Selasa, 30 November 2021

PENYEMBAH BERHALA

 


OLeH: Ibu Hj. Irnawati Syamsuir Koto

•┈•◎❀★❀◎•┈•
❀ M a T e R i ❀
•┈•◎❀★❀◎•┈•

💎PENYEMBAH BERHALA

Segala puji bagi Alloh ﷻ yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya untuk kita semua yang berada di majlis ini, kita syukuri rahmat dan nikmat terbesar yang kita terima, yaitu iman Islam yang tidak semua manusia menerimanya, dan juga tidak semua yang telah menerima diberi ketetapan hidayah untuknya. 
Alhamdulillah kita yang berada disini saat ini masih di izinkan dan diridhoi Alloh ﷻ untuk bersyahadat kepada-Nya. 

Sholawat dan salam kita persembahkan kepada Rasulullah ﷺ yang telah membawa kita kepada jalan yang lurus jalan yang terang, salam juga kita persembahkan kepada keluarga, sahabat, dan para pengikutnya hingga akhir masa.

Sahabat-sahabatku...

Berbagai penyembahan berhala sudah ada sejak zaman kuno dulu, bahkan sejak dunia ini mulai ada. 

Bentuk berhala pun beraneka rupa; ada yang berbentuk patung, arca, bangunan tertentu, benda-benda khusus. 

Ada yang berwujud manusia, binatang, dewa, dan lain-lain. Bahkan ada manusia itu sendiri yang disembah. 

Hal ihwal penyembahan berhala biasanya disebut paganisme. Atau ada pula yang menyebutnya Kabbalah.

Pada zaman Mesir Kuno atau Romawi Kuno, mereka memiliki dewa-dewa sesembahan. Pada zaman Nabi Ibrahim AS, di Babylonia juga menyembah para dewa. 

Di zaman Rasulullah ﷺ, di area Ka’bah banyak sekali patung-patung yang disembah: ada Latta, Uzza, dan Manna.

Berhala-berhala  saat ini muncul melalui manifestasi materialistik yang membuat manusia lupa dengan tujuan mencari rezeki. Manusia saat ini begitu mendambakan harta dengan berusaha mencari sebanyak-banyaknya, namun kenyataannya lupa dengan cara menikmati harta sesuai dengan tuntunan Alloh ﷻ.

Ternyata berhala sudah berubah wujud, atau bahasa kerennya mengalami metamorfosis. Berhala-berhala itu kini ada di rumah-rumah orang beriman, ada di saku celana atau baju orang-orang Muslim, ada di dalam tas, mobil, atau menempel di tubuh kita kemana pun pergi.

Jika kita menonton televisi secara berlebihan hingga melupakan pekerjaan, lalai belajar, hingga tak menghiraukan lagi suara adzan; hakikatnya kita telah mempertuhankan televisi. Jika kita bermain HP hingga menguras waktu, lalai beramal, dan pemborosan; pun hakikatnya kita telah menuhankan alat itu. Jika uang adalah tujuan hidup kita, jika uang adalah di atas segala-galanya (bahkan mencarinya dengan segala cara-tak peduli halal-haram); tak pelak kita telah mengabdi kepada si lembaran kertas.

Rasulullah ﷺ pernah menuturkan nubuwwat di hadapan para sahabat yang mulia, yaitu tentang sebuah sabda yang kontennya menjangkau peristiwa yang akan datang.

Sebagaimana sabda Rasulullah ﷺ: “Akan datang suatu zaman atas manusia, perut-perut mereka menjadi Tuhan-Tuhan mereka. Perempuan-perempuan mereka menjadi kiblat mereka. Dinar-dinar (uang) mereka menjadi agama mereka. Dan kehormatan mereka terletak pada kekayaan mereka.”

Rasulullah ﷺ melanjutkan: “Waktu itu, tidak tersisa dari iman kecuali namanya saja. Tidak tersisa dari Islam kecuali ritual-ritualnya saja. Tidak tersisa Al Quran kecuali sebatas kajiannya saja. Masjid-masjid mereka makmur, tetapi hati mereka kosong dari petunjuk (hidayah-Nya). Ulama-ulama mereka menjadi makhluk Alloh ﷻ yang paling buruk di permukaan bumi.” Para sahabat pun menyimak dengan penuh khidmat.

Tergurat dari wajah para sahabat, rasa sedih dan cemas. Dipandanginya lekat-lekat wajah Rasulullah ﷺ, disimaknya kalam-kalam bertutur manusia pilihan tersebut. Hingga sampailah Sang Murabby Agung itu menggambarkan keadaan apa yang akan terjadi nanti jika sudah sedemikian menyedihkan kondisi umatnya.

“Kalau sudah terjadi zaman seperti itu, Alloh ﷻ akan menyiksa mereka dan menimpakan kepada mereka empat perkara (azab). Pertama, kekejaman tidak berperi dari para penguasa. Kedua, kekeringan tidak terhingga yang sangat lama. Ketiga, beraneka kezaliman para pejabat kepada rakyat jelata. Dan keempat, pisau hukum para hakim tumpul, sekarat, dan berkarat.”

Para sahabat pun terheran-heran atas penuturan Rasulullah ﷺ. Mereka bertanya: “Wahai Rasul Alloh ﷻ, apakah mereka ini para penyembah berhala?” “Ya! Bagi mereka, setiap dirham (uang) menjadi berhala (dipertuhankan atau disembah),” pungkas Rasulullah ﷺ.

Nah, dari hadis yang cukup panjang riwayat Bukhari Muslim yang muttafaq alaih ini bisa menjadi renungan kita semua. Berhala itu bukan lagi patung-patung atau arca. Berhala ‘zaman now’ itu berupa uang.

Kini, coba kita lihat bagaimana keadaan saat ini. Hari-hari kita fokusnya selalu uang. Detik, menit, dan jam dihitungnya dengan standar uang. Berangkat pagi pulang malam, bahkan hingga tidak pulang, yang dicari dan dikejar adalah uang.


Kita kenal gadget, games, musik, film dan berbagai media hiburan yang bisa jadi menjadi wujud lain dari berhala di era modern. Sebab keberadaannya bisa mengalihkan akidah seseorang. Ada pula ‘berhala’ yang lebih besar wujudnya. Misalnya Mall, caffe, atau arena permainan. Dan yang jauh lebih pelik adalah berhala dalam bentuk harta atau uang.

Demikian dari saya,  kita renungkan semuanya, apakah kita bagian dari penyembah berhala.  

Wallahu a'lam

•┈••◎◎❀★❀◎◎••┈•
❀ TaNYa JaWaB ❀
•┈••◎◎❀★❀◎◎••┈•

0️⃣1️⃣ Muthia ~ Riau
Apa yang sebaiknya dilakukan di zaman seperti ini Bu?

🔷Jawab:
Meluruskan dan menguatkan akidah. Karena dasar dari semua itu adalah akidah. Jadi jangan lalai dengan ilmu agama, terlebih lagi akidah. 

Wallahu a'lam

0️⃣2️⃣ Setyaningsih ~ Solo
Assalamu'alaykum Ustadzah.

Kalau seseorang yang terlalu mementingkan fashion, dan segala bentuk penampilan luar, apakah juga termasuk penyembah berhala Ustadzah?
Syukron.

🔷Jawab:
Waalaikummussalam warahmatullah wabarakatuh, bu.

Iyaa, terlalu mementingkan, sangat mengutamakan, hingga dia lebih khawatir fashion daripada keridhoan Alloh ﷻ. Nah itu bagian dari menuhankan fashion tersebut. 

Wallahu a'lam

0️⃣3️⃣ Bestiar ~ Pekanbaru
Sungguh takut rasanya menghadapi hal-hal yang bersifat dunia itu terlebih lagi untuk anak-anak generasi penerus. Ustazah bagaimana menyeimbangkan hal-hal dunia supaya kita tidak menuhankan. Karena kalau kita tinggalkan hal itu juga ada manfaatnya dan bisa juga kita manfaatkan untuk kebaikan akhirat kita. Contoh, Mencari uang banyak untuk bersedekah banyak-banyak. Afwan.

🔷Jawab:
Yaa benar bu, kita tidak boleh meninggalkan dunia, karena dunia juga kita butuhkan untuk mencari tiket pulang keharibaan Alloh ﷻ. 

Hanya saja, kita harus sadar, bahwa dunia ini bukan tujuan, dunia ini hanya kendaraan. Menanamkan pemikiran seperti ini salah satunya jalan agar kita tidak menambatkan dunia dan isinya di dalam hati. Jadi saat kita mengejar dunia, maka akhirat tidak kita lupakan, hukum-hukum agama tetap jadi prioritas utama. 

Dan tetap menghadiri majelis-majelis ilmu agama, agar tetap ada yang mengingatkan kita untuk tujuan hidup yang sebenarnya. 

Wallahu a'lam

0️⃣4️⃣ Rustia ~ Bekasi 
Ustadzah, apakah kalau kita meyakini bahwa jika mementingkan akhirat maka dunia akan mengikuti, akan menjamin penghidupan kita, sedangkan kita harus seimbang antara dunia dan akhirat.

🔷Jawab:
InsyaaAllah, karena itu janjinya Alloh ﷻ, menjamin disini juga harus kita pahami dari segala segi, bukan hanya untuk urusan harta benda. Banyak hal yang masuk kedalam jaminan ini.

“Barangsiapa bertakwa kepada Alloh ﷻ niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya.” (QS. Ath Tholaq: 2-3).

Wallahu a'lam

0️⃣5️⃣ Aisya ~ Riyadh
Assalamualikum warahmatullahi wabarakatuh.

Pada zaman sekarang berarti hampir tidak mungkinkah kita terhindar dari berhala.
Lantas bagai mana solusinya, biar tidak jadi budak berhala itu ustadzah?

🔷Jawab:
Wa'alaikumussalam Warahmatullahi Wabarakatuuh. 

Yaa, saat ini memang sulit untuk kita keluar dari rongrongan berhala modern. Solusinya kita jangan meninggalkan urusan agama, baik belajar agama, menghadiri majlis ilmu agama, menyadari bahwa dunia ini bukan untuk kita kejar habis habisan, bukan sesuatu hal yang kita takuti untuk ditinggalkan. Dunia ini hanyalah tempat bagi kita mencari amalan sebanyak banyaknya agar bekal akhirat kita banyak. 

Jangan biarkan dunia menggenggam kita, tapi kitalah yang harus menggenggam dunia. Jadi bukan dia yang mengguncang kita, tapi kita yang mengguncang dia. 

Kejarlah dunia, tapi ingat ada akhirat yang abadi. 

Wallahu a'lam

🌷Masyaallah tabarakallah ustadzah. 

Kalau kita mengharapkan kasih sayang tulus ikhlas, dari pasangan kita ustadzah, apakah termasuk berhala?

🔷Kasih sayang tulus, berlandaskan kasih sayang karena Alloh ﷻ, bukan hal berhala. Tapi jika sudah ada keraguan dengan kuasa Alloh ﷻ, dan lebih meyakini manusia, maka telah memberhalakan manusia. 

Wallahu a'lam

•┈•◎❀★❀◎•★•◎❀★❀◎•┈•
❀CLoSSiNG STaTeMeNT❀
•┈•◎❀★❀◎•★•◎❀★❀◎•┈•

Sahabat-sahabatku...

Walaupun semua yang kita bahas tadi  tidak dijadikan sebagai benda keramat namun secara tidak langsung kita telah men-Tuhan-kan sebuah benda sebagai pusat kebahagiaan dan mulai sedikit demi sedikit mengabaikan tugas kita sebagai muslim, yaitu ibadah.

‘Berhala’ ini sebenarnya bukan berhala yang sesungguhnya. Tapi akan membawa pada ke mudharatan jika manusia menggunakannya berlebihan. Walaupun secara tidak sadar, menggiring pada yang mudharat itu tidak akan terasa.

Maka dari itu, perlu ada kontrol dari diri sendiri dan wejangan dari sesama umat manusia agar berhala tersebut tidak menjadi berhala yang sesungguhnya dan mengubah manusia kembali pada zaman kebodohan. Selama ini sadar atau tidak berhala yang dianggap kuno dan hanya menjadi sejarah dalam buku-buku pelajaran di sekolah ternyata telah bereinkarnasi.

Semoga kita terhindar dari segala sesuatu yang akan membawa kita kepada kehancuran.

Mohon maaf lahir batin. 

Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar