Sabtu, 30 Januari 2021

MENGHADAPI BENCANA


 

OLeH: Ustadz Endri N. Abdullah S.

      🌀M a T e R i🌀

Assalamu’alaikum warohmatullahi wabarokatuh

Alhamdulillah wasyukurillah wala hawla walaa quwwata illa billah.
Asyhadu anla illaha illaallah wahdahulaa syarikalah wa asyhadu anna muhammdan ‘abduhuu warosuluhu la nabiyya ba’dahu, Allhumma  sholli ‘alaa nabiyyina muhammadin wa ‘alaa aliihi wa ashhbihii wa man tabi’ahuum bi ikhsani illa yaumil qiyyamah.

Hadirin yang dirahmati Alloh ﷻ, Alhamdulillah malam hari ini kita dipertemukan oleh Alloh ﷻ, semoga pertemuan kita pada malam hari ini mendapatkan Rahmat, Maghfirah, dan barokah dari Alloh ﷻ.

Sholawat dan salam kita haturkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad ﷺ kepada keluarga, para Sahabat dan para pengikut beliau illa yaumil qimayamah.

💎MENGHADAPI BENCANA

Hadirin yang dirahmati Alloh ﷻ, akhir-akhir ini bangsa kita banyak mendapatkan ujian, musibah, bencana alam, penyakit dan lain lain. Barusan di Jogjakarta Gunung Merapi meletus kemudian kemarin di daerah Sulawesi ada gempa yang sangat besar, di Kalimantan ada banjir yang sangat besar dan secara Nasional kita tengah menghadapi pandemi Covid-19 yang belum reda.

Ada yang perlu kita pahami tentang musibah yaitu, bahwa musibah yang sangat besar meletus nya gunung, gempa bumi, banjir, pandemi covid-19 atau musibah yang sangat kecil, misalkan kita tertusuk duri, kita tersandung atau yang lainnya. Semua musibah yang menimpa diri kita yang ada dipermukaan bumi ini semuanya sudah menjadi kehendak Alloh ﷻ yang semuanya sudah tertulis didalam Kitab Lauhul Mahfuzh, sebelum Alloh ﷻ menciptakan kita semua dan juga alam semesta. Hal ini juga telah difirmankan Alloh ﷻ, didalam Al-Qur’anul karim didalam surat Hadid: 22. 

Alloh ﷻ telah berfirman: 

مَآ اَصَابَ مِنْ مُّصِيْبَةٍ فِى الْاَرْضِ وَلَا فِيْٓ اَنْفُسِكُمْ اِلَّا فِيْ كِتٰبٍ مِّنْ قَبْلِ اَنْ نَّبْرَاَهَا ۗ

“Setiap bencana yang menimpa di bumi dan yang menimpa dirimu sendiri, semuanya telah tertulis dalam Kitab (Lauh Mahfuzh) sebelum Kami mewujudkannya.”

Jadi semua bencana terjadi baik itu besar maupun kecil, yang seolah-olah wajar terjadi atau seolah-olah tidak mungkin terjadi, semuanya itu sudah menjadi kehendak Alloh ﷻ. Tidak ada yang terlewatkan dari apa yang menjadi kehendak Alloh ﷻ. Walaupun seolah-olah itu tidak mungkin, tetapi itu terjadi itu adalah kehendak Alloh ﷻ. Bahkan, itu telah tertulis dikitab Lauhul Mahfuzh sebelum semua ini diciptakan oleh Alloh ﷻ. Kalau seandainya kita bertanya, “kenapa bisa seperti itu?” Maka Alloh ﷻ menjawab dengan sangat sederhana. 
Alloh ﷻ melanjutkan  firmannya;

اِنَّ ذٰلِكَ عَلَى اللّٰهِ يَسِيْرٌۖ

“Sungguh, yang demikian itu mudah bagi Alloh ﷻ.”

Jadi, kita tidak bisa menjangkaunya, bagaimana sesuatu yang belum terjadi Alloh ﷻ sudah tahu, bahkan sudah tertulis didalam kitab Lauhul Mahfuzh, itu adalah Qodrat Irodhat Alloh ﷻ, dan tidak perlu kita mempersoalkannya, kita meyakininya meng imaninya.

Lalu apa yang terbaik kita bersikap menghadapi musibah yang tadi sudah dijelaskan oleh Alloh ﷻ, bahwa itu menjadi kehendak-Nya yang telah tertulis dikitab Lauhul Mahfuzh sebelum kita diciptakan. 

Sebenarnya Alloh ﷻ justru ingin menjelaskan kepada kita mengapa semua itu telah tertulis di Lauhul Mahfuzh sudah ditetapkan oleh Alloh ﷻ, "kenapa?" Alloh ﷻ menjawab didalam surat Al Hadid : 23

Alloh ﷻ berfirman:

لِّكَيْلَا تَأْسَوْا عَلٰى مَا فَاتَكُمْ وَلَا تَفْرَحُوْا بِمَآ اٰتٰىكُمْ ۗوَاللّٰهُ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُوْرٍۙ

“Agar kamu tidak bersedih hati terhadap apa yang luput dari kamu, dan jangan pula terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Alloh ﷻ tidak menyukai setiap orang yang sombong dan membanggakan diri.”

Semua itu sudah ditetapkan oleh Alloh ﷻ sebelum kita diciptakan tujuannya adalah:

1. 
لِّكَيْلَا تَأْسَوْا عَلٰى مَا فَاتَكُمْ

Supaya kalian itu tidak putus asa terhadap apa  yang luput dari kamu, supaya kalian tidak putus asa. Kenapa tidak putus asa? Karena sudah ditakdirkan oleh Alloh ﷻ, sudah tertulis didalam kitab Lauhul Mahfuzh, sudah ditetapkan sebelum kita diciptakan. Mengapa kita putus asa? Bukankah sudah menjadi takdir dari Alloh ﷻ. Hal-hal yang kita luput, sudah kita rencanakan, sudah kita planning dengan sebaik-baiknya ternyata terlewatkan, terjadi musibah. Maka, kita tidak perlu putus asa, karena itu sudah menjadi takdir Alloh ﷻ.

2.
وَلَا تَفْرَحُوْا بِمَآ اٰتٰىكُمْ

Supaya  kamu juga tidak terlalu bergembira, tidak menyombongkan diri dan tidak menepuk dada kalian terhadap apa yang telah diberikan Alloh ﷻ kepada kalian, kenapa? Karena itu takdir dari Alloh ﷻ.
Tidak perlu kalian menyombongkan diri, itu sudah menjadi kehendak Alloh ﷻ, bukan menjadi usaha kamu yang luar biasa, itu sudah ditetapkan oleh Alloh ﷻ sebelum kita diciptakan, sehingga kita tidak perlu terlalu bergembira, tidak perlu sombong, menepuk dada terhadap apa yang bisa kita raih. Kenapa? TAKDIR. 

Sudah ditetapkan Alloh ﷻ, sehingga segala yang direncanakan dengan rapi, kita tata  dengan detail dan kita usahakan sekuat tenaga bisa saja gagal ketika Alloh ﷻ tidak mentakdirkannya, sebaliknya yang seolah-olah kta tidak merencakan, kita tidak memplaning dan mempersiapkan ternyata berhasil. Karena itu menjadi takdir Alloh ﷻ. 
Jadi, musibah itu oleh Alloh ﷻ sudah ditakdirkan, sehingga kita tidak perlu putus asa dengan hal-hal yang luput dari tangan kita dan juga jangan bergembira, menepuk dada terhadap apa yang Alloh ﷻ karuniakan kepada kita, karena Alloh ﷻ tidak suka dengan orang yang sombong dan membanggakan diri.

◼️Sekarang Kita Memasuki Apa Itu Definisi Musibah

Musibah itu, ini pernah terjadi pada zaman Rasulullah ﷺ. Pada satu malam lampu dirumah beliau itu padam. Lalu Rasulullah ﷺ membaca “Innalillahi”, kemudian para sahabat bertanya, “musibatun hiya yaa Rasulullah? (apakah itu termasuk musibah ya Rasulullah?)”, maka Rasulullah ﷺ menjawab “na’am, kullu maa adzal mu’min fahuwa musiibatun (ya benar apa saja yang menyakiti atau menyusahkan orang mukmin itu disebut dengan musibah).” [HR. Imam Ahmad]

Jadi, apa saja yang tidak sesuai dengan keinginan, cita-cita dan harapan kita itu bisa masuk definisi musibah. Sehingga musibah itu ada yang sederhana, kecil, ada juga yag berat. 

Syekh Ismail Haqqi dalam tafsir Ruhhul Bayan, menyebutkan bahwa, musibah adalah “hiyya maa yusibul insan min maqruuhin” yaitu apa saja yang menimpa manusia berupa sesuatu yang tidak menyenangkan.
Jadi hal-hal yang tidak sesuai keinginan kita, harapan kita, cita-cita kita, tidak sesuai dengan rencanakan kita bisa masuk kategori musibah. Kalau harapan itu kecil mungkin musibah nya juga kecil, kita rasa sedihnya sederhana. Tetapi kalau harapannya tinggi, cita-cita tinggi dan tidak terwujud atau yang diharapkan tidak terjadi maka musibah itu bisa dianggap besar karena skalanya besar.

Yang perlu kita pahami tentang musibah ini adalah bahwa logika Alloh ﷻ itu, kalau Alloh ﷻ mencintai suatu kaum justru Alloh ﷻ akan memberi ujian pada kaum itu.
Rasulullah ﷺ bersabda:

إذا أحَبَّ اللهُ قومًا ابْتلاهُمْ

"Sesungguhnya Alloh ﷻ itu kalau mencintai satu kaum, maka Dia akan menguji kaum itu." (HR. Imam A-Thabrani)

Dan Rasulullah ﷺ dari sini menjelaskan, siapakah orang yang paling berat cobaannya, Rasulullah ﷺ menyebut “Asyadunnasi anbiyya (sesungguhnya manusia yang paling berat cobaannya adalah para nabi), kemudian siapa? tsumma solihuun (orang-orang yang sholih), siapa? Tsummaal anfal fal anfal kemudian orang yang semisal dan orang yang semisal." (HR. Imam Ahmad)

🌀🌷🌀
◼️Hakikat Dari Musibah Yang Menimpa Kaum Muslimin

Penghapus dosa untuk kaum muslimin. Rasulullah ﷺ sudah  bersabda,

مَا مِنْ مُصِيبَةٍ تُصِيبُ الْمُسْلِمَ إِلاَّ كَفَّرَ اللَّهُ بِهَا عَنْهُ حَتَّى الشَّوْكَةِ
 يُشَاكُهَا

“Tidaklah suatu musibah yang menimpa seorang Muslim melainkan Alloh ﷻ akan menghapus (dosa orang itu) dengannya, bahkan duri yang menyakitinya sekalipun.” (HR. Bukhori)

Jadi musibah yang menimpa diri kita itu sebenarnya, sesuatu yang Alloh ﷻ inginkan supaya dosa kita berkurang. Bahkan diakhirat bisa jadi bersih dari dosa-dosa kita, kita masuk surga. Karena kita sering tertimpa musibah. Walaupun tidak perlu kita meminta musibah tapi musibah itu sendiri sudah menjadi sesuatu yang otomatis menghapus dosa bagi seorang muslim, tetapi ada syaratnya, yaitu Ridho terhadap musibah. 

Rasulullah ﷺ menjelaskan 

فَمَنْ رَضِىَ فَلَهُ الرِّضَا

“fa man rodhiya falahuu ridho”, maka barang siapa yang ridho menerima musibah maka dia akan mendapatkan ridho dari Alloh ﷻ.

Tetapi 
وَمَنْ سَخِطَ فَلَهُ السَّخَطُ

“Waman sakhitho falahus sukhthu.”, tetapi sebaliknya, barang siapa yang marah atau tidak suka maka Alloh ﷻ juga kan murka. (HR. Ibnu Majah)

Keridhoan itu dalam bahasa kita seringkali disebut ikhlas, Ridho dalam bahasa Indonesia disebutkan kata ikhlas, ikhlas menerima musibah. Ikhlas menerima musibah itu;

★ Pertama dalam hati kita meyakini bahwa semua musibah itu menjadi kehendak Alloh ﷻ dan apa saja yang menjadi kehendak Alloh ﷻ tentu saja adalah yang terbaik buat hamba-Nya, dalam hati harus begitu. Kenapa ada musibah? Atas kehendak Alloh ﷻ. Dan kehendak Alloh ﷻ itu insya Allah yang terbaik untuk hamba-Nya. 

★ Kedua, secara lisan kita tidak mengeluh, tidak mengomel, tidak mengumpat, tetapi kalaupun mengeluarkan kata-kata maka keluarkan kata-kata berupa kalimat toyyibah misalkan istighfar (Astaghfirullah hal ‘adziim), atau do’a. Kalaupun sudah tidak kuat, maka boleh diajarkan doa “ya Alloh ﷻ hidupkan aku  kalau hidup itu baik buat kau, dan matikan aku kalau mati itu baik buat aku.”

Jadi tidak boleh mengeluh, itu Ridho namanya terhadap kehendak Alloh ﷻ. Itu yang bisa menyebabkan kita bersih atau musibah itu sebagai pembersih dosa kita. 

Selain kita itu ridho terhadap musibah yang menimpa diri kita, kita juga harus sabar menghadapi musibah. 

Alloh ﷻ telah berfirman, surat Al-Baqarah:155

وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ ۗ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ

“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.”

Ayat ini secara jelas memberitahu kepada kita bahwa Alloh ﷻ pasti akan memberikan  cobaan kepada manusia. Berarti, tidak ada manusia yang di dunia ini yang tidak mendapatkan cobaan, semua pasti mendapatkan cobaan. Diantara  bentuk cobaan itu rasa takut, mungkin stress, kekhawatiran, kecemasan, kelaparan, kekurangan harta atau kemiskinan, kekurangan jiwa atau bisa sakit diancam mati dan buah-buahan. Alloh ﷻ memberi kabar gembira kepada orang yang sabar. Menghadapi musibah harus sabar. Diantara bentuk sabar adalah tidak menggungat Alloh ﷻ, artinya kita diberi cobaan ini tidak menggugat Alloh ﷻ “kok saya yang diberi cobaan ini?” , “kok Alloh ﷻ tidak adil!” , “ kenapa Alloh ﷻ memberikan  yang “enak” untuk orang lain”, itu tidak boleh. 

Kemudian kita harus sabar menghilangkan musibah yang menimpa diri kita. Kalau kita tertusuk duri, ya kita cabut durinya kemudian kita obati. Kalau kita terkena penyakit maka kita berobat sampai sembuh. Kalau belum sembuh berarti  berusaha terus, tidak boleh kemudian berkata “saya sudah capai berobat”, “saya sudah  menyerah” itu tidak boleh. Itulah orang yang sabar. Jadi menghadapi musibah, kita harus sabar.

Kalau terkena bencana banjir ya kita harus mengungsi, kalau terkena bencana gempa ya kita harus mendirikan kembali rumah-rumah kita tanpa mengeluh, tanpa menggugat Alloh ﷻ.  

Musibah itu menjadi Tadzkirroh, yaitu peringatan. Bisa jadi kita sudah jauh dari Alloh ﷻ, jauh meninggalkan perintah Alloh ﷻ, dan juga banyak berbuat dosa, maka Alloh ﷻ memperingatkan kita dengan memberi cobaan.

Rasulullah ﷺ bersabda;

إذا أراد الله بعبده الخير عجل له العقوبة في الدنيا 

“Apabila Alloh ﷻ menginginkan kebaikan kepada hamba-Nya, Alloh ﷻ akan segerakan hukumannya untuknya di dunia."

Jadi orang sadar, dia berbuat maksiat kemudian jatuh sakit, dia akan berangkat ke tempat yang penuh dosa kemudian bertabrakan dan lain-lain. Sehingga itu bisa menjadi Tadzkiroh atau peringatan untuk dia. Supaya dia kembali kejalan Alloh ﷻ.

Sebaliknya,
Rasulullah ﷺ bersabda; 

و إذا أراد بعبده الشر

"Dan apabila Alloh ﷻ menginginkan keburukan kepada hamba-Nya,"

"Alloh ﷻ akan menahan adzab baginya akibat dosanya (di dunia), sampai Alloh ﷻ membalasnya (dengan sempurna) pada hari Kiamat.”

Jika Alloh ﷻ mentakdirkan kejelekan kepada hambanya maka,
أمسك عنه
"Alloh ﷻ akan mengakhirkan atau menunda, menahan."

بذنبه حتى يوافي به يوم القيامة

"Balasan dosa-dosa itu yang itu nanti ditunaikan atau dibayar pada hari kiamat." (HR. Tirmidzi)

Jadi kalau kita mendapati musibah, kita harus mengevaluasi diri kita, jangan-jangan banyak kesalahan yang kita lakukan, banyak perintah Alloh ﷻ yang tidak  kita kerjakan, banyak larangan yang kita langgar maka mengingatkan langsung di dunia dan kita bersyukur, sehingga kita kembali kejalan yang benar. Jangan sampai kita malah bangga atas segala kesalahan, dosa serta maksiat kita yang luar biasa, tetapi kita merasa aman-aman saja dan tidak terjadi musibah apapun, nah itu harusnya hati-hati karena nanti akan dibayar kontan di akhirat. Makanya musibah itu merupakan Tadzkiroh bagi kaum muslimin.

Hadirin yang dirahmati Alloh ﷻ, demikianlah seorang  muslim mengadapi musibah yang menerpa dirinya, dengan mengetahui posisi yang tepat maka seorang muslim akan benar  dalam menghadapi musibah, tidak kemudian menjadikan musibah itu semakin membuat dirinya berkubang didalam keburukan, berkubang didalam keterpurukan tetapi justru dengan musibah itu seorang muslim menjadi bangkit dan bersemangat dalam hidupnya. Kurang lebihnya saya minta maaf.

Assalamu’alaikum warohmatullahi wabarokatuh.

🌸🌸🌸🌟🌟🌟🌸🌸🌸
        🌀TaNYa JaWaB🌀

0⃣1⃣ Phity ~ Jogja
Assalamu'alaykum ustadz...

Dengan kejadian bencana yang bertubi-tubi di negara kita ini, apakah bisa diartikan sebagai teguran untuk segelintir orang saja? Atau untuk semua warga negara? Atau musibah itu tergantung sudut pandang kita terlihat sebagai teguran atau peringatan atau penghapus dosa?  

🌀Jawab:
Waalaikummussalam warahmatullah wabarakatuh

Bismillahirrahmanirrahiim……
Ketika ada musibah itu sebenarnya tadzkirah untuk semuanya, peringatan untuk semuanya. Tetapi yang bisa menerima peringatan itu mereka yang hatinya bersih, akalnya sehat. Sedangkan mereka yang tidak bias menerima itu yang hatinya kotor dan akalnya juga tertutup.

Wallahu a'lam

0⃣2⃣ Han ~ Gresik
Assalamu'alaikum, 

Ustadz, apakah musibah yang terjadi ini juga akibat karena dari ketidak amanahannya para pemimpin-pemimpin kepada rakyatnya?

🌀Jawab:
Waalaikummussalam warahmatullah wabarakatuh

Secara umum musibah itu adalah takdir dari Alloh ﷻ, tetapi pemicunya adalah perbuatan dosa dan maksiat manusia kepada Alloh ﷻ  dan juga kepada sesamanya. 

Diantaranya musibah ini ketika pemimpin-pemimpin itu tidak amanah, maka Alloh ﷻ juga akan menurunkan musibah. Baik musibah itu melanda secara kemanusiaan, itu sudah pasti karena pemimpin tidak amanah, jadi rakyatnya yang kena musibah, dan bisa jadi Alloh ﷻ juga akan menurunkan musibah yang bertubi-tubi.

Ya ketika para ulama dikriminalisasi, maka hari ini juga kita melihat berbagai banyak musibah menimpa bangsa kita, demikian.

🔷Jazakallah ustadz.
Bagaimana ustadz dengan musibah banyaknya ulama-ulama yang berpulang pada-Nya silih berganti beberapa waktu ini. Kenapa malah yang baik-baik di panggil duluan, sedangkan yang berbuat dzolim makin seenaknya berkuasa.

🌀Fenomena meninggalnya para Ulama itu sebagaimana diriwayatkan Bukhori dan Muslim, Rasulullah ﷺ menjelaskan “Sesungguhnya Alloh ﷻ tidak mencabut ilmu dengan mencabutnya dari hamba-hamba, akan tetapi Dia mencabutnya dengan diwafatkannya para Ulama, sehingga Alloh ﷻ tidak menyisakan seorang Ulama pun maka orang-orang mengangkat pemimpin dari kalangan  orang-orang bodoh. Kemudian mereka ditanya, merekapun berfatwa tanpa dasar ilmu, mereka sesat dan menyesatkan. Sehingga fenomena ini adalah fenomena semakin hilangnya ilmu dan  semakin bertambahnya orang bodoh. Dengan itu, maka yang kedua ini adalah tanda-tanda dekatnya hari kiamat, yaitu diangkatnya para Ulama sehingga hilangnya ilmu dan bertebaran orang bodoh yang menjadi pemimpin, mereka berfatwa, dari fatwa itulah orang akan sesat, dia menyesatkan."

Wallahu a'lam

0⃣3⃣ Safitri ~ Banten 
Assalamualaikum ustadz,

Negara kita ini sepertinya sama halnya dengan negara Palestina yang sedang di kasih ujian atau cobaan sama Alloh ﷻ bedanya kalau negara Palestina mereka melawan peperangan demi membela tanah air dan agamanya kalau Indonesia di uji dengan dikasih bencana bertubi-tubi dari bencana satu ke bencana lainya begitu semakin dekatnya akhir zaman iya kan ustadz, tapi banyak manusia yang belum menyadari dan belum introspeksi diri kenapa bencana ini selalu datang silih berganti malah mereka kerap menyalahkan sang pencipta yang telah memberikan bencana ini, bagaimanakah ustadz dengan seperti ini?

🌀Jawab:
Waalaikummussalam warahmatullah wabarakatuh

Ya seringkali manusia, apalagi kita, sekeliling kita dengan datangnya musibah itu, mereka malah tidak melakukan introspeksi terhadap dirinya, tetapi justru menantang Alloh ﷻ. Maka Alloh ﷻ juga akan menimpakan musibah di dunia dan di akhirat. 

Kalaupun dia kelihatannya dalam kehidupan di dunia itu baik-baik saja, pasti hati mereka itu resah, gelisah, dan tidak bahagia. Dan nanti apa yang menjadi dosa dan kesalahan mereka akan dibalas Alloh ﷻ di akhirat.

Yang kita lakukan adalah pertama kita tidak harus, tidak boleh terpengaruh dengan orang diluar kita. Kita harus selalu introspeksi terhadap diri dan keluarga kita. Sehingga kita bisa melakukan perbaikan perubahan, menjalankan perintah Alloh ﷻ dan menjauhi larangannya.

Dan yang kedua jangan melupakan Amar ma'ruf nahi mungkar, karena kalau Amar ma'ruf nahi mungkar itu tidak ada, maka bencana itu akan ditimpakan kepada semuanya, baik yang berdosa maupun yang shalih. Dan Amar ma'ruf nahi mungkar yang paling kecil paling sederhana adalah dengan hati.

Maka kita minimal dengan hati menolak segala macam bentuk kejahatan, kemaksiatan dan dosa. Tetapi jangan tiba-tiba kita memilih yang paling minimal. Kita harus berusaha untuk yang maksimal yaitu dengan tangan kita.

Wallahu a'lam

0⃣4⃣ Riyanti ~ Sleman
Dari kalangan Ulama atau Dai kenapa ada yang fokus untuk bicara tentang cinta lingkungan. 

Sepertinya ini materi yang sederhana, tapi jarang ada Dai yang menyerukan gerakan cinta lingkungan.

Atau gerakan cinta bumi dan sebagainya. 

Kita lebih sering bicara musibah setelah ada musibah, tetapi jarang bicara sikap preventif mencegah musibah.

Dari Ikadi sendiri bagaimana ustadz menyikapi isu lingkungan?

🌀Jawab:
Bismillahirrahmanirrahim..

Bagus kalau ada ulama yang berbicara tentang menjaga lingkungan. 
Memang sangat jarang ulama yang konsentrasi atau fokus berbicara tentang lingkungan, yang salah satu dampak dari rusaknya lingkungan itu adalah terjadinya musibah, di antaranya banjir. 

Memang di dalam dakwah itu ada amar ma'ruf, ada nahi mungkar. Yang paling ringan konsekuensinya justru amar ma'ruf (mengajak kepada kebajikan), karena itu jarang dimusuhi dan biasanya diterima oleh banyak orang. Kita mengajak disiplin, kita mengajak untuk memperhatikan waktu, kita mengajak untuk perbaiki hubungan dengan tetangga dan orang lain, itu banyak orang yang suka. 

Tetapi kalau sudah nahi mungkar, maka banyak orang yang memusuhi. Kita melarang orang untuk minuman keras, berjudi, kemudian narkoba berzina, termasuk merusak lingkungan. Sehingga sering tidak mendapatkan respon yang semestinya, seorang dai yang berbicara untuk mengajak masyarakat memperhatikan lingkungan. Mungkin itu yang kemudian para dai lebih fokus kepada mengajak kebaikan. 

Semoga ke depan lebih banyak para Dai yang fokus memberi perhatian kepada lingkungan di antara perhatian perhatian terhadap persoalan yang lain. 

Wallahu a'lam

🌸🌸🌸🌟🌟🌟🌸🌸🌸
🌀CLoSSiNG STaTeMeNT🌀

Bagi mereka yang mempunyai sikap rendah hati (tawadhu'), maka setiap datangnya musibah, baik yang menimpa dirinya sekelilingnya akan menjadi tadzkiroh bagi dirinya untuk menjadikan dirinya lebih baik kedepannya. Dan itu baik bagi dirinya di dunia dan di akhirat. 

Sedangkan bagi mereka yang takabur (sombong), maka datangnya musibah tapi dia tidak ada isyarat apapun, tidak menjadi tadzkiroh atau peringatan bagi dirinya, dia akan tetap sama saja antara hari kemarin, hari ini bahkan hari yang akan datang, maka dia termasuk orang yang merugi di dunia dan di akhirat. 

Semoga kita termasuk orang yang rendah hati, orang yang tawadu' menghadapi musibah untuk perbaikan di masa yang akan datang.

Wallahu a'lam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar