Selasa, 30 November 2021

MENGUMPULKAN SAHAM KEBAIKAN

 


OLeH: Ibu Hj. Irnawati Syamsuir Koto 

•┈•◎❀★❀◎•┈•
❀ M a T e R i ❀
•┈•◎❀★❀◎•┈•

💎MENGUMPULKAN SAHAM KEBAIKAN

Sahabat-sahabatku... 

Perbuatan baik senantiasa akan memberikan kebaikan pula cepat atau lambat bagi mereka yang melakukannya. 

Perbanyaklah kebaikan dengan mengerjakan semua aktifitas dengan landasan memberi manfaat kepada diri sendiri dan orang lain, dengan niat ibadah.

Sebagaimana diketahui bahwa seluruh amal manusia di akhirat akan ditimbang dalam timbangan amal (mizan). 

Jika timbangan amal baiknya lebih berat, maka pertanda ia akan selamat. Sebaliknya, jika timbangan amal buruknya yang lebih berat, maka pertana ia akan celaka.   

Itu pula yang digambarkan dalam hadits riwayat Ibnu Mas‘ud. Walau status hadits ini mauquf, namun tidak mungkin seorang sahabat menyampaikan berita jika bukan dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, terlebih yang berkaitan dengan berita gaib. Dalam riwayat tersebut, Ibnu Mas‘ud menyampaikan, “Pada hari Kiamat, manusia akan dihisab. Siapa saja yang amal baiknya lebih banyak dari amal buruknya, walau hanya selisih satu amal, maka ia akan masuk surga. Sementara orang yang amal buruknya lebih banyak dari amal baiknya, walau hanya selisih satu amal, maka ia akan masuk neraka.”

Kemudian, Ibnu Mas‘ud melantunkan ayat, yang artinya, “Timbangan pada hari itu ialah kebenaran (keadilan), maka barangsiapa berat timbangan kebaikannya, maka mereka itulah orang-orang yang beruntung. Dan siapa yang ringan timbangan kebaikannya, maka itulah orang-orang yang merugikan dirinya sendiri, disebabkan mereka selalu mengingkari ayat-ayat Kami.” (QS. Al-A‘raf: 8-9).   

Ibnu Mas‘ud melanjutkan, “Sesungguhnya timbangan amal baik bisa ringan atau kalah walau hanya kurang seberat biji sawi. Sehingga orang yang imbang antara amal baik dan buruknya, maka dia termasuk ash-habul a’raf (orang-orang yang diberi pengetahuan). Mereka berdiri di hadapan ash-Shirath. Dari situ, mereka tahu para penghuni surga dan penghuni neraka. Ketika melihat para penghuni surga, mereka menyeru, ‘Salam keselamatan untuk kalian.’ Saat menoleh ke arah kiri, mereka melihat para penghuni neraka, lantas berdoa, sebagaimana dalam ayat, "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau tempatkan kami bersama-sama orang-orang yang zalim itu.’” (QS. Al-A‘raf: 47).   

Terakhir, Ibnu Mas‘ud berpesan, “Sesungguhnya seorang hamba, jika melakukan satu kebaikan, maka akan dicatat untuknya sepuluh kali lipat. Dan jika ia melakukan satu keburukan, maka akan dicatat untuknya satu kali lipatnya. Maka celakalah orang yang satu kali lipatnya mengalahkan sepuluh kali lipatnya,” (Ibnu al-Mubarak, az-Zuhd wa ar-Raqa’iq, jilid 2, hal. 123).

◼️Timbangan amal sendiri merupakan timbangan raksasa. Saking besarnya, andai langit dan bumi diletakkan di atasnya, niscaya mampu ditimbangnya. Apalagi hanya sekadar dipakai menimbang amalan hamba. 

Demikian seperti yang digambarkan dalam hadits riwayat al-Hakim dari Salman. 

Melalui riwayat ini, Rasulullah ﷺ bersabda:   
Pada hari Kiamat, timbangan amal akan diletakkan. Andai langit dan bumi ditimbang atau diletakkan di atasnya, niscaya akan tertimbang. Kemudian para malaikat bertanya, “Wahai Tuhanku, untuk siapa timbangan ini?” Alloh ﷻ menjawab, “Untuk makhluk-Ku yang Aku kehendaki.” Malaikat pun berkata, “Maha suci Engkau, maka selamanya kami akan menyembah-Mu dengan sebenar-benarnya,” (HR. Al-Hakim).   

Siapa pun tentu berharap agar timbangan amal baiknya lebih berat daripada timbangan amal buruknya. 

Dalam kaitan ini, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah menawarkan berbagai amalan yang memperberat timbangan kebaikan, mulai dari amalan terberat hingga amalan teringan. 

Amalan-amalan tersebut antara lain adalah berakhlak mulia, sebagaimana sabda-Nya, 

“Sesungguhnya diantara amalan yang paling berat dalam timbangan amal pada hari Kiamat adalah berakhlak bagus,” (HR. Ath-Thabrani).  

◼️Amalan berikutnya adalah mengucap kalimat thayyibah. Diriwayatklan, pada saat timbangan-timbangan amal pada hari Kiamat dipasangkan, maka didatangkanlah seorang laki-laki. Setelah amalnya ditimbang, diputuskan bahwa ia harus masuk neraka. 

Namun, terdengar satu perintah dari sisi Alloh ﷻ, “Janganlah kalian tergesa-gesa. Sebab, masih ada satu amal lagi yang tersisi untuknya.” Tak lama datanglah satu lembaran yang berisi tulisan Lailahailallah. Setelah lembaran itu ditambahkan, maka bertambah beratlah amal kebaikannya. Demikian yang disarikan dari hadits riwayat Ahmad dalam Musnad-Nya dari ‘Amr ibn al-Ash. Amalan yang sangat ringan, namun berat dalam timbangan amal juga dikabarkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam hadits berikut:    

“Dua amalan yang tidaklah dihitung (di jaga) oleh seorang muslim kecuali akan masuk surga. Dua amalan itu sangat sederhana, namun orang yang menunaikannya sedikit. Ditanya oleh para sahabat, ‘Amal apa itu, wahai Rasulullah ﷺ?’ Beliau meneruskan, ‘Salah seorang kalian bertasbih sepuluh kali, membaca tahmid sepuluh kali, dan membaca takbir sepuluh kali setiap usai shalat. Jadi totalnya 150 kali dalam lisan, namun jadi 1500 dalam timbangan amal,’” (HR. Ibnu Majah, at-Tirmidzi, dll).  

◼️Amalan berikutnya yang mampu memperbanyak saham kebaikkan adalah menjadi orang tua asuh bagi yatim piatu.  

Ada banyak alasan mengapa program orang tua asuh digalakan di banyak negara, termasuk di Indonesia yang di masa Pemerintahan Presiden Soeharto (alm.) dulu hingga dibentuk Gerakan Nasional Orang Tua Asuh (GNOTA) yang sampai sekarang masih tetap eksis. Dan kini dengan adanya internet, program orang tua asuh ini telah banyak pula dilakukan oleh berbagai lembaga lainnya, termasuk  KOMUNITAS PERINDU SURGA yang bekerjasama dengan DT PEDULI terus mengajak jamaahnya untuk menjadi orang tua asuh bagi yatim penghafal Al Quran.

Menjadi orang tua asuh memang merupakan sebuah perbuatan mulia, terlebih apabila menjadi orang tua asuh bagi anak-anak yatim dan piatu yang telah kehilangan lindungan dan kasih sayang dari orang tuanya. Dalam Islam sendiri, perhatian kepada anak yatim ini sangat serius. Melalui beberapa ayatnya, al Qur’an menunjukkan hal tersebut, misalnya pada beberapa ayat berikut, yang artinya:

“Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Alloh ﷻ, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, Nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, …”. (QS. Al Baqarah : 177)

“Mereka bertanya tentang apa yang mereka nafkahkan. Jawablah: “Apa saja harta yang kamu nafkahkan hendaklah diberikan kepada ibu-bapak, kaum kerabat, anak-anak yatim, …” (QS. Al Baqarah: 215)

“…Dan mereka bertanya kepadamu tentang anak yatim, katakalah: “Mengurus urusan mereka secara patut adalah baik, dan jika kamu bergaul dengan mereka, maka mereka adalah saudaramu; dan Alloh ﷻ mengetahui siapa yang membuat kerusakan dari yang mengadakan perbaikan….”. (QS. Al Baqarah: 220)

“Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama? Itulah orang yang menghardik anak yatim,” (QS. Al Maa´uun: 1-2)

Dengan ayat-ayat tersebut maka sudah jelas, bahwa siapapun yang peduli terhadap anak yatim , maka InsyaAllah pahalanya sangat besar.

◼️Dari beberapa sumber yang saya baca, beberapa keutamaan lain dari memelihara anak yatim ini, diantaranya:

✓ 1. Menjadi teman Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam di surga – Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : 

“Aku dan orang yang mengasuh atau menyantuni anak yatim di surga seperti ini.” Lalu beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menunjuk jari telunjuk dan jari tengah dan merapatkan keduanya.

✓ 2. Menumbuhkan sikap lemah lembut – Riwayat sebuah hadist : Seorang laki-laki datang kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengeluhkan hatinya yang membatu. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya, “Apakah kamu suka hatimu menjadi lembut dan terpenuhi keperluanmu ? Belas kasihanilah anak yatim, usaplah kepalanya, dan berikanlah makan dari masakanmu, niscaya hatimu menjadi lembut dan terpenuhi hajatmu.”

✓ 3. Menjauhkan diri dari sifat kikir – Terbiasa menafkahkan harta di jalan Alloh ﷻ jelas akan mengikis habis sifat kikir seseorang.

✓ 4. Menjadi pengikut setia Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam – Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Tidak termasuk golongan kami orang yang tidak menyayangi anak kecil dan tidak menghormati orang tua.”

✓ 5. Bertambah rezekinya – Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Tidaklah kamu ditolong dan diberi rezeki, kecuali karena kamu menolong orang-orang yang lemah.”

Jadi, mengapa tidak  mencoba menjadi orang tua asuh, khususnya bagi anak-anak yatim? 

Ayo dukung Program Orang Tua Asuh Perindu Surga dan DT Peduli. Cukup dengan Rp. 1000/ hari.  

Jangan takut menjadi miskin, insyaAllah rejeki anda malah akan bertambah. Aamiin.

Semoga Bermanfaat.

Wallahu a'lam

•┈••◎◎❀★❀◎◎••┈•
❀ TaNYa JaWaB ❀
•┈••◎◎❀★❀◎◎••┈•

0️⃣1️⃣ Afni ~ Garut
Assalamualaikum bu,

Apa hukum memberi kepada orang yang malas bekerja?

Terima kasih sebelumnya.

🌸Jawab:
Waalaikummussalam warahmatullah wabarakatuh 

Ada beberapa ulama berpendapat haram hukumnya bersedekah kepada orang yang malas, karena akan terbiasa menggantungkan hidup kepada orang lain, sementara dia mampu bekerja. Sebagian ulama melarang saja, tanpa menyebutkan haram memberikan kepada orang yang malas. 

Boleh memberi kepada orang yang sedang tidak bekerja, namun dia tengah berusaha mencari pekerjaan. Jadi bukan karena malasnya dia bekerja.  

Wallahu a'lam

0️⃣2️⃣ Aisya ~ Cikampek 

بِسْــــــــــــــــــمِ اللّه
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُه

Umm.
1. Amalan-amalan ringan tapi besar pahalanya. Itu apa saja ya ustadzah? 

2. Bagaimana caranya untuk menjaga amalan-amalan tetap di hati, supaya ringan menjalankannya?

3. Bagaimana cara menjaga hati, dalam menjalankan amalan-amalan kita, agar jauh dari riya' ujub?

Mohon pencerahannya ustadzah.

🌸Jawab:
Waalaikummussalam warahmatullah wabarakatuh

1. Salah satunya berdzikir dengan Dua kalimat yang ringan di lisan, namun berat ditimbangan, dan disukai Ar Rahman yaitu “Subhanallah wa bi hamdihi, subhanallahil'adzim”, (Maha Suci Alloh ﷻ dan segala puji bagi-Nya. Maha Suci Alloh ﷻ Yang Maha Agung).

2. Menjaga hati dan lisan, hati yang bersih dan lisan yang terjaga akan membuat kita mudah menjaga amalan kebaikan. 

3. Belajar beramal dengan sembunyi-sembunyi. Dan jangan merasa diri lebih baik dari orang lain dengan amalan kita.  

Wallahu a'lam

0️⃣3️⃣ Aisya ~ Cikampek
Umma, lebih mana besar keutamaan, merawat anak yatim dan ajak tinggal rumah, dengan hanya memberi donasi ke yayasan secara rutin?
Dengan catatan kedua-duanya ikhlas lillaahi Ta'ala.

🌸Jawab:
Ini dua pilihan yang berat,  sama saja menurut saya, merawat anak yatim sendiri dirumah itu bagus, karena sudah menjadi tanggungjawab kita seutuhnya. Namun berdonasi juga tak kalah bagus, karena dengan donasi kita, banyak yang bisa terbantu. Jadi saya pribadi tidak bisa memilih dalam hal ini, tapi kalau ada dari keluarga terdekat, lebih baik itu.  

Wallahu a'lam

0️⃣4️⃣ Aisya ~ Cikampek
Apakah amalan baik dan niat buruk manusia langsung dicatat oleh malaikat umm?
Bagaimana kalau baru niat, tapi belum di lakukan, kemudian bertaubat.

🌸Jawab:
Saya coba jawab dengan hadist yaa mba Aisya.  

Dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang hadits yang beliau riwayatkan dari Rabb-nya Tabaraka wa Ta’ala. Beliau bersabda, “Sesungguhnya Alloh ﷻ menulis kebaikan-kebaikan dan keburukan-keburukan kemudian menjelaskannya. Barangsiapa yang berniat melakukan kebaikan lalu tidak mengerjakannya, maka Alloh ﷻ menulis itu di sisi-Nya sebagai satu kebaikan yang sempurna, dan jika dia berniat mengerjakan kebaikan lalu mengerjakannya, maka Alloh ﷻ menulis itu di sisi-Nya sebagai sepuluh kebaikan hingga tujuh ratus lipat hingga perlipatan yang banyak. Jika dia berniat melakukan keburukan lalu tidak jadi mengerjakannya, maka Alloh ﷻ menulis itu di sisi-Nya sebagai satu kebaikan yang sempurna, dan jika dia berniat melakukan keburukan lalu mengerjakannya, maka Alloh ﷻ menulis itu sebagai satu keburukan.” 
(HR. Bukhari, no. 6491 dan Muslim, no. 131 di kitab sahih keduanya dengan lafaz ini).

Wallahu a'lam

•┈•◎❀★❀◎•★•◎❀★❀◎•┈•
❀CLoSSiNG STaTeMeNT❀
•┈•◎❀★❀◎•★•◎❀★❀◎•┈•

Sahabat-sahabatku...

Sebuah hadist sebagai renungan dan penutup kajian kita malam ini.  

Diriwayatkan oleh Imam Ahmad, suatu siang para sahabat sedang bersama Rasulullah ﷺ. Lalu, datanglah suatu kaum yang keadaannya sangat memprihatinkan. Wajah Rasulullah ﷺ berubah ketika melihat mereka. Rasul masuk, kemudian keluar, lalu menyuruh Bilal mengumandangkan adzan dan ikamah.

Rasul pun shalat dan kemudian berkhutbah: "Wahai sekalian manusia, bertakwalah kalian semua kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu.” (QS. An-Nisaa’: 1). 

Dan, beliau membaca ayat:  "Dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat).” (QS. Al-Hasyr: 18).

"Seketika itu, seorang sahabat langsung menyedekahkan dinar, dirham, baju, dan kurmanya. Kemudian, secara berturut-turut diikuti oleh para sahabat yang lain, hingga sedekah berupa makanan dan baju itu menumpuk seperti dua anak bukit. Melihat pemandangan yang menyenangkan itu, wajah Rasulullah ﷺ berbinar-binar."

"Lalu, beliau bersabda bahwa siapa yang berbuat baik dia akan mendapat pahala dari perbuatannya dan juga pahala dari orang yang mengikuti kebaikannya itu tanpa mengurangi sedikit pun pahala orang yang mengikuti jejak kebaikannya itu. Demikian sebaliknya ketika seseorang berbuat jelek."
(HR. Muslim)

Dari riwayat yang amat inspiratif tersebut, Ibnu Katsir lalu menafsirkan ayat dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat) tersebut mengandung pengertian: "Perhitungkanlah diri kalian sebelum kalian diperhitungkan oleh Alloh ﷻ di hari kiamat kelak, dan perhatikanlah amal saleh apa yang sudah kalian simpan untuk akhirat dan untuk menghadap Tuhan.”

Wallahu a'lam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar