Selasa, 30 November 2021

MEMANTASKAN DIRI MENJEMPUT JODOH

 


OLeH: Ustadzah Azizah, S.Pd

•┈•◎❀★❀◎•┈•
❀ M a T e R i ❀
•┈•◎❀★❀◎•┈•

🌸MEMANTASKAN DIRI MENJEMPUT JODOH

بسم الله الرحمن الرحيم
الســـلام عليــكم ورحــمة اﻟلّـہ وبركاته
اللهم صل على سيدنا محمد وعلى آله سيدنا محمد

Betapa Alloh ﷻ begitu sempurna memelihara dan menjaga semua ciptaan-Nya. Salah satunya adalah menciptakan makhluknya itu berpasangan. Laki-laki vs perempuan, jantan vs betina, siang vs malam dan sebagainya. Semua untuk menjaga keseimbangan dan ketawazunan atas kehidupan di dunia ini.

Kata "sakinah mawadah wa rohmah" diambil dari QS. Ar-Rum: 21.

وَمِنْ آيَاتِهِ أَنْ خَلَقَ لَكُمْ مِنْ أَنْفُسِكُمْ أَزْوَاجًا لِتَسْكُنُوا إِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُمْ مَوَدَّةً وَرَحْمَةً إِنَّ فِي ذَلِكَ لآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ,

"Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia (Alloh ﷻ) menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir." (QS. 30/Ar-Rum 21).

Cinta itu adalah fitrah. Fitrah untuk bertemu dengan pasangan yang tepat. Cinta bisa menjadi fitnah saat ia dipertemukan dengan cara yang di laknat.

Rindu itu adalah keniscayaan, tetapi ia akan menjadi naif jika terpaut pada hati yang salah.

So...
Tidak selayaknya jika jiwa yang suci mendamba samawa, tapi nalar dan hati tidak dituntun oleh iman. Semua akan bertemu pada muara fatamorgana. Tetap ikhtiar, tapi tidak dengan cara-cara yang melanggar. Membingkai ikhtiar dengan sabar, yang tak berbatas, sampai Alloh ﷻ cukupkan dan kau ternilai pantas.

Menjadi sempurna iman dengan menikah bukan hanya perlu kesiapan fisik saja, mentalpun terus diasah, karena pernikahan itu adalah ibadah terlama, bagi sepasang anak manusia yang mendamba keabadian surga.

◾Ada beberapa persiapan sebelum naik ke pelaminan  diantaranya:

★ 1. Persiapan fisik

Sebisa mungkin menjaga pola makan sehat, agar menstruasi lancar (ini akan berpengaruh pada kesiapan rahim untuk menghadirkan generasi), perawatan yang cukup dan sewajarnya (jangan sampai bau badan, penyakitan dan lain-lain), paham bagaimana tampil menarik nantinya di depan suami, ingat ya di depan suami, bukan di tempat umum.

Ingat cantik itu karunia. Tidak semua wanita punya mata indah, tubuh yang tinggi, gigi yang rapi, bibir yang sensual, bulu mata lentik, hidung mancung, jari lentik, suara merdu atau cara jalan yang gemulai.

Cantik itu relatif. Karena dibalik kelebihan, pasti ada kekurangannya. Ada yang secara fisik terlihat sempurna. Semua bisa terpesona, tapi saat ia diajak diskusi, telminya minta ampun, diajak ngobrol, ingin cabut saja. Karena seperti bicara dengan salah call, alias jaka sembung.

★ 2. Persiapan mental

Menjadi akhwat itu harus smart. Dia paham sebelum menikah tentang fiqih munakahat ngelontok di luar otak. Sehingga ia bener-bener tahu secara syar'i apa yang membuat pernikahannya akan berakhir. Jangan menjadi akhwat yang blank sama sekali tentang apa tugas dan kewajiban dia, sebagai ibu, istri dan anggota masyarakat nantinya, seperti yang di perintahkan agama.

Jika berharap punya anak yang sholih, maka sebelum terjadi pembuahan dalam rahimnya, maka sholihkan dulu ibunya. Bagaimana caranya?

Dekati sang pemilik amanah dengan penuh kesungguhan, pembiasaan sholat malam sebulan penuh (kecuali saat haid), sholat dhuha yang terjaga, menjaga wudhu (jika batal maka ia wudhu), kontinue sedekah, mendawamkan tilawah, dan menegakkan sholat 5 waktunya tentunya.

Ia memelihara kesucian dirinya, tidak mudah untuk disentuh, tidak TP TP (tebar pesona), menjaga izzah dan iffahnya sebagai wanita yang dimuliakan Alloh ﷻ. Selalu berusaha on the track fii sabilillah alias jofisa (jomblo fii sabilillah).

Bunda teringat sampai saat ini, saat bunda tanya pada guru ngaji bunda :
"ustadzah, kelak calon suami saya akan seperti apa ya?"

Jawab beliau : "seperti apa nantinya pasangan hidup kita, itu tergantung kita. Maksudnya adalah, seperti apa kualitas kita sebagai calon seorang istri, maka suami kita tidak jauh beda dengan kualitas kita, so...jika ingin mendapatkan suami berkualitas, maka upgrade diri kita dengan maksimal, sehingga Alloh ﷻ mempertemukan kita dengan calon suami yang punya kualitas maksimal meng upgrade dirinya, sebagai calon qawwam, sebagaimana dalam Al Baqoroh, Alloh ﷻ katakan bahwa suami itu pakaian bagimu, begitu juga sebaliknya. Kita akan selalu berpakaian yang sesuai dengan ukuran kita bukan?"

Dan kalimat itu begitu mak jleb bagi bunda, sehingga saat kuliah benar-benar belajar bersiap menjadi calon istri yang paham tuntunan syar'i. Alhamdulillah.

★ 3. Terus memompa diri dengan berbagai tsaqofah atau pengetahuan umum

Kalau diatas nomor 2 disebutkan persiapan mental lebih pada pemahaman agama. Di no 3 ini, seorang akhwat paham minimal apa yang terjadi kalo sudah terjadi pernikahan.

Contoh, dia paham apa yang terjadi saat malam pertama, kemudian dia paham proses ilmiah dan sunnatullahnya pembuahan, saat nutfah menjadi janin, sampai siap dilahirkan ke dunia.

Dia belajar proses-proses pembelajaran, bagaimana menstimulus bayi 0 bulan sampai satu tahun, apa yang akan ia lakukan pada anaknya.

Bagaimana tumbuh kembang balita, bagaimana berkomunikasi dengan anak jelang baligh, cara mengkomunikasikan apa itu haid, mimpi basah pada anak, dan bagaimana membersamai emosi remaja menuju dewasa.

Atau ia mengumpulkan banyak info tentang pengobatan tradisional, herbal dan mana yang harus klinis medis. Semua perlu pengetahuan yang pas dan cukup, sehingga anak tidak menjadi kelinci percobaan nantinya.

Dia banyak membaca tentang trouble-trouble apa yang memicu problema rumah tangga. Dia tahu kemana harus konsul jika ada masalah nantinya. Jadi dia tidak curhat di wall sosmed, yang membuat aibnya menjadi santapan se nusantara bahkan dunia.

★ 4. Mengeksplore kemampuan diri dengan banyak belajar keterampilan yang nantinya akan sangat berguna saat mengarungi rumah tangga

Contoh menguasai keterampilan memasak, aneka olahan masakan yang paling sederhana sampai yang perlu di coba berkali-kali, bikin aneka kue-kue dari puding, cake atau kue kering, karena ada cinta yang begitu sederhana, yang bunda rasa, saat abi lebih memilih menahan lapar pulang kantor, demi masakan pesanan dia, yang abi bilang, masakan ini mahal karena dimasak dengan hati penuh cinta dan pengabdian seorang istri... wkwkwk....

Bisa bebenah rumah sehingga rumah bisa rapi meski rumah sederhana tapi asri, bikin betah, baiti jannati, berkebun, yang bisa jadi dari sekedar hobi, malah bisa jadi komersial, keterampilan jahit, bordir, rajut dan lain-lain. 

Intinya semua itu akan semakin membuat kita sebagai wanita pede begitu loch. Bahwa kita tidak jumud atau udik, plonga plongo bin oon. Atuh memalukan kalau serba tidak bisa kan ya? 

★ 5. Persiapan terakhir adalah perluas network dengan banyak kalangan

Sesekali ikutan kegiatan masyarakat sekitar, entah bantu-bantu pos yandu (ada banyak yang bisa diserap di sini), ikut majlis taklim, kajian-kajian dan organisasi selagi masih ada waktu. Semua akan sangat berguna saat beneran sudah dipanggil tetangga dengan sebutan ibu bahri atau nyonya heri atau mamanya azzam.

Sikap yang ramah dan luwes dalam pergaulan dan punya kemampuan atau keterampilan plus pemahaman agama yang bagus, akan membuat kita lebih mudah menularkan kebaikan pada tetangga sekitar kita. Dan saat kita di kenal menjadi orang yang baik, maka kita menjadi agen perubahan positif untuk lingkungan kita.

◾Hukum Ucapan “Aku Mencintaimu Karena Alloh ﷻ” Kepada Lawan Jenis yang Bukan Mahram

Fatwa Syaikh Khalid Al Mushlih

〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰
✓ Soal:
Bolehkah seorang wanita mengatakan inni uhibbuka fillah (“Aku mencintaimu karena Allah”) kepada laki-laki ajnabi atau asing yang bukan mahram-nya?

✓ Jawab:
Dengan menyebut Nama Alloh ﷻ Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Tidak diperbolehkan seorang wanita mengatakan “Aku mencintaimu karena Alloh ﷻ” kepada laki-laki ajnabi yang bukan mahram-nya, baik itu disampaikan melalui lisan maupun tulisan.

Betapapun bagusnya ilmu dan agama yang ada pada laki-laki tersebut maka hukumnya tetap terlarang. Karena wanita yang beriman, dilarang untuk merendahkan suaranya ketika berbicara kepada laki-laki asing yang bukan mahram-nya.

Dalam Al-Qur’an Allah subhanahu wa ta’ala berfirman kepada wanita-wanita yang paling sempurna keimanannya:

ﻳَﺎ ﻧِﺴَﺎﺀَ ﺍﻟﻨَّﺒِﻲِّ ﻟَﺴْﺘُﻦَّ ﻛَﺄَﺣَﺪٍ ﻣِﻦَ ﺍﻟﻨِّﺴَﺎﺀِ ﺇِﻥِ ﺍﺗَّﻘَﻴْﺘُﻦَّ ﻓَﻼ ﺗَﺨْﻀَﻌْﻦَ ﺑِﺎﻟْﻘَﻮْﻝِ
ﻓَﻴَﻄْﻤَﻊَ ﺍﻟَّﺬِﻱ ﻓِﻲ ﻗَﻠْﺒِﻪِ ﻣَﺮَﺽٌ ﻭَﻗُﻠْﻦَ ﻗَﻮْﻻً ﻣَﻌْﺮُﻭﻓﺎً

“Hai istri-istri Nabi, kamu sekalian tidaklah seperti wanita yang lain, jika kamu bertakwa. Maka janganlah kamu tunduk dalam berbicara sehingga berke inginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya dan ucapkanlah perkataan yang baik.”
(QS. Al-Ahzab: 32)

Ibnul ‘Arabi menjelaskan dalam kitab tafsirnya, Ahkamul Qur’an (586/3): “Dalam ayat ini Alloh ﷻ memerintahkan istri-istri Nabi agar mereka berbicara dengan perkataan yang baik, jelas, dan tidak menimbulkan sangkaan yang tidak-tidak di hati orang yang mendengarnya, dan Alloh ﷻ juga memerintahkan mereka agar senantiasa mengatakan perkataan yang ma’ruf.”

Demikianlah Alloh ﷻ melarang istri-istri Nabi dari berkata-kata lembut yang dapat mengundang syahwat padahal mereka adalah ummahatul mukminin. 

Lembut di sini mencakup lembut dalam konten kata-katanya maupun lembut dalam sikap dan penuturan katanya. Larangan Alloh ﷻ ini berlaku untuk seluruh wanita beriman dan larangan kepada selain istri-istri Nabi tentu lebih ditekankan lagi.

Karena sesungguhnya syahwat yang ada pada mereka lebih bisa mendekatkan mereka kepada perbuatan zina. Maka hendaknya seorang wanita yang beriman tidak melembutkan kata-katanya dan tidak mendayu-dayukannya ketika berbicara dengan laki-laki ajnabi yang bukan mahramnya. Karena hal itu lebih bisa menjauhkan mereka dari persangkaan yang tidak-tidak dan keinginan untuk berbuat buruk.

Adapun hadist yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan Abu Dawud dari sahabat Anas bin Malik, beliau berkata:

ﺃﻥ ﺭﺟﻼً ﻛﺎﻥ ﻋﻨﺪ ﺍﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻓﻤﺮ ﺑﻪ ﺭﺟﻞ ﻓﻘﺎﻝ : ﻳﺎ
ﺭﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ ﺇﻧﻲ ﻷﺣﺐ ﻫﺬﺍ، ﻓﻘﺎﻝ ﻟﻪ ﺍﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ :
ﺃﻋﻠﻤﺘﻪ؟ ﻗﺎﻝ : ﻻ، ﻗﺎﻝ: ﺃﻋﻠﻤﻪ، ﻗﺎﻝ : ﻓﻠﺤﻘﻪ ﻓﻘﺎﻝ: ﺇﻧﻲ ﺃﺣﺒﻚ ﻓﻲ
ﺍﻟﻠﻪ، ﻓﻘﺎﻝ: ﺃﺣﺒﻚ ﺍﻟﺬﻱ ﺃﺣﺒﺒﺘﻨﻲ ﻟﻪ

"Bahwasanya ada seorang sahabat yang sedang berada di sisi Nabi shāllallahu ‘alaihi wa alihi wasallam, kemudian seseorang lewat di hadapan mereka. Lantas sahabat ini mengatakan: “Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku benar-benar mencintai orang ini.” Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pun berkata kepadanya: “Apakah engkau telah memberitahukan rasa cintamu kepadanya?” Ia berkata: “Belum.” Beliau berkata: “Jika demikian, pergilah dan beritahukan kepadanya”. Maka ia langsung menemui orang itu dan mengatakan “Inniuhibbuka fillah" (sesungguhnya aku mencintaimu karena Alloh ﷻ), lalu orang tersebut menjawab: “Ahabbakalladzi ahbabtani lahu” (Semoga Alloh ﷻ mencintaimu, Dzat yang telah menjadikanmu mencintai aku karena-Nya)."

(Hadist ini diriwayatkan oleh Ahmad dalam Musnad-nya dan Abu Dawud dalam Sunan-nya. Hadist ini juga diriwayatkan oleh ath-Thabrani dalam Al-Mu’jam)

Dalam riwayat Ath-Thabrani terdapat tambahan: “Kemudian sahabat ini kembali menemui Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan menceritakan jawaban orang tersebut kepada beliau. Mendengar cerita sahabat ini Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pun bersabda: “Engkau akan bersama dengan orang yang kau cintai dan untukmu pahala atas apa yang kau harapkan dari rasa cintamu itu.”

Hadist ini dinilai shahih oleh Al-Hakim dan Ibnu Hibban dan disetujui oleh Adz-Dzahabi
dalam Al-Mustadrak (189/4).

◾Hadits di atas tidak menunjukkan bolehnya seorang wanita mengung kapkan perkataan 'Aku mencintai mu karena Allah” kepada laki-laki ajnabi yang bukan mahram-nya, demikian juga sebaliknya. Hadist ini hanya berlaku untuk sesama jenis, laki-laki dengan laki-laki dan perempuan dengan perempuan selama aman dari fitnah dan tidak menimbulkan persangkaan yang tidak-tidak di hati keduanya.

Hal ini sebagaimana diisyaratkan oleh Al-Munawi dalam Faidhul Qadir (247/1), beliau berkata: “Apabila seorang wanita memiliki perasaan cinta (baca: simpati) kepada wanita lain maka hendaknya dia beritahukan kepadanya.” Maka tidak diperbolehkan seorang laki-laki mengatakan “Aku mencintai mu karena Alloh ﷻ” kepada seorang wanita kecuali jika wanita tersebut adalah istrinya atau mahram-nya yang lain.

Dan tidak pernah kita jumpai satupun dari para sahabiyah Nabi yang mengatakan ungkapan tersebut kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam padahal Alloh ﷻ telah menjadikan  kecintaan kepada beliau sebagai sebuah kewajiban atas orang-orang yang beriman, baik laki-laki maupun perempuan.

Demikian juga, tidak pernah kita jumpai riwayat yang menyebutkan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pernah mengatakan ungkapan tersebut kepada salah seorang dari mereka. Semoga Alloh ﷻ senantiasa menjaga agama kita dan menganugerahkan kepada kita petunjuk.
Hanya kepada-Nya lah kita meminta. Aamiin.

وَ اللّٰهُ أَعْلَمُ بِالصَّوَّاب
وَبِا اللهِ اتَّوْ فِقْ وَ الْهِدَيَةْ
وَالسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
جزاكم الله خيرا 
بارك الله فیکم و أهلیکم و في أموالکم

〰〰〰〰〰〰〰
Sumber: http://ar.islamway.net/fatwa/39089
Artikel Muslimah.Or.Id

•┈••◎◎❀★❀◎◎••┈•
❀ TaNYa JaWaB ❀
•┈••◎◎❀★❀◎◎••┈•

0️⃣1⃣ Safitri ~ Banten 
Assalamualaikum ustadzah,

Ketika ada laki-laki menurut fitri secara pandangan mata fitri dia baik rajin dalam ibadah, dia mondok di salafi begitu tapi kenapa yah bun, dia ingin mengenal fitri tapi dengan cara ngajak pacaran, kenapa laki-laki yang paham agama, tapi dalam hal-hal seperti itu malah dia tidak tahu?

🔷Jawab:
Waalaikummussalam warahmatullah wabarakatuh

Bismillahirrohmaanirrohiim. Jadi begini mb, orang yang paham agama, maka dia tidak akan melakukan hal-hal yang bertentangan dengan apa yang diajarkan dalam agama. Jangan salahkan "instansi manapun", "institusi manapun", mau itu pondok salafi, mau itu NU atau Muhammadiyah atau apalah namanya, yang jelas tidak ada satu kesepakatan siapapun yang mengijinkan laki-laki dan perempuan yang bukan mahrom itu berpacaran. Jadi, kalaupun dia berlabel santri, atau bahkan ustadz atau ustadzah sekalipun, kalau dia itu melakukan sebuah kemaksiatan atau mengajak sesuatu yang tidak di jalan Alloh ﷻ, maka sebenarnya dia sedang tidak memiliki iman, dan itu ada dalilnya. 

"Tidaklah seorang pencuri itu menjadi pencuri, kecuali dia punya iman."

Begitu juga dengan orang yang berzina, maka dia tidak akan berzina kalau dia punya iman. Jadi ketika seseorang itu melakukan kesalahan, artinya, imannya sedang tidak bersama dia. Artinya dia sedang kehilangan kontrol dari Alloh ﷻ.

Jadi misalnya kalau mba merasa dia itu lelaki yang baik, maka harusnya tidak seperti itu. Kalau memang berkenan untuk melanjutkan serius, datang kepada orang tua, kemudian presentasikan dirinya. Kapan akan melamar bersama keluarga. Kemudian bagaimana dia dengan project hidup dia. Maka nanti orang tua akan bertanya, anak saya akan dibawa kemana. Bagaimana kamu menafkahi anak saya. Tidak harus punya pekerjaan tetap, yang penting itu, adalah tetap bekerja. Yang penting bisa menghidupi keluarga begitu kan.

Kalau menunggu pekerjaan tetap, ya berarti harus masuk ke perusahaan atau menjadi PNS atau kerja di BUMN. Kalau rezekinya disana ya tidak masalah, tapi kalau masih merintis, berarti sedang berusaha. 

Bunda tekankan ya, bahwa jangan pernah mengijinkan orang lain untuk memberikan "iming-iming", kita kenalan dulu yuk, yang tadinya sekedar chating, lalu ngajak ketemu. Meskipun tidak melakukan apa-apa, tetapi itu sudah salah. Iya kalau jadi, kalau kagak. Maka waktu kita habis membersamai dia. Berbulan-bulan lamanya, kemudian dia dengan santainya mengatakan, wah sepertinya saya tidak cocok dengan anti, ya sudah ya, kita sampai disini saja, misalkan sudah berlalu 6 bulan lamanya.

Kita tidak pernah tahu takdir Alloh ﷻ itu seperti emana. Padahal dalam waktu 6 bulan itu, Alloh ﷻ sedang mempersiapkan lelaki yang lebih baik dari dia. Cuma karena kita tidak percaya kepada Alloh ﷻ, bahwa dengan cara berkenalan seperti itu yang kita yakini, dan malahan tidak jadi sama dia.

Jadi tetaplah yakin, bahwa dengan memegang ketentuan dari Alloh ﷻ, kita tetap menjaga kesucian diri kita, fitrah kita sebagai perempuan, insyaAllah Alloh ﷻ akan memberikan takdir yang baik. Teruslah berdoa, dan berusaha menjadi perempuan yang pantas untuk diperjuangkan oleh lelaki yang beriman, begitu ya mba. 

Assalamu'alaikum warohmatullah wabaarokatuh. 

•┈•◎❀★❀◎•★•◎❀★❀◎•┈•
❀CLoSSiNG STaTeMeNT❀
•┈•◎❀★❀◎•★•◎❀★❀◎•┈•

Setiap insan Alloh ﷻ telah berikan pasangan.
Yang menjadi rahasia adalah kapan saat yang tepat untuk bertemu dan menjadi sempurna.

Tugas kita adalah ikhtiar yang terbaik, menyiapkan diri menjadi orang yang pantas untuk diperjuangkan.

Tersebab akhlak, adab, yang terutama adalah kepahaman kita akan dienullah.

InsyaAllah, teruslah yakin akan takdir terbaik dari-Nya.

Semoga Alloh ﷻ mudahkan untuk mendapatkan penyempurna iman yang kelak menjadi qawwam dan berani bertanggungjawab atas dunia dan akhirat kita dan anak-anak kita.

Aamiin aamiin ya mujibassailin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar