Selasa, 31 Agustus 2021

CANTIK TAK HARUS GLOWING

 


OLeH: Bunda Rizki Ika Sahana

•┈•◎❀★❀◎•┈•
❀ M a T e R i ❀
•┈•◎❀★❀◎•┈•

🌷CANTIK TAK HARUS GLOWING

MasyaAllah senang sekali Alloh ﷻ perjumpakan kita di majelis yang insyaAllah penuh barakah ya teman-teman. 

Semoga hadirnya kita di sini menjadi wasilah naiknya keimanan kita, juga derajat kita di sisi Alloh ﷻ.

Bismillahirrahmaanirrahiin..
Allahumma shalli 'ala Muhammad wa 'ala ali Muhammad...

Rabbanaa zidnaa 'ilma warzuqnaa fahmaa..

Siapa sih yang tidak mau kulitnya glowing?? Pasti yang di sini mau semua yaa.

◾Saya mauuuu bun. 
Sampai heran lihat kulit kok bisa begitu.

🌸Saya juga mauuu.
Iya, jadi wajah dengan kulit glowing bersinar sekarang ini menjadi tren di masyarakat kita, khususnya kaum hawa.

◾Benar bun.

🌸Banyak wanita memakai produk skin care ala Korea agar wajahnya bisa glowing bersinar seperti artis-artis Korea.

Seolah-olah untuk cantik, wanita harus memiliki wajah yang glowing bersinar, sampai-sampai tidak peduli produk yang dipakai apakah halal atau tidak, ada apa saja di kandungannya, bahaya atau tidak, yang menjadi fokus hanya hasil akhirnya: bisa bikin glowing atau tidak.

Tapi benarkah cantik itu harus glowing??

◾Ndak bun.
Mungkin glowing hanya trend sesaat.
Besok-besok bisa saja ngetrend yang lain.

🌸Sebenarnya, menginginkan wajah glowing sah-sah saja, boleh, alias mubah. Menjadi bermasalah ketika kita menjadikannya standar kecantikan dan akhirnya mati-matian mengejar keglowingan sampai menjerumuskan diri pada dharar. Seperti yang saya sampaikan di atas, tidak peduli kandungan produk skin care, apakah halal atau tidak, apakah berbahaya atau tidak, hanya mementingkan glowingnya saja.

Di alam kapitalis yang serba liberal hari ini, kecantikan dipersepsikan sedemikian rupa untuk tujuan uang (bisnis). Wajar jika kemudian muncul berbagai produk kecantikan sesuai trennya (yang juga sengaja diciptakan).

Kulit putih, mulus, glowing, menjadi standar yang sedang di-up hari ini.

Akhirnya beramai-ramai para wanita, termsk di dalamnya muslimah, tanpa sadar memaknai kecantikan sebagaimana di atas.

Perburuan skincare oleh para wanita ini menjadi lahan basah bagi industri kecantikan.

Selain itu pagelaran berbagai kontes kecantikan, ratu-ratuan, dan seterusnya juga sengaja untuk menciptakan makna kecantikan demi keuntungan bisnis.

Remaja kita bahkan dibuat “mematung” di depan cermin mengamati warna kulitnya yang terlalu putih atau terlalu sawo matang. Merasa tertekan dengan sebiji jerawat di ujung hidungnya. Menolak disuruh ke warung membeli garam karena takut dan malu bertemu atau dilihat orang lain karena ingin sempurna sesuai persepsi cantik industri tadi. 

Bukankah ini mengerikan??

Karenanya, kita harus mendefinisikan kembali makna kecantikan yang hakiki, yang tidak bergantung pada tren, yang bukan makna rekayasa untuk kepentingan pihak-pihak tertentu.

Kata Alloh ﷻ...

لَقَدْ خَلَقْنَا الْاِنْسَانَ فِيْٓ اَحْسَنِ تَقْوِيْمٍۖ

"Sungguh telah Kami ciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya."

Jadi beragam warna dan jenis kulit yang Alloh ﷻ ciptakan, sesungguhnya adalah sebaik-baik bentuk, semuanya cantik.

Alloh ﷻ dalam ayat lain berfirman...

"Sesungguhnya wanita budak yang mukmin lebih baik dari wanita musyrik, walaupun dia menarik hatimu." (QS. Al Baqarah: 221)

Ini sejalan dengan sabda Nabi,

''Sesungguhnya Alloh ﷻ tidak melihat pada bentuk fisik dan harta kalian, tetapi pada hati dan perbuatan kalian.'' (HR. Muslim)

Jadi kecantikan versi Islam itu kalau boleh disimpulkan.

Setiap perempuan adalah cantik dengan versinya masing-masing, asalkan shalihah.

Jadi titik tekannya pada sifat shalihah yang melekat pada dirinya, bukan pada bentuk fisiknya.

So, jangan terpedaya dengan propaganda cantik yang sengaja diciptakan untuk menyibukkan kaum muslimah pada hal-hal yang tidak ada hisabnya kelak. Sibuk di depan cermin, sibuk memoles wajah dan seterusnya. Padahal kita diperintahkan memperbanyak bekal berupa amal shalih untuk kehidupan di akhirat nanti.

Menjaga kulit dengan skincare boleh-boleh saja, sekadar untuk merawat kesehatan, sewajarnya, bukan untuk mengejar standar kecantikan yang ditetapkan industri kecantikan. Karena tidak akan ada habisnya. Setiap saat trennya akan berganti. Sementara usia kita sudah tidak muda lagi dan amal shalih masih jauh dari cukup.

Jadikan energi kita, harta kita, pikiran kita, umur kita, untuk sebaik-baik persiapan menuju kampung akhirat.

Mudah-mudahan kita termasuk ke dalam orang-orang yang glowing amalnya ya.

Itu dulu materinya, saya kembalikan forumnya kepada moderator.

Wallahu a'lam

•┈••◎◎❀★❀◎◎••┈•
❀ TaNYa JaWaB ❀
•┈••◎◎❀★❀◎◎••┈•

0️⃣1️⃣ Fadwa ~ Palembang 
Kalau skincare yang sudah ada badan POM nya halal kan mbak?

🌸Jawab:
BPOM setahu saya menangani kandungan produk dari sisi bahaya atau tidaknya, bukan dari sisi kehalalannya. Stempel halal MUI biasanya yang jadi ukuran masyarakat kita. 

Tapi bukan berarti yang tanpa stempel halal pasti tidak halal. Kita bisa cek kandungannya bunda. Kita bisa googling zat tersebut apa, merupakan lemak babi atau bukan, alkohol (etanol) atau bukan.

Wallahu a'lam

0️⃣2️⃣ Phity ~ Yogja
Bun, bagaimana kalau suami yang ingin wajah kita glowing. Apakah kita wajib menurutinya?

🌸Jawab:
Perintah suami asalkan tidak menyelisihi syariat ya tidak masalah bunda. Saya pikir suami yang shalih tahu batasannya, tahu prioritas juga ya. Tidak semata menyuruh istrinya menghabiskan waktu hingga berjam-jam juga mengalokasikan sebagian besar uang belanja semata untuk urusan wajah glowing. Suami shalih tahu porsinya.

Wallahu a'lam

0️⃣3⃣ Kiki ~ Dumai
Bunda, apakah dalam Islam laki-laki boleh memakai skincare ya nda?

🌸Jawab:
Boleh bunda, asal yang halal dan tidak ada kandungan dhararnya (bahaya). Dengan konsep merawat kulit ya, bukan mau dapat pujian, cari gebetan, misalnya. Nah ini yang tidak boleh.

Wallahu a'lam

•┈•◎❀★❀◎•★•◎❀★❀◎•┈•
❀CLoSSiNG STaTeMeNT❀
•┈•◎❀★❀◎•★•◎❀★❀◎•┈•

Gunakan potensi yang ada pada diri untuk sebanyak-banyaknya beramal shalih. Jangan disibukkan oleh perkara-perkara yang tidak dihisab dan tidak diminta pertanggungjawaban. Boleh merawat wajah, tapi niatkan sebagai bentuk syukur kepada Alloh ﷻ sehingga kita ingin menjaganya tetap sehat. Juga sewajarnya dan sesuai porsinya saja. Tidak perlu menghabiskan semua energi semata untuk mengejar yang tidak diperhitungkan nilainya di akhirat.

Wallahu a'lam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar