Selasa, 30 November 2021

KETIKA EMPATI MANUSIA MUSNAH: PEREMPUAN DIPERKOSA DI KERETA, PENUMPANG DIAM SAJA

 


OLeH: Bunda Rizki Ika Sahana

•┈•◎❀★❀◎•┈•
❀ M a T e R i ❀
•┈•◎❀★❀◎•┈•

🌸KETIKA EMPATI MANUSIA MUSNAH: (PEREMPUAN DIPERKOSA DI KERETA, PENUMPANG DIAM SAJA)

Tema malam ini bikin nyesek ya, bunda-bunda.

Tapi itulah realita yang ada.

Kejadian ini terjadi di AS, tepatnya di dekat Philadelphia. Seorang perempuan diperkosa di dalam kereta Rabu (13/8) malam waktu setempat. Mirisnya, tidak ada satu pun penumpang di gerbong yang berusaha menolongnya. Mereka hanya menonton pun tidak ada upaya memanggil nomor darurat 911 misalnya. Bahkan ada yang mengarahkan ponselnya kepada perempuan tersebut, saat diserang dengan tujuan merekamnya.

Baca artikel CNN Indonesia, "Perempuan AS Diperkosa di Kereta, Penumpang Tak Menolong" selengkapnya di sini: https://www.cnnindonesia.com/internasional/20211019085454-134-709491/perempuan-as-diperkosa-di-kereta-penumpang-tak-menolong.

Download Apps CNN Indonesia sekarang https://app.cnnindonesia.com/

Bayangkan, kejahatan mengerikan tersebut berlangsung sekitar 40 menit dan tidak ada satu pun yang mengambil tindakan.

Apa sesungguhnya yang sedang terjadi, hingga orang-orang berlagak pilon, seakan-akan tidak terjadi apapun?

Pakar psikologi di John Jay College of Criminal Justice di New York, Prof. Elizabeth Jeglic, kepada Associated Press mengatakan sebagai manusia, sebagai peneliti pencegahan kekerasan seksual, ia sangat terpukul dan sedih. Jeglic menilai fenomena ini “mengkhawatirkan” karena banyak penelitian yang secara historis menunjukkan apa yang disebutnya sebagai “bystander effect.”

Yaitu, bahwa “ketika ada banyak orang yang menyaksikan suatu peristiwa, seakan ada pembagian tanggung jawab dan semua orang berpikir, bahwa akan ada orang lain yang melakukan sesuatu, sehingga mereka tidak perlu melakukannya. Dan pada akhirnya, justru tidak ada satu orang pun yang melakukan sesuatu.”

Sesungguhnya kondisi ini sangat bertentangan dengan fitrah manusia yang menolak kedzaliman, menolak kemungkaran, senantiasa membela yang lemah, berpihak kepada kebaikan.

Lifestyle individualisme yang mengakar di tengah masyarakat menjadi biang penyebabnya.

Individualisme ini adalah karakter masyarakat barat yang mempraktikkan sistem kehidupan yang kapitalistik lagi sekular. Semua-semua dihitung untung-ruginya.

Jika sesuatu dipandang tak menguntungkan atau bahkan justru merugikan, maka mereka enggan melakukannya bahkan alergi terhadapnya serta menjauhinya.

Memang benar, kejadian tersebut tidak terjadi di Indonesia, tapi kehidupan kapitalistik dan sekular juga dipraktikkan di negeri ini. Maka bukan tidak mungkin, musnahnya empati manusia sebagaimana yang terjadI di barat juga menjalar ke negeri ini.

Sebab kehidupan kapitalistik cenderung mengutamakan kapital atau modal atau harta atau kekayaan sebagai tolok ukur mulia-hinanya seseorang. Kalau tidak punya modal cukup, jangan harap bisa mendapat fasilitas dan dukungan terbaik seperti pembelaan di ranah hukum, antidiskriminasi di ranah sosial, kemudahan dalam akses pendidikan dan kesehatan.

Sementara kehidupan yang sekular, jelas mencampakkan agama sebagai pengatur manusia. Sehingga perilaku manusia sama sekali tidak mengindahkan anjuran agama, sama sekali tidak memperhitungkan ajaran agama, walau agama memerintahkan untuk amar ma'ruf nahi munkar bahkan meski nyawa taruhannya.

Kita bisa menyaksikan, gaya hidup lo lo gua gua sudah menjadi keseharian generasi kita. Dipraktikkan sekaligus di endorse oleh publik figur seperti artis, selebgram, youtuber misalnya.

Maksiat dijadikan konten video, bangga, tidak ada malu, tidak ada rasa bersalah, yang terpenting dapat cuan (alias kapital atau modal atau harta atau kekayaan atau materi tadi).

Kalau ada yang nasihatin, justru yang nasehatin dihujat netizen se-indonesia, dianggap iri bos, sok alim, sok-sokan jadi malaikat, lebay sok ngurus urusan orang, sok ngatur, urus saja diri sendiri, dan seterusnya dan seterusnya
Ini kan individualis dan sekular sekali.

Kalau di ingatkan tentang neraka, malah bilang, tidak masalah masuk neraka. Ya Allah, naudzubillah.

Jadi memang, tabiat kehidupan kapitalistik sekular adalah individualis, tidak peduli dengan lingkungannya, oportunis, hanya ingin kepentingannya tertunaikan tidak peduli orang lain rugi, orang lain celaka.

Karenanya, peristiwa diamnya para penumpang di kereta, saat terjadi pemerkosaan terhadap seorang perempuan, sesungguhnya bukan hal yang aneh dalam kehidupan yang kapitalistik-sekular. Empati musnah dalam kehidupan semacam itu. Sebab manusia hanya fokus pada, bagaimana bisa mendapatkan materi atau harta sebanyak-banyaknya, sebab mindset mereka, tentang kebahagiaan, ya dengan punya banyak harta. Mereka tidak peduli pada nasib orang lain. Sehingga wajar, jika para pejabat dengan mudahnya menggarong hak rakyat, (seperti kasus korupsi dana bansos) karena mindset individualistis sudah merasuk dalam jiwanya.

Halal-haram sama sekali tidak jadi perhatian.

Fokus mereka hanya pada cuan, cuan, dan cuan (mindset kapitalistik sekali).

Maka menjadi sangat urgen bagi kita, untuk merenungkan dan mengevaluasi kembali, penerapan sistem kehidupan kapitalistik-sekular hari ini, yang ternyata melahirkan banyak problem, diantaranya adalah sifat individualistik yang mengemuka di tengah masyarakatnya, hilangnya empati kepada sesama, yang endingnya dehumanisasi.

Manusia sudah tidak punya perikemanusiaan lagi, hilang sifat-sifat human atau manusia dalam dirinya, musnah fitrahnya sebagai manusia lagi.

Sebaliknya, kejadian semacam itu tidak pernah terjadi di masa Islam. Jangankan diperkosa, seorang budak perempuan pernah disingkap pakaiannya sehingga auratnya tampak, itu membuat khalifah murka hingga mengirimkan pasukan yang besar, guna menaklukkan negeri tempat di mana laki-laki pelaku pelecehan kehormatan tadi berada. MasyaAllah, betapa besar perhatian Islam, pembelaannya, kepeduliannya untuk melindungi dan menolong siapapun (meski budak) tanpa diskriminasi.

Maka ke manakah kita akan berpaling? Stay mempertahankan sistem rusak hari ini? Atau kembali kepada aturan Alloh ﷻ (Islam), untuk memperoleh kemuliaan?

Itu dulu materinya, jika ada yang belum dipahami bisa kita diskusikan. Saya kembalikan forumnya kepada moderator.

Wallahu a'lam

•┈••◎◎❀★❀◎◎••┈•
❀ TaNYa JaWaB ❀
•┈••◎◎❀★❀◎◎••┈•

0️⃣1️⃣ Han ~ Gresik
Assalamu'alaikum,

Bund, apa yang terjadi di luar negeri tersebut sebenarnya juga terjadi di negara kita ini pada masyarakat kita ini dan bahkan remaja generasi penerus bangsa ini juga semakin tidak ada rasa peduli baik itu kepada lingkungan dan bahkan kepada orang tua sendiri.
 
1. Apakah pengaruh didikan dari orang tua juga sangat berpengaruh selain faktor lingkungan?

2. Bagaimana menumbuhkan kembali rasa empati dan peduli kepada sesama tanpa membedakan satu dengan yang lainnya?

🌸Jawab:
Waalaikummussalam warahmatullah wabarakatuh

1. Benar sekali, pola asuh orang tua tidak bisa diabaikan dalam membentuk kepribadian anak. Tapi dalam konteks ini, yakni kerusakan yang sifatnya meluas hingga menjadi arus mainstream di tengah masyarakat, yakni kehidupan yang serba individualis, penyebabnya sistemik, yakni aturan main yang mengontrol tatanan masyarakat. Aturan main tersebut menyeret siapapun, bahkan anak-anak yang telah dididik baik-baik oleh orang tua mereka sekalipun, bisa menjadi pribadi yang individualistik.

2. Jika kerusakan besar hari ini disebabkan oleh sistem kehidupan yang juga rusak, maka yang paling efektif untuk mengubahnya adalah dengan mengganti aturan main (sistem) yang ada. Bagaimana pun juga upaya teman-teman untuk mengedukasi anak-anak, masyarakat, melalui berbagai wasilah seperti seminar, workshop, kajian-kajian, agar mereka paham makna empati, insyaAllah menjadi amal jariyah di sisi Alloh ﷻ. Tapi semua itu akan berbenturan dengan prinsip berbagai isme, seperti sekularisme, kapitalisme, individualisme, dan seterusnya yang sudah terlanjut tegak di semua lini. Bayangkan, tontonan, tayangan, yang ditampilkan media-media kita, semuanya arahnya kepada kehidupan yang sekular, kapitalistik, individualistik. Sangat sedikit tayangan yang mengedukasi. Maka selain melakukan upaya perbaikan secara personal dengan berbagai wasilah tadi, harus juga mengupayakan penyadaran dan pencerdasan terhadap umat agar mereka meninggalkan kehidupan yang serba materialistis individualistis yang dibangun di atas konsep kapitalisme-sekular. Agar mereka ridha diatur dengan sistem yang bersumber dari wahyu Alloh ﷻ, yakni Islam.

Wallahu a'lam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar