Minggu, 28 Maret 2021

MERAWAT CINTA HINGGA KE SURGA-NYA

 


OLeH  :  Ibu Hj. Irnawati Syamsuir Koto 

  💎M a T e R i💎

Assalamu'alaikum sholehah. 
Semoga kita semua selalu dalam lindungan Alloh ﷻ. 
Alhamdulillah, puja dan puji hanya milik Alloh ﷻ yang telah memberi kita hidayah Iman Islam, harta paling berharga, satunya yang bisa membuka jalan ke surga. Hanya dengan hidayah-Nya lah, kita bisa menemukan jalan keselamatan. Dan Alhamdulillah sampai malam ini, kita masih dalam kondisi beriman Islam, iman tauhid. 

Sholawat dan salam kita kita sampai kepada Rasulullah ﷺ yang dengan perantaraan beliaulah kita mengenal Islam. Andai jika beliau tidak diutus untuk seluruh umat di alam ini, mungkin kita telah tersesat, beriman kepada selain Alloh ﷻ yang Esa. Kita sampaikan juga  salam kepada keluarga beliau, sahabat dan para pengikutnya hingga akhir zaman.

Sholehah, malam ini kajiannya rada spesial ya, soal cinta.
Yang masih single, tahan hati yaa, bekal untuk nanti. 

🌸 MERAWAT CINTA HINGGA KE SURGA-NYA

Sahabat-sahabatku yang dicintai Alloh ﷻ...

Pernikahan harmonis bukanlah pernikahan yang tiada konflik sama sekali. Pernikahan harmonis adalah pernikahan yang memiliki konflik, namun suami dan istri mampu me-manage perbedaan yang ada sekaligus mampu menyalakan api asmara di antara mereka.

Saya kutip isi ceramah dari K.H. Zainuddin MZ. : 

“Ketika baru menikah, bulan madu, kemana-mana selalu bersama. Kondangan selalu gandengan tangan. Istri terpeleset, bilang “hati-hati”. Begitu sudah punya anak tiga, istri bilang, “Bang, kondangan yuk”. Jawab suami, “Jalan ajah duluan Luh”. Pulang kondangan, istri ngelapor, “Bang, tadi aku kepleset”. Suaminya malah bilang, “Emang mata Luh di mana, sih?” (K.H. Zainuddin MZ).

Kutipan dari ceramah almarhum K.H. Zainuddin MZ, itu sungguh tepat untuk menggambarkan perjalanan mahligai rumah tangga masyarakat kita.

Para ahli mengatakan, umur rawan perceraian adalah setelah sepuluh tahun pertama pernikahan. Mulailah intrik dalam rumah tangga terjadi. Jika tak pandai merawat cinta, intrik itu dapat merusak bahtera yang tengah melaju di atas derasnya gelombang samudera kehidupan.

Sesungguhnya, pernikahan yang dibangun karena cinta pada Alloh ﷻ tak akan mudah karam. Dalam rumah tangga itu, cinta laksana air dalam kehidupan, nafas dalam jiwa, semangat dalam raga, lembut dalam sutera. Ia bagaikan panas pada api, dingin pada salju, luas pada angkasa dan ketika surga Alloh ﷻ menjadi pulau impian pasangan suami-istri, bahtera rumah tangga akan selalu riuh dalam keimanan.

Itulah sebabnya, Rasulullah ﷺ selalu ingat almarhumah Khadijah رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا, istri pertamanya, hingga Aisyah رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا cemburu, 
“Aku sangat cemburu dengan Khadijah karena sering disebut Rasulullah ﷺ, sampai-sampai aku berkata: Wahai Rasulullah ﷺ, apa yang kau perbuat dengan wanita tua yang pipinya kempot itu, sementara Alloh ﷻ telah menggantikannya dengan wanita yang lebih baik?”

Rasulullah ﷺ menjawab, 
“Demi Alloh ﷻ, tidak seorang wanita pun lebih baik darinya. Ia beriman saat semua orang kufur, ia membenarkan ku saat manusia mendustai ku, ia melindungi ku saat manusia kejam menganiayaku, Alloh ﷻ menganugerahkan anak kepadaku darinya."

Manusia yang hidup di alam yang profan ini semestinya merasakan cinta duniawi. Yaitu mencintai anak dan istri (atau suami) sebagai belahan jiwa. Namun demikian, semua cinta itu tak boleh melengahkan manusia dari cinta pada Alloh ﷻ. 

Alloh ﷻ berfirman, 
“Katakanlah, Jika bapak-bapakmu, anak-anakmu, saudara-saudaramu, istri-istrimu, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatir kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya, dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik.” (QS. At-Taubah: 24).

Maka, sejarah pun membuktikan, Nabi Nuh عَلَيْهِ السَلاَمُ tak kuasa menahan cinta pada anaknya. Ia memanggilnya untuk bergabung dalam bahtera yang segera berangkat, saat air makin meninggi, gemuruh ombak dan gelombang lautan terus berkejaran menuju bumi yang akan segera tenggelam.

Tapi, segera Alloh ﷻ ingatkan, 
“Hai Nuh, sesungguhnya dia bukanlah termasuk keluargamu (yang dijanjikan akan diselamatkan). Sesungguhnya segala perbuatan tidak baik….” (QS. Hud: 46). 

Demikian halnya pada pasangan hidup. Dimulai ketika sepasang anak manusia tertarik satu dengan lainnya, Islam mengajarkan segera memulai mahligai rumah tangga. Rasulullah ﷺ berpesan, 
“Wahai anak muda, barang siapa di antara kalian sudah mampu (menikah), hendaklah menikah.”

Ikat cintamu. Abadikan pelana hatimu. Simpan permata jiwamu. Proklamasikan belahan kasihmu di atas sajadah ijab-kabul yang disaksikan para malaikat, sambil bersimpuh di hadapan orang tua dan kerabat.

Pernikahan telah menyingkap tabir rahasia pasanganmu. Bagi suami, ternyata istri yang engkau nikahi tidaklah semulia Khadijah رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا yang rela berkorban seluruh hartanya untuk dakwah suaminya. Tidak pula setakwa Aisyah رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا yang menutup malam dengan tahajud dan siang dengan infak serta sedekah. 

Tidak pula setabah Fatimah رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا ketika Ali bin Abi Thalib  رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ, suaminya, membagikan persediaan makanannya untuk fakir miskin, janda dan tawanan perang hingga Alloh ﷻ turunkan ayat sebagai pengabadian cinta mereka, 
“Sesungguhnya Kami memberi makanan kepadamu hanyalah untuk mengharapkan keridhaan Alloh ﷻ, Kami tidak menghendaki balasan dari kamu dan tidak pula (ucapan) terima kasih.” (QS. Al-Insan: 9).

Maka, ketika cinta telah terpatri di buku nikah, Rasulullah ﷺ menganjurkan umatnya untuk mendoakan sepasang kekasih itu, 
“Semoga Alloh ﷻ memberikan keberkahan kepadamu, keberkahan ke atas mu dan mempersatukan kalian berdua dalam kebaikan."

Hidup satu atap menjadi ibadah, mencari rezeki ibadah, tersenyum ibadah, bahkan bercumbu pun bernilai sedekah.

🌸🌷🌸
Sholehah...

Dikisahkan dari Abu Dzar رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ, bahwa orang-orang mengadu kepada Rasulullah ﷺ, 
“Wahai Rasulullah ﷺ, orang-orang kaya telah memborong pahala, di mana mereka shalat sebagaimana kami shalat, mereka berpuasa sebagaimana kami berpuasa, dan mereka (berkesempatan) menyedekahkan kelebihan harta mereka."

Rasulullah ﷺ menjawab, 
“Bukankah Alloh ﷻ telah menjadikan sesuatu yang dapat kalian sedekahkan (juga)? Sesungguhnya setiap tasbih adalah sedekah, setiap takbir adalah sedekah, setiap tahmid adalah sedekah, setiap tahlil adalah sedekah, menyuruh untuk berbuat baik adalah sedekah, mencegah dari perbuatan munkar adalah sedekah, bahkan apabila salah seorang di antara kalian menggauli istrinya juga termasuk sedekah."

Para sahabat bertanya, 
“Wahai Rasulullah ﷺ, apakah seseorang itu melampiaskan nafsunya juga mendatangkan pahala?”

Beliau ﷺ menjawab, 
“Bagaimana pendapatmu seandainya ia melampiaskan nafsunya pada yang haram, bukankah yang demikian itu mendatangkan dosa? Demikian sebaliknya bila ia melampiaskan nafsunya pada yang halal maka ia mendapatkan pahala." (HR. Muslim).

Apapun itu ada ilmu dan seninya, agar apapun yang dikerjakan bisa lebih dan seoptimal mungkin. Termasuk urusan berumah tangga, kita harus memahami ilmu dan seni berumah tangga, agar juga optimal hingga di akhir kelak.

Kebahagiaan rumah tangga adalah surga kecil yang diharapkan semua orang, sebagaimana yang pernah disabdakan oleh Rasulullah ﷺ: “Rumahku.. Surgaku..” Namun perjalanan berkeluarga dan membina rumah tangga tidak selalu seindah melewati jalan bertaburan bunga. Berapapun usia pernikahan kita, cinta dan sayang antara suami istri haruslah tetap terawat dan terjaga.

Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antara mu rasa kasih dan sayang. 
"Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir." (QS. Ar-Rum: 21). 

Maka menjadi kewajiban kita semua untuk saling mengingatkan bahwa urusan membangun keluarga itulah haruslah bersumber pada panduan Qur’an, Sunnah dan teladan orang-orang shaleh. Awal dari pembentukan keluarga yang sakinah mawadah wa rohmah tentu diawali dengan proses pernikahan yang Islami pula.

Baik dimulai dari proses mencari calon pasangan hidup, hingga bagaimana proses interaksi dengan pasangan ketika telah resmi menjadi pasangan suami-istri. Islam juga memberikan tuntunan dan panduan bagaimana menyelenggarakan sebuah pesta pernikahan yang berkah dan sesuai dengan syariat Islam. Sebab proses mencari jodoh dalam Islam bukanlah “membeli kucing dalam karung” sebagaimana sering dituduhkan, namun justru diliputi oleh perkara yang penuh adab. Bukan “coba dulu baru beli” kemudian “habis manis sepah dibuang”, sebagaimana jamaknya pacaran remaja di masa sekarang.

Ajaran Islam tentang itu berawal dari perlunya proses ta’aruf (berkenalan dengan pasangan), agar kita tahu siapa nama calon pendamping kita, asalnya, keturunannya, keluarganya, akhlaknya, agamanya dan informasi lain yang memang dibutuhkan. Kemudian nazhar (melihat calon pasangan), khitbah (proses melamar), dan akad nikah. Kemudian walimatul ‘urs, bila dimungkinkan bisa dilakukan kapan saja.

Mari kita senantiasa tanamkan keyakinan bahwa keluarga adalah ladang amal terbaik bagi kita. Namun jalan untuk itu pasti butuh semangat dan tekad yang kuat untuk mewujudkannya. Keluarga yang sakinah mawaddah dan warahmah itu butuh perjuangan untuk mewujudkannya.

Tanamkanlah pada diri kita bahwa keluarga yang bersumber pada tuntutan Islam adalah keluarga yang dimana Alloh ﷻ akan memberikan kebaikan pada siapapun yang ada di dalamnya.

Rumah tangga haruslah dibangun dengan kekuatan kasih sayang. Kalau ini ditanamkan, yakinlah Alloh ﷻ akan memberikan kebaikan pada keluarga ini, Alloh ﷻ akan memberikan kasih sayang-Nya, melalui beragam jalan yang penuh berkah, ketenteraman jiwa, ketenangan pikiran dan rezeki yang penuh berkah.

Ini sederhana dan sepele, tapi dampaknya sungguh luar biasa: masing-masing suami dan istri harus berusaha untuk memberikan kenangan terindah. Sebab sesungguhnya suami istri yang ideal itu hanya dipisahkan oleh kematian, dan ketika salah satu di antara keduanya lebih dahulu menghadap Sang Ilahi, kenangan terindah tersebut akan senantiasa membekas.

Wallahu a'lam

Demikian dulu dari saya, semoga bermanfaat. 

🌸🌸🌸🌟🌟🌟🌸🌸🌸
        💎TaNYa JaWaB💎

0️⃣1️⃣ Dwi ~ Bondowoso
Assalamualaikum Bunda.

Disaat suami yang sudah meninggal kita anggap sempurna baik dalam hal akhlaq dan ibadah, di sinilah terkadang saya merasa kok susah sekali menerima laki-laki yang ingin ta'aruf. Banyak ketakutan-ketakutan seperti baikkah dia, sholeh kah dia dan mampukah dia sehati nantinya dan lain-lain.

Pertanyaan saya, bagaimana Bunda cara kita untuk bisa survive ke depan dan siap untuk berkeluarga lagi? Karena hati masih terbayang-bayang terus dengan almarhum. 

🌸Jawab:
Waalaikummussalam warahmatullah wabarakatuh

Yang pertama, itu butuh waktu, apalagi berpisah karena salah satunya meninggal dunia. 

Hal yang perlu kita sadari bahwa setan akan memghembuskan rasa was-was kepada kita dalam hal ibadah, termasuk menikah, akan banyak rasa was-was yang dia bisikkan agar kita enggan untuk menikah, padahal di dalam menikah amat sangat banyak nilai ibadahnya. 

Dan juga perlu kita sadari, masing masing pribadi itu mempunyai kelebihan dan kekurangan, itu pasti. Jangan pikirkan kekurangannya, tapi pikirkan apa yang bisa kita jadikan ladang amal didalam rumah tangga. 

Dan coba membuka hati dengan ikhlas, harus menerima kenyataan bahwa suami sudah almarhum, semua kebaikkannya adalah ibadahnya untuk keluarga, saat ini waktunya kita melanjutkan ibadah-ibadah lain bersama lelaki lain. 

Menikah adalah jalan untuk menghindari fitnah. Apalagi status seorang janda itu rentan dengan fitnah. 

Wallahu'alam. 

0️⃣2️⃣ Widia ~ Bekasi
Assalamualaikum Ustadzah, 

Apa yang harus istri lakukan jika suami melakukan kesalahan yang sama terus-menerus tanpa mau membicarakan dan memperbaiki? Sehingga istri merasa sakit hati dan menyalahkan jodohnya. 

🌸 Jawab:
Waalaikummussalam warahmatullah wabarakatuh 

Jalan pertama adalah muhasabah, ingat dosa-dosa yang kita lakukan dan mentaubatinya. Karena bukan tidak mungkin kesalahan yang dilakukan suami itu karena dosa-dosa kita. 

Yang kedua, tidak perlu menyalahkan jodoh, karena jodoh adalah takdir yang didapatkan oleh pasangan masing-masing, itu adalah ujian bagi perseorangan. 

Cari pihak ketiga untuk mediasi antara kedua belah pihak. Cari orang yang bisa dipercaya. Jangan mengumbar kekurangan pasangan secara serampangan.

Jika merasa terdzalimi dan rasanya tidak ridho, maka pasangan boleh menggugat cerai pasangan dengan segala resikonya, tapi bersabar lebih baik baginya, dan ada pahala yang besar. 

Wallahu a'lam. 

0️⃣3️⃣ Neng Ella ~ Palu
Mams, bagaimana menguatkan hati seorang jomblo yang lagi proses ta'aruf? Agar bisa mempunyai visi dan misi yang sama membina hubungan pernikahan hingga jannah. Agar menguatkan hati gitu Mams. 

🌸Jawab:
Visi dan misi yang sama itu bukan hasil dari berhasilnya ta'aruf, tapi sebaliknya, ta'aruf itu berlanjut karena adanya kesamaan visi dan misi didalam membangun rumah tangga. 

Jadi, kalau visi dan misi sudah berbeda, tidak ada salahnya mencari yang lain, kita berhak menentukan orang yang akan mendampingi, jangan melanjutkan karena malu atau segan. 

Wallahu a'lam. 

0️⃣4️⃣ Bestiar ~ Pekanbaru 
Assalamualaikum Ustazah. 

Bolehkan istri meminta cerai ke suami karena suami sudah tidak cinta lagi? Suami tidak memberi nafkah lahir dan bathin dalam waktu yang lama, 3 bulan, 6 bulan, kadang hampir 1 tahun. Sudah berkomunikasi dengan baik-baik tapi suami tidak berubah. Terus berulang sampai pernikahan 20 tahun.

Afwan Ustadzah.

🌸Jawab:
Waalaikummussalam warahmatullah wabarakatuh

Kita lihat rujukan di Roudhotut Toolibiin 7:374, dan juga fatwa Syaikh Ibn Jibrin rahimahullah di http://islamqa.info/ar/ref/1859 yang menjelaskan apa saja yang membolehkan seorang wanita meminta khulu' (cerai). 

Diantaranya; 
▪️1. Jika sang suami sangat nampak membenci sang istri, akan tetapi sang suami sengaja tidak ingin menceraikan sang istri agar sang istri menjadi seperti wanita yang tergantung.

▪️2. Akhlak suami yang buruk terhadap sang istri, seperti suka menghinanya atau suka memukulnya.

▪️3. Agama sang suami yang buruk, seperti sang suami yang terlalu sering melakukan dosa-dosa, seperti minum khomr, berjudi, berzina, atau sering meninggalkan sholat, suka mendengar musik dan lain-lain. 

▪️4. Jika sang suami tidak menunaikan hak utama sang istri, seperti tidak memberikan nafkah kepadanya, atau tidak membelikan pakaian untuknya, dan kebutuhan-kebutuhan primer yang lainnya, padahal sang suami mampu.

▪️5. Jika sang suami ternyata tidak bisa menggauli istrinya dengan baik, misalnya jika sang suami cacat, atau tidak bisa melakukan hubungan biologis, atau tidak adil dalam mabit (jatah menginap), atau tidak mau atau jarang memenuhi kebutuhan biologisnya karena condong kepada istri yang lain.

▪️6. Jika sang wanita sama sekali tidak membenci sang suami, hanya saja sang wanita khawatir tidak bisa menjalankan kewajibannya sebagai istri sehingga tidak bisa menunaikan hak-hak suaminya dengan baik. Maka boleh baginya meminta agar suaminya meridoinya untuk khulu’, karena ia khawatir terjerumus dalam dosa karena tidak bisa menunaikan hak-hak suami.

▪️7. Jika sang istri membenci suaminya bukan karena akhlak yang buruk, dan juga bukan karena agama suami yang buruk. Akan tetapi sang istri tidak bisa mencintai sang suami karena kekurangan pada jasadnya, seperti cacat, atau buruknya suami.

Wallahu a'lam. 

0️⃣5️⃣ Safitri ~ Banten
Bun, bagaimana cara kita selalu membangun komunikasi dengan baik kepada suami dan agar suami dan istri tidak bosan satu sama lain jadi walaupun usia pernikahan sudah lama tapi harus tetep seperti pengantin baru terus gitu? 

Pertanyaan jomblo, butuh ilmu pranikah nih. 

🌸Jawab:
Membangun dan menjaga komunikasi itu dilihat dari karakter pasangan kita, dan kita pribadi yang lebih faham hal-hal apa yang disukai pasangan. 

Jangan pernah memaksakan kehendak, karena itu membuat hal yang tidak nyaman. Pelajari pasangan, maka kita akan faham bagaimana memperlakukan pasangan dengan baik.

Wallahu a'lam. 

0️⃣6️⃣ Kiki ~ Dumai
Uni, bagaimana tips-tipsnya agar cinta itu bisa terus terawat dalam kondisi suami istri pada jarak yang berjauhan, Uni? 

🌸Jawab:
▪️Yang paling penting adalah Menjaga rasa saling percaya, karena kecurigaan hanya akan bermuara pada percek-cokkan dan ketidak nyamanan.

▪️Kedua menjaga komunikasi, jangan sampai lost contact. 

▪️Ketiga menjaga keharmonisan disesuaikan dengan karakter pasangan. 

▪️Dan saling mendoakan tentunya. 

Wallahu a'lam. 

🌸🌸🌸🌟🌟🌟🌸🌸🌸
 💎CLoSSiNG STaTeMeNT💎

Sahabat-sahabatku... 

Senantiasa jadikanlah lantunan doa semua anggota keluarga sebagai sebagai pondasi, karena tidak ada rumah tangga yang sukses kecuali di dalamnya ada lantunan doa-doa terindah yang kelak akan menyirami pertumbuhan keluarga.

Jaga cinta karena Alloh ﷻ, semua akan menjadi ibadah yang tentunya akan menambah pundi-pundi amalan baik kita untuk akhirat nanti.

Wallahu a'lam

Mohon maaf atas segala kekurangan dan kesalahan.
Wasalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar