Selasa, 31 Agustus 2021

LONG COVID SYNDROME

 


OLeH: dr. Nurul Chairani

•┈•◎❀★❀◎•┈•
❀ M a T e R i ❀
•┈•◎❀★❀◎•┈• 

🌸LONG COVID SYNDROME

◾1. Apa itu Long Covid?

Syndrome itu artinya adalah kumpulan gejala, sehingga Long Covid Syndrome dapat diartikan sebagai kumpulan-kumpulan gejala-gejala yang menetap pada pasien Covid yang sudah dinyatakan sembuh dan hasil PCRnya sudah dinyatakan negative.

Menetapnya gejala-gejala tertentu pada pasien covid yang sudah dinyatakan sembuh berminggu-minggu hingga berbulan-bulan.

13,3% mengalami gejala > 28 hari, 4,5% hingga > 8 minggu, 2,3% hingga > 12 minggu (Sudre et al 2020). 

Pada hari ke-60 setelah muncul gejala:
~ 12,6% bebas gejala.

~ 52% masih mengalami 1 gejala.

~ 55% masih mengalami 3 gejala atau lebih (Carfi et al 2020)

◾2. Siapa saja yang bisa mengalami Long Covid?

Gejala-gejala yang muncul pada Long Covid Syndrom berbeda-beda pada setiap orang tapi secara umum.

Rata-rata pasien akan mengalami hal-hal sebagai berikut:
~ Kelelahan berlebih
~ Sesak atau nafas pendek
~ Nyeri-nyeri sendi
~ Nyeri dada
~ Batuk
~ Anosmia
~ Pilek
~ Sulit berkonsentrasi
~ Hilang pengecapan
~ Nyeri kepala
~ Produksi dahak berlebih
~ Nafsu makan menurun
~ Nyeri tenggorokan
~ Vertigo
~ Nyeri otot
~ Diare

Sekitar 44,1% mengalami kualitas hidup yang menurun, 89% mengalami gejala yang fluktuatif frekuensi & intensitasnya, > 50% mengalami gejala pada sore sampai malam hari, 5% gejala muncul sepanjang waktu.

◾3. Siapa yang bisa mengalami Long Covid?

Yang bisa mengalami Long Covid Syndrom tidak hanya mereka yang bergejala berat ketika sakitnya, tapi yang berejala ringan pun bisa memiliki gejala yang menetap ketika sembuh. Semua penderita Covid baik yang bergejala ringan maupun berat berisiko mengalami Long Covid.

Risiko meningkat pada (Sudre et al 2020):
~ Usia > 55 tahun.
~ Indeks massa tubuh yang lebih tinggi.
~ Wanita.
~ Memiliki komorbid > 1
~ Gejala berat Covid
Bila mengalami > 5 gejala di minggu pertama sakit, risiko mengalami Long Covid meningkat 3,5x lipat (Sudre et al 2020).

◾4. Apa penyebab terjadinya Long Covid?

Apa penyebabnya? Beberapa dikarenakan ada kerusakan yang menetap, semisal: pada mereka yang mengalami fibriosis paru sering mengalami gejala sesak dan mudah lelah yang menetap ketika beraktivitas. Hingga sekarang, penyebab Long Covid masih diteliti. Hipotesanya (BMJ 2020):

a) Kerusakan organ akibat virus dan keradangannya.

b) Sisa keradangan ringan terus-menerus yang masih berlangsung meskipun virus sudah tidak ada.

◾5. Apakah Long Covid ini menular?

Pada Long Covid Syndrome, pasien ini sudah tidak bisa menularkan lagi virusnya. Karena virus pada pasien tersebut sudah mati ataupun tidak aktif lagi.
LONG COVID perinsipnya terjadi karena efek sisa keradangan dari infeksi akut virus di mana virusnya sendiri sudah tidak aktif dan tidak menular.

LONG COVID harus dipastikan penderitanya sudah dinyatakan sembuh sebelumnya oleh dokter.

◾6. Bagaimana membedakan long Covid dengan Reinfeksi?

Long Covid atau Reinfeksi (Infeksi ulang)? Berikut sedikit perbedaannya. Meskipun masih butuh penilaian klinis ulang dari dokternya. Masih belum ada patokan khusus membedakan sehingga penilaian klinis dokter secara holistic sangat penting.

Curiga Infeksi (Carfi et al 2020; adaptasi kriteria CDC 2020):
~ Muncul gejala akut baru seperti demam, perburukan gejala (batuk atau sesak atau nyeri sendi & otot atau diare dan lain-lain).

~ Ada kontak erat baru.

~ PCR positif lagi (setelah sebelumnya diketahui negative, dengan nilai CT yang turun).

~ Muncul lagi M baru (sebelumnya diketahui dengan non reaktif).

◾7. Apakah perlu pengobatan khusus?

Pada dasarnya pengobatan disesuaikan dengan gejala kondisi masing-masing pasien. Ada yang masih memerlukan pengobatan dan ada yang bisa hanya sekedar dilanjutkan observasi saja.

Hingga sekarang belum ada penanganan khusus untuk Long Covid.

Rekomendasi kesepakatan ahli (Baskoro 2020):
~ Jangan paksakan diri beraktivitas seperti sebelum mengalami covid.

~ Cukupkanlah waktu untuk beristirahat fisik dan mental.

~ Buat perencanaan agar bisa mengurangi aktivitas yang melelahkan.

~ Buatlah skala prioritas untuk pekerjaan dan aktivitas anda.

~ Kontrol rutin selama masih ada gejala.

◾8. Apakah ada kerusakan Organ pada Long Covid?

Nah ini yang tadi sempat dibahas di slide sebelumnya, kemungkinan long Covid Syndrome muncul karena adanya kerusakan pada organ saat pasien positif covid sebelumnya.

~ Rash kulit atau kerontokan rambut.

~ Gangguan pembauan atau pengecapan.

~ Fibrosis Paru.

~ Gangguan konsentrasi.

~ Gangguan tidur.

~ Keradangan Jantung.

~ Gangguan Ginjal.

~ Depresi, kecemasan, gangguan mood, trauma
Pada pasien usia muda yang berisiko rendah bisa didapatkan sekitar 70% mengalami gangguan 1 atau lebih organ dalam 4 bulan sejak sakit Covid (BMJ 2020).

Hingga sekarang efek jangka panjang Covid masih belum diketahui pasti dan pengobatan khususnya juga belum ada. Oleh karena itu, pencegahan masih tetap yang terbaik, healthy food, healthy lifestyle (makanan sehat, gaya hidup sehat).

•┈••◎◎❀★❀◎◎••┈•
❀ TaNYa JaWaB ❀
•┈••◎◎❀★❀◎◎••┈•

0️⃣1️⃣ Jenni ~ Depok
Ijin berbagi pengalaman.
Saya tetap masih isoman 1 bulan lebih yang lalu positive di PCR swab terpapar covid dan di rawat di RSUI Depok selama 9 hari (dengan gejala hanya mual-mual saja tidak ada suhu badan yang tinggi seperti pak suami yang lebih dulu terpapar covid yang karena sering sepedaan kemana-kemana) tapi pulang dengan keadaan masoh positive, sampai hari ini isoman di rumah dan sudah 4 minggu ini hasil swab PCR msh positive, memang saya ada di temukan TB Paru di bulan Februari tahun ini dan di rawat hampir 1 bulan di RS Mayapada.

Pertanyaan saya, apa hubungan nya TB saya dengan covid nya ya dok?
Dan pak suami gejala nya berat, suhu tinggi dengan batuk-batuk yang luar biasa dan tidak mau makan ketika pulang dari rawat inap, di RSUI di swab lagi setelah isoman 2 minggu di rumah sudah negatif. Saya tidak paham dok. 
Terimakasih dok.

🌷Jawab:
Kondisi ini dinamakan Long positivity PCR. Akan ada yang hasil PCR nya tetap positif, karena sisa-sisa virus yang mati masih ditemukan. Tapi insyaAllah sudah aman dan tidak menularkan lagi. Pada penyakit TB yang diserang juga jaringan paru nya. Sama halnya dengan covid yang bisa menimbulkan kerusakan pada jaringan paru. 

Adakah hubungan nya? Jika yang ditanya adalah hubungan kausal, jelas tidak ada karena keduanya penyebab nya berbeda. Yang satu bakteri yang satu lagi virus. Tapi jika ditanya hubungan nya dengan Long covid syndrome yang dirasakan bisa jadi ada. Karena efek dari kedua penyakit tersebut bisa menyebabkan fibrosis Paru yang akhirnya menimbulkan keluhan jangka panjang. Pasien bisa merasa sesak atau cepat lelah setelah aktivitas fisik agak berat.

Wallahu a'lam

0️⃣2️⃣ Dwi ~  Bondowoso
Assalamualaikum Dok.

Saya pernah positif covid bulan Desember tahun 2020, setelah 2 bulan saya sudah sembuh, namun setelah 3 bulan saya mulai sesak, batuk dan demam, akhirnyarutin ke dokter Paru dan hanya diberi obat. Saya pikir sembuh, setelah 6 bulan saya bingung akhirnya karena sesak, batuk dan demam masih timbul, saya melakukan general cek up sendiri ke laboratorim Parahita karena ingin tahu kondisi yang sesungguhnya terjadi. Ternyata saya positif TBC dan sekarang sedang pengobatan 6 bulan ke depan, yang saya tanyakan, apa ada hubungannya dengan Long Covid itu tadi dok? Atas jawaban dokter, terimakasih.

🌷Jawab:
Waalaikummussalam warahmatullah wabarakatuh

Pertanyaan nya mirip ya shalihah, yang pasti ketika didiagnosis TB berarti ada infeksi baru oleh bakteri Tuberkulosis. Penyebab nya berbeda dari Covid, tapi efek kerusakan yang ditimbulkan pada jaringan Paru bisa sama.

Kenapa kena TB pasca Covid?

1. Yang jelas pasti ada kontak dengan pasien TB yang memungkinkan shalihah tertular oleh bakteri nya. 

2. Pasca Covid dan sedang dalam masa pemulihan kemungkinan imun tubuh masih lemah, belum sempurna. Ini yang menyebabkan ketika shalihah kemudian terinfeksi bakteri TB, bakteri mudah berkembang.

Wallahu a'lam

0️⃣3️⃣ Jennie ~ Depok
Saya positif TB di bulan Februari 2021 lalu saya di kasih obat TB ada 3 macam Inh , Etambuthol dan Rifamicin, tapi saya gatal-gatal semua kulit saya, lalu di ganti dengan Rifamicin, Levofloxacin, Isoniazid, dan saya tetap gatal-gatal semua kulit saya, sudah dikasih obat yang paling rendah turunan nya Etambuthol yaitu Lefofloxacin, jadi bagaimana dengan TB saya kalau saya alergi, dan bagaimana dengan Long Covid saya yang masih positif ini ya dok?
Terimakasih dokter Nurul.

🌷Jawab:
Untuk pengobatan TB karena tidak bisa dengan satu jenis obat, maka harus dikonsultasikan lebih lanjut bu. Sekaligus dilakukan pemeriksaan, ibu alergi nya tahap jenis obat yang mana. Terkait kondisi PCR yang masih positif, berarti ibu mengalami Long positivity PCR. Kondisi ini bisa menetap selama 3-6 bulan. Akan tetapi tidak perlu khawatir karena kondisi ini sudah tidak menularkan lagi. Jadi cukup fokus untuk masa pemulihan dan pengobatan TB nya ya bu.

Wallahu a'lam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar