Minggu, 28 Maret 2021

BAKTI ISTRI KEPADA SUAMI

 


OLeH: Ustadzah Masitoh

 💎M a T e R i💎

🌸EMPAT KUNCI KEHARMONISAN RUMAH TANGGA


Persoalan rumah tangga tidaklah dilihat hitam-putih sebagaimana perpaduan cat atau mode. Persoalan keluarga perlu dipandang lebih luas, dengan warna-warni laksana warna pelangi. Merah, kuning, hijau, di langit yang biru. Ditata oleh pelukismu Agung, Allah subhanahu wa ta’ala.

Sehingga dinamika, fluktuasi, pasang surut, yang terjadi di dalamnya dipersepsikan menjadi romantika dan panorama kehidupan.

Allah subhanahu wa ta’ala mensyariatkan kehidupan berkeluarga supaya kita lihai dalam merangkai suasana sakinah (ketenangan), mawaddah (kecintaan), rahmah (kasih sayang), amanah (tanggung jawab), ulfah (harmonis). Susana demikian merupakan madrasah pertama yang sangat diperlukan untuk pertumbuhan fisik, bakat dan mental hasil pernikahan (anak keturunan). Dan menciptakan suasana yang ideal dalam madrasah pertama ini tidak mudah dan sederhana. Memerlukan modal keberanian (warna merah) dan keikhlasan hati (warna putih).

وَمِنْ آيَاتِهِ أَنْ خَلَقَ لَكُم مِّنْ أَنفُسِكُمْ أَزْوَاجاً لِّتَسْكُنُوا إِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُم مَّوَدَّةً وَرَحْمَةً إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآيَاتٍ لِّقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ

“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang."

"Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.” (QS. Ar Rum : 21).

Seperti itulah seharusnya rumah tangga dipandang dan dikelola. Rumah tangga merupakan perpaduan antara berbagai warna karakter. Ada karakter pria, wanita, anak-anak, bahkan mertua. Dan tidak ada satupun manusia di dunia ini yang bisa menjamin bahwa semua karakter itu serba sempurna. Pasti ada kelebihan dan kekurangan. Dalam diri manusia, disamping memiliki nalar juga mempunyai naluri. Disamping ada sisi gelap pula ada sisi terang. Ada tarikan jasmani dan ada tarikan ruhani.

Nah, di situlah letak keharmonisan. Tidak akan terbentuk irama yang indah tanpa adanya keharmonisan antara nada rendah dan tinggi. Tinggi rendah nada ternyata mampu melahirkan berjuta-juta lagu yang indah.
Dalam rumah tangga, segala kekurangan dan kelebihan saling berpadu. Kadang pihak suami yang bernada rendah, kadang istri bernada tinggi. Kadang suami berada diatas, istri di bawah. Bisa juga bervariasi, istri di atas, suami di bawah. Kadang menang, dan kalah dalam bertanding di ranjang. Di sinilah suami-istri dituntut untuk menciptakan keharmonisan dengan mengisi kekosongan-kekosongan yang ada di antara mereka.

Setidaknya ada empat hal yang mesti diperhatikan untuk menciptakan keharmonisan rumah tangga.  

◼️1. Tidak Melihat ke Belakang

Jangan pernah mengungkit-ungkit alasan saat awal menikah. “Kenapa saya waktu itu mau nerima aja, ya? Kenapa nggak saya tolak?” Mengapa tidak memberikan sederet persyaratan saat khitbah (lamaran)? Buang jauh-jauh lintasan pikiran ini.Langkah itu sama sekali tidak akan menghasilkan perubahan. Tidak produktif. Justru, akan menyeret disharmonisasi yang bermula dari masalah sepele, sederhana, mudah, menjadi pelik dan kusut. Jika rasa penyesalan berlarut, tidak tertutup kemungkinan ketidakharmonisan berujung pada perceraian.
Sekalipun bercerai itu memiliki landasan syar’i, sesungguhnya ia perbuatan halal yang dibenci oleh Allah subhanahu wa ta’ala. Bukankah dengan berpisahnya dua orang yang semula saling mencintai, ada yang dirugikan. Yaitu, anak-anak akan menjadi korban.

Pengorbanan yang diungkit-ungkit dengan menyebut-nyebut dan menyakiti yang lain, hanya melahirkan kesia-siaan belaka.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُبْطِلُوا صَدَقَاتِكُم بِالْمَنِّ وَالْأَذَىٰ كَالَّذِي يُنفِقُ مَالَهُ رِئَاءَ النَّاسِ وَلَا يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَمَثَلُهُ كَمَثَلِ صَفْوَانٍ عَلَيْهِ تُرَابٌ فَأَصَابَهُ وَابِلٌ فَتَرَكَهُ صَلْدًا لَّا يَقْدِرُونَ عَلَىٰ شَيْءٍ مِّمَّا كَسَبُوا وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْكَافِرِينَ      

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia dan Dia tidak beriman kepada Alloh ﷻ dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah Dia bersih (tidak bertanah). mereka tidak menguasai sesuatupun dari apa yang mereka usahakan; dan Alloh ﷻ tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir.” (QS. Al Baqarah : 264).  

Karena itu, hadapilah kenyataan yang saat ini kita hadapi dengan sikap realistis. Inilah masalah kita. Jangan lari dari masalah dengan melongkok ke belakang. Atau, na’udzubillah, membayangkan sosok lain di luar pasangan kita. Hal ini akan membuka pintu setan sehingga kian meracuni pikiran kita. Kita jangan menempatkan diri sebagai bagian dari masalah. Tetapi meletakkan diri sebagai bagian dari solusi.

◼️2. Berpikir Objektif

Kadang, konflik bisa menyeret hal lain yang sebetulnya tidak terlibat. Tetapi, diikut-ikutkan. Ini terjadi karena konflik disikapi dengan emosional. Lebih-lebih jika pasangan suami-istri tidak memiliki ilmu menejemen konflik. Bisa terjadi, melibatkan pihak ketiga yang mengetahui masalah internal rumah tangga tidak secara utuh. Sepenggal-penggal.Jadi, cobalah lokalisir masalah pada pagarnya. Lebih bagus lagi jika dalam memetakan masalah ini dilakukan dengan kerjasama dua belah pihak yang bersengketa. Tentu akan ada inti masalah yang perlu ditemukan. Menemukan masalah sama dengan menyelesaikan separo solusi. Sehingga akan ada yang bisa diperbaiki.
Misalnya, masalah kurang penghasilan dari pihak suami. Jangan disikapi emosional sehingga menyeret masalah lain. Misalnya, suami yang tidak becus mencari duit atau suami dituduh sebagai pemalas. Kalau ini terjadi, reaksi balik pun terjadi. Suami akan berteriak bahwa si isteri bawel, materialistis, boros, dan kurang pengertian, dan lain-lain.
Padahal kalau mau objektif, masalah kurang penghasilan bisa disiasati dengan kerjasama semua pihak dalam rumah tangga. Tidak tertutup kemungkinan, istri pun ikut mencari penghasilan, bahkan bisa sekaligus melatih kemandirian anak-anak.

◼️3. Lihat Kelebihan Pasangan, Jangan Sebaliknya

Untuk menumbuhkan rasa optimistis, lihatlah kelebihan pasangan kita. Jangan sebaliknya, mengungkit-ungkit kekurangan yang dimiliki. Siapa yang berpikir bahwa pasangan kita serba sempurna di muka bumi ini, maka ia tidak akan bahagia. Karena ia hanya mengejar bayang-bayang. Suatu hal yang mustahil.
Imajinasi dari sebuah benda, bergantung pada bagaimana kita meletakkan sudut pandangnya. Mungkin secara materi dan fisik, pasangan kita mempunyai banyak kekurangan. Rasanya sulit sekali mencari kelebihannya. Tapi, di sinilah keunikan dan ciri khas berumah tangga. Bagaimana mungkin sebuah pasangan suami istri yang tidak saling cinta bisa punya anak lebih dari satu.
Berarti, ada satu atau dua kelebihan yang kita sembunyikan dari pasangan kita. Paling tidak, niat ikhlas dia dalam mendampingi kita karena Alloh ﷻ sudah merupakan kelebihan yang tiada tara. Luar biasa nilainya di sisi Alloh ﷻ. Nah, dari situlah kita memandang. Sambil jalan, segala kekurangan pasangan kita itu dilengkapi dengan kelebihan yang kita miliki. Bukan malah menjatuhkan atau melemahkan semangat untuk berubah.

◼️4. Berkeluarga Wasilatut Taqarrub Ilallah

Salah satu pijakan yang paling utama seorang rela berumah tangga adalah karena adanya ketaatan pada syariat Alloh ﷻ. Nikah adalah ibadah yang paling nikmat. Nikah sebagai wasilah taqarrub ilallah (sarana untuk mendekatkan diri kepada Alloh ﷻ). Bukan sebaliknya, sebagai wasilah taba’ud ‘anillah (sarana untuk menjauhkan diri dari-Nya). Padahal, kalau menurut hitung-hitungan materi, berumah tangga itu melelahkan. Justru disitulah nilai pahala yang Alloh ﷻ janjikan.
Ketika masalah nyaris tidak menemui ujung pangkalnya, kembalikanlah itu kepada sang pemilik masalah, Alloh ﷻ. Pasangkan rasa baik sangka kepada Alloh ﷻ. Dengan mempersepsikan realitas keluarga dengan penerimaan yang positif. Tataplah hikmah di balik masalah. Insya Allah, ada kebaikan dari semua masalah yang kita hadapi.

Lakukanlah pendekatan ubudiyah. Jangan bosan dengan doa. Bisa jadi, dengan taqarrub pada Alloh ﷻ, masalah yang berat bisa terlihat ringan. Dan secara otomatis, solusi akan terlihat di depan mata. InsyaAllah!

وَاذْكُرْنَ مَا يُتْلَى فِي بُيُوتِكُنَّ مِنْ آيَاتِ اللَّهِ وَالْحِكْمَةِ إِنَّ اللَّهَ كَانَ لَطِيفاً خَبِيراً

“(Wahai kaum wanita), ingatlah ayat-ayat Alloh ﷻ dan al-hikmah yang dibacakan dirumah-rumah kamu, sesungguhnya Alloh ﷻ Maha Penyayang dan Maha Mengetahui.” (QS. Al Ahzab: 34).

وَعَاشِرُوهُنَّ بِالْمَعْرُوفِ فَإِن كَرِهْتُمُوهُنَّ فَعَسَى أَن تَكْرَهُواْ شَيْئاً وَيَجْعَلَ اللّهُ فِيهِ خَيْراً كَثِيراً

“Dan bergaullah dengan mereka secara baik. kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Alloh ﷻ menjadikan padanya kebaikan yang banyak.” (QS. An Nisa: 19).

Menurut ahli tafsit Al Ma’ruf (kebaikan) di sini mencakup dimensi yang luas. Baik dalam niat, ucapan, dan perilaku.

Wallahu a'lam

🌸🌸🌸🌟🌟🌟🌸🌸🌸
        💎TaNYa JaWaB💎

0️⃣1️⃣ Widia ~ Bekasi
Assalamualaikum ustadzah, 

Apakah kita tetap harus berbakti kepada yang  dzolim. 

Jazakillah

🌷Jawab:
Waalaikummussalam warahmatullah wabarakatuh

Apakah yang dimaksud kepada yang dzolim itu adalah suami yang dzolim? 
Berbakti yang diwajibkan istri kepada suami adalah berbakti (taat) dalam kebaikan, sementara untuk kemaksiatan kita tidak boleh taat. 
Untuk suami yang dzolim kepada istri, maka sikap istri bersabar dan mencari penyebab mengapa suami bersikap demikian, sambil juga memberikan nasihat kepadanya dengan bil hikmah. 

Bisa juga mencari orang ke 3 untuk meredam kedzoliman suami. Apabila kedzolimannya sudah melampaui batas sampai membahayakan jiwa maka kita boleh meminta bantuan pada keluarga dan pihak berwajib.

Wallahu a'lam

0️⃣2️⃣ Tetty ~ Malang
Assalamu'alaikum ustazah, 

Jika suami kita setiap kali diajak komunikasi selalu saja tidak menyenangkan jawabannya, apakah sebaiknya kita diam dan menunggu suami yang memulai komunikasi?

Jazakillah khoir

🌷Jawab:
Waalaikummussalam warahmatullah wabarakatuh

Istri harus berusaha mencari tahu kapan suami bisa dengan menyenangkan untuk diajak komunikasi.
Misalnya mengajak suami pergi ke tempat yang disukai, suasananya menyenangkan, sehingga dengan suasana yang nyaman suami mau berkomunikasi dengan kita. 

Kita pun harus memahami type suami kita. Mungkin suami kita orang yang pendiam, maka pada yang demikian bisa jadi komunikasi yang disukainya adalah dengan tulisan. Maka sampaikan pesan kita lewat WA atau tulis surat dengan bahasa yang mesra.

Wallahu a'lam

0️⃣3️⃣ Yulia ~ Bekasi
Assalamualaikum,

Jika suami mempunyai hobi yang tidak disukai istri memicu pertengkaran bagaimana cara mengatasinya?

🌷Jawab:
Waalaikummussalam warahmatullah wabarakatuh

Lihat dulu, apakah hobinya membawa kepada kemaksiatan? Kalau hobi itu lebih banyak kebaikannya maka istri harus belajar untuk menerima hobi suami walaupun sang istri tidak menyukainya. Istri harus membuang egonya. Itulah harmonisasi dalam keluarga. Saling melengkapi.
Tapi kalau hobinya mengarah pada kemaksiatan, wajib bagi istri untuk mengingatkan suami dan tunjukan bahwa anda tidak menyukai hobi yang penuh kemaksiatan tersebut.

Wallahu a'lam

0️⃣4️⃣ Ria ~ Cianjur
Assalamu'alaikum,

Bagaimana jika suami yang sangat berbakti dan nurut sama orang tuanya terutama ibunya, tetapi terkadang istri diabaikan pada intinya keadilan dalam mengambil keputusan tidak seimbang dan bagaimana jika orang tua dari laki-laki yang perlahan memutus tali silaturahim dengan keluarga istri sedangkan laki-laki itu nurut saja, sikap suami yang seharusnya dilakukan seperti apa?

🌷Jawab:
Waalaikummussalam warahmatullah wabarakatuh

Kalau sebagai istri, maka ketika suami sangat berbakti dan taat keapda orang tuanya maka seharusnya bangga dan bahagia karena sikap demikian adalah sikap anak laki-laki yang sholeh. Kita sebagai istri harus mendukung sikap suami yang demikian. Karena itu adalah kebaikan sesuai dengan hadits Rasulullah ﷺ, HR. Bukhori no 5971 dan hadits riwayat muslim no 2548 tentang kewajiban yang birul walidain seorang laki-laki. 

Sementara sikap suami tetap harus juga menafkahi istri dan memberikan kasih sayangnya karena itu adalah juga kewajiban suami kepada istri.

Wallahu a'lam

0️⃣5️⃣ May ~ Serang Banten
Assalamu'alaikum...

Bagaimana cara menyikapi dan menghadapi suami yang kadang-kadang dia itu salah, tetapi dia tidak merasa salah. Kalau ditanggapi, akan  menimbulkan pertengkaran. Harus bagaimana ustadzah untuk menyikapinya?  

Terimakasih 

🌷Jawab:
Waalaikummussalam warahmatullah wabarakatuh

Bersabar dan terus bersabar, (QS. Ali imron: 200) karena menikah itu menjalankan setengah diin kita. Jadi pastinya kalau kita mengalah sedikit, sambil memikirkan cara terbaik dalam menasihatinya InsyaAlloh akan menjadi ladang pahala buat kita.

Wallahu a'lam

0️⃣6️⃣ Tia ~ Bandung 
Assalamu'alaikum...

Ustadzah bagaimana  menanggapi sikap orang tua yang selalu ikut campur ketika anaknya sedang ada masalah dengan istri? Padahal anaknya sedang memecahkan masalah itu berdua.

🌷Jawab:
Waalaikummussalam warahmatullah wabarakatuh

Kita harus menunjukkan kepada orang tua bahwa kita bisa menyelesaikan masalah kita sendiri, dengan cara jangan sebentar sebentar minta bantuan orang tua, padahal masalah itu bisa kita atasi. 

Ketika orang tua memberi saran, maka ucapkan Terima kasih dan katakan bahwa kami akan mendiskusikan dulu saran itu sehingga memperlihatkan bahwa keputusan yang di ambil adalah hasil keputusan suami istri bukan keputusan orang tua.

Wallahu a'lam

0️⃣7️⃣ Safitri ~ Banten 
Umma berarti memang berumah tangga itu tidak semudah apa yang dilakukan tidak seindah apa yang dilihat justru didalamnya banyak hal yang harus kita lakukan agar menjadikan rumah tangga tersebut menjadi sakinah, mawadah, warahmah. Seperti fitri ketika fitri mulai berhijrah dan ingin tahu segala sesuatu itu dan fitri mengetahui berumah tangga dalam islam tuh ohhh begini yah harus seperti ini tidak semudah yang kita pikirkan dengan mengetahui itu semua fitri jadi berfikir  iya yah diri ini sudah siap belum dalam berumah tangga, sudah siap belum dalam urusan rumah tangga, diri ini masih kurang ilmu, ngerasa seperti mengatur diri sendiri saja belum bisa bagaimana kamu bisa ngatur rumah tangga, sudah mempersiapkan apa saja sih kamu untuk kedepannya. Pertanyaan kenapa Alloh ﷻ itu dengan mudahnya memberi dia jodoh, cepat dipertemukan dengan jodohnya sedangkan dia begitu belum mempunyai bekal ilmu mereka-mereka yang menikah hanya karena cinta sama dia, mereka berpikirnya cuma yang penting saya sama doi sudah sah halal saja. Nahh seperti ini um kenapa begitu?

🌷Jawab:
Berumah tangga itu sebuah proses, dan itu semua rahasia Alloh ﷻ. Jodoh juga rahasia Alloh ﷻ.

"Alloh ﷻ Akan berikan kekuasaannya (takdirnya) kepada siapa yang Dia kehendaki)." QS. Ali Imron ayat 26-27.

Jadi Alloh ﷻ lah yang paling tahu siapa saja yang sudah siap untuk mendapatkan jodohnya. Bukan kita yang menentukan.

Wallahu a'lam

0️⃣8️⃣ iiN ~ Boyolali
Assalamu'alaikum ustadzah. 

Begini, bila istri sudah sering memberikan hadiah, dan pasti keinginan juga suami membalasnya, tetapi suami, hanya bersikap kaku-kaku saja, dan kadang itu bikin si istri selalu ingin suami bersikap peka. 

Bagaimana agar mencairkan, atau membuat suami paham bila istri juga ingin kejutan, tapi kadang suami lebih bersikap 'au ah gelap", apakah terus-terusan dibilangin langsung itu membuat suami peka atau risih?

🌷Jawab:
Waalaikummussalam warahmatullah wabarakatuh

Luruskan niat dulu bahwa memberi kepada seseorang termasuk kepada suami adalah karena Alloh ﷻ, jangan berharap kepada manusia. Akibatnya akan kecewa kalau berharap pada manusia atau suami.
Sunatulloh... 
Ketika kita memberi karena Alloh ﷻ pasti akan dibalas oleh Alloh ﷻ dengan kebaikan yang banyak. Jadi luruskan dulu ya niat memberinya. Pasti nanti akan ada kejutan dari Alloh ﷻ.

Wallahu a'lam

0️⃣9️⃣ Fadwa ~ Palembang
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh  

Bagaimana menghadapi suami yang selalu ungkit masa lalu padahal awal nikah kita sudah jujur.

🌷Jawab:
Waalaikummussalam warahmatullah wabarakatuh

Minta suami baca materi yang saya kirim. Semoga beliau menyadari kesalahannya. 
Cari sebabnya kenapa suami bersikap demikian. Mungkin saja itu terjadi karena sikap kita.

Wallahu a'lam

🌸🌸🌸🌟🌟🌟🌸🌸🌸
 💎CLoSSiNG STaTeMeNT💎

Jazakunallah Khairan  ukhtifillah buat waktunya malam ini semoga kajian selanjutnya bisa lebih ramai dan bersemangat lagi dalam menuntut ilmu di grup ini.

Wallahu a'lam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar