Selasa, 31 Agustus 2021

SOMBONG, PANTASKAH???



OLeH: Ustadzah Ummu Azkia Fachrina

•┈•◎❀★❀◎•┈•
❀ M a T e R i ❀
•┈•◎❀★❀◎•┈•

🌸SOMBONG, PANTASKAH???

Nabi Muhammad ﷺ pernah bersabda bahwa Alloh ﷻ telah berfirman (yang artinya):
 "Kesombongan adalah selendang-Ku dan keagungan adalah sarung-Ku. Karena itu, siapa saja yang merampas salah satunya dari-Ku, pasti Aku akan melemparkannya ke dalam api neraka. (HR. Abu Dawud dan Ibn Majah).

Setidaknya ada dua ‘ibrah (pelajaran) yang dapat dipetik dari hadis qudsi di atas.

★ Pertama:
Terkait dengan keimanan.  Dalam hal ini, seorang Muslim harus meyakini bahwa Alloh ﷻ lah yang pantas memiliki sifat sombong (al-kibr) dan takabur (at-takabbur). Ini adalah berdasarkan klaim Alloh ﷻ sendiri di dalam Al Quran yang menyifati Diri-Nya dengan  Al-Mutakabbir, yang bisa bermakna ‘Yang Maha Sombong’ atau ‘Yang Maha Takabur’. (Lihat: QS. al-Hasyr: 23).

Menurut al-Qurthubi, ketika menafsirkan ayat ini, Alloh ﷻ menamai Diri-Nya dengan  Al-Mutakabbir karena Alloh ﷻ sendiri menganggungkan Diri-Nya sebagai Pencipta alam ini (takabbara bi rubûbiyyatihi).

Dalam hal ini, Alloh ﷻ tidak ada tandingannya (Bukankah hingga detik ini tidak ada seorang manusia pun yang mampu menciptakan makhluk hidup, bahkan yang paling ‘sederhana’ sekalipun, semisal seekor lalat?!).

★ Kedua:
Terkait dengan akhlak. 
Menurut al-Qurthubi pula, seraya mengutip hadis di atas, sifat sombong dan takabur pada Alloh ﷻ adalah terpuji, sedangkan sifat sombong dan takabur pada manusia adalah tercela.

Dalam hadis ini, jelas Alloh ﷻ telah mengaitkan ancaman api neraka—sebagai qarînah—dengan sifat sombong dan takabur, yakni bahwa siapa saja yang memiliki kesombongan dan ketakaburan, niscaya Dia akan melemparkannya ke dalam api neraka. Karena itu, berdasarkan hadis ini, seorang Muslim diharamkan untuk memiliki sifat sombong dan takabur.

Nabi ﷺ secara lebih tegas pernah bersabda (yang artinya):  "Tidak akan masuk surga orang yang di dalam kalbunya ada sebesar biji sawi saja dari sifat sombong." (HR. Muslim).

🔹Setidaknya, ada dua ciri sifat sombong atau takabur yang haram dimiliki oleh seorang Muslim:

(1) bathar al-haqq  (menolak dan mengingkari kebenaran); 

(2) ghamth an-nâs  (merendahkan orang lain dan cenderung merasa dirinya lebih tinggi dari orang lain). 

Itulah yang dijelaskan oleh Rasulullah ﷺ sendiri dalam lanjutan hadis riwayat Muslim di atas.

Sayangnya hari-hari ini kita justru kerap menjumpai orang-orang (termasuk di kalangan Muslim) yang sombong dan takabur; sesuatu yang justru diharamkan secara tegas oleh Alloh ﷻ dan Rasul-Nya.

Secara individual, kita masih sering menjumpai orang-orang yang sombong dan takabur ini. Di antaranya adalah mereka yang gemar menolak kebenaran hanya karena kebenaran itu—meskipun didasarkan pada dalil-dalil yang kuat yang bersumber dari Al Quran dan as-Sunnah yang valid—datang dari orang yang kebetulan lebih muda, misalnya, baik dari sisi usia ataupun keilmuan; atau datang bukan dari orang atau kelompoknya, apalagi dari orang atau kelompok yang dibencinya. Mereka ini bukan saja sering menolak kebenaran, tetapi juga kerap merendahkan orang yang menyampaikan kebenaran itu. Mereka mengganggap dirinya dan organisasinya lah yang benar. Yang lain salah semua.

Mereka lupa terhadap ketawadhuan Khalifah Abu Bakar yang tidak segan-segan meminta dikoreksi oleh rakyatnya jika menyimpang dari kebenaran. Padahal Abu Bakar adalah Sahabat Nabi ﷺ paling dekat, yang pernah dipuji oleh Beliau dengan sabdanya, “Seandainya keimanan Abu Bakar ditimbang dengan keimanan seluruh manusia maka keimanan Abu Bakar tetap lebih berat."

Mereka pun lupa terhadap kerendah hatian Khalifah Umar bin al-Khaththab yang tidak segan-segan bersedia dikoreksi oleh rakyatnya, bahkan dengan pedang sekalipun. Khalifah Umar pun tidak malu-malu untuk mengakui kebenaran pendapat seorang Shahâbiyah yang mengkritik kebijakan Khalifah yang membatasi jumlah mahar, yang memang bertentangan dengan nash Al Quran. Itulah Khalifah Umar, Sahabat Nabi ﷺ paling dekat setelah Abu Bakar, yang pernah dipuji oleh Beliau dengan sabdanya, “Seandainya ada nabi setelahku, maka Umarlah orangnya.”

Sementara itu, dalam skala yang lebih luas, kesombongan dan ketakaburan itu sangat tampak dalam perilaku manusia yang bukan saja tidak mau diatur oleh syariah Alloh ﷻ, tetapi bahkan menolak dan mengingkari syariah itu sendiri.

Dalam hal ini, ide sekularisme sesungguhnya ide yang mencerminkan kesombongan dan ketakaburan manusia.

Sebab, ide ini menggariskan penolakan terhadap campur tangan Alloh ﷻ dalam mengatur kehidupan, dan merasa yakin bahwa manusia sendiri mampu mengatur dirinya sendiri. Ide ini kemudian mewujud dalam sistem demokrasi yang nyata-nyata hanya mengakui kedaulatan manusia dan menolak kedaulatan Alloh ﷻ.

Akibatnya, meskipun salah, sebuah produk aturan atau UU akan mereka terima dan mereka sahkan selama didukung oleh mayoritas wakil rakyat di parlemen. 

Sebaliknya, meski benar dan bersumber dari syariah Alloh ﷻ, sebuah aturan atau produk hukum akan ditolak mentah-mentah jika hanya didukung oleh kalangan minoritas di parlemen.

Bahkan tidak jarang, mereka yang anti syariah menuduh syariah Islam yang notabene bersumber dari Alloh ﷻ Pencipta manusia sebagai ketinggalan zaman, bertentangan dengan HAM, mememecah-belah bangsa, mengancam kebhinekaan, dan tuduhan-tuduhan keji lainnya. Mereka lupa atau sengaja melupakan bahwa syariah Islam diturunkan justru sebagai rahmat bagi seluruh umat manusia. (Lihat: QS al-Anbiya’ : 107).

Karena itu, kaum sekuler, para demokrat atau para pejuang demokrasi, dan mereka yang anti syariah hakikatnya adalah orang-orang yang sombong dan takabur. Sebab, Alloh ﷻ sendiri sebagai Pencipta mereka dan bahkan Pencipta seluruh alam ini telah mengklaim bahwa tidak ada hukum yang lebih baik selain hukum-Nya. (Lihat: QS al-Maidah: 50).

Namun, mereka tetap tidak mengakuinya. Secara faktual pun, hukum-hukum sekular buatan manusia terbukti hanya membawa petaka dan krisis bagi umat manusia. Akan tetapi, mereka tetap enggan untuk berpaling kepada hukum-hukum Alloh ﷻ.

‘Alla kulli hâl, selayaknya manusia-manusia yang sombong dan takabur takut terhadap ancaman Alloh ﷻ berikut ini (yang artinya):

 Orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan menyombongkan diri terhadapnya adalah para penghuni neraka. Mereka kekal di dalamnya. (QS. al-A‘raf: 36).

Na‘udzu billâh min dzâlik.
Wallaahu a'laam bisshawaab

•┈••◎◎❀★❀◎◎••┈•
❀ TaNYa JaWaB ❀
•┈••◎◎❀★❀◎◎••┈•

0️⃣1️⃣ Han ~ Gresik
Assalamu'alaikum Umm, 

Apa batasan antara percaya diri dan sombong? 

Kadang kita kalau sudah percaya diri itu orang yang melihat malah kita dikiranya Sombong. 

🌸Jawab:
Waalaikummussalam warahmatullah wabarakatuh Mbk Han shalihah.

Bismillaah.....
Dari Iyadl Ibnu Himar Radliyallaahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam bersabda: “Sesungguhnya Alloh ﷻ telah mewahyukan kepadaku agar kalian merendahkan diri, sehingga tidak ada seorang pun menganiaya orang lain dan tidak ada yang bersikap sombong terhadap orang lain.” (HR. Riwayat Muslim)

Tidak ada makhluk yang lebih mulia di sisi Alloh ﷻ, kecuali karena ketakwaanya. Artinya manusia itu sama, sehingga yang menentukan nanti di akhirat hanyalah ketaqwaanya. Bukan pangkat, pendidikan, jabatan, dan harta kekayaan.

Nah, di sini lah kita mulai berpijak. Ada beda sangat terkait sombong dan percaya diri. Orang yang percaya diri dia tidak bisa lepas dari takwa, kenapa? Karena dengan takwa dia percaya bahwa Alloh ﷻ telah beri kepercayaan pada-Nya untuk menjadi hamba-Nya yang mulia.

Sedang sombong, dia sulit untuk takwa, karena sudah merasa berderajat tinggi tanpa takwa, dia abai dari tha'at, dia senang berma'shiyaat dan akhirnya semakin meninggilah kesombongan dirinya.
Dia lupa bahwa dia hanya makhluk.

Jadi, percaya dirilah tanpa kesombongan.
Percaya dirilah dengan ketakwaan.

Wallaahu a'laam bisshawaab.

0️⃣2️⃣ Aisyah ~ Cikampek
Assalamualikum warahmatullahi wabarakatuh. 

Umm, bagaimana menyikapi seseorang yang merasa dirinya lebih tinggi ilmunya dan merendahkan orang lain?

Terimakasih 

🌸Jawab:
Waalaikummussalam warahmatullah wabarakatuh ukhtiiy Aisyah shalihah.

Sikap kita harus tetap sesuai tuntunan Rasulullah ﷺ.
Hadapi kesombongan dengan kebaikan, dengan saling menasihati.
Nasihati lah dengan jalan kebaikan, dengan penuh kesabaran. Karena orang sombong itu hanya bisa dihadapi oleh orang-orang sabar yang berilmu. Jadi, tetaplah ingatkan bahwa ilmu yang baik itu menghasilkan amal yang baik, bukan sebuah kesombongan.

Dan jangan lupa berdoa lah saat menasihatinya, agar dibukakan pintu kebaikan padanya.
Laa haulaa walaa quwwata illaa billaah.

Wallaahu a'laam bisshawaab.

0️⃣3️⃣ Widia ~ Bekasi
Assalamualaikum ustadzah.

Bagaimana menghadapi orang yang memiliki sifat ghamth an nas. Padahal kita sudah menjaga hati kita, tapi tetap SAMA masih ada rasa kesal dan benci. Jazakillah.

🌸Jawab:
Waalaikummussalam warahmatullah wabarakatuh ukhtiiy Widia shalihah.

Ukhtiiy, menghadapi orang seperti ini seperti menghadapi manusia yang sedang sakit, kenapa? Karena jika tidak sakit, maka dia tentunya tidak merasa lebih dibanding yang lain, dia sakit karena tidak ingin ada yang lebih dari dia.
Dia sakit jika ada yang melebihi dia.
Dia sakit jika tidak ada yang memuji dia dan seterusnya.
Sakit yang menumpuk itu direalisasikan dengan kesombongannya.

Jadi, menghadapi yang sedang sakit, kita harus sabar mengobatinya, sabar menghadapinya, sabar mendoakannya.
Mohonkan pada yang Maha Membolak balikkan hati agar orang tersebut berada dalam jalan ketha'atan hingga tidak lagi sakit dengan kesombongannya.

Wallaahu a'laam bisshawaab.

0️⃣4️⃣ MujiAsih ~ Balikpapan
Assalamu'alaikum,

Ummi, misalkan kita ada dalam satu sekolahan sebagai ketua komite sekolah, lalu kita bisa menggerakkan yang pertama kali dalam satu kelas untuk memperindah kelas sebagai salah satu syarat dalam mengikuti lomba, yang kebetulan sekolah tersebut ditunjuk diknas untuk ikut event Adiwiyata Mandiri.
Kemudian oleh kepala sekolah diberi tanggung jawab untuk mengkoordinir kelas-kelas yang lain, lalu kita menjelaskan secara detail apa yang harus kita lakukan.

Apakah hal yang kita lakukan sebagai bentuk perbaikan dengan menjelaskan beberapa konsep dan planing yang harus kita lakukan itu adalah sifat sombong?

Karena ada beberapa orang yang mengatakan jika kita ini sombong mentang-mentang sudah ditunjuk kepala sekolah.
Jujur jadi agak ragu dan serba salah saat akan bergerak untuk memulai mengerjakannya. 

Jazaakillah khair.

🌸Jawab:
Waalaikummussalam warahmatullah wabarakatuh ukhtiiiy Muji shalihah.

Bismillaah...
Ukhtiiy sayang, yang digambarkan ukhtiiy bukan suatu kesombongan, namun sebuah kemampuan untuk melakukan perbaikan dan kebaikan sekolah.

Diniatkan itu sebagai amal shalih, hingga saat kita melaksanakannya tidak memunculkan kesombongan.
Niatkan itu sebagai jalan ketakwaan, agar Alloh ﷻ menerima dengan pahala terbaiknya.
Bismillaah... Maju terus dengan kebaikan dan taqwa, insyaaAllaah program tersebut terlaksana dengan baik dan tanpa ada nilai kesombongan. Ajak teman teman untuk juga menyukseskannya dengan cara yang baik.

Wallaahu a'laam bisshawaab.

0️⃣5️⃣ Han ~ Gresik
Assalamu'alaikum,

Umm, bagaimana jika kita bersikap sombong pada orang yang sombong. Apa benar termasuk sedekah? Jika benar apa maksudnya itu umm?

🌸Jawab:
Waalaikummussalam warahmatullah wabarakatuh

Bismillaah.....
Sombong tetaplah milik Alloh ﷻ. Sedekah adalah hal yang baik. Maka, bersedekahlah dengan kebaikan bukan dengan kesombongan.

Itu bukan hadist, tetapi perkataan beberapa orang terkait kesombongan untuk hadapi orang sombong.

Namun Rasulullah ﷺ menuntun kita, bahwa sombong tidaklah dihadapi dengan sombong.

Jadi, obat bagi orang yang memiliki sikap sombong pada sebagian orang bukan dengan cara dibalas dengan sikap sombong juga. Namun obatnya adalah hendaknya ia dinasihati dan diperingatkan agar takut kepada Allah ‘Azza wa Jalla. Katakan kepadanya “hendaknya kamu bertakwa kepada Alloh ﷻ, sesungguhnya sombong adalah dosa besar...."

Jadi demikian Mbk Han shalihah.

Wallaahu a'laam.

0️⃣6️⃣ Fatimah ~ Bandung 
Ustadzah, kalau kita merasa bangga dengan amalan orang tua atau suami atau anak kita, apakah termasuk kesombongan? 

Jazakillah khoir.

🌸Jawab:
Bismillaah....
Ukhtiiy Fatimah shalihah, bangga dan sombong akan menjadi sama jika bangga tersebut direalisasikan menjadi sebuah kesombongan.

Namun jika bangga tersebut direalisasikan dengan melakukan kebaikan yang banyak karena bangganya kita atas amalan-amalan kebaikan tersebut, bahkan kita berusaha beramal lebih baik dari itu, maka bismillaah... kita akan jauh dari kesombongan, karena kita lakukan amalan tersebut Lillaah Billaah.

Wallaahu a'laam.

•┈•◎❀★❀◎•★•◎❀★❀◎•┈•
❀CLoSSiNG STaTeMeNT❀
•┈•◎❀★❀◎•★•◎❀★❀◎•┈•

Pesannya cuma satu,
bunga mawar bunga melati, mari hijrah sepenuh hati, agar tak sombong dan sedih hati, agar takwa dan mawas diri, agar menjadi makhluk Alloh ﷻ yang berarti.

Wallahu a'lam

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar