Sabtu, 30 Januari 2021

BANGKRUT KARENA LISAN

 


OLeH: Ibu Irnawati Syamsuir Koto

  💎M a T e R i💎

Segala puji hanya untuk Alloh ﷻ yang telah memberi cahaya iman Islam kedalam jiwa kita, yang akan membawa keselamatan diakhirat kelak. Sholawat dan salam tercurah kepada Rasulullah ﷺ, keluarga, sahabat serta pengikutnya hingga akhir zaman.

Sahabat-sahabatku...

Lisan merupakan anugerah yang diberikan kepada umat manusia. Meski lisan membawa manfaat dan memudahkan dalam berkomunikasi, keberadaannya mesti sejalan dengan prinsip kehati-hatian. Lisan juga bisa menjadi sumber petaka. Banyak orang yang masuk neraka dikarenakan perkataannya. "Lisan adalah anggota tubuh yang paling elastis. Tidak bertulang. Diciptakan tanpa tulang sehingga mudah digerakkan. Namun, seringnya kita melupakan apa-apa saja yang sudah kita ucapkan dan katakan."

Lisan merupakan nikmat yang didatangkan oleh Alloh ﷻ. Dengan lisan, manusia bisa merasakan nikmatnya berbicara. Namun, ketika diberi nikmat berbicara, ada tanggung jawab yang juga harus dipikul oleh manusia. Setiap kata-kata yang diucapkan oleh manusia akan dicatat oleh malaikat.

Alloh ﷻ dalam QS. Qaaf ayat 16-18 berfirman, "Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya", '(yaitu) ketika dua orang malaikat mencatat amal perbuatannya, seorang duduk disebelah kanan dan yang lain duduk disebelah kiri.' 'Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir'."

Dalam surat itu disebut bahwa semua perkataan yang dikeluarkan oleh manusia dicatat oleh malaikat. 

Keluhan dan aduan pun dicatat. Inilah yang menjadi pertanggungjawaban dari ucapan yang telah diucapkan.

Kaum Muslimin hendaknya bisa berpikir terlebih dahulu sebelum berbicara. 

Apapun yang akan diucapkan harus diperhatikan apakah membawa manfaat dan baik atau tidak. 

Nabi ﷺ bersabda, "Barang siapa yang beriman kepada Alloh ﷻ dan Hari Akhir maka hendaklah ia berkata baik atau hendaklah ia diam." 

Berbicara yang baik berarti membicarakan hal yang benar dan membawa manfaat. Ada kata-kata yang benar tapi tidak bermanfaat. Contohnya ghibah, yang bisa jadi benar namun tidak membawa manfaat.

Ada pula kata-kata yang membawa manfaat tapi tidak benar. Contohnya orang yang berdusta atas nama Nabi ﷺ untuk menyemangati orang melakukan ibadah. Biasanya dibuat hadis-hadis palsu, seperti membaca ayat A akan membawa manfaat B, agar makin banyak orang membaca Al Qur'an, padahal Nabi ﷺ tidak pernah menyatakan demikian. "Hisabnya berat,"

Saat hari akhir nanti, semua anggota tubuh akan menuntut lisan atas perbuatannya di dunia. Dalam sebuah hadist yang diriwayatkan Tirmidzi, Uqbah bin Amir berkata, "Aku pernah bertanya kepada Rasulullah ﷺ, 'Ya Rasulullah apakah keselamatan itu?' Beliau menjawab, 'Selamat itu ada tiga perkara. Pertama jaga lisanmu, kedua tangisi kesalahanmu, dan ketiga hendaknya kamu betah di rumahmu'."

Nabi juga pernah ditanya oleh seseorang dari Arab Badui. Ia berkata, "Ya Rasul beri aku sebuah wasiat, tapi jangan panjang-panjang." Nabi pun menjawab, "Janganlah kamu berbicara de ngan satu perkataan yang membuat kamu nantinya harus me minta maaf. Jika kamu berdiri shalat maka lakukanlah seolah-olah itu shalat terakhirmu. Dan jangan berambisi atas apa yang ada di tangan orang lain."

Menarik ucapan yang telah dikeluarkan itu berat. Sama seperti menelan ludah atau muntah yang telah kita keluarkan. Banyak orang yang keseleo lidah, tapi ketika diminta untuk meminta maaf ia tidak mau, bahkan mengingkari jika pernah berkata demikian.

"Sesungguhnya orang mukmin itu orang yang tidak suka melaknat, mencela, berkata keji atau jorok, dan kotor.” (HR. Ahmad 1/416; shahih).

Hendaknya kita berhati-hati menjaga lisan kita di dunia nyata dan menjaga tulisan serta komentar kita di dunia maya. Karena tulisan ini kedudukannya sama dengan ucapan lisan. Sebagaimana kaidah:

“Tulisan (hukumnya) sebagaimana lisan.”

Ketika lisan suka mencaci, mencela, melaknat, ghibah dan berkata-kata kotor kepada orang lain, ini sama saja kita akan “bagi-bagi pahala gratis” kepada mereka kemudian kita akan bangkrut. Mengapa demikian? Karena dengan lisan dan tulisan kita, mereka yang kita cela dan caci-maki adalah pihak yang kita dzalimi. Jika kita tidak meminta maaf di dunia, maka urusan akan berlanjut di akhirat.

Di akhirat kita tidak bisa meminta maaf begitu saja, akan tetapi ada kompensasinya. Kompenasi tersebut bukan uang ataupun harta. Karena ini sudah tidak bermanfaat di hari kiamat.

Alloh ﷻ berfirman, “Pada hari dimana harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Alloh ﷻ dengan hati yang selamat.” (QS. Asy-Syu’araa`: 88-89).

Adapun kompensasi jika kita tidak bisa menjaga lisan di dunia nyata atau maya, adalah : 

★ Jika punya pahala kebaikan seperti pahala shalat dan puasa, maka akan dibagi-bagikan kepada mereka yang didzalimi di dunia dan belum selesai perkaranya artinya belum ada maaf dan memaafkan.

★ Jika yang mendzalimi (mencela dan memaki) sudah habis pahalanya, maka dosa orang yang di dzalimi akan ditimpakan dam diberikan kepada orang yang mendzalimi.

Inilah yang disebut dengan orang yang bangkrut atau “muflis” di hari kiamat berdasarkan hadits, “Apakah kalian tahu siapa muflis (orang yang pailit) itu?”

Para sahabat menjawab, ”Muflis (orang yang pailit) itu adalah yang tidak mempunyai dirham maupun harta benda.”

Tetapi Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Muflis (orang yang pailit) dari umatku ialah, orang yang datang pada hari Kiamat membawa (pahala) shalat, puasa dan zakat, namun (ketika di dunia) dia telah mencaci dan (salah) menuduh orang lain, makan harta, menumpahkan darah dan memukul orang lain (tanpa hak). Maka orang-orang itu akan diberi pahala dari kebaikan-kebaikannya. Jika telah habis kebaikan-kebaikannya, maka dosa-dosa mereka akan ditimpakan kepadanya, kemudian dia akan dilemparkan ke dalam neraka.” (HR. Muslim).

Saudariku...
Seringkali lisan ini tergelincir mengucapkan kata-kata kotor, mencela orang lain, membicarakan orang lain padahal dia tidak senang untuk diceritakan, bahkan seringkali lisan ini mengucapkan kata-kata yang mengandung kesyirikan dan kekufuran.

Harusnya setiap muslim mengoreksi diri dalam setiap tingkah lakunya, apalagi dalam perkara lisannya, yang begitu ringan mengucapkan sesuatu karena keluar dari lidah yang tidak bertulang.

Ingatlah saudariku, setiap yang kita ucapkan, mencakup perkataan yang baik, yang buruk juga yang sia-sia akan selalu dicatat oleh malaikat yang setiap saat mengawasi kita. 

Seharusnya kita selalu merenungkan sebelum berucap agar tidak serampangan mengeluarkan kata-kata dari lisan ini.

Wallahu a'lam

Demikian dari saya malam ini, semoga jadi bahan renungan untuk kita semua. 

Majlis saya kembalikan ke Nduk Hanny yang sudah mendampingi saya malam ini.

🌸🌸🌸🌟🌟🌟🌸🌸🌸
        💎TaNYa JaWaB💎

0️⃣1️⃣ Neng Ella ~ Bandung
Mam's Irna, bagaimana caranya mengkontrol lisan kita agar selalu bicara yang baik. Kadang lisan ini tidak bisa dikontrol. Kadang bisa dengan mama suka (Parea Omong) beradu komentar. 

Apakah ada amalan yang bisa dipakai agar lisan kita selalu terjaga? 

🌸Jawab:
Lisannya dihiasi dengan istighfar dan dzikir, serta sholawat. 

Belajar menahan diri untuk bicara sesuatu yang tidak penting, menahan diri dari bicara yang mengandung mudharat. Belajar bersabar. 

Racun lisan itu amat berbahaya. Jika diperturutkan akan membuat kita rugi dunia akhirat. Ingat saja ancaman bahwa jika berurusan dengan manusia, maka kita wajib minta maaf ke yang bersangkutan, jika tidak didunia maka akan dilakukan di akhirat. Amalan kita belum tahu seberapa yang diterima, jangan sampai habis dan malah menombok dengan amalan buruk orang yang kita dzalimi lewat lisan kita.

Maka hati-hatilah dengan lisan. 

Wallahu a'lam

0️⃣2️⃣ Dwie ~ Bondowoso
Maaf bunda Irna, profesi saya guru. Kembali sebelum pandemi kita masih mengajar tatap muka dengan siswa, terkadang sebenarnya kita ingin didik baik pada siswa. Karena saya orangnya agak keras meski hati ini kadang ingin yang terbaik untuk siswa terkadang lisan ini keluarnya seperti orang marah-marah, yang ada beberapa siswa sampai tidak berani pada saya. 

Namun sebenarnya niat saya baik, mungkin karena banyak kasus di sekolah selalu diserahkan pada saya oleh guru lain, sehingga saya harus keras pada beberapa siswa. Apa saya ini termasuk TIDAK bisa menjaga lisan njih bunda? 

🌸Jawab:
Seharusnya sebagai seorang pendidik, kita tahu yaa, adakalanya kita harus tegas, bukan keras, karena dengan keras tidak akan membuat sesuatu baik, bahkan akan ada yang tidak suka, bahkan dendam nantinya. Tapi yang diperlukan adalah ketegasan. Sehingga mereka paham, bahwa yang kita inginkan adalah kebaikkan untuk mereka. 

Apalagi niat yang baik semestinya dijalankan dengan cara yang baik dan ahsan. 

Sementara marah-marah bukanlah sesuatu yang ahsan, meski itu kepada anak-anak kita. 

Jadi sebaiknya caranya diubah. 

Wallahu a'lam

🔹Tapi biasanya setelah saya keras nada bicaranya, saya langsung minta maaf bunda.

🌸Semoga mereka memaafkan dengan ikhlas. Karena tersakiti oleh lisan itu tidak akan hilang begitu saja. 

🔹Aamiin, saya memang terus belajar untuk lebih sabar lagi bunda.

Saya ingin lepas dari Waka kesiswaan itu karena menghindari marah itu. Jadi mungkin dengan saya TIDAK menjabat saya bisa lebih sabar lagi menghadapi permasalahan siswa yang komplek. 

Apa yang harus saya lakukan untuk menebus semuanya bunda. Terus terang saya benar-benar ingin lebih baik lagi menjadi pendidik. 

🌸Mungkin bisa dengan merubah cara, lekukan pendekatan dari hati ke hati. Itu akan lebih mengena daripada berbicara dengan tampang sangar dan nada yang tidak mengenakkan. 

Meminta maaf kepada mereka yang pernah tersakiti. 

Urusan dengan manusia tidak bisa ditukar dengan meminta ampun kepada Alloh ﷻ.

🔹Waduh muridnya banyak bunda,saya juga TIDAK tahu siapa yang pernah tersakiti.

0️⃣3️⃣ iNdika ~ Semarang
1. Terkadang orang lebih suka mencaci maki daripada mencari tahu kebenaran, kita yang mendengar saja kadang sakit hati, apalagi yang dicaci. Apa yang harus kita lakukan buat menegur orang suka mencaci maki?

2. Ada orang yang bersumpah bahwa apa yang dikatakannya benar. Apabila yang terjadi sebaliknya, dia akan menerima hukuman. Nah, ternyata dia salah & tidak mau melaksanakan hukuman, dia mengganggap tidak terjadi apa-apa. Apakah dia tidak dihukum di dunia?

🌸Jawab:
1. Menegur dan menasihati seseorang harus dilakukan dengan ahsan, bukan ditempat yang ada orang lain di sana, dan jangan menjatuhkan harga dirinya.

2. Wallahu a'lam, jikapun dia tidak dihukum di dunia, hukuman di akhirat pasti menunggunya. Jadi tidak perlu risau, hukuman di akhirat lebih dahsyat daripada hukuman didunia. 

Wallahu a'lam

0️⃣4️⃣ Fadhila ~ Padang
Bu, jika kita sedang bergurau bersama rekan-rekan sejawat, lalu kita melontarkan kata-kata candaan dan itu membuat salah satu teman kita tersinggung. Tapi kita tidak bermaksud untuk menyinggung teman tersebut bu. Apakah itu berdosa bu?

Syukron bu

🌸Jawab:
Iyaa, meski itu bercanda, tapi membuat seseorang tersinggung, maka itu sebuah dosa, kita wajib meminta maaf kepada yang bersangkutan. Jangan sampai luka tersebut dia bawa sampai ke akhirat. 

Islam telah mengatur hidup ummatnya. Termasuk dalam bersosialisasi, kita dilarang bercanda berlebihan, bercanda yang menyakitkan, bercanda dengan kebohongan. 

Wallahu a'lam

0️⃣5️⃣ Evi ~ Jaksel
Assalamualaikum umi, 

1. Ketika marah kita yang biasanya sukar menjaga lisan (mengoceh) tiba-tiba saat kita tau ilmunya harus menjaga lisan lalu kita mencoba diam saat marah apakah dibolehkan umi daripada berkata-kata kotor misalnya?

2. Apa yang harus kita lakukan jika dihadapkan dgn orang-orang yang suka menggunjing tetangga padahal belum tentu kebenarannya bahkan ada yang berucap sudah tidak usah ikut campur kan bukan urusan kamu?

🌸Jawab:
Waalaikummussalam warahmatullah wabarakatuh

1. Diam merupakan tips paling ampuh untuk menahan amarah dengan begitu kita akan terhindar dari dosa-dosa besar. Selain itu jaga ucapan baik-baik jangan sampai ucapan yang dilontarkan kita nantinya akan menjerumuskan ke neraka. Sebagian ulama berkata bahwa diam merupakan hikmah akan tetapi masih sangat sedikit yang melakukan diam.

2. Menghindarlah dari orang-oragn tersebut, menjauh, menjaga diri. Kalau mampu menasihati, maka nasihatilah, jika tidak, maka berpalinglah dari mereka. 

Wallahu a'lam

0️⃣6️⃣ Phity ~ Yogja
Assalamu'alaykum bun...

Kalau kita membicarakan kondisi negara kita, pemerintahnya dan perilaku para pejabat. Karena berbagi informasi dan sekaligus meluapkan unek-uneg apakah itu juga membuat kita bangkrut besok di akhirat? 

Jazzakillah bun.

🌸Jawab:
Waalaikummussalam warahmatullah wabarakatuh

Jika membicarakannya  ada hikmah dibalik itu, ada wacana selepas itu, maka itu tidaklah menjadi  masalah. 

Dan Imam Nawawi pernah membahas ghibah yang dibolehkan. Salah satunya diperbolehkan menasihati penguasa yang tidak menjalankan kewajibannya dengan aturan. Entah karena pejabat tersebut berbuat zalim, lalai, atau tidak berkapasitas memegang amanah. Tujuan menyampaikan keburukan pejabat tersebut agar diganti oleh atasan yang bersangkutan.

Wallahu a'lam

0️⃣7️⃣ Sofie ~ Cinere
Ibu, bagaimana menyikapi orang yang gemar mencela makanan yang dimakan dan dimasak oleh orang lain, karena tidak sesuai dengan seleranya, membandingkan dengan yang biasa di makan.

Misal juga ketika makan di restoran A tidak cocok, tapi lanjut membicarakan ke orang lain, masakan restoran A tidak enak yang akhirnya didengarkan oleh orang lain. 

Apakah harus ditegur langsung? 

Jazakillah Khair ibu... 
Sehat-sehat selalu untuk ibu irna. 

🌸Jawab:
Jika ini merugikan dan mudharatnya untuk tempat usaha yang dibicarakan banyak, maka sebaiknya dibicarakan baik-baik Bund Sofie. 

Lebih baik diajak bicara dan diselesaikan agar tidak menjadi duri dalam daging. 

Wallahu a'lam

0️⃣8️⃣ Wulan ~ Karawang 
Jika kita pernah menyakiti seseorang dengan ucapan kita, dan akhirnya kita sadar lalu meminta maaf padanya, apakah bisa meringankan dosa lisan kita padanya?
Sedangkan kita tidak tahu apa dia sebenarnya sudah memaafkan kita atau belum didalam hati kecilnya?

🌸Jawab:
In syaa Allah jika kita menyesali perbuatan kita dengan sebenar-benar sesal dan meminta maaf kepada yang bersangkutan dengan tulus dan ikhlas benar-benar berharap maaf, in syaa Allah kewajiban kita sudah tertunaikan, apakah dia memaafkan atau tidak, itu urusan dia dengan Alloh ﷻ. Kita tidak akan dimintai lagi pertanggungjawaban diakhirat kelak, in syaa Allah. 

Wallahu a'lam

🌸🌸🌸🌟🌟🌟🌸🌸🌸
 💎CLoSSiNG STaTeMeNT💎

Saudariku yang dicintai Alloh ﷻ...

Hendaklah kita berpikir dulu sebelum berbicara. Siapa tahu karena lisan, kita akan dilempar ke neraka. 

Semoga kita dimudahkan oleh Alloh ﷻ untuk menjaga lisan ini dan mengarahkannya kepada hal-hal yang diridhoi oleh Alloh ﷻ. Aamiin Allahumma Aamiin. 

Mohon maaf atas segala salah dan kekurangan malam ini. 

Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Tidak ada komentar:

Posting Komentar