Rabu, 13 Januari 2021

FUNGSI KELUARGA DALAM ISLAM

 


OLeH : Ustadzah Azizah, S.Pd.         

💎M a T e R i💎

بِسْمِ اللهِ الرَّحمنِ الرَّحِيْم


السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ


إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ ،َأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.، أَمَّا بَعْدُ؛


Puji dan syukur marilah kita panjatkan kehadirat Illahi Rabbi, atas karunia-Nya kita bisa sama-sama berkumpul bersama dalam rangka thalabulilmi, mencari ilmu. 


Serta kita bisa bersilaturahim, bertatap muka di majlis yang mulia ini dalam keadaan aman fi amanillah, sehat wal afiat. Semoga setiap derap langkah bisa membuahkan pahala bagi kita semua, bisa menjadi penghapus dosa dan pengangkat derajat dihadapan Alloh ﷻ. 


Tidak lupa semoga shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW., kepada keluarganya, sahabatnya, para tabi'in, tabiut tabiahum, kepada kita semua, serta kepada seluruh umat-Nya hingga akhir zaman yang menjadikan sebagai uswatun hasanah, suri tauladan yang baik.

Sahabat solehah,

Mari kita luruskan niat dalam belajar semata mata karena Alloh ﷻ...

Agar Alloh ﷻ memberikan Nur dalam qolbu kita untuk mencerna ilmu-ilmu-Nya. 


🌷FUNGSI KELUARGA DALAM ISLAM

بسم الله الرحمن الرحيم


الســـلام عليــكم ورحــمة اﻟلّـہ وبركاته


Allah Ta’ala berfirman,


{زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ مِنَ النِّسَاءِ وَالْبَنِينَ وَالْقَنَاطِيرِ الْمُقَنْطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالْأَنْعَامِ وَالْحَرْثِ ذَلِكَ مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَاللَّهُ عِنْدَهُ حُسْنُ الْمَآبِ}


“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia; dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).” (QS. Ali ‘Imran:14).

Bersamaan dengan itu, nikmat keberadaan istri dan anak ini sekaligus juga merupakan ujian yang bisa menjerumuskan seorang hamba dalam kebinasaan. Alloh ﷻ mengingatkan hal ini dalam firman-Nya.


{يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنَّ مِنْ أَزْوَاجِكُمْ وَأَوْلادِكُمْ عَدُوّاً لَكُمْ فَاحْذَرُوهُمْ}

“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya di antara istri-istrimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu, maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka…” (QS. At Taghaabun:14).

Makna “Menjadi Musuh Bagimu” adalah melalaikan kamu dari melakukan amal shaleh dan bisa menjerumuskanmu ke dalam perbuatan maksiat kepada Allah Ta’ala.

Beberapa hal yang menjadi fungsi keluarga dalam pandangan Islam. 

🔹1. Memperkuat Tujuan Akhir Dari Pernikahan

Menikah itu ibadah mengikuti salah satu sunnah dari rasul. Sehingga saat pernikahan sudah terjadi harusnya kegiatan ibadah di dalamnya menjadi lebih baik.

Menurut ustadz budi azhari. 

Kalau orang hebat hari ini berpikir 250 tahun ke depan. Kita dibiasakan oleh Islam berfikir sangat sangat jauh, yakni sesudah kematian.

🔹2. Mencegah Seluruh Keluarga Masuk Ke Dalam Neraka

Allah ta’ala berfirman yang artinya:

“Wahai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu. Penjaganya adalah Malaikat-malaikat yang kasar dan keras.” (QS. At Tahrim : 6)

★Diriwayatkan dari Ibnu Jarir dari Ibnu Abbas ra bahwa ayat ini mengandung makna: “Beramallah dalam ketaatan kepada Alloh ﷻ, jagalah diri kalian dari kemaksiatan kepada-Nya, dan perintahkanlah anak-anak kalian untuk menjalankan perintah Alloh ﷻ dan menjauhi larangan-Nya. Maka dengan itulah kalian menjaga (diri kalian dan keluarga) dari api neraka.”

★Dari Ali bin Abi Thalib ra. berkata tentang makna ayat ini : “Ajarkan diri kalian dan keluarga kalian akan kebaikan, ajarkanlah adab kepada mereka.”


Dalam tulisan ustadz faudzil azhim dikisahkan bahwa ada unta yang hobi dan suka makan roti. Karena disaat lapar yang ia temui adalah roti. Maka rasa lapar itu menjadi kenyang seperti istilah tidak ada rotan akarpun jadi.

Artinya apa? Tidak ada bayi atau balita yang sengaja ingin tahu apa itu YouTube. Tapi karena dari bayi sudah melihat orang tuanya asyik dengan benda itu maka iapun ingin dan terus ingin yang lain.

Awalnya yang ditonton kartun, lama-lama dia bisa download sendiri, dan saat dewasa atau remaja entah apa yang menjadi tontonannya yang menarik sedui usia pubertas dia.

Disinilah bencana mengintai.

🔹3. Membentuk Generasi Rabbani

Yakni anak anak yang taat pada agama dan kedua orang tuanya. Orang tua menjadi pendidik yang bukan hanya berilmu tinggi tapi juga berakhlak mulia. Karena seringkali sesuatu yang tidak terucapkan tetapi terajarkan. (Budi azhari, Lc)

Contoh bagaimana sikap kita sebagai orang tua, pada orang tua kita atau kakek nenek atau orang sepuh di lingkungan kita. Jika, santun maka itu akan dicontoh anak-anak kita.

Anak sholih itu anak yang taat pada Alloh ﷻ dan patuh pada perintah orang tuanya.

Imam Mujahid  rahimahullah: “Barangsiapa yang membuat kedua orang tuanya sedih, berarti dia telah mendurhakai keduanya.”

Kaab Al-Ahbar berkata, “Apabila orang tuamu memerintahkanmu dalam suatu perkara (selama bukan dalam maksiat) namun engkau tidak mentaatinya, berarti engkau telah melakukan berbagai macam kedurhakaan terhadap keduanya.”

🔹4. Menjadikan Keluarga Sebagai Tolok Ukur Kesuksesan Kepemimpinan

Keluarga adalah miniatur dari sebuah kepemimpinan yang skupnya paling kecil. Ada pembagian fungsi yang jelas di dalamnya. Salah satunya mengatur bagaimana bermuamalah dengan tetangga.

Allah Ta’ala berfirman,


ﻭَﺍﻋْﺒُﺪُﻭﺍ ﺍﻟﻠَّﻪَ ﻭَﻟَﺎ ﺗُﺸْﺮِﻛُﻮﺍ ﺑِﻪِ ﺷَﻴْﺌًﺎ

ﻭَﺑِﺎﻟْﻮَﺍﻟِﺪَﻳْﻦِ ﺇِﺣْﺴَﺎﻧًﺎ ﻭَﺑِﺬِﻱ ﺍﻟْﻘُﺮْﺑَﻰ

ﻭَﺍﻟْﻴَﺘَﺎﻣَﻰ ﻭَﺍﻟْﻤَﺴَﺎﻛِﻴﻦِ ﻭَﺍﻟْﺠَﺎﺭِ ﺫِﻱ

ﺍﻟْﻘُﺮْﺑَﻰ ﻭَﺍﻟْﺠَﺎﺭِ ﺍﻟْﺠُﻨُﺐِ


“ Beribadahlah kepada Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apapun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu bapak, karib kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh.” (QS. An Nisa: 36).

Nabi shallallahu ‘alaihi wassallam juga bersabda,

ﻣَﺎ ﺯَﺍﻝَ ﻳُﻮﺻِﻴﻨِﻰ ﺟِﺒْﺮِﻳﻞُ ﺑِﺎﻟْﺠَﺎﺭِ ﺣَﺘَّﻰ

ﻇَﻨَﻨْﺖُ ﺃَﻧَّﻪُ ﺳَﻴُﻮَﺭِّﺛُﻪُ

“Jibril senantiasa berwasiat kepadaku agar memuliakan (berbuat baik) kepada tetangga, sampai-sampai aku mengira seseorang akan menjadi ahli waris tetangganya." (HR. Al Bukhari no. 6014).

🔹5. Keluarga Adalah Tim Bukan Sekedar Sekumpulan Manusia

Bedakan orang-orang yang sedang kumpul-kumpul dan tim yang sadar sedang berjuang mencapai goal atau tujuan. Nah, tujuan membangun keluarga itu adalah sebagaimana keluarga nabi Ibrahim. Nabi Ibrahim senantiasa berdoa "rabbii habliiinassholihiin."

Mengapa Nabi Ibrahim bersungguh berdoa agar dikaruniakan anak yang sholeh?

Karena hanya anak yang sholeh saja yang mampu memberikan bantuan pada kita setelah kita meninggal. Ini difahami dari hadist Rasulullah ﷺ yang menegaskan:

إذا ماتَ ابن آدم انْقَطَعَ عنه عَمَلُهُ إلاَّ مِنْ ثَلاَثةٍ: صَدَقَةٍ جارِيَةٍ، أوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ، أوْ وَلَدٍ صالحٍ يَدْعُو لهُ


“Apabila meninggalnya anak Adam, terputuslah segala amalannya melainkan tiga perkara: (1) Sedekah jariah, (2) Ilmu yang bermanfaat, serta (3) Anak yang sholeh yang mendoakan mereka."

Wallahu a'lam bisshowab

🌸🌸🌸🌟🌟🌟🌸🌸🌸

        💎TaNYa JaWaB💎

0️⃣1️⃣ iiN~ Boyolali

Bunda, bagaimana cara baiknya agar anak-anak (4-7) tidak bermain gadget? Bila dirumah tidak ada gadget tapi banyak tetangga dan saudara yang memperkenalkannya.

Langkah apa yang harusnya di lakukan?

🌸Jawab:

Meminimalisir gadget pada anak. 

Jika masih balita:

1) Sibukkan anak dengan buku buku bergambar. Dengan warna-warna cerah, binatang, tumbuhan, bunga, atau jenis sayur-sayuran. 


2) Berceritalah dengan antusias, yang atraktif dan interaktif, yang membuat bocil (bocah kecil) merasa terlibat di dalam cerita.

3) Kalau bunda dulu ada buku tentang kentang, morning glory, putri malu, wortel, bunglon, kupu-kupu, bawang, dan lain-lain. Berupa ilmu isinya. Tapi diceritakan dengan suasana yang heroik begitu. Dan selalu ada pengulangan pertanyaan misal eh tadi kentang itu buahnya di tanah apa di batang ya deee? 

Kalau rambutan dimana? Warna bunganya apa ya? Ini merangsang daya ingat dan merekam info positif dalam otak anak.

4) Jika main ke tetangga harus disertai, ada yang menemani dan dibatasi jamnya. Boleh lihat hp tapi 1 jam saja. Setelah itu main sama bunda, bunda punya buku rahasia tentang...

 # kita punya stok buku-buku yang dirahasiakan. Ini bunda lakukan dulu. 

5) Ajak eksplore alam. Dulu anak bunda diajak ke pohon nangka samping rumah menemukan bunglon. Terus anak yang besar menjelaskan tentang apa bunglon itu. Dan itu kenangan indah buat mereka. Kadang belajar metamorfosis dari ulat ke kupu yang nempel di dinding rumah. 

6) Jika anaknya sudah lebih besar, paham aturan bikin aturan ketat. Berikan reward and punishment jika ada kebaikan yang mereka lakukan, dan ada hukuman yang harus diterima jika ada pelanggaran. Misal anak dicabut haknya untuk main HP besok. Atau hadiah boleh request ingin lauk apa buat makan siang.

Wallahu a'lam

0️⃣2️⃣ Novita ~ Ambon

Assalamualaykum, 

Bagaimana menyikapi anggota keluarga; suami, istri ataupun anak-anak yang tidak bisa menjalankan fungsinya dengan baik.

Maksudnya jauh dari standar umum, walaupun sudah dinasihati tapi belum banyak berubah.

Jazakillaah khoir

🌸Jawab:

Waalaikummussalam warahmatullah wabarakatuh

Bismillahirrohmanirrohiim

Bagaimana mengatasi anak-anak atau anggota keluarga yang tidak bisa taat aturan?

Tidak mudah untuk menyeragamkan kemauan di dalam satu keluarga. Itulah kenapa ada fungsi dalam keluarga yaitu qowam. Qowam itu memang harus kredibel dalam artian dia komitmen kemudian amanah dan tidak bersifat bunglon, kadang A dilain waktu dia B kadang di C. Tidak seperti itu. Jadi, aturan itu dibuat tegas. Anak-anak itu bisa diajak kerjasama sejak dini. Percuma kalau anak-anak itu dikenalkan aturan pada usia 7 tahun. Nanti anak akan  terlalu banyak protes. Anak dibiasakan dari kecil, misalnya meminta ijin dulu untuk mengambil makanan. Bukan berarti kita pelit, tetapi membiasakan mereka ketika di rumah orang tidak main ambil makanan, ya kalau itu untuk kita sebagai tamu, tetapi kalau itu pesenan orang, titipan orang, salah rumah atau bagaimana kan yang punya rumah jadi malu, sementara yang melakukannya anak kita kan kita juga jadi malu. 

Bagaimana jika dalam anggota keluarga itu tidak ada yang memenuhi standar? Makanya yang namanya rumah tangga itu adalah proses untuk beribadah sepanjang hayat, sepajang pernikahan itu ada. Meskipun bapak ibu meninggal kemudian anak-anaknya menikah sampai punya cucu, itu terus regenerasi. Yang namanya aturan di dalam berumah tangga terutama aqidah. Nah disini lemahnya kita adalah modal nikah ya nikah saja asal punya gaji lalu menikah, tanpa tahu fungsi dari masing-masing, tugas seorang istri, kewajiban seorang suami, tugas seorang anak. Dan ini tidak ada kolaborasi yang menuju pada satu visi dan misi yang sama, itu berat. Makanya, kalau punya anak laki-laki, didik anak laki-laki itu untuk punya komitmen, punya kredibilitas terhadap dirinya dan selalu amanah. Ini yang penting, kalau tidak, nanti dia tidak dapat memimpin keluarganya. Kenapa? Karena ia dibiasakan untuk sembarangan, untuk slebor untuk sembrono. Sehingga, dia merasa ya nanti saja belajarnya kalau sudah tua, ya telat. Justru  kenapa ranting itu, kalau mau diluruskan ya dari kecil, kalau diameter batangnya sudah sekian centi, itu susah untuk diluruskan lagi, perlu waktu tenaga dan lain-lain. 

Itu kenapa anak sejak kecil dibiasakan untuk menjalankan hal-hal yang positif itu dengan cara yang baik, kita contohkan. Karena anak tidak bisa hanya sekedar di omong, apalagi anak laki-laki. Beda mendidik anak laki-laki dan perempuan. Anak laki-laki hanya akan melihat contoh. Itulah kenapa memberi contoh itu adalah cara mendidik yang paling pas, itu kenapa Rasulullah ﷺ adalah uswatun hasanah (teladan yang baik) karena Beliau adalah contoh. Semua gerak Rasulullah ﷺ itu dilihat oleh sahabat dan itu menjadi contoh buat mereka. Oleh karena itu, kita tidak bisa dalam suatu keluarga antara suami dan istri kemudian beda pendapat. Mamanya nyuruh belajar, kata bapaknya biarin sajalah main dulu. Nah, kalau sudah seperti ini repot. Kenapa? Karena anak akan memilih yang santai. Nah butuh kesepakatan, keseragaman. Kalau visi dan misi saja sudah tidak jelas ketika menikah itu, maka ini berat kedepannya.

Anak-anak tidak akan tumbuh menjadi anak-anak yang paham untuk apa mereka ada di dunia ini karena mereka tidak pernah mengemban visi dan misi, mereka sekedar merasa takdir saja terlahir, takdir saja meninggal, tidak pernah berfikir tugas mereka itu apa sebenarnya di dunia. Itu kalau orang tua tidak paham, maka itu berat. Itu kenapa kita konsen memahamkan diri kita tentang agama ini dan bagaimana menyampaikan kepada anak. Bagaimana mungkin anak akan terbiasa bicara yang baik, bicara yang jujur, terbiasa sholat 5 waktu kemudian dia menjalankan pesan orang tua dengan benar kalau orang tuanya sendiri mencla-mencle. Kadang sholat kadang tidak, kadang jujur kadang tidak, jadi anak akan melihat itu.

Nah, bagaimana kalau ada anggota keluarga yang begini? Ya harus ada keinginan untuk berubah. Sepakati itu! Dan minta maaf kepada anak kalau memang ada kesalahan yang memang dilihat anak itu fatal, diakui bahwa ya ini kami salah sebagai orang tua. Wajar manusia yuk kita berubah, sebelum terlambat.

Karena semua yang kita lakukan, tidak ada orang yang punya pengalaman dalam berumah tangga wong semuanya masih single, baru berumah tangga itu ya ketika ketemu jodoh, baru itu namanya menjalankan rumah tangga, dan itu sama-sama belajar. Bahwa yang perempuan itu dari kekuarga yang lain, adat yang lain dengan suku yang berbeda, cara mendidik yang berbeda kemudian mereka bertemu dalam satu rumah, bagaimana menyelaraskan ini. Nah inilah yang harus selalu kita kaji. 

Ada tulisan yang bagus bahwa "menikah itu adalah seni untuk mengalah" jangan sampai ketika sudah menikah itu kemudian kita merasa ego. Istri merasa bahwa dia perempuan satu satunya di dalam rumah tangga bapak saya, saya tidak pernah dibentak bentak, tidak pernah disuruh suruh, yang disuruh itu kakak-kakak saya yang laki-laki. Lha sekarang dia itu adalah seorang ibu, dia seorang istri, masa iya suaminya yang disuruh suruh. Boleh menyuruh suami, kalau tidak sanggup untuk melakukan, Rosul kan menjahit terompahnya sendiri, kemudian memberi makan ternaknya. Jadi, tidak ada yang saling memberatkan. Kita tidak bisa menuntut kualitas rumah tangga kita sebagaimana seperti kita saat masih gadis.

Sebagaimana seorang anak laki-laki saat dia berada di dalam rumah tangga bapak atau ibunya, sekarang dia adalah qowam. Dia harus berdiri di kakinya sendiri, dia harus bisa memimpin seorang wanita yang bernama istrinya itu, ibu dari anak-anaknya itu. Makanya dia harus komitmen. Kalau dia sebagai laki-laki tidak bisa komitmen, bagaimana bisa mendidik anak-anak dan istrinya sementara tanggung jawab rumah tangga itu ada di pundak dia.

Jadi satu hal, kaau sudah terjadi hal yang seperti ini maka kaji ulang visi dan misi dari rumah tangga itu apa. Banyak yang tidak paham ini. Sehingga, tidak tahu rumah tangga ini mau kemana. Ada yang punya anak pokoknya nanti saya les kan, pinterin dia segala macam, biar nanti kaya kemudian bisa jalan-jalan ke luar negeri. Ada yang orientasinya adalah dunia. Dan itu tidak salah juga. Wajar kalau anaknya gajinya sekian ratus juta kemudian keliling-keliling dunia, tidak masalah. Tetapi, apa iya... hanya itu saja tujuannya? Apakah tidak ada kehidupan yang lain? Yang lebih abadi, dan itu menuntut apa yang kita pegang di dunia ini diamalkan kemana? Ini kalau tidak paham agama, jadi mikir: "inikan duit duit gue, kenapa elo sirik?" Padahal dengan adanya uang itu, justru uang itu bagaimana bisa maslahat. Zakat disebar ke tempat-tempat yang minus, infaq diberikan kepada orang-orang yang butuh, sehingga uang yang ada di dia itu produktif untuk menjadikan orang lain itu lebih memiliki kesejahteraan. Kan beda tujuannya, sama-sama menjadi kaya tetapi tujuan akhirnya berbeda. 

Jadi, kalau terjadi hal seperti ini, kaji ulang visi dan misinya. Duduk bersama, apalagi kalau anaknya sudah besar, dia juga diajak ngomong bahwa rumah tangga ini tidak bisa seperti ini terus, lama-lama bisa karam karena masing masing punya ego.

Wallahu a'lam

0️⃣3️⃣ Na~ Semarang

Assalamualaikum, 

Pada hadist nomor tiga, "Anak sholeh yang mendoakan." Apakah memang hanya anak sholeh yang doanya sampai kepada kedua orang tua? Apakah 'maaf' semisal pelacur, pembunuh dan mereka yang belum baik berarti tak payah mendoakan orang tuanya?

🌸Jawab:

Waalaikummussalam warahmatullah wabarakatuh

Bismillahirrohmanirrohiim

Hanya anak sholih yang doanya diterima Alloh ﷻ. 

Bagaimana kalau (na'udzubillah) punya anak yang tidak benar, misalnya anaknya penjudi, PSK, atau apalah, akankah doanya diterima? Ini tergantung bagaimana Alloh ﷻ yang jelas Alloh ﷻ hanya menerima sesuatu yang baik. Itu kenapa kita tidak boleh menyumbang masjid, menyumbang anak yatim, du'afa dari hasil kita mencopet, mencuri, me riba, itu tidak akan diterima. Anak yatim dan lain-lain itu tertolong, tetapi apakah diterima amalnya? Bahkan ada satu dalil yang mengatakan "Mereka berdoa sekhusyuk mungkin, sebanyak mungkin dan doanya tidak terkabul. Tidakkah engkau melihat apa yang engkau telan. Jangan jangan ada sesuatu yang haram yang masuk ke dalam tubuhmu sehingga doa itu tidak makbul."

Itu salah satu dalil shohih, bahwa tidak boleh ada sesuatu yang haram dalam tubuh kita yang menyebabkan doa kita tertolak. 

Kemudian apakah doanya anak yang penjudi? Kalau penjudi, bagaimana berdoanya? Sholat apa tidak dia? Padahal kalau judi itu jelas, itu adalah salah satu dosa besar. Apalagi pemabuk, dia hilang akalnya, terus berdoanya seperti apa? Sementara kalau berdoa kepada Alloh ﷻ itu perlu santun dan ada adab-adab berdoa yang harus kita lakukan. Sholat dulu, dzikir, sholawat, baru berdoa sama Alloh ﷻ. Sementara kita tidak bisa mengklaim bahwa doanya itu terkabul atau tidak terkabul, itu adalah kekuasaan Alloh ﷻ. Siapa yang dapat menghalangi, kalau Alloh ﷻ ingin mengabulkan?

Tetapi yang jelas, ada dalil yang mengatakan ada banyak sebab doa doa itu tidak dikabulkan oleh Alloh ﷻ, salah satunya adalah apa yang ada di dalam tubuhmu bersumber dari sesuatu yang haram. Apakah itu? Kita lihat, apakah ketika kita menelan makanan, apakah makanan kita itu bercampur dengan bir, arak, dengan sesuatu gelatin yang bukan dari sapi, dan kita cuek saja? Pokoknya saya makan dan saya bayar, padahal disitu jelas, tidak tertera halal MUI misalnya, tidak ada jaminan untuk itu, tetapi kita biasa saja, telan saja semuanya. Tidak boleh seperti itu. Jadi, yang kita kejar adalah ridhonya Alloh ﷻ. 

Seperti kita kepada anak kita, anak kita mau kita kasih apapun, asal dia manut. Coba kalau dia datang ke kita minta uang dan pakai nunjuk nunjuk ke jidat: "Mama minta uang!"

Akankah kita kasih? Tentu tidak, perilaku dahulu yang kita lihat. Misalnya: "Mama, aku dah bantuin melipat baju ya, boleh tidak sekarang aku..." karena kita sudah melihat hasil pekerjaannya yang membantu kita, maka kita kasihlah sebagai upah. Karena apapun yang kita lakukan, Alloh ﷻ tidak butuh kita, Alloh ﷻ itu mudah kalau mau menenggelamkan kita, Alloh ﷻ itu tidak butuh disembah. Kita yang butuh Alloh ﷻ. Nah caranya bagaimana agar Alloh ﷻ itu ridho? Ya lakukan apa yang Alloh ﷻ cintai. Apakah Alloh ﷻ suka dengan orang yang berzina? Naudzubillah

Mendekati zina saja tidak boleh, apalagi melakukan zina. Terus berdoa? Secara logika manusia betapa sulitnya. Lakukan dulu apa yang Alloh ﷻ ridhoi, maka insyaAllah ridho itu. Maka, kenapa disitu dikatakan doa anak yang sholih itu akan dikabulkan oleh Alloh ﷻ, sehingga kita wajib mendidik anak-anak kita menjadi anak-anak yang sholih.

🌴Ustadzah, bagaimana dengan sebuah hadist yang berartikan, "Sejengkal kaki seorang wanita (belum bersuami) yang keluar rumah tanpa menutup aurat, maka sejengkal pula Ayahanda masuk ke dalam neraka."

🌸Saya belum pernah menemukan dalil ini. Tetapi beberapa kali saya tanyakan, tidak ada yang menjelaskan dengan haq (shohih). Misalnya ini riwayat buchori, belum pernah saya mendengar ini. Wallahu a'lam.

Mungkin ini hanya sekedar kata-kata hikmah dan itu adalah benar. Jika seorang ayah, membiarkan anak perempuannya digandeng laki-laki kemana-mana, tidak berjilbab, tidak menutup aurat, dibiarkan saja bergaul dengan lawan jenisnya. Ya tentu saja bapaknya akan bertanggung jawab, meskipun tidak ada dalil yang mengatakan persis seperti itu. 

"Sejengkal kaki seorang wanita(belum bersuami) yang keluar rumah tanpa menutup aurat, maka sejengkal pula Ayahanda masuk ke dalam neraka." 

Saya belum pernah mendengar riwayatnya. Seperti riwayat yang mengatakan 3 doa yang tidak akan tertolak oleh Alloh ﷻ (doa orang tua kepada anaknya, doa orang-orang yang teraniaya...) itukan jelas riwayatnya. Kalau yang ini belum ada. 

Tetapi, bukan berarti tidak benar, dan itu benar. Kenapa? Di dalam rumah tangga suami adalah qowam, pemimpin untuk rumah tangga itu, apabila istrinya berkhianat. Bahkan di dalam rumah tangga itu jelas, Rosul di dalam suatu hadist mengatakan apabila seorang laki-laki itu dayyus, maka dia tidak dapat mencium baunya surga. Mencium baunya surga saja tidak. Kenapa? Berarti seorang suami itu harus pencemburu, jangan biarkan istrinya tiba-tiba kongkow, dijemput temannya kemana memang tidak melakukan apa-apa, hanya makan makan bersama, tetapi bersama teman laki-laki. Rombongan dijemput oleh teman laki-laki, suaminya hanya da-da da-da. Tidak bisa seperti itu, seorang suami harus melindungi anak perempuan dan istrinya dari gangguan orang luar. 

Apabila itu tidak dia lakukan, maka dia yang akan bertanggung jawab di atas mizan. Karena setelah menikah, tanggung jawab suami itu berat. Itu kenapa benar-benar harus dijaga, istri keluar harus dengan aurat tertutup rapat, tidak memakai baju yang tipis, meskipun panjang tapi menerawang sehingga lekuk tubuhnya kelihatan. Itu harus menjadi perhatian suami, tidak bisa sembarangan anak perempuan keluar pakai tanktop. Kalau tidak diingatkan oleh bapaknya, maka dia akan semakin jauh dari tuntunan syariat Alloh ﷻ. 

Jadi, punten kalau saya belum nemu dalilnya itu diriwayatkan oleh siapa. Itu bukan berarti salah. Itu merupakan kata hikmah yang mengingatkan para laki-laki betapa besarnya tanggung jawabnya kepada saudara perempuannya, ibu kandungnya, istrinya dan anak perempuannya. Empat orang ini menjadi tanggung jawab mutlak seorang laki-laki. Ketika ia sudah menikah. 

Jadi, tidak mudah, kenapa kepemimpinan itu diberikan kepada laki-laki  dan itu harus dijaga keempatnya (ibu, istri, kakak atau adik perempuan, anak perempuan). Itu menjadi tanggung jawab dia dan itu tidak lepas sampai dia menuju ke liang lahat. Alloh ﷻ akan mempertanyakan itu.

Wallahu a'lam

0️⃣4️⃣ Indika ~ Semarang

Bagaimana cara mendidik & mengenalkan Islam kepada anak umur 20 bulan?

🌸Jawab:

Bismillahirrohmaanirrohiim... 

Kalau 20 bulan itu belum 2 tahun yah, tapi anak-anak pada usia itu, daya tarik kepada sesuatu itu sudah sangat tinggi, karena saya punya cucu di usia itu ya, baru kemarin berapa bulan, baru 2 tahun ya. Tetapi ketertarikan dia untuk bertanya, "ini apa? itu apa?" itu keluar banyak begitu, "ini apa? itu apa?" terus saja begitu dan itu adalah salah satu sarana bagi kita untuk membekali otak dia dengan banyaknya pengetahuan hal yang positif, termasuk tata krama, ilmu pengetahuan, agama dan lain sebagainya. 

Anak ketika di usia itu harus lebih banyak di stimulus untuk memahami apa yang terjadi di lingkungannya.

Misal, "Dedek mamah mau salat dulu ya, mamah mau wudhu ya, dedek tunggu di sini",  jadi biarkan anak menunggu di depan pintu, sementara Mama wudhu dan dia akan melihat posisi seperti begitu itu wudhu berarti. Dia melihat dengan mata kepala sendiri proses wudhu itu kayak begitu ya kan. Kemudian dia mengenal kata wudhu, itu sudah disimpan, di keep oleh dia, bahwa ini adalah suatu proses yang sedang dilakukan oleh mama. Kemudian ajak dia untuk misalnya, kalau misalnya dia perempuan, ya kita kan pakai mukena, katakan "ini mukenah yah, Mama pakai mukenah dulu untuk shalat." Sehingga anak itu melihat oh kalau prosesnya tadi di kamar mandi itu, seperti begitu, maka akan melakukan seperti ini dan itu pelajarannya yang tidak main-main begitu. 

Karena pembiasaan positif itu akan sangat besar pengaruhnya. Itu kenapa kalau saya dulu mendidik anak-anak saya, di usia masih bayi 0 tahun begitu, begitu adzan terdengar, karena saya dekat ya dengan masjid di kampung itu, "Allahuakbar Allahuakbar", kencang sekali, langsung bilang ke anak saya, dedek sekarang adzan, adzan itu panggilan shalat. Alloh ﷻ memerintahkan kita untuk shalat, jadi dedek diam dulu ya. Ibu mau wudhu, nanti kita shalat. Saya bilang, "nanti kita shalat ya", bukan "ibu akan shalat", berarti dia tidak dong begitu kan. Saya bilang, nanti kita shalat, jadi saya persiapkan dia begitu masih bayi, masih nol, itu saya biasakan untuk mengajak bicara itu, sehingga ketika dia sudah usia 2 tahun, dia sudah terbiasa mendengar kata bahwa saya akan shalat, Saya akan ikut shalat, shalat, shalat, shalat sehingga rutinitas 5 waktu itu dia pahami. Bahwa ketika posisi ibu saya seperti begini, saya tidak bisa minta makan, Saya tidak bisa minta minum, Saya tidak bisa rewel.

Ibu tidak akan nyaut, itu di otak mereka akan tertanam itu. Karena saya akan bilang pada mereka, kalau Ibu lagi shalat seperti tadi, dedek minta apapun ibu tidak akan jawab, karena ibu lagi shalat. Sehingga dia akan diam pada saat kita itu shalat. 


Karena apa ya, karena dia tahu berkali-kali dia minta, ya kita diamkan, kita menyelesaikan sampai salam, baru kita akan mengambilkan dia minum susu, makan atau apalah begitu. 

Jadi usia golden age itu memang benar-benar harus kita optimalkan. Kita kenalkan anak dengan rutinitas yang baik. Jadi kalau misalnya dia terbangun, ketika kita mau sahur begitu di bulan Ramadhan, katakan, "ini loh sahur, setelah sahur itu tidak makan dan minum kalau sudah pagi-pagi sampai nanti. 

Mungkin kita akan seperti orang gila, menjelaskan kepada anak kecil, tetapi tidak, bagi anak kecil, dia punya otak yang akan menyerap begitu banyak informasi, yang akan dia "keep". Dia tidak bisa protes, dia kan belum bisa nanya, apa itu puasa? Kenapa puasa? Itu mungkin dia belum bisa, karena masih 2 tahun ya, kosakatanya masih terbatas, beda 3 tahun. Tetapi dia meng "keep" itu di otak dia dan itu adalah modal yang kita tanamkan dengan sangat baik kepada dia. 

Tadi baru saya menemukan satu tulisan dari seorang Ustadz, berita yang mengatakan bahwa ada adab-adab menyusui, bayangkan ada adab ketika menyusui. Salah satunya bahwa kalau bisa ibunya wudhu dulu. Coba bayangkan, ibunya wudhu dulu, kemudian anaknya dibacain doa.

Nanti saya bagi kalau misalnya memang dibutuhkan. Nanti saya share ini ya, saya posting begitu. Kalau memang ada di sini yang masih punya bayi-bayi yang masih menyusu begitu kan, yang belum 2 tahun. Itu ada adab-adab yang harus dilakukan. 

Bahkan saya pernah membaca, dulu ada warga Malaysia ya kalau tidak salah, seorang ibu itu yang akan membiarkan anaknya tuh nangis, ketika dia haus sebelum dia wudhu dulu, dia akan selalu wudhu dulu, kemudian dia akan membacakan doa, baru anak itu menyusu kepadanya, sambil dia tilawah. Sehingga ketika anaknya usia 3 tahun, maka anak itu sudah pintar membaca surat-surat pendek juz 30 itu tamat usia 3 tahun. 

Kalau tidak salah usia 5 tahun, anaknya itu sudah hafal Qur'an, jadi telaten ibunya itu. Masya Allah, punya anaknya kecil-kecil, belum usia 10 tahun sudah hafal Qur'an. Yang saya tahu, usia 3 tahun itu sudah berapa juz begitu, karena apa? Karena ibunya selama menyusui itu dia tidak ada aktivitas dengan gadget sama sekali. Tetapi dia tilawah. 

Bayangkan 2 tahun loh, menyesuaikan 2 tahun di bacaan Qur'an terus itu anak, masyaAllah. Sehingga benar-benar, apa yang anak dengar ketika dia itu menyusui itu adalah ayat begitu, makanya kemudian anaknya cowok lebih mudah untuk menjadi seorang penghafal Qur'an.

Wallahu a'lam

🌸🌸🌟🌟🌟🌸🌸🌸

💎CLoSSiNG STaTeMeNT💎

Bismillah...

Sebagai perempuan maka tiang negara ini ada dalam tanggung jawab kita, karena mendidik generasi peradaban itu adalah tugas utama kita. 

Jika kita salah mendidik anak maka bagaimana nasib perjalanan bangsa ini?

Wallahu a'lam


Tidak ada komentar:

Posting Komentar