Selasa, 30 November 2021

DURHAKA KEPADA ORANG TUA

 


OLeH: Ibu Hj. Irnawati Syamsuir Koto

•┈•◎❀★❀◎•┈•
❀ M a T e R i ❀
•┈•◎❀★❀◎•┈•

💎DURHAKA KEPADA ORANG TUA

Segala puji bagi Allah Azza Wajalla Yang telah memberi nikmat waktu kepada kita, hingga mampu hadir malam ini, shalawat dan salam kepada Nabi kita Muhammad ﷺ, keluarga dan sahabatnya,  serta pengikutnya hingga akhir zaman.

Sahabat-sahabat ku... 

Sesungguhnya jasa kedua orang tua terhadap anaknya sangat besar. Fakta ini tidak bisa diingkari oleh siapapun juga. Seorang ibu telah mengandung anaknya dalam keadaan lemah dan susah. 

Dia menyabung nyawa untuk melahirkan anaknya. Kemudian memelihara dan menyusui dengan penuh kelelahan dan perjuangan selama dua tahun. 

Allâh Azza wa Jalla memberitakan sebagian jasa tersebut dalam firman-Nya:  

"Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan." [QS. al-Ahqâf: 15].

Demikian juga sang bapak menantang panas dan hujan guna mencukupi kebutuhan keluarganya. Sehingga tidak heran jika keduanya memiliki hak yang harus dipenuhi oleh sang anak, bahkan hak orang tua itu mengiringi hak Allâh Azza wa Jalla. 

Dia berfirman: 
"Beribadahlah kepada Alloh ﷻ dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapak." [QS. an-Nisâ`: 36].

Berbakti kepada orang tua merupakan kewajiban yang utama. Hak kedua orang tua itu melebihi manusia manapun. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menjelaskan hal ini dalam hadits sebagai berikut: 

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, ia berkata: Seorang lelaki datang kepada Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu bertanya: “Wahai Rasulullah ﷺ, siapakah orang yang paling berhak mendapatkan perbuatan kebaikanku?” Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Ibumu,” lelaki itu bertanya lagi, “Kemudian siapa?” Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Ibumu,” Lelaki itu bertanya lagi, “Kemudian siapa?” Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Ibumu,” Lelaki itu bertanya lagi, “Kemudian siapa?” Beliau menjawab, “Bapakmu.” 
[HR. al-Bukhâri, no. 5971; Muslim, no. 2548]

Imam Bukhari meriwayatkan dalam Kitabul Adab dari jalan Abi Bakrah Radhiyallahu ‘anhu, telah bersabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. 

"Maukah aku beritahukan kepadamu sebesar-besar dosa yang paling besar, tiga kali (beliau ulangi). Sahabat berkata, ‘Baiklah, ya Rasulullah ﷺ’, bersabda Nabi. “Menyekutukan Alloh ﷻ, dan durhaka kepada kedua orang tua, serta camkanlah, dan saksi palsu dan perkataan bohong.” Maka Nabi selalu mengulangi, “Dan persaksian palsu,” sehingga kami berkata, “semoga Nabi diam.”
[Hadits Riwayat Bukhari 3/151-152 -Fathul Baari 5/261 No. 2654, dan Muslim 87] 

Dari hadits di atas dapat diketahui bahwa dosa besar yang paling besar setelah syirik adalah uququl walidain (durhaka kepda kedua orang tua). Dalam riwayat lain Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda bahwa diantara dosa-dosa besar yaitu menyekutukan Alloh ﷻ, durhaka kepada kedua orang tua, membunuh diri, dan sumpah palsu. [Riwayat Bukhari dalam Fathul Baari 11/555].

Kemudian diantara dosa-dosa besar yang paling besar adalah seorang melaknat kedua orang tuanya [Hadits Riwayat Imam Bukhari] Dari Mughirah bin Syu’bah Radhiyallahu ‘anhu bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda. “Sesungguhnya Alloh ﷻ mengharamkan atas kamu, durhaka pada ibu dan menolak kewajiban, dan minta yang bukan haknya, dan membunuh anak hidup-hidup, dan Alloh ﷻ membenci padamu banyak bicara, dan banyak bertanya demikian pula memboroskan harta (menghamburkan kekayaan).” 
[Hadits Riwayat Bukhari (Fathul Baari 10/405 No. 5975) Muslim No. 1715 912)] 

Hadits ini adalah salah satu hadits yang melarang seorang anak berbuat durhaka kepada kedua orang tuanya.

Seorang anak yang berbuat durhaka berarti dia tidak masuk surga dengan sebab durhaka kepada kedua orang tuanya, sebagaimana hadits dari Abu Darda bahwasanya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda. “Tidak masuk surga anak yang durhaka, peminun khamr (minuman keras) dan orang yang mendustakan qadar.”
[Hadits Riwayat Ahmad 6/441 dan di Hasankan oleh Al-Albani dalam Silsilah Hadits Shahihnya 675]

🔹Diantara Bentuk Durhaka (uquq) Adalah :

✓ Menimbulkan gangguan terhadap orang tua baik berupa perkataan (ucapan) ataupun perbuatan yang membuat orang tua sedih dan sakit hati. 

✓ Berkata ‘AH’ dan tidak memenuhi panggilan orang tua. 

✓ Membentak atau menghardik orang tua. 

✓ Bakhil, tidak mengurusi orang tuanya bahkan lebih mementingkan yang lain dari pada mengurusi orang tuanya padahal orang tuanya sangat membutuhkan. Seandainya memberi nafkah pun, dilakukan dengan penuh perhitungan.

✓ Bermuka masam dan cemberut dihadapan orang tua, merendahkan orang tua, mengatakan bodoh, ‘kolot’ dan lain-lain. 

✓ Menyuruh orang tua, misalnya menyapu, mencuci atau menyiapkan makanan. 
Pekerjaan tersebut sangat tidak pantas bagi orang tua, terutama jika mereka sudah tua atau lemah. Tetapi jika ‘Si Ibu” melakukan pekerjaan tersebut dengan kemauannya sendiri maka tidak mengapa dan karena itu anak harus berterima kasih. 

✓ Menyebut kejelekan orang tua di hadapan orang banyak atau mencemarkan nama baik orang tua. 

✓ Memasukkan kemungkaran kedalam rumah misalnya, mengisap rokok, dan lain-lain.

✓ Mendahulukan taat kepada istri dari pada orang tua. Bahkan ada sebagian orang dengan teganya mengusir ibunya demi menuruti kemauan istrinya. Na’udzubillah. 

✓ Malu mengakui orang tuanya. Sebagian orang merasa malu dengan keberadaan orang tua dan tempat tinggalnya ketika status sosialnya meningkat. Tidak diragukan lagi, sikap semacam ini adalah sikap yang amat tercela, bahkan termasuk kedurhakaan yang keji dan nista.

Semuanya itu termasuk bentuk-bentuk kedurhakaan kepada kedua orang tua. 

Oleh karena itu kita harus berhati-hati dan membedakan dalam berkata dan berbuat kepada kedua orang tua dengan kepada orang lain.

Akibat dari durhaka kepada kedua orang tua akan dirasakan di dunia. Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam Adabul Mufrad, Abu Daud dan Tirmidzi dari sahabat dari Abi Bakrah Radhiyallahu ‘anhu mengatakan bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata. “Tidak ada dosa yang Alloh ﷻ cepat kan adzab nya kepada pelakunya di dunia ini dan Alloh ﷻ juga akan mengadzabnya di akhirat yang pertama adalah berlaku zhalim, kedua memutuskan silaturahim.” 

[Hadits Riwayat Bukhari dalam Adabul Mufrad (Shahih Adabul Mufrad No. 23), Abu Dawud (4902), Tirmidzi (2511), Ibnu Majah (4211).

Demikian materi malam ini semoga bermanfaat.  

Wallahu a'lam

•┈••◎◎❀★❀◎◎••┈•
❀ TaNYa JaWaB ❀
•┈••◎◎❀★❀◎◎••┈•

0️⃣1️⃣ Riyanti ~ Yogja
Ustadzah Irna syukron untuk ilmunya.

Menyikapi orang tua yang durhaka kepada anak bagaimana ya?

🔷Jawab:
Bisa saja terjadi, orang tua yang mengabaikan anak, orang tua yang dzalim kepada anak, orang tua yang tidak menerima kondisi si anak, selalu membandingkan anak dengan orang lain. 

Tidaklah layak orang tua berbuat dzalim kepada anak-anak, tugas orang tua adalah mendidik anak-anak, mengasuh, mendidik anak-anak, memenuhi kebutuhan anak-anak. 

Semoga orang tua yang ada disini adalah orang tua orang tua terbaik. Aamiin.

Wallahu a'lam

0️⃣2️⃣ Setyaningsih ~ Solo
Assalamu'alaykum Ustadzah.

Bagaimana pendapat Ustadzah mengenai kasus seorang anak yang mengusir ibunya karena masalah warisan yang terjadi di Aceh itu? Syukron.

🔷Jawab:
Waalaikummussalam warahmatullah wabarakatuh

Sebelumnya saya minta maaf, karena saya tidak mengikuti berita tersebut, jadi saya tidak bisa berpendapat.  

Namun dibalik itu, jika ada anak yang mendzalimi orang tuanya, maka dosa besarlah baginya, jangankan mengusir, berkata "AH" saja tidak boleh.  

Wallahu a'lam

0️⃣3️⃣ Frin ~ Surabaya
Bun Irna.... 
Mohon pencerahan bun..
1.  Untuk mengganti sholat orang tua yang bolong-bolong saat beliu masih hidup. Apa dibolehkan anak mengqodho sholat orang tuanya yang sudah meninggal?

2. Dan  untuk diri sendiri apa dibolehkan mengqodho sholat-sholat masa lalu ada yang bolong-bolong. 

3. Mohon bimbingan cara pelaksanaanya?

Jazakillah khair bunda, maaf pertanyaan banyak. Sebetulnya sudah lama. Mau menanyakan hal ini bun, alhamdulillah saatnya tiba.

🔷Jawab:
1 dan 2. Boleh atau tidaknya mengqada shalat untuk orang yang sudah meninggal, hal ini masih menjadi perdebatan para ulama. Ada yang membolehkan, ada yang mengatakan. Tidak ada qadha untuk shalat. Wallahu a'lam

3. Melakukan sholat diwaktu sholat yang sama, setelah sholat wajib dilaksanakan.  

Wallahu a'lam

0️⃣4️⃣ Bestiar ~ Pekanbaru
Ustadzah, seorang ibu yang sudah tua adalah ada dalam tanggung jawab anak laki-lakinya, apakah wajib menafkahi ibu meskipun beliau kaya, berbakti seperti apa kepada Ibu yang kaya? Afwan

🔷Jawab:
Tidak ada kewajiban menafkahi jika orang tua mampu, ada kewajiban tersebut jika orang tua tidak mampu.  

Banyak cara untuk berbakti, salah satunya adalah menjaga hati orang tua agar tidak bersedih dan tersinggung. Membahagiakan orang tua dengan cara-cara yang keluarga yang akan lebih tahu. Berakhlak baik kepada orang tua. 

Wallahu a'lam

0️⃣5️⃣ Riyanti ~ Yogja
Bila ada mertua yang tidak mengijinkan menantunya menikah lagi sedangkan anak lelakinya sudah meninggal. Sementara ia masih muda.

Bagaimana sikap menantu tersebut sebaiknya?

🔷Jawab:
Menurut saya itu sebuah kedzaliman. Secara hukum tidak ada pelarangan seperti itu. Karena menikah itu fitrahnya manusia.  

Beri penjelasan kepada mertua tersebut. Minta bantuan kepada orang-orang yang diseganinya. 

Wallahu a'lam.

0️⃣6️⃣ Yulis ~ Bintan
Bun, bagaimana cara berbakti kepada orang tua yang jauh dari kita (lokasi). 
Lantas bagaimana cara bersikap adil terhadap orang tua dan mertua?
Terima kasih

🔷Jawab:
Menjaga hatinya agar tidak terluka, kalo beliau kekurangan, bantu dana jika dikeluarga inti sudah terpenuhi. Berkabar kepada beliau, karena orang tua itu membutuhkan perhatian, bukan hanya uang.  

Adil itu sebenarnya adalah memperlakukan seseorang sesuai dengan apa yang dibutuhkannya, sesuai dengan kaidah-kaidah agama. 

Wallahu a'lam

0️⃣7️⃣ Mala Hasan ~ Lampung
1. Bagaimana menyikapi jika ada saudara yang bersikap durhaka pada orang tua?

2. Jika ada tetangga yang bersikap tidak baik pada ibunya yang tua renta dan sudah di ingatkan pada si anak bagaimana seharusnya bersikap pada orang tua tapi malahan tidak terima di ingatkan. Kami sebagai tetangga harus bagaimana?

Jazakillahu khoiran Bunda.

🔷Jawab:
1. Ingatkan, nasehati dan suruh untuk berbakti kepada orang tua. Jelaskan akibatnya jika dia bersikap durhaka.  

2. Tugas kita ya mengingatkan, menasihati serta mendoakan. Kalau bisa melindungi orang tuanya jika terjadi kekerasan. Cari orang yang disegani oleh mereka, untuk menasihati.  

Wallahu a'lam

0️⃣8️⃣ Han ~ Gresik
Assalamu'alaikum,

Bu, bagaimana dengan fenomena anak-anak sekarang yang sudah tidak menghormati dan peduli dengan orang tuanya. Dan bahkan malah orang tua malah dijadikan seperti pembantunya (mengasuh cucu, membersihkan rumah sampai mencuci baju).

🔷Jawab:
Waalaikummussalam warahmatullah wabarakatuh

Itulah sekarang fenomena anak durhaka di akhir zaman. Kasian anak-anak yang terjebak dalam hal ini. Karena dosa besarlah untuk mereka. Perihal ibu membantu anaknya boleh selama dia ikhlas dan bukan orang tua pelaku utama untuk mengurus rumah tangga.

Wallahu a'lam

•┈•◎❀★❀◎•★•◎❀★❀◎•┈•
❀CLoSSiNG STaTeMeNT❀
•┈•◎❀★❀◎•★•◎❀★❀◎•┈•

Sahabat-sahabatku...

Seandainya ada seorang anak yang durhaka kepada kedua orang tuanya kemudian kedua orang tuanya tersebut mendo’akan kejelekan, maka do’a kedua orang tua tersebut bisa dikabulkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Maka berhati-hatilah.  Dan ketahuilah bahwasanya jika durhaka kepada orang tua, maka hidup tidak akan berkah selamanya. 

Wallahu a'lam. 

Mohon maaf lahir batin.

Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar