenangan iman serta ketentraman yang hakiki telah hilang karena telah menjual iman demi hal duniawi.

Rasulullah ﷺ menjelaskan bahwa tidak ada manusia melainkan hatinya berada dalam kekuasaan Allah. Dan Alloh ﷻ lah yang membolak-balikan hati manusia.

Iman ialah keyakinan yang terhujam di dalam jiwa. Padanya tertanam nilai-nilai tauhid Rububiyah berupa menyakini Alloh ﷻ sebagai pencipta, pendidik, pengurus, pengatur segala aspek kehidupan manusia.

Merupakan kecacatan bagi orang yang beriman jika memiliki keraguan bahwa esok hari tidak akan makan karena hal itu sama saja menghina Alloh ﷻ. Hidup manusia memang kerap dilanda rasa resah, gelisah hanya gara-gara urusan duniawi tapi orang beriman akan selalu ingat firman-Nya dalam QS.13 : 28 yang berbunyi:

“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Alloh ﷻ. Ingatlah, hanya dengan mengingat Alloh ﷻ lah hati menjadi tenteram.”

Iman ialah sebuah ucapan yang menggema melalui rongga mulut bersumber dari sebuah keyakinan yang kuat bahwa لآإِلَهَ إِلاَّ اللهُ tiada illah yang patut disembah selain Alloh ﷻ. Iman ialah amal, hati mengamalkan dalam bentuk keyakinan dan anggota tubuh mengamalkannya dalam bentuk ibadah sesuai dengan fungsinya (peradaban).

Alloh ﷻ berfirman dalam QS. Al-Anfal : 2-4 yang berbunyi :
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Alloh ﷻ gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka [karenanya] dan kepada Tuhanlah mereka bertawakkal, (yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka. Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya. Mereka akan memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi Tuhannya dan ampunan serta rezeki [nikmat] yang mulia."

Ayat ini merupakan dalil bahwa zaman bersifat fluktuatif. Bertambahnya iman menurut ayat ini ialah dengan mendengar ayat-ayat Alloh ﷻ, hati orang beriman akan tergerak oleh rasa takut sehingga mampu menjalankan perintahnya dan menjauhi larangannya.

Ada kalanya iman kita sedang naik, ada kalanya pula iman kita sedang berkurang, menurut keterangan bahwa bertambahnya iman dengan taat dan berkurangnya iman dengan maksiat. Eskalasi iman bertambah ketika kita sering melakukan ketaatan, semisal membaca Qur’an, berdoa, sholat, bekerja dan mencari nafkah, memberi fakir miskin serta menolong saudara dan hal lain yang Alloh ﷻ perintahkan. Iman pula dapat berkurang, terkikis habis jika kita terus menerus gemar melakukan maksiat sehingga menjadi pencandu dosa.

Kita tidak perlu menjadi hakim di dalam soal keimanan. Seorang yang shalih diwajibkan untuk terus melakukan amal kebajikan. Tidak sedikitpun boleh terdapat benih-benih sombong di dalam hati karena kita tidak pernah tahu bahwa amal yang kita kerjakan diterima atau justru ditolak di sisi Alloh ﷻ.

Ibnu Qayyim Al Jauzy berkata, “Barangsiapa yang menempatkan hatinya di sisi Rabb-Nya, maka jiwanya tenang dan damai. Dan barangsiapa mengirim hatinya ke tengah-tengah orang banyak maka ia akan terguncang dan sangat gelisah.”

Hati adalah hal yang tidak bisa dikecilkan, karena dari hatilah akan membuat perbuatan dan sikap orang tersebut dapat terlihat. Begitu juga dengan keimanan kita di dalam hati. 

Lantunan doa berikut sangat dianjurkan oleh Rasulullah ﷺ: 
Rabbana la tuzigh qulubana ba'da idz hadaitana wahablana minladunka rahmatan innaka antal wahhab.
“Wahai Tuhan kami, janganlah Engkau palingkan hati kami dari Islam setelah Engkau beri hidayah kepada kami. Limpahkanlah keimanan kepada kami dari sisi-Mu. Engkau Maha Pemberi rahmat kepada orang-orang mukmin.”

“Ya Muqallibal qulubi tsabbit qalbi ‘ala dinika.”

Mudah-mudahan kita tetap tegas dalam menanamkan nilai-nilai keimanan di saat gemerlap hidup mengganggu stabilitas keislaman dan keimanan: “Hingga kita Kembali kepada Alloh ﷻ.”

Demikian dari saya semoga bermanfaat.

Wallahu a'lam

•┈••◎◎❀★❀◎◎••┈•
❀ TaNYa JaWaB ❀
•┈••◎◎❀★❀◎◎••┈•

0️⃣1️⃣ Kiki ~ Dumai
Bunda irna, maksud dari "Mengirimkan hatinya ke tengah-tengah orang banyak" itu bagaimana kah bun?

🔷Jawab:
Menempatkan harapan kepada manusia, maka dia akan kecewa. 

Begitu Ki maksudnya.

Wallahu A'lam

🌷Walaupun sama pasangannya sendiri ya bu?

🔷Iyaa, semakin berharap maka akan semakin kecewa.

Wallahu A'lam

0️⃣2️⃣ Riyanti ~ Yogja
Nyambung pertanyaan kak kiki. Kompromi dengan harapan itu bagaimana caranya dzah?

🔷Jawab:
Ada orang yang menyarankan untuk tidak berharap kalau tidak ingin kecewa. Di satu sisi, saran itu ada benarnya. Tapi di sisi lain, harapan adalah pemicu seseorang bergerak maju. Tanpa harapan, mungkin hidup seseorang akan berkutat di situ-situ saja.

Harapan itu harus ada. Hanya kadang kita perlu lebih mengerti dan berdamai dengan situasi. 

Bukan harapan yang harus mati, tapi kita yang harus bisa lebih handal menerima, berkomunikasi dan mengkompromikannya. Dengan kompromi, hubungan kita akan terasa lebih ringan dijalani meski harapan-harapan kita tumbuh subur padanya.

So... Semua kembali kepada kita untuk tidak terlalu baperan dan harus bisa berdamai dengan hati jika tidak terealisasikan.

Wallahu a'lam

0️⃣3️⃣ Han ~ Gresik
Assalamu'alaikum bu,

Maaf bu han tanya tentang ibadah. Mengapa Ketika Ibadah kita Tidak Nyaman?
Yang menjadi pertanyaan adalah mengapa ketika kita melakukan ketaatan, kita selalu merasa tidak nyaman? Kita merasa tidak betah. Bahkan umumnya kita berpikir bagaimana agar ibadah itu segera selesai.
Ada apa dengan hati ini.

🔷Jawab:
Waalaikummussalam warahmatullah wabarakatuh

Begitulah setan menggoda manusia, yaitu dengan sifat tergesa-gesa, apapun yang ibadah yang dilakukan inginnya segera selesai, jauh dari kekhusyukan, sholat subuh saja yang pendek inginnya selesai dalam waktu yang singkat, tanpa dzikir dan doa setelahnya, membaca Al Quran baru beberapa ayat saja ingin segera menyudahi, mengejar 1 juz berat sekali rasanya,  dan setan membuat kita nyaman dan lupa waktu jika sudah berhubungan dengan gadget, laptop dan pekerjaan. 

Serta kurangnya rasa sabar di dalam beramal, karena beramal dilakukan bukan karena kebutuhan, tapi karena kewajiban. 

Makanya perbanyaklah ta'awudz, minta perlindungan kepada Alloh ﷻ dari godaan setan. 

Wallahu a'lam

0️⃣4️⃣ Aisya ~ Cikampek 
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Bunda bagaimana dengan ketika kita masih punya rasa iri terhadap kesuksesan atau keberhasilan seseorang apakah itu tandanya kita masih punya penyakit hati bunda?

🔷Jawab:
Wa'alaikumussalam warahmatullahi Wabarakatuh. 

Salah satu penyakit hati adalah rasa iri kepada orang lain, kecuali 2 hal ini : Dari Abdullah bin Umar RA, Rasulullah ﷺ bersabda: “Tidak diperbolehkan iri hati kecuali terhadap dua orang: Orang yang dikaruniai (ilmu) Al Qur’an oleh Alloh ﷻ, lalu ia membacanya malam dan siang hari, dan orang yang dikaruniai harta oleh Alloh ﷻ, lalu ia menginfakannya malam dan siang hari.” (HR. Bukhari, Tarmidzi, dan Nasa’i).

Wallahu a'lam

•┈•◎❀★❀◎•★•◎❀★❀◎•┈•
❀CLoSSiNG STaTeMeNT❀
•┈•◎❀★❀◎•★•◎❀★❀◎•┈•

Sahabat-sahabatku…

Pada dasarnya, tiap Mukmin punya rasa yakin, tetapi yang membedakan hanya satu, yaitu kadar iman yang dimiliki. Semakin kuat iman yang dipelihara seorang hamba, dia laksana gunung yang berdiri tegak dan kokoh.

Keyakinan tersebut tidak akan sanggup diempas dengan mudah oleh tiupan keragu-raguan ataupun oleh angin was-was yang di sebarkan oleh setan. Karena, setan tidak akan berhenti bermanuver guna menyesatkan anak Adam. Sebagaimana sabda Nabi ﷺ, "Setan akan menyesatkan manusia dan tidaklah seseorang mengambil jalan lain, kecuali setan juga akan menempuhnya.”
Untuk membangun benteng keimanan yang kuat dengan mendengarkan, membaca, dan merenungkan ayat-ayat serta hadis-hadis yang menegaskan kebesaran dan kekuasaan Alloh ﷻ. 

Demikian semoga bermanfaat, mohon maaf lahir batin.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar