Minggu, 28 Maret 2021

MENDIDIK ANAK BERVISI SURGA



OLeH: Bunda Azizah

❀ M a T e R i ❀
•┈•◎❀★❀◎•┈•

🌸MENDIDIK ANAK BERVISI SURGA

بسم الله الرحمن الرحيم

الســـلام عليــكم ورحــمة اﻟلّـہ وبركاته

Menikah adalah salah satu bagian dari sunnah Rasul. Perintah menikah ada dalam surat Arrum ayat 21. Dimana dikatakan bahwa menikah itu dapat memberikan ketenangan dalam diri seorang hamba, karena menikah itu adalah sarana untuk menjaga fitrah dari perbuatan yang haram.

Saat sepasang anak manusia ditakdirkan Alloh ﷻ untuk menjadi penyempurna dien, maka ikatan suci yang termaktub dalam ikatan suci pernikahan terbebani dengan begitu banyaknya tanggung jawab. Yang intinya menjamin kebahagiaan lahir batin pasangan, anak dan keluarga besarnya.

Seharusnya setiap keluarga memiliki visi dan misi yang jelas. Biduk rumah tangga itu akan dibawa kemana. Jangan sampai badai kehidupan menghantam biduk dan ia kehilangan arah tujuan. Visi setiap keluarga muslim itu adalah se surga sekeluarga. InsyaAllah.

Ketika pasangan diberi amanah oleh Alloh ﷻ berupa buah hati yang suci, maka bertambah pula kewajiban di dalam rumah tangga itu. Ada banyak hal yang harus disiapkan dalam diri orang tua, salah satu kewajibannya adalah MENDIDIK ANAK-ANAK YANG BER VISI SURGA.

Ada beberapa hal yang bisa dilakukan para orang tua agar memiliki anak-anak bervisi surga: 

★1. Saat mulai kehamilan di tri semester pertama maka, ibunya harus memasukkan makanan yang halalan thoyyiban. Karena sejatinya janin itu telah bersumpah mengakui bahwa Alloh ﷻ satu-satunya Rabb semesta alam bisa di cek di QS. Al aA'raf.
(QS. As Sajadah 32 :9) : saat ruh ditiupkan
(QS. al a'raf 7 : 172) : saat janin berkata alastu birabbikum qoluu bala syahidna.

Dan makanan yang ditelan ibunya akan sangat mempengaruhi karakter anaknya kelak ketika sudah lahir dan besar. (QS. 2 : 168) Makanan halalan thoyyiban

"Dan makanlah makanan yang halal lagi baik yang Alloh ﷻ yang Alloh ﷻ telah rezeki kan kepadamu." (QS. Al maidah: 88) 

Ingat kisah ibunya imam syafii saat hamil menemukan apel yang hanyut di sungai.

Selama proses hamil ikuti kegiatan yang positif yang lebih mendekatkan pada keilmuan bagaimana menjadi ibu yang sesuai perintah Alloh ﷻ dan rasul-Nya. Contoh dengan banyak mengikuti kajian Islam bagaimana mendidik anak rabbani.

★2. Proses pengenalan atas ketauhidan di mulai sejak bayi lahir sampai usia 5 tahun.
Di usia ini seorang ibu punya kewajiban besar untuk mengenalkan Alloh ﷻ dan benar-benar di usia ini anak akan berproses meyakini tentang ketauhidan. 

Dalam ilmu parenting di usia ini anak belajar antara percaya vs curiga yang akan melatih dia untuk punya rasa optimis dan percaya diri, kontrol diri dan motivasi menjadi lebih baik.

Ingat kisah Abu yazid al bustomi yang sedang sholat malam dan ternyata anaknya sedang ikutan. Terjadi dialog anaknya di suruh tidur.

★3. Diusia 6 sampai 12 tahun. Maka ini adalah usia penguatan untuk pembiasaan hal-hal positif. Di usia ini anak belajar tentang inisiatif dan sudah kenal rasa bersalah, begitu juga rasa frustasi, atau bahkan punya rasa percaya diri. 

Maka di usia ini orang tua harus benar-benar siap dengan reward dan punishment jika anak melakukan tindakan hal positif atau negatif. Karena ini pondasi anak bisa baik untuk selanjutnya atau tidak.

Kisah bagaimana Rasulullah ﷺ belajar mengembala diusia 8 tahun. Dan ikut berdagang di usia 10 tahun.

★4. Di usia 13 sampai 19 tahun ini masa-masa anak ingin menunjukkan identitas dirinya, atau justru ia akan melarikan diri dari tanggung jawab dan amanah yang ada pada dirinya. Ini saat-saat terpenting orang tua dan orang dewasa disekitarnya untuk mendukung sikap sosialnya, menstabilkan kematangan emosionalnya sehingga tidak mudah terpengaruh dengan lingkungan.

Berikan kisah sang penakluk konstatinopel. Muhammad Al fatih yang baru berusia 18 tahun dia sudah menjadi panglima.

★5. Saat usia anak 20 tahun ke atas maka orang tua wajib mengawal aktivitas sosial anaknya seperti apa di luar. Kita perlu tahu di berteman akrab dengan siapa. Dan persiapkan mental dia untuk memilih pasangan hidup yang baik. Bagaimana menempatkan rasa cinta itu adalah fitrah yang harus di jaga, bukan seperti dilan yang bilang bahwa rindu itu berat pada pasangan yang belum halal.

Maka ceritakan bagaimana cinta Fatimah atas ali dan bagaimana Ali menyikapi perasaannya atas Fatimah putri Rasulullah ﷺ.

Wallahu a'lam

•┈••◎◎❀★❀◎◎••┈•
❀ TaNYa JaWaB ❀
•┈••◎◎❀★❀◎◎••┈•

0⃣1⃣ Mila ~ Tegal
Bun, jika melihat fenomena saat ini, rasa cinta itu sudah muncul pada usia 13-19 tahun. Akhirnya banyak yang pacaran pada usia tersebut.  

Nah bagaimana nih bun agar orang tua atau orang dewasa didekatnya menasihati agar menempatkan rasa cinta yang benar. Sementara kematangan emosional mereka juga belum stabil? 

🌀Jawab:
Bismillahirrahmanirrahim.

Bagaimana mengantisipasi perasaan cinta yang hadir pada saat pubertas yang 13 sampai 19 tahun, sehingga kemudian anak-anak itu terlibat dalam pacaran yang menyebabkan banyak salah jalan begitu ya.

Nah ini pentingnya, bagaimana orang tua itu memback up anak-anaknya untuk memahami mana yang boleh dan yang terlarang untuk disentuh itu ya.

Sampaikan bahwa antara ikhwan dan akhwat itu ada aturan jelas, mereka tidak boleh pergi bersama, apabila bersentuhan itu batal wudhunya. Sehingga mereka itu sadar bahwa, ada jarak,  ada "gap" di antara ikhwan dan akhwat, mereka tidak boleh saling membaur untuk urusan yang tidak jelas begitu kan. 

Jelas kalau di kelas itu misalnya mereka duduknya juga terpisahkan begitu ya, dan itu perlu diajarkan dari kecil "bagaimana anak perempuan untuk dilatih terbiasa malu, dia tidak telanjang ketika masih kecil lari-larian tidak" begitu juga dengan laki-laki "anak-anak Bunda itu, Bunda ajarin untuk memakai celana, kalau laki-laki itu di bawah lutut kan begitu auratnya, kalau perempuan itu maka dia kemana-mana, keluar dari pagar rumah pintu rumah itu harus berkerudung dari kecil", sehingga mereka tahu bahwa kalau keluar rumah mereka mencari kerudung.

Dan ini perlu dilatihkan jadi tidak bisa "tiba-tiba" tahu-tahu sudah besar, sudah haid kemudian "ayo ditutup rambutmu itu kan, ayo berhijab." Harusnya disampaikan pelan-pelan perempuan itu auratnya "ini sampai sini" kalau laki-laki itu "ini sampai ini" yaitu dari pusar di bawah lutut itu. Kenapa laki-laki boleh salat cuma pakai celana kolor yang penting di bawah lutut begitu ya, pusarnya ketutup itu shalat tidak masalah.

Tetapi dilihat dari ketidak sopanan begitu lho, menghadap guru saja atau menghadap Pak Ustadz saja masa pakai celana kolor malu apa tidak, apa lagi menghadap Alloh ﷻ, ini yang kemudian menjadi kepantasan yang juga perlu dimasukkan di dalam penilaian dari akhlak begitu ya.

Jadi yang paling urgent atau mendesak itu adalah ketika anak itu kecil, bahwa mendidik anak perempuan itu tidak mudah.

Dari psikolog aja ya itu mengatakan bahwa "Ajarkan anak-anak, mana-mana area yang tidak boleh disentuh orang lain kecuali dokter, kecuali ibunya, kecuali ayahnya sudah."

Sehingga anak itu tidak merasa biasa saja ketika disentuh-sentuh orang, dia akan menangis, sehingga tahu.

Biasakan anak-anak itu memiliki hijab ketika masih kecil, ya jadi mereka terbiasa, dia akan merasa malu kalau dia tuh cuma pakai celana pendek keluar begitu kan atau pakai baju "kutungan" (kaos oblong) keluar itu malu. Sehingga ketika dia besar itu akan terbiasa dengan pola-pola seperti itu ya. Jadi intinya kalau kita ibaratkan, menanam pohon ya kalau memang ingin pohon itu lurus tumbuhnya maka dari kecil kita itu lurus kan itu batang. Tetapi kalau sudah menjadi kayu bagaimana caranya meluruskan kalau dia sudah "kadung" (terlanjur) bengkok kan begitu.

Jadi dari kecil mulai ada penanaman, penanaman adab, akhlak, dan Islam itu.

Wallahu a'lam

0⃣2⃣ Safitri ~ Banten
Bund, kan ada yang bilang, "Tidak ada anak yang nakal, yang ada itu orang tuanya yang salah mendidik," jika dalam masa kecilnya si anak susah diatur ini itu berarti memang kita harus melihat bagaimana cara orang tuanya mendidik, dan fitri pernah dengar salah satu kajian dari ustadz "menikah itu membuat kita lebih dekat dan semakin dekat dengan Alloh ﷻ karena menikah itukan ibadah, jika dalam menikah salah satu di antara pasangan suami istri atau keduanya malah jauh sama Alloh ﷻ berarti ada yang salah dalam pernikahannya, mungkin karena dia salah dalam memilih pasangan." Nah seperti ini bun,  berarti emang ketika kita mempunyai impian atau visi misi dalam rumah tangga dan mendidik anak, kita punya visi kelak sejak dini harus diajarkan ketauhidan berarti dalam konteks memilih pasanganpun kita tidak boleh sembarangan kan bun, jika kita ingin mempunyai anak yang baik kita harus cari calon ayah yang baik juga, menurut bunda bagaimana bun?

🌀Jawab:
Bismillahirrahmanirrahiim.

"Kalau ada anak nakal itu berarti salah didik, karena memang di dalam dalil itu dikatakan bahwa dikatakan bahwa anak itu putih seperti kertas, maka siapa yang menggores di atas kertas putih itu adalah lingkungannya, bisa jadi orang tuanya, bisa jadi pamannya, kemudian sepupunya, bisa jadi kakek nenek nya dan masyarakat lingkungan sekitarnya."

Jadi di sini yang perlu dipahami adalah bagaimana ketika anak itu kecil bertumbuh itu ada pembiasaan baik tidak, ketika dia biasa ngomong jorok, kotor, kasar ditegur tidak sama orang tuanya,  sampai kemudian kalau bunda sendiri itu mengharamkan kata-kata binatang-binatang yang najis itu masuk ke dalam rumah,  ya atau kata-kata misalnya binatang misalnya "ih, dasar monyet", itu tidak boleh, marah kita, tidak boleh ada kata-kata itu, atau kata-kata "goblok, bodoh, tolol" itu tidak boleh masuk di dalam rumah itu tidak boleh. Jadi ini yang kemudian harus disampaikan kepada anak-anak.

Terus kalau pertanyaan tentang bolehkah ketika kita itu akan menikah itu kemudian kita menentukan kriteria?

Dalam satu dalil yang dikatakan bahwa hak seorang anak itu adalah terlahir dari rahim seorang ibu yang solihah. 

Bayangkan, hak seorang anak itu terlahir dari rahim seorang ibu yang solihah artinya apa berarti memang kita wajib untuk mensolihahkan diri sendiri kita. Sebagai perempuan, bagaimana kita itu menjadi seorang ibu, menjadi madrasah utama buat anak-anak kita, ketika anak-anak kita belajar adab, belajar fiqih, belajar segala macam itu belajar dari ibunya.

Bagaimana seorang anak nanti akan mendapatkan leader atau kepemimpinan itu dari seorang Ayah. Jadi wajar kalau ketika kita menikah itu bukan sekedar "yuk nikah, yuk sama aku, sudah" sudah gitu nggak tahu visi misi ke depan itu seperti apa, itu tidak bisa seperti begitu. Menikah itu adalah ibadah yang paling lama. Itulah kenapa kita perlu bekal yang sangat banyak seorang ibu, perlu tahu apa itu Toharoh, bagaimana bermuamalah,  bagaimana mendidik anak bervisi Quran begitu kan, bagaimana mengajarkan adab dan lain sebagainya.

Jadi menikah itu memang harus ada visi dan misi yang harus dicapai, ke mana "sauh"  itu akan ditancapkan yaitu di surganya Alloh ﷻ.

Wallahu a'lam

0⃣3⃣ Mila ~ Tegal
Bun, misal si nenekkan sudah tau ilmunya dan berusaha menanamkan rasa malu pada cucu perempuannya tersebut. 

Sementara ibunya si anak ini belum tahu. Sementara anak kan lebih banyak waktunya sama ibunya. Dan saat nenek menasihati cucunya tersebut jadi agak slek gitu sama ibu si anak. 

Bagaimana ya bun cara agar nenek dan ibu si anak tersebut bisa sevisi? Adakah tipsnya?

🌀Jawab:
Bismillahirahmanirrahiim.

Cara mungkin ya cara menyampaikan kepada anak. Ya jadi yang paling penting sekarang itu adalah caranya bagaimana berkomunikasi dengan kedua orang itu ya.

Jadi saya tidak tahu yang menjadi anaknya si nenek ini yang perempuan atau yang laki-laki, artinya perempuannya menjadi menantu ya atau dia anak kandungnya. Kalau anak kandungnya harusnya seorang orang tua ya, orang tua itu dihormati ya, seperti apapun.

Saya pernah baca begitu ya bahwa "karma yang sesungguhnya itu ya pada orang tua" gitu loh, jadi kalau orang tuanya tuh sudah menjadi orang tua yang baik-baik kemudian anaknya itu kerjaannya bantah aja bikin sakit hati orang tua, maka karma yang akan diterima itu adalah nanti dia akan diperlakukan hal yang sama oleh anak-anaknya.

Jadi kenapa kita harus memperlakukan orang tua kita itu dengan ahsan dengan cara yang baik begitu ya. Sampai dikatakan bahwa "Jangan pernah kau katakan 'uhh' " itu coba, di Al Quran seperti itu.

Nah ketika seorang nenek mengingatkan cucunya untuk selalu menjaga aurat, kemudian berkata yang baik, justru kemudian orang tuanya tidak setuju. Tolong tegas kepada anak ya bagaimanapun anak itu adalah aset ukhrawi atau untuk akhirat, itu harus disampaikan.

Karena yang disampaikan itu kebenaran begitu loh, kan neneknya justru tidak nyuruh "coba anakmu di lantai tiktok-an begitu kan, joget-joget enggak jelas tidak pakai baju cuma pampersan  doang begitu kan", malu begitu. Tidak seperti itukan, ini disuruh untuk misalnya "kemana-mana ikut nenek pakai kerudung" lah kok orang tuanya tidak setuju. Ini perlu ditegaskan, kalau perlu si ayahnya juga dipanggil. Mungkin alasannya si ibunya nanti akan mengatakan "kan masih kecil" begitu justru dari kecil itu dibiasakan pembiasaan tuh dan kecil, rasa malu ditanamkan itu dari kecil. Kalau udah besar sudah terlanjur kenal pacaran, malunya hilang jadinya. 

Kalau dari kecil itu dilatih untuk malu, maka besarnya juga akan malu, berat menjaga dirinya menjaga izzah dan iffah dirinya. Apalagi anaknya perempuan, jadi diingatkan dengan cara yang baik, kalau perlu duduk bareng, ini loh maksudnya mama ya mungkin cara menyuruhnya juga jangan sampai "kamu itu dibiasakan pakai kerudung anaknya!!," kalau seperti begitu juga tersinggung juga bisa jadi begitu.

Coba metodenya diganti, misalnya "ayo kita main di luar yuk, tapi pakai kerudung dulu ya" atau kalau misalnya nanti orang tuanya alasannya "Nenek mah ngajak keluar saja bikin ribet bikin kotor apa namanya kerudung cuma segitu gitunya saja dipakai terus!!!" misalnya ketus begitu kan. Ya neneknya berkorban dong, beliin kerudung yang murmer (murah meriah) saja begitu misalnya Rp.100.000 dapat 4 atau dapat 3 begitu untuk main saja di luar sehingga ketika main kerumah cucunya tinggal ini sudah bawa ini kerudung begitu kan. 

Misalnya cucunya ada dua perempuan yang satu besar satunya kecil berarti kerudungnya juga yang ukurannya beda begitu kan sehingga ketika di luar tidak ada alasan lagi bagi anaknya untuk menggerutu begitu kan. Yang punya alasan apa tidak harus nyuci kerudung dan lain sebagainya, ya sudah lakukan saja sama neneknya begitu, tapi yang jelas perlu diingatkan bawah ini adalah kebaikan dan itu adalah perintah Alloh ﷻ sehingga anda harus sadar karena bagaimanapun, tugas orang tua tetap mau sedewasa apapun anak, kalau salah, harus diingatkan itu tanggung jawab. 

Karena nanti kalau ditanya sama Alloh ﷻ bagaimana, "lah kamu itu punya cucu sudah tahu cucunya tidak pakai kerudung begitu kan," kalau ditanya Alloh ﷻ seperti begitu bagaimana begitu kan. Yang penting kita sudah menyampaikan dengan cara yang ahsan dengan cara yang baik begitunya.

Wallahu a'lam

•┈•◎❀★❀◎•★•◎❀★❀◎•┈•
❀CLoSSiNG STaTeMeNT❀
•┈•◎❀★❀◎•★•◎❀★❀◎•┈•

Setiap kita akan diuji Alloh ﷻ, bukan untuk mematahkan tapi untuk menguatkan kita.

Yakinlah, setiap kebaikan, tauladan yang kita semai sejak dini pada anak-anak, suatu saat akan membuahkan hasil.

Karena anak adalah investasi ukhrowi kita sebagai orang tua. Harapan kita akan kehidupan abadi disisi-Nya dalam kebahagiaan. InsyaAllah.

Wallahu a'lam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar