Minggu, 22 November 2020

CINTA NABI TANPA TAPI TANPA NANTI



OLeH  : Ir. S. Rahayu Lesmanawaty, MA 

   💎M a T e R i💎

Thayyiib...

Hayyaa nabdaa yaa shalihaah.....

Bismillaah...

Hamdan katsiiran segala puji senantiasa terpanjatkan kepada yang Maha Rahman dan Rahim, karena nikmat iman Islam sampai saat ini menyertai kita semua.

Alhamdulillaah...

Shalawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada Nabiyallaah Rasuulillaah Muhammad ﷺ juga keluarganya dan para shahabatnya.

Allaahumma Aamiin ya Rabb.

Bismillaah...

🌸CINTA NABI TANPA TAPI TANPA NANTI

Dalam al-Bidayah wa an-Nihayah, Ibnu Katsir menuturkan kisah seorang sahabat Nabi ﷺ; Zaid bin ad-Datsinah yang menjadi tawanan dan terancam dibunuh.

Saat itu, sang pembesar kaum kafir Quraisy; Abu Sufyan bin Harb berkata; “Ya Zaid, maukah posisi kamu sekarang digantikan oleh Muhammad yang akan kami penggal lehernya, kemudian engkau dibebaskan kembali pada keluargamu?”

Dengan yakin, Zaid menjawab; “Demi Allah, aku tidak akan rela jika saat ini Muhammad berada di rumahnya tertusuk sebuah duri, dalam keadaan aku berada di rumah bersama keluargaku.”

Lihatlah, Zaid yang sudah berada di ambang pintu kematian, tidak takut sedikitpun kepada kematian. Di ambang pintu kematiannya itu, Zaid tidak rela bila Rasulullah ﷺ mengalami kemalangan sedikitpun, bahkan bila hanya tertusuk duri saja.

Abu Sufyan yang saat itu belum masuk Islam pun begitu takjub dan berkata, “Tidak pernah aku mendapatkan seseorang yang mencintai orang lain seperti cintanya para sahabat Muhammad kepada Muhammad!”

Catatan sejarah itu hanyalah salah satu bukti kedudukan agung Muhammad ﷺ dan ketulusan cinta yang ditunjukkan oleh sahabat-sahabatnya.

Kedekatan hubungan para sahabat dengan nabinya menempatkan cinta mereka kepada beliau jauh lebih besar dan lebih dalam dibandingkan kecintaan orang-orang yang datang sesudah mereka.

Lalu, apa bukti cinta kita?

Pernah jatuh cinta?

Pernah kan???

Apa yang kita lakukan untuk menunjukkan cinta kita?

Biasanya, kita akan selalu mengingat-ingat dan menyebut-nyebut namanya dan melakukan apa agar disukainya. 

Kita akan mencari tahu apa yang dia suka dan apa yang tidak disukai

Kita selalu ingin dekat dengannya. 

Coba kita ingat-ingat kembali apa yang kita lakukan saat jatuh cinta pada manusia.

Lalu, cinta kepada Sang Nabi?

Sudahkah kita melakukan hal yang sama dan lebih dahsyat lagi dari itu untuk menunjukkan cinta kita???

Jangan-jangan, sejarah hidupnya saja kita tidak banyak tahu. Cuma tahu nama kakek, bapak, ibu, istri dan lain-lain. Lalu, kita mau mengaku-ngaku cinta kepada Beliau???

Marilah kita istighfar sama-sama.

Astaghfirullaahal 'adzhiiiim.....

Jangan-jangan, kita masih lebih cinta kepada diri kita sendiri.

Lalu...adakah faedah mencintai Nabi? Tentu ada!

★[1] Mendapatkan Manisnya Iman

Dari Anas radhiyallahu ’anhu , Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda:

ثَلَاثٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ وَجَدَ حَلَاوَةَ الْإِيمَانِ أَنْ يَكُونَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا وَأَنْ يُحِبَّ الْمَرْءَ لَا يُحِبُّهُ إِلَّا لِلَّهِ وَأَنْ يَكْرَهَ أَنْ يَعُودَ فِي الْكُفْرِ كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُقْذَفَ فِي النَّارِ

“Tiga perkara yang membuat seseorang akan mendapatkan manisnya iman yaitu: Alloh ﷻ dan Rasul-Nya lebih dicintainya dari selain keduanya; mencintai saudaranya hanya karena Alloh ﷻ; dan benci kembali pada kekufuran sebagaimana benci dilemparkan dalam api.”

★[2] Akan Menjadikan Seseorang Bersama Beliau Di Akhirat

Dari Anas bin Malik, beliau mengatakan bahwa seseorang bertanya pada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Kapan terjadi hari kiamat, wahai Rasulullah?” Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Apa yang telah engkau persiapkan untuk menghadapinya?” Orang tersebut menjawab, “Aku tidaklah mempersiapkan untuk menghadapi hari tersebut dengan banyak shalat, banyak puasa dan banyak sedekah. Tetapi yang aku persiapkan adalah cinta Alloh ﷻ dan Rasul-Nya.”

Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata,

أَنْتَ مَعَ مَنْ أَحْبَبْتَ

“(Kalau begitu) engkau akan bersama dengan orang yang engkau cintai.”

★[3] Akan Memperoleh Kesempurnaan Iman

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى أَكُونَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ وَلَدِهِ وَوَالِدِهِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ

“Seseorang tidaklah beriman (dengan sempurna) hingga aku lebih dicintainya dari anak dan orang tuanya serta manusia seluruhnya.”

Dengan Faedah ini tidak ada alasan bagi siapapun untuk tidak mencintai beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Secara teroitis tentu akan kita temukan banyak cara untuk menumbuhkan cinta kepada Beliau.

√ Terbiasa untuk selalu dekat dengan beliau. 

√ Terbiasa menyebut Namanya dalam Shalawat. 

√ Terbiasa mempelajari Sejarah Hidup Beliau. 

√ Terbiasa Menghidupkan Sunnah-Sunnah Beliau. 

Pada Kitab al-Syifa Bita’rifi Huquq al-Musthafa, Bagian ke-2 (Kewajiban Manusia terhadap Hak-Hak Beliau), Bab ke-2 (Kewajiban Mahabbah), Qadhi Iyadh mengutip firman Allah Subhanahu wa ta’ala,

قُلْ إِن كَانَ آبَاؤُكُمْ وَأَبْنَاؤُكُمْ وَإِخْوَانُكُمْ وَأَزْوَاجُكُمْ وَعَشِيرَتُكُمْ وَأَمْوَالٌ اقْتَرَفْتُمُوهَا وَتِجَارَةٌ تَخْشَوْنَ كَسَادَهَا وَمَسَاكِنُ تَرْضَوْنَهَا أَحَبَّ إِلَيْكُم مِّنَ اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَجِهَادٍ فِي سَبِيلِهِ فَتَرَبَّصُوا حَتَّىٰ يَأْتِيَ اللَّهُ بِأَمْرِهِ ۗ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِينَ

“Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, istri-istri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatirkan kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Alloh ﷻ dan Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Alloh ﷻ mendatangkan keputusan-Nya.” Dan Alloh ﷻ tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik.” (QS. at-Taubah: 24)

Al-Qadhi Iyadh menyatakan, ayat ini cukup menjadi anjuran dan bimbingan serta hujah untuk mewajibkan mencintai beliau dan kelayakan beliau mendapatkan kecintaan tersebut, karena Alloh ﷻ menegur orang yang menjadikan harta, keluarga, dan anaknya lebih dicintai dari Alloh ﷻ dan Rasul-Nya dan mengancam mereka dengan firman-Nya,

فتربصوأ حتى يأتى الله بأمره

“Maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya.”

Kemudian di akhir ayat menamakan mereka sebagai orang fasik dan memberitahukan, bahwa orang tersebut termasuk sesat dan tidak mendapatkan petunjuk Alloh ﷻ.

Mencintai Rasulullah ﷺ bukan hanya ritual perayaan, namun mengikuti apapun  yang  beliau contohkan sampai sampai membuat kita tidak bisa lagi bilang tapi atau nanti.

Jika cinta Nabi...

Lakukan sekarang atau tidak sama sekali, tiada tapi tiada nanti...

Laa haulaa walaa quwwata illaa billaah..... 

🌸🌸🌸🌟🌟🌟🌸🌸🌸

        💎TaNYa JaWaB💎

0️⃣1️⃣ Kiki ~ Dumai

Ummu, bagaimana seharusnya sikap kita terhadap peristiwa "karikatur Nabi Muhammad" yang dipajang di gedung di kota paris ya umm?

🌸Jawab:

Salaamun 'alaiik ukhtiiy Kiki shalihah...

Bismillaah...

Saat kita mendengar atau melihat peristiwa penghinaan kepada Nabiyallaah Muhammad  ﷺ, maka ada hal yang harus kita pahami terlebih dahulu.

Mengimani kenabian Muhammad ﷺ harus diikuti dengan mencintai dan memuliakan sosoknya. Mencintai Baginda Nabi ﷺ bukanlah sebagaimana mencintai sesama insan.

Kecintaan seorang Muslim kepada beliau harus di atas kecintaan kepada yang lain, baik itu harta, kedudukan, jabatan, keluarga bahkan dirinya sendiri.

Belum sempurna keimanan seseorang bila masih ada kecintaan yang melebihi kecintaan kepada Baginda Nabi ﷺ:

«لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى أَكُونَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ وَالِدِهِ وَوَلَدِهِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ»

“Belum sempurna iman salah seorang diantara kalian sampai ia menjadikan aku lebih dicintai daripada orang tuanya, anaknya, dan segenap manusia.” (HR. al-Bukhari).

Alloh ﷻ memberikan ancaman keras kepada siapa saja yang cintanya kepada Rasul ﷺ terpalingkan oleh kecintaan kepada yang lain:

قُلْ إِنْ كَانَ آبَاؤُكُمْ وَأَبْنَاؤُكُمْ وَإِخْوَانُكُمْ وَأَزْوَاجُكُمْ وَعَشِيرَتُكُمْ وَأَمْوَالٌ اقْتَرَفْتُمُوهَا وَتِجَارَةٌ تَخْشَوْنَ كَسَادَهَا وَمَسَاكِنُ تَرْضَوْنَهَا أَحَبَّ إِلَيْكُمْ مِنَ اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَجِهَادٍ فِي سَبِيلِهِ فَتَرَبَّصُوا حَتَّى يَأْتِيَ اللَّهُ بِأَمْرِهِ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِينَ

Katakanlah, “Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, istri-istri kalian, kaum keluarga kalian, harta kekayaan yang kalian usahakan, perniagaan yang kalian khawatirkan kerugiannya, dan tempat tinggal yang kalian sukai adalah lebih kalian cintai daripada Allah dan Rasul-Nya serta dari berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan (azab)-Nya. Allah tidak memberikan petunjuk kepada kaum yang fasik.” (QS. at-Taubah: 24).

Banyak keutamaan yang kelak Alloh ﷻ berikan untuk siapa saja yang mempertahankan mahabbah (kecintaan) kepada Alloh ﷻ dan Nabi ﷺ di atas segalanya. Diantaranya, mereka kelak akan dikumpulkan bersama Nabi ﷺ di surga-Nya kelak.

Seorang laki-laki bertanya kepada Rasulullah ﷺ tentang Hari Kiamat, “Kapan Hari Kiamat itu?” Nabi bertanya,  “Apa yang sudah engkau siapkan untuk menghadapinya?” Dia menjawab, “Tidak ada, kecuali aku sungguh sangat mencintai Allah dan Rasul-Nya.” Lalu beliau bersabda:

«أَنْتَ مَعَ مَنْ أَحْبَبْتَ»

“Engkau akan bersama dengan yang engkau cintai.” (HR. al-Bukhari).

Orang yang mencintai Alloh ﷻ dan Nabi-Nya ﷺ juga akan merasakan manisnya iman, sebagaimana sabdanya:

«ثَلاَثٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ وَجَدَ حَلاَوَةَ الإِيمَانِ أَنْ يَكُونَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا…»

“Ada tiga perkara yang jika terdapat pada seseorang maka ia akan merasakan manisnya iman (di antaranya): Allah dan Rasul-Nya lebih ia cintai daripada selain keduanya…” (HR. al-Bukhari dan Muslim).

Jika mencintai Rasulullah ﷺ merupakan kewajiban dan kebaikan yang amat luhur, maka menista (istihza’) terhadap kemuliaan beliau adalah dosa besar.

Alloh ﷻ berfirman,

وَالَّذِينَ يُؤْذُونَ رَسُولَ اللَّهِ لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ

“Orang-orang yang menyakiti Rasulullah itu, bagi mereka azab yang pedih.” (TQS. at-Taubah: 61).

Alloh ﷻ juga berfirman:

إِنَّ الَّذِينَ يُؤْذُونَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ لَعَنَهُمُ اللَّهُ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ وَأَعَدَّ لَهُمْ عَذَابًا مُهِينًا

“Sungguh orang-orang yang menyakiti Allah dan Rasul-Nya, Allah melaknati mereka di dunia dan di akhirat serta menyediakan bagi mereka siksaan yang menghinakan.” (TQS.  al-Ahzab: 57).

Bagi orang Islam, hukum menghina Rasul jelas haram. Pelakunya dinyatakan kafir. Hukumannya adalah hukuman mati. Al-Qadhi Iyadh menuturkan, ini telah menjadi kesepakatan di kalangan ulama dan para imam ahli fatwa, mulai dari generasi sahabat dan seterusnya.

Ibn Mundzir menyatakan, mayoritas ahli ilmu sepakat tentang sanksi bagi orang yang menghina Nabi ﷺ adalah hukuman mati. Ini merupakan pendapat Imam Malik, Imam al-Laits, Imam Ahmad bin Hanbal, Imam Ishaq bin Rahawih dan Imam as-Syafii (Lihat Al-Qadhi Iyadh, Asy-Syifa bi Tarif Huquq al-Musthafa, hlm. 428).

Al-Qadhi Iyadh kembali menegaskan, tidak ada perbedaan di kalangan ulama kaum Muslim tentang halalnya darah orang yang menghina Nabi ﷺ. Meski sebagian ada yang memvonis pelakunya sebagai orang murtad, kebanyakan ulama menyatakan pelakunya kafir. Bisa langsung dibunuh. Tidak perlu diminta bertobat. Juga tidak perlu diberi tenggat waktu tiga hari untuk kembali ke pangkuan Islam. Ini merupakan pendapat al-Qadhi Abu Fadhal, Abu Hanifah, as-Tsauri, al-Auzai, Malik bin Anas, Abu Musab dan Ibn Uwais, Ashba dan Abdullah bin al-Hakam. Bahkan al-Qadhi Iyadh menyatakan, ini merupakan kesepakatan para ulama. (Lihat: Al-Qadhi Iyadh, Asy-Syifa bi Tarif Huquq al-Musthafa, hlm. 428-430).

Penistaan terhadap muruah Nabi ﷺ terus berulang karena banyak Muslim dan tokoh-tokohnya memilih diam. Mereka berpikir bahwa diam dan bersabar ketika Nabi ﷺ dinista adalah sebuah kebaikan. Padahal bungkamnya mereka membuat penistaan ini kian menjadi-jadi.

Mereka pun sebenarnya telah berdosa karena mendiamkan kemungkaran. Mereka seperti lupa dengan sindiran Imam asy-Syafii kepada orang yang diam saat agamanya dihina:

مَنِ اسْتُغْضِبَ فَلَمْ يَغْضَبْ فَهُوَ حِمَارٌ

“Siapa yang dibuat marah namun tidak marah maka ia adalah keledai.” (HR. al-Baihaqi).

Ulama besar Buya Hamka rahimahullah juga mempertanyakan orang yang tidak muncul ghirahnya ketika agamanya dihina. Beliau menyamakan orang-orang seperti itu seperti orang yang sudah mati.  “Jika kamu diam saat agamamu dihina, gantilah bajumu dengan kain kafan.”

Pada zaman Nabi ﷺ ada seorang pria yang amat marah kepada istrinya karena terus-menerus menghina Nabi ﷺ. Akhirnya, sang suami membunuh istrinya tersebut. Ketika kabar ini sampai kepada Baginda Nabi ﷺ dan pria ini mengakui perbuatannya, beliau bersabda, 

Tsaqafah 

Dalam Islam, Haram Menghina Nabi ﷺ, Pelakunya Pantas Dihukum Mati. 

25 November 2019 Kaffah, Nabi Muhammad

MuslimahNews.com, TSAQAFAH — Mengimani kenabian Muhammad ﷺ harus diikuti dengan mencintai dan memuliakan sosoknya. Mencintai Baginda Nabi ﷺ bukanlah sebagaimana mencintai sesama insan.

Kecintaan seorang Muslim kepada beliau harus di atas kecintaan kepada yang lain, baik itu harta, kedudukan, jabatan, keluarga bahkan dirinya sendiri.

Belum sempurna keimanan seseorang bila masih ada kecintaan yang melebihi kecintaan kepada Baginda Nabi ﷺ:

«لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى أَكُونَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ وَالِدِهِ وَوَلَدِهِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ»

“Belum sempurna iman salah seorang diantara kalian sampai ia menjadikan aku lebih dicintai daripada orang tuanya, anaknya, dan segenap manusia.” (HR. al-Bukhari).

★Wajib Mencintai Nabi ﷺ.

Mencintai Nabi ﷺ hukumnya fardu. Pada suatu hari Umar bin al-Khaththab berkata kepada Rasulullah ﷺ,  “Wahai Rasulullah, sungguh engkau lebih aku cintai dari segala sesuatu kecuali dari diriku sendiri.” Beliau menjawab, “Tidak. Demi Allah, hingga aku lebih engkau cintai daripada dirimu sendiri.”  Berkatalah Umar, “Demi Allah, sekarang engkau lebih aku cintai daripada diriku sendiri!” (HR. al-Bukhari).

Alloh ﷻ memberikan ancaman keras kepada siapa saja yang cintanya kepada Rasulullah ﷺ terpalingkan oleh kecintaan kepada yang lain:

قُلْ إِنْ كَانَ آبَاؤُكُمْ وَأَبْنَاؤُكُمْ وَإِخْوَانُكُمْ وَأَزْوَاجُكُمْ وَعَشِيرَتُكُمْ وَأَمْوَالٌ اقْتَرَفْتُمُوهَا وَتِجَارَةٌ تَخْشَوْنَ كَسَادَهَا وَمَسَاكِنُ تَرْضَوْنَهَا أَحَبَّ إِلَيْكُمْ مِنَ اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَجِهَادٍ فِي سَبِيلِهِ فَتَرَبَّصُوا حَتَّى يَأْتِيَ اللَّهُ بِأَمْرِهِ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِينَ

Katakanlah, “Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, istri-istri kalian, kaum keluarga kalian, harta kekayaan yang kalian usahakan, perniagaan yang kalian khawatirkan kerugiannya, dan tempat tinggal yang kalian sukai adalah lebih kalian cintai daripada Allah dan Rasul-Nya serta dari berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan (azab)-Nya. Allah tidak memberikan petunjuk kepada kaum yang fasik.” (TQS.  at-Taubah: 24).

Banyak keutamaan yang kelak Alloh ﷻ berikan untuk siapa saja yang mempertahankan mahabbah (kecintaan) kepada Alloh ﷻ dan Nabi ﷺ di atas segalanya. Diantaranya, mereka kelak akan dikumpulkan bersama Nabi ﷺ di surga-Nya kelak.

Seorang laki-laki bertanya kepada Rasulullah ﷺ tentang Hari Kiamat, “Kapan Hari Kiamat itu?” Nabi bertanya, “Apa yang sudah engkau siapkan untuk menghadapinya?” Dia menjawab, “Tidak ada, kecuali aku sungguh sangat mencintai Allah dan Rasul-Nya.” Lalu beliau bersabda:

«أَنْتَ مَعَ مَنْ أَحْبَبْتَ»

“Engkau akan bersama dengan yang engkau cintai.” (HR. al-Bukhari).

Orang yang mencintai Alloh ﷻ dan Nabi-Nya ﷺ juga akan merasakan manisnya iman, sebagaimana sabdanya:

«ثَلاَثٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ وَجَدَ حَلاَوَةَ الإِيمَانِ أَنْ يَكُونَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا…»

★ Dimensi Sains Isra Mi'raj

“Ada tiga perkara yang jika terdapat pada seseorang maka ia akan merasakan manisnya iman (diantaranya): Allah dan Rasul-Nya lebih ia cintai daripada selain keduanya…” (HR. al-Bukhari dan Muslim).

√ HUKUMAN MATI BAGI PENISTA NABI ﷺ.

Jika mencintai Rasulullah ﷺ merupakan kewajiban dan kebaikan yang amat luhur, maka menista (istihza’) terhadap kemuliaan beliau adalah dosa besar.

Alloh ﷻ berfirman,

وَالَّذِينَ يُؤْذُونَ رَسُولَ اللَّهِ لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ

“Orang-orang yang menyakiti Rasulullah itu, bagi mereka azab yang pedih.” (TQS. at-Taubah: 61).

Alloh ﷻ juga berfirman:

إِنَّ الَّذِينَ يُؤْذُونَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ لَعَنَهُمُ اللَّهُ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ وَأَعَدَّ لَهُمْ عَذَابًا مُهِينًا

“Sungguh orang-orang yang menyakiti Allah dan Rasul-Nya, Allah melaknati mereka di dunia dan di akhirat serta menyediakan bagi mereka siksaan yang menghinakan.” (TQS. al-Ahzab: 57).

Lalu apa saja yang terkategori menistakan Nabi ﷺ? Apakah menyamakan beliau dengan manusia biasa, apalagi merendahkan beliau dibandingkan orang lain semisal ayah kandung, termasuk ke dalamnya?

Syaikh al-Islam Ibn Taimiyah telah menjelaskan batasan tindakan orang yang menghujat Nabi Muhammad ﷺ yaitu:

Kata-kata yang bertujuan meremehkan dan merendahkan martabat beliau sebagaimana dipahami kebanyakan orang, terlepas perbedaan akidah mereka termasuk melaknat dan menjelek-jelekkan. (Lihat Ibn Taimiyyah, Ash-Sharim al-Maslul ala Syatimi ar-Rasul, I/563).

Al-Qadhi Iyadh juga menjelaskan bentuk-bentuk hujatan kepada Nabi ﷺ.

Orang yang menghujat Rasulullah ﷺ adalah orang yang mencela, mencari-cari kesalahan, menganggap pada diri Rasul ﷺ ada kekurangan; mencela nasab (keturunan) dan pelaksanaan agamanya; juga menjelek-jelekkan salah satu sifatnya yang mulia; menentang atau menyejajarkan Rasululah ﷺ dengan orang lain dengan niat untuk mencela, menghina, mengerdilkan, menjelek-jelekkan, dan mencari-cari kesalahannya. Orang seperti ini termasuk orang yang telah menghujat Rasul ﷺ. (Lihat: Al-Qadhi Iyadh, Asy-Syifa bi Tarif Huquq al-Musthafa, hlm. 428).

Hal senada juga dinyatakan oleh Khalil Ibn Ishaq al-Jundiy, ulama besar mazhab Maliki.

Siapa saja yang mencela Nabi ﷺ, melaknat, mengejek, menuduh, merendahkan, melabeli dengan sifat yang bukan sifat beliau, menyebutkan kekurangan pada diri dan karakter beliau, merasa iri karena ketinggian martabat, ilmu dan kezuhudannya, menisbatkan hal-hal yang tidak pantas kepada beliau, mencela, dan lain-lain maka hukumannya adalah dibunuh. (Lihat: Khalil Ibn Ishaq al-Jundiy, Mukhtashar al-Khalil, I/251).

Masih menurut al-Qadhi Iyadh, ketika seseorang menyebut Nabi ﷺ dengan sifatnya, seperti anak yatim atau buta huruf, meski ini merupakan sifat beliau, tetapi jika labelisasi tersebut bertujuan untuk menghina beliau atau menunjukkan kekurangan beliau, maka orang tersebut sudah layak disebut menghina beliau. Inilah yang menyebabkan seorang ulama sekaliber Abu Hatim at-Thailathali difatwakan oleh fuqaha Andalusia untuk dihukum mati. Hal yang sama dialami oleh Ibrahim al-Fazari, yang difatwakan oleh fuqaha Qairuwan dan murid Sahnun untuk dihukum mati. (Lihat: Al-Qadhi Iyadh, Asy-Syifa bi Tarif Huquq al-Musthafa, hlm. 430).

★ Waspadai Upaya Jahat Legalkan Zina

Bagi orang Islam, hukum menghina Rasul jelas haram. Pelakunya dinyatakan kafir. Hukumannya adalah hukuman mati. Al-Qadhi Iyadh menuturkan, ini telah menjadi kesepakatan di kalangan ulama dan para imam ahli fatwa, mulai dari generasi sahabat dan seterusnya.

Ibn Mundzir menyatakan, mayoritas ahli ilmu sepakat tentang sanksi bagi orang yang menghina Nabi ﷺ adalah hukuman mati. Ini merupakan pendapat Imam Malik, Imam al-Laits, Imam Ahmad bin Hanbal, Imam Ishaq bin Rahawih dan Imam as-Syafii (Lihat Al-Qadhi Iyadh, Asy-Syifa bi Tarif Huquq al-Musthafa, hlm. 428).

Al-Qadhi Iyadh kembali menegaskan, tidak ada perbedaan di kalangan ulama kaum Muslim tentang halalnya darah orang yang menghina Nabi ﷺ. Meski sebagian ada yang memvonis pelakunya sebagai orang murtad, kebanyakan ulama menyatakan pelakunya kafir. Bisa langsung dibunuh. Tidak perlu diminta bertobat. Juga tidak perlu diberi tenggat waktu tiga hari untuk kembali ke pangkuan Islam. Ini merupakan pendapat al-Qadhi Abu Fadhal, Abu Hanifah, as-Tsauri, al-Auzai, Malik bin Anas, Abu Musab dan Ibn Uwais, Ashba dan Abdullah bin al-Hakam. Bahkan al-Qadhi Iyadh menyatakan, ini merupakan kesepakatan para ulama. (Lihat: Al-Qadhi Iyadh, Asy-Syifa bi Tarif Huquq al-Musthafa, hlm. 428-430).

Karena itu, jika membandingkan Nabi ﷺ dengan orang lain dengan maksud merendahkan beliau sudah termasuk penistaan, apalagi mempertanyakan kontribusi beliau bagi negeri ini, jelas merupakan penistaan luar biasa.

TAK BOLEH DIAM!

Penistaan terhadap muruah Nabi ﷺ terus berulang karena banyak Muslim dan tokoh-tokohnya memilih diam. Mereka berpikir bahwa diam dan bersabar ketika Nabi ﷺ dinista adalah sebuah kebaikan. Padahal bungkamnya mereka membuat penistaan ini kian menjadi-jadi.

Mereka pun sebenarnya telah berdosa karena mendiamkan kemungkaran. Mereka seperti lupa dengan sindiran Imam asy-Syafii kepada orang yang diam saat agamanya dihina:

مَنِ اسْتُغْضِبَ فَلَمْ يَغْضَبْ فَهُوَ حِمَارٌ

“Siapa yang dibuat marah namun tidak marah maka ia adalah keledai.” (HR. al-Baihaqi).

Ulama besar Buya Hamka rahimahullah juga mempertanyakan orang yang tidak muncul ghirahnya ketika agamanya dihina. Beliau menyamakan orang-orang seperti itu seperti orang yang sudah mati. “Jika kamu diam saat agamamu dihina, gantilah bajumu dengan kain kafan.”

Pada zaman Nabi ﷺ ada seorang pria yang amat marah kepada istrinya karena terus-menerus menghina Nabi ﷺ. Akhirnya, sang suami membunuh istrinya tersebut. Ketika kabar ini sampai kepada Baginda Nabi ﷺ dan pria ini mengakui perbuatannya, beliau bersabda,

★ Misi Hijrah Belum Selesai

« أَلاَ اشْهَدُوا أَنَّ دَمَهَا هَدَرٌ »

“Saksikanlah bahwa darah perempuan yang tertumpah itu sia-sia (tidak ada tuntutan)!” (HR. Abu Dawud).

Karena itu wahai kaum Muslim, marilah bela agama kita! Belalah Nabi kita yang mulia! Sungguh Nabi kita yang mulia telah berjuang membela nasib kita agar menjadi hamba-hamba Alloh ﷻ yang layak mendapatkan  Jannah-Nya kelak. Penistaan kepada beliau terus terjadi karena diamnya sebagian besar dari kita terhadap hal ini.

Penistaan terhadap Nabi ﷺ. juga terjadi karena prinsip kebebasan berbicara yang diberikan sekularisme-liberalisme yang memberikan panggung kepada orang-orang yang mendengki dan terus menyerang Islam. Mereka dilindungi oleh berbagai peraturan dan orang-orang yang bersekongkol dengan mereka.

Ketahuilah, mereka tak akan pernah berhenti melakukan penyerangan terhadap agama ini. Kedengkian yang tersimpan dalam hati mereka jauh lebih besar lagi. (Lihat QS. Ali Imran: 118).

Jadi... Belalah jangan diam.

Dan untuk pembelaan ini kita butuh sistem kuat, sebagaimana dulu saat Islam berjaya saat Khilafah masih ada.

Wallaahu a'laam.

0️⃣2️⃣ Kiki ~ Dumai

Umm, apa saja contoh upaya konkrit yang bisa kita lakukan umm? Seperti apa saja "Tidak Boleh Diam" nya itu ummu? 

🌸Jawab:

Baik ukhtiiy kiki shalihah...

Bentuk konkret yang bisa kita lakukan tentunya bukan hanya pemboikotan produk.

Apresiasi perlu kita berikan kepada kaum muslimin yang melakukan Pemboikotan terhadap produk Prancis. 

Ini adalah salah satu bentuk pembelaan kaum muslimin atas Rasulullah ﷺ. 

Di bulan kelahiran Nabi, kaum kuffar berani memantik kemarahan kaum Muslimin. 

Tentunya pemboikotan produk akan sangat berpengaruh terhadap perekonomian Prancis. Bahkan sampai Macron memohon-mohon untuk tidak diboikot. Tetapi, apakah efektif untuk bisa menghentikan penghinaan mereka??? Apakah bisa membuat mereka jera untuk tidak mengulangi lagi. 

Rasanya mereka akan terus melakukannya. Tidak akan jera. Karena mereka adalah kaum pembenci Islam, seperti yang disebutkan dalam Al-Qur'an. 

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

وَلَن تَرْضَىٰ عَنكَ الْيَهُودُ وَلَا النَّصَارَىٰ حَتَّىٰ تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمْ

“Orang-orang Yahudi dan Nashrani tidak akan ridha’ kepadamu hingga kamu mengikuti millah mereka.” (QS. al-Baqarah: 120).

Jadi, pemboikotan selayaknya bukan hanya kepada produk barang mereka saja. Tetapi yang paling penting adalah ide dan pemikiran rusak mereka. Yaitu tentang kebebasan, liberalisme, sekulerisme...

Jangan diikuti jangan dimakmurkan tetapi wajib ditolak dan disampaikan kebobrokannya. 

Wallaahu a'laam.

0️⃣3️⃣ Lina ~ Cibitung Bekasi

Bagaimana cara kita menanamkan kepada anak-anak kita rasa cinta kepada Rasulullah ﷺ? 

🌸Jawab:

Salaamun 'alaiiki ukhtiiy Lina shalihah.

Bismillaah... 

Berbicara tentang rasa cinta kepada Rasulullah ﷺ, sudahkah rasa cinta kepada Rasulullah ﷺ itu juga telah kita tanamkan sepenuhnya kepada anak-anak kita, sudahkah anak-anak kita menjadikan Rasulullah ﷺ sebagai idola dan tokoh superhero dambaan mereka, dan saat terjadi suatu penistaan atas diri Rasulullah ﷺ seperti saat yang terjadi sekarang atau di waktu lain yang mereka sadari, sudahkah ada rasa ikut sedih dan marah juga yang muncul dari diri mereka? 

Tidak perduli berapa umur anak-anak kita, pengenalan terhadap sosok Rasulullah ﷺ memang sudah seharusnya kita tanamkan sedini mungkin kepada anak-anak kita agar saat dewasa mereka tidak akan menganggap orang tuanya lebih hebat dan lebih berjasa dari Rasulullah ﷺ. Seperti apa yang terlihat pada kasus penistaan kepada Rasulullah ﷺ di atas tersebut. 

Dan sungguh adalah sebuah realitas menyedihkan yang ada pada zaman sekarang yakni sebagian besar anak-anak kaum muslimin lebih mengenal dan mengidolakan tokoh-tokoh superhero fiktif buatan barat daripada Rasulullah ﷺ sebagai The Real Superhero yang sesungguhnya yang terlahir dari Islam, karena kesadaran dari mayoritas orang tua kaum muslimin untuk menanamkan kecintaan kepada Nabi sedari dini kepada anak-anaknya dari rumah juga masih cenderung minim dan disepelekan.

Didukung juga oleh penerapan sistem sekuler-kapitalis yang memisahkan agama dari kehidupan menjadikan negara abai dan lebih memberi ruang bebas terhadap tayangan-tayangan untuk anak-anak yang berisikan kisah tokoh-tokoh fiktif buatan barat daripada tayangan-tayangan yang bersifat edukasi dan yang dapat mengokohkan akidah maupun pengenalan terhadap tokoh-tokoh nyata pahlawan penyelamat dunia seperti Rasulullah ﷺ dan para sahabatnya.

Ditambah pula oleh sistem pendidikan yang diterapkan tidak bertumpu pada kurikulum akidah Islam menjadikan pelajaran terhadap sosok Rasulullah ﷺ sebagai pemimpin dan tauladan umat tidak diberikan secara jelas dan mendalam.

Maka atas kesadaran akan realitas tersebut, sebagai orang tua sudah saatnya kita benahi semua itu dengan paradigma yang benar. mau berapapun usia anak-anak kita sekarang, tidak ada kata terlambat untuk kita bisa arahkan dan tumbuhkan rasa cinta yang hakiki dan kekaguman kepada diri Rasulullah ﷺ pada diri mereka.

Lalu bagaimana agar rasa cinta dan kekaguman kepada Rasulullah ﷺ tersebut bisa tumbuh hakiki pada anak-anak kita? Berikut ada beberapa poin yang akan saya coba paparkan yang bisa sama-sama kita tanamkan dari rumah. Yang bisa diberikan dengan cara dan gaya bahasa sesuai umur anak-anak kita.

★ Pertama, 

Perkenalkan anak-anak kita pada sosok Rasulullah ﷺ dan terangkan kepadanya untuk apa ia diutus. Yaitu insan mulia utusan Alloh ﷻ, sosok pahlawan penyelamat dunia dan akhirat. Pembawa risalah Islam untuk rahmat bagi kehidupan semesta alam.

★ Kedua, 

Ajarkan anak-anak kita untuk mentauladani Rasulullah ﷺ dalam menjalani aktivitas di segala aspek kehidupannya.

★ Ketiga, 

Biasakan anak-anak kita dengan sering membacakan atau dengan menyampaikan langsung lewat bercerita kepadanya tentang Sirah Nabawiyah. Yang berisi perjalanan kehidupan Rasulullah ﷺ dari kecil hingga dewasa hingga menjadi pemimpin dunia. Yang bukan hanya sekedar pahlawan superheronya dunia tapi juga penyelamat di kehidupan akhirat. Ceritakan bagaimana Rasulullah ﷺ menghadapi berbagai tantangan dalam menyampaikan kebenaran dan mendakwahkan Islam.

★ Keempat, 

Membiasakan anak-anak untuk selalu membaca shalawat kepada Nabi dan memberikan penjelasan kepada mereka tentang makna dari shalawat kepada Nabi. "Sesungguhnya Allah menyanjung Nabi di depan para malaikat yang dekat kepada-Nya, para malaikat juga menyanjung Nabi dan mendoakannya. Wahai orang-orang yang membenarkan Allah dan Rasul-Nya serta melaksanakan Syariat-Nya, bershalawatlah kepada Nabi dan ucapkanlah salam dengan sebenar-benarnya sebagai penghormatan dan pengagungan." (Kandungan QS. al-Ahzab 56). 

★ Kelima, 

Ajaklah anak-anak menghafal hadits dan berusaha melatih mereka untuk mengamalkan hadist-hadist tersebut sesuai dengan usia dan pertumbuhan mereka.

★ Keenam, 

Ajarkan anak-anak tentang doa-doa yang diajarkan Rasulullah ﷺ.

★ Ketujuh, 

Mengajarkan adab dalam keseharian yang dicontohkan Rasulullah ﷺ seperti cara berbicara, makan, tidur, berpakaian, bermain atau bergaul dan lainnya.

★ Kedelapan, 

Membiasakan anak-anak dalam nuansa dakwah seperti sering mengajak mereka menghadiri kajian atau agenda-agenda aktivitas dakwah, libatkan mereka dalam aksi-aksi perjuangan dan pembelaan terhadap Islam, serta ajarkan mereka akan wajib dan pentingnya berdakwah serta bagaimana menghadapi ujian dan tantangan dalam berdakwah.

★ Kesembilan, 

Mengajarkan apa-apa yang dicintai Rasulullah ﷺ baik kebiasaan-kebiasaan dalam perbuatannya maupun Kecintaan pada simbol-simbol Islam yang dibawanya.

★ Kesepuluh, 

Istiqamah dan selalu memohon doa kepada Alloh ﷻ agar kita diberikan kemudahan dalam mendidik putra-putri kita agar taat Alloh ﷻ dan senantiasa mencintai Rasulullah ﷺ.

Mengajarkan anak-anak untuk mencintai Nabi di era sekuler saat ini sungguh tidaklah mudah, tapi bukan berarti kita tidak bisa. Berbagai kecanggihan teknologi yang ada saat ini bisa saja dipakai sebagai wasilah dalam mendidik anak dalam menumbuhkan rasa cinta kepada Rasulullah ﷺ. 

Karena bagi seorang mukmin, harta yang paling berharga di dunia ini yakni memiliki anak-anak yang shalih dan Shalihah. Menumbuhkan rasa cinta kepada Rasulullah ﷺ sedari dini adalah modal awal bagi anak-anak kita untuk meneladani dan menjadikan Rasulullah ﷺ sebagai sosok yang diidolakannya. Hingga mereka siap menjadi garda terdepan sebagai pembela ketika Alloh ﷻ dan Rasulullah ﷺ dinistakan.

Selain dari orang tua sebagai pilar utama dalam mendidik anak untuk mencintai Rasulullah ﷺ, hendaknya lingkungan masyarakat sekitar juga berperan dalam menanamkan kecintaan pada Rasulullah ﷺ, bukan sekedar kecintaan yang hanya keluar dari mulut manis belaka, namun kecintaan yang terealisasi dalam aturan hidup dengan pola hidup masyarakat yang Islami juga.

Dan yang terakhir tentu saja adalah peran negara, peran negara seharusnya juga wajib memberikan edukasi dan pengajaran yang benar kepada anak-anak dan generasi muda. Agar memiliki rasa cinta dan kekaguman pada sosok Rasulullah ﷺ. Kecintaan yang tercermin melalui penerapan syariat Islam yang menyeluruh sebagaimana yang dicontohkan dan diperintahkan oleh Alloh ﷻ dan Rasulullah ﷺ.

Membenahi sistem pendidikan dengan kurikulum yang bersandar pada akidah Islam, serta sebagai inisiator dan fasilitator yang lebih banyak menyajikan konten-konten yang menggambarkan perjuangan Rasulullah ﷺ untuk Islam yang akan menumbuhkan kekaguman serta inspirasi bagi anak-anak dan generasi muda.

لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا

Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasûlullâh itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allâh dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allâh." [QS. al-Ahzâb: 21]

Maka hanya dengan langkah-langkah tersebutlah kecintaan kepada Rasulullah ﷺ akan tumbuh pada jiwa kaum muslimin. Dari mulai anak-anak hingga orang dewasa. Tumbuh padanya kecintaan dan kerinduan yang sesungguhnya, bukan lagi kecintaan yang hanya manis di bibir saja.

Wallahu a'lam bishshawwab.

0️⃣4️⃣ Safitri ~ Banten 

Assalamualaikum ustadzah,  

Bagaimana yah supaya kita tuh bisa benar-benar memelihara dan istiqomah dalam menjalankan sunah Rasulullah ﷺ ? 

Padahal ketika ada yang bercerita atau tahu tentang kisah Rasulullah ﷺ hati ini tersentuh dan  ketika ada orang yang menghina Nabi kita kita tidak terima dan sakit hati padahal jika dilihat dan introspeksi diri sendiri apa iya diri ini sudah benar-benar mengenal beliau apa iya diri ini sudah jadi ummat yang baik apa iya diri ini sudah menteladani beliau harusnya kan memang diawali dari diri kita dulu yah kan ustadzah bagaimana tuh ustadzah?

🌸Jawab:

Wa'aykumussalaam warahmatullaahi wabarakaatuh ukhtiiy safitri shalihah di Banten...

Jika kita sudah tersentuh dengan apa yang disampaikan Rasulullah ﷺ, yang utama istiqomahlah dengan apa yang diperintahkannya.

Istiqomah dalam  menjaga iman dan taqwa di jalan Alloh ﷻ dengan tetap beribadah menjalankan perintah-Nya dan senantiasa menjauhi larangan-Nya.

Menurut Khulafaur Rasyidin Abu Bakar Ash-Shidiq, istiqomah adalah perilaku seseorang yang tidak menyekutukan Alloh ﷻ dengan yang lainnya atau tidak berbuat syirik. Selain itu, menurut Umar bin Khatab R.A., istiqomah adalah suatu hal yang harusnya bertahan pada satu perintah dan tidak melakukan suatu apapun yang dilarang.

Sahabat Usman bin Affan R.A., juga menyebutkan pengertian istiqomah adalah memiliki arti ikhlas. Sementara itu menurut Sayyidina Ali bin Abi Thalib, istiqomah adalah melaksanakan kewajiban yang diperintahkan Alloh ﷻ. Jadi jika benar-benar cinta Nabi, tha'at lah dengan sebenar-benarnya tha'at, berdoalah:

Robbanaa laa tuzigh quluubanaa ba'da idz hadainaa, wa hab lanaa min-ladunka rohmatan, innaka antal-wahhaab.

" Wahai Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau, karena sesungguhnya Engkau-lah Dzat yang Maha Pemberi (karunia)."

Allaahumma Aamiin ya Raab.

Wallaahu a'laam bisshawaab.

0️⃣5️⃣ Han ~ Jatim

Assalamu'alaikum

Umm, bagaimana dengan perselisihan yang terjadi antar ummat Islam sendiri. Mengaku Islam, kyai, ustadz tapi malah ajaran atau kelakuan jauh dari teladan Baginda Nabi Rasulullah ﷺ. 

Seperti kemarin itu merasa benar atau apalah dengan membuat film yang malah menyulut  amarah. 

Bagaimana itu umm dan  kita sebagai ummat harus seperti apa?

🌸Jawab:

Wa'alaykumussalaam wrwb ukhtiiy Han shalihah di Jatim.

Bismillaah...

Miris memang melihat film pendek yang secara provokatif mendorong pada ashabiyyah sekaligus permusuhan pada simbol-simbol Islam (cadar muslimah, dan sebagainya). Miris melihat kondisi ulama yang membenarkan sesuatu yang membenturkan muslim satu dengan yang lain.

Jika seorang ulama ataupun yang berilmu hendak menyampaikan pesan kepahlawanan yang lantang menolak imperialisme asing berikut simbol-simbolnya yang selama ini mencengkeram negeri ini, dan secara nyata menimbulkan dharar di depan mata; komunisme & kapitalisme; simbol dan para pengembannya.

لسان الحال أفصح من لسان المقال

“Bahasa keadaan lebih fasih (menunjukkan realita) daripada bahasa klaim semata.”

Maka...yang terjadi adalah salah alamat, yang dimusuhi malah kaum Muslim berikut syi’ar-syi’arnya. Kelihatannya kan “gagah” membela negeri, ujung-ujungnya kok malah memprovokasi memusuhi sesama anak negeri? Film provokatif, mendorong pada kebencian dan permusuhan seperti ini jelas film berbahaya dan tidak ramah, tidak menggambarkan ajaran Islam dan norma ketimuran yang “ramah.”

Lalu bagaimana sikap kita? 

Kita memang harus banyak mengkaji  kitab dasar soal adab dan akhlak pada sesama muslim, termasuk kitab dasar semisal kitab Syarh Sullam Taufiq-nya Syaikh Nawawi al-Syafi’i, sebelum membuat narasi soal kepahlawanan dan umat Islam.

Negeri ini, negeri yang diamanahkan Alloh ﷻ kepada kaum Muslim seluruhnya, wajib dimakmurkan dengan SYARI’AT ISLAM, bukan selainnya. Kuncinya jelas, kaji menggunakan balaghah arabiyyah semakin jelas:

وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَىٰ آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ وَلَٰكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا ‏يَكْسِبُونَ

“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (QS. Al-A’râf: 96)

Diperjelas firman-Nya:

وَمَا كُنْتَ تَرْجُو أَنْ يُلْقَىٰ إِلَيْكَ الْكِتَابُ إِلَّا رَحْمَةً مِنْ رَبِّكَ

”Dan tidaklah engkau mengharap Al-Qur’an diturunkan kepadamu, melainkan sebagai rahmat dari Tuhanmu.” (QS. Al-Qashash: 86)

Syaikh Nawawi al-Bantani (w. 1316 H):

وما أرسلناك يا أشرف الخلق بالشرائع، إلّا رحمة للعالمين أي إلّا لأجل رحمتنا للعالمين قاطبة في الدين والدنيا

”Dan tidaklah Kami mengutus engkau wahai sebaik-baiknya makhluk dengan membawa ajaran-ajaran syari’at-Nya, kecuali sebagai rahmat bagi semesta alam, yakni untuk menjadi rahmat Kami bagi alam semesta seluruhnya bagi agama ini dan kehidupan dunia.” 

(Muhammad bin ‘Umar Nawawi, Marâh Labîd li Kasyf Ma’nâ al-Qur’ân al-Majîd, Beirut: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah, Cet. I, 1417 H, (II/62))


Jika kita sudah mafhum terkait ini, tentunya kita akan mampu bersikap dengan sikap yang benar saat menghadapi ulama model begini dan begitu.

Kita memohon pada Alloh ﷻ agar selalu meluruskan jalan ulama dan juga jalan kita.

Aamiin ya Rabb. 

0️⃣6️⃣ Devi ~ Balikpapan

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

1. Bagaimana jika lingkungan kerja kita hedon sementara kita masih awam untuk menerapkan keteladanan Rasulullah ﷺ? 

2. Adakah Tips keteladanan Rasulullah ﷺ untuk anak muda yang terlanjur susah diatur, supaya kita tidak dinilai sok tahu! 

🌸Jawab:

Wa'alaykumussalaam wr.wb. ukhtiiy Devi shalihah di Balikpapan.

Bismillaah...

1. Jika kita awam, maka teruslah menuntut ilmu agar tidak awam lagi dalam bersikap dan mampu kalahkan budaya hedon dengan syakhsiyyah Islamiyyah yang paripurna.

Bagaimana tuntunan Sunnah menggiring kita utk selalu mencari ilmu...

طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ وَمُسْلِمَةٍ

”Mencari ilmu itu adalah wajib bagi setiap muslim laki-laki maupun muslim perempuan.” (HR. Ibnu Abdil Barr)

مَنْ أَرَا دَالدُّنْيَا فَعَلَيْهِ بِا لْعِلْمِ، وَمَنْ أَرَادَالْاآخِرَةَ فَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ، وَمَنْ أَرَادَهُمَا فَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ

”Barangsiapa yang menghendaki kehidupan dunia maka wajib baginya memiliki ilmu, dan barangsiapa yang menghendaki kehidupan Akhirat, maka wajib baginya memiliki ilmu, dan barang siapa menghendaki keduanya maka wajib baginya memiliki ilmu.” (HR. Turmudzi)

مَنْ خَرَجَ فِى طَلَبُ الْعِلْمِ فَهُوَ فِى سَبِيْلِ اللهِ حَتَّى يَرْجِعَ

”Barangsiapa yang keluar untuk mencari ilmu maka ia berada di jalan Allah hingga ia pulang.” (HR. Turmudzi)

مَنْ سَلَكَ طَرِيْقًا يَلْتَمِسُ فِيْهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللهُ بِهِ طَرِيْقًا إِلَى

الْجَنَّةِ

”Barangsiapa yang menempuh jalan untuk mencari suatu ilmu. Niscaya Allah memudahkannya ke jalan menuju surga.” (HR. Turmudzi)

أُطْلُبِ الْعِلْمَ مِنَ الْمَهْدِ إِلَى الَّلحْدِ

”Carilah ilmu sejak dari buaian hingga ke liang lahat.” (Al Hadits)

مَنْ قَالَ لَآإِلَهَ إِلَّا اللهُ مُخْلِصًا دَخَلَ الْجَنّةَ

”Barangsiapa yang mengucapkan ‘Tiada Tuhan Selain Allah’ dengan ikhlas pasti masuk surga.”

2. Tipsnya... Mari lihat dan renungkan sabda  Rasulullah ﷺ.

Bahwa beliau Rasulullah ﷺ menyebutkan diantara tujuh golongan yang memperoleh naungan pada saat tiada naungan kecuali naungan dari Alloh ﷻ pada hari kiamat adalah pemuda yang tumbuh dalam rangka beribadah kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala.‎

"Pemuda sukses yang pandai memanfaatkan peluang masa mudanya untuk selalu ingat apa tujuan ia diciptakan Alloh ﷻ. Ia menyadari peluang itu tidak akan berulang. Ia memanfaatkan masa muda sebelum datang masa lemahnya (tua), masa sehat sebelum sakitnya, masa lapang sebelum sempitnya, dan masa hidup sebelum datang kematiannya,..."

Suatu ketika, Nabi Muhammad mengajak Ibnu Abbas berjalan-jalan. Kemudian, Nabi berkata kepada pemuda itu.

"Ya ghulam, maukah engkau mendengarkan beberapa kalimat yang sangat berguna? Yakni, jagalah Alloh ﷻ (ajaran-ajaran-Nya), engkau akan mendapati-Nya selalu menjaga engkau. Jagalah Alloh ﷻ (hindari larangan-larangan-Nya), engkau akan mendapati-Nya selalu dekat di hadapan engkau."

"Kenalilah Alloh ﷻ dalam sukamu, Alloh ﷻ akan mengenal engkau dalam dukamu. Bila engkau meminta, mintalah hanya kepada Alloh ﷻ. Jika engkau memerlukan pertolongan, bermohonlah kepada Alloh ﷻ. Semua hal (kejadian) telah selesai ditulis."

Jadi tipsnya adalah jangan jauhi Alloh ﷻ dan Rasul-Nya. In syaaAllah di zaman apapun akan selamat. Jika tha'at bukan berarti sok tahu tapi benar-benar tahu.

Wallahu a'lam

0️⃣7️⃣ Han ~ Jatim

Assalamu'alaikum

Umm, bagaimana hukuman bagi yang menghina baginda Nabi Rasulullah ﷺ. Kita melihat dengan mata kepala sendiri seakan tidak ada tindakan bahkan seolah dibiarkan adem ayem saja bagi penguasa. Jauh berbeda dengan zaman dahulu.

🌸Jawab:

Wa'alaykumussalaam wrwb ukhtiiy Han shalihah.

Seperti yang sudah sampaikan di materi, hukuman bagi penghina Nabi adalah hukuman MATI.

Hanya saja sistem sekuler saat ini begitu abai terhadap penghinaan terhadap Nabi. Bahkan biasa saja seakan tidak terjadi apa-apa dan Nabi bukanlah siapa-siapa atau apa. Beda dengan zaman saat Islam tegak.

Jadi PR kita adalah berjuang bersama barisan barisan penegak Islam Kaaffah agar Islam kembali tegak seperti saat Khilafah tegak.

Wallaahu a'laam bishhawaab.

🌸🌸🌸🌟🌟🌟🌸🌸🌸

 💎CLoSSiNG STaTeMeNT💎

Thayyiib...

Bismillaah....

Umat Islam sudah Alloh ﷻ siapkan sebagai UMAT TERBAIK. Seperti disebutkan dalam Al-Qur'an. 

كُنتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِٱلْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ ٱلْمُنكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِٱللَّهِ ۗ وَلَوْ ءَامَنَ أَهْلُ ٱلْكِتَٰبِ لَكَانَ خَيْرًا لَّهُم ۚ مِّنْهُمُ ٱلْمُؤْمِنُونَ وَأَكْثَرُهُمُ ٱلْفَٰسِقُونَ  

"Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, diantara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik."

(QS. Ali ‘Imran : 110)

Maka mari kita buktikan..... 

Bahwa kita layak mendapatkan predikat khairu ummat ini, dengan cara apa??? 

Perjuangkan kedaulatan Islam dengan menghadirkan Islam kaffah di bumi ini agar  pelecehan dan penghinaan Rasulullah ﷺ  terhentikan dan juga  sekularisme akan mati  yang selanjutnya kembali kepada Islam kaffah. Yang diemban oleh sebuah negara Islam. Yang menerapkan seluruh hukum Islam yang benar-benar merealisasikan Cinta Nabi Tanpa Tapi Tanpa Nanti.

Wallahu a'lam bishawaab. Mohon maaf lahir bathin jika banyak salah, khilaf dan kekurangan.

Uusiikum wa nafsiiy bitaqwallaah.

Assalaamu'alaykum wr.wb.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar