Sabtu, 30 Januari 2021

MEMULIAKAN AL QUR'AN






OLeH: Ustadz Abdillah N.R.

     🌀M a T e R i🌀

Alhamdulillah, kita panjatkan syukur kepada Alloh ﷻ yang telah memberikan kesehatan, luang, iman dan semangat dalam menuntut ilmu. 

Kemudian saya ucapkan terimakasih kepada Admin dan moderator yang sudah mengundang saya dan memberikan kesempatan kepada saya untuk berbagi sedikit ilmu dengan kawan-kawan sekalian.

بسم الله الرحمن الرحيم 
الحمد لله رب العالمين 
الرحمن الرحيم
ملك يوم الدين له ملك السموات ولأرضين، يحيي و يميت، وهو حي لا يموت له إختلاف الليل والنهار  وهو يتولي الصالحين، وأشهد ان لا إله إلا الله، وحده لا شريك له شهادة بها نحيا و بها نموت و عليها نبعث يوم الدين، و أشهد أن محمداً عبده و رسوله الناصح الأمين، و قائد الغر المحجلين، بلغ الرسالة وأدى الأمانة ونصح الأمة حتى أتاه اليقين
فصلوات ربي وسلامه عليه و على آلهالطيبين الطهرين و على أصحابه و التابعين و من تبعهم بإحسان إلى يوم الدين. 
أما بعد

💎PENGERTIAN AL-QUR'AN SECARA ETIMOLOGI DAN TERMINOLOGI

Al-Qur’ān adalah kitab suci agama Islam. Umat Islam percaya bahwa Al-Qur'an merupakan puncak dan penutup wahyu Alloh ﷻ yang diperuntukkan bagi manusia, dan bagian dari rukun iman, yang disampaikan kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, melalui perantaraan Malaikat Jibril. 

Dan sebagai wahyu pertama yang diterima oleh Rasulullah ﷺ adalah sebagaimana yang terdapat dalam surat Al-'Alaq ayat 1-5
Bahasa: Al-Qur’an berasal dari bahasa Arab yang berarti "bacaan" atau "sesuatu yang dibaca berulang-ulang." Kata Al-Qur’an adalah bentuk kata benda (masdar) dari kata kerja qara'a yang artinya membaca. 
ISTILAH : Dr. Subhi Al Salih mendefinisikan Al-Qur'an sebagai berikut: “Kalam Alloh ﷻ yang merupakan mukjizat yang diturunkan kepada Nabi Muhammad ﷺ dan ditulis di mushaf serta diriwayatkan dengan mutawatir, membacanya termasuk ibadah.”

Adapun Muhammad Ali ash-Shabuni mendefinisikan Al-Qur'an sebagai berikut: “Al-Qur'an adalah firman Alloh ﷻ yang tiada tandingannya, diturunkan kepada Nabi Muhammad ﷺ penutup para Nabi dan Rasul, dengan perantaraan Malaikat Jibril a.s. dan ditulis pada mushaf-mushaf yang kemudian disampaikan kepada kita secara mutawatir, serta membaca dan mempelajarinya merupakan ibadah, yang dimulai dengan surat Al-Fatihah dan ditutup dengan surat An-Nas."

🔸Beriman Pada Al-Qur’an

Al Quran bagi setiap muslim merupakan bagian dari enam rukun Iman yang wajib di imani. Artinya seseorang patut disebut sebagai muslim jika menerima ke-enam rukun Iman tersebut menjadi bagian yang di imani pada dirinya. Jika menolak salah satunya atau terdapat ketidaksempurnaan dalam mengimani seluruhnya atau sebagiannya maka tidak pantas disebut sebagai mukmin. 

Berkaitan dengan keimanan terhadap Al Quran, boleh jadi seseorang telah memberikan pengakuan dalam keimanan terhadapnya, tetapi pengakuan saja tidak cukup karena menuntut pembuktian kejujurannya. Maka Al Quran itu sendiri menjelaskan ukuran-ukuran standar kesempurnaan iman terhadapnya yang harus dilaksanakan oleh orang-orang yang mengaku beriman agar memang benar-benar membuktikan keimanannya. Hal ini dijelaskan pada QS. Al Baqarah: 121 sebagai berikut:

"Orang-orang yang Kami datangkan al-kitab kepadanya, mereka membacanya dengan sebenar-benar bacaan, merekalah yang beriman kepadanya dan barang siapa mengingkarinya maka mereka termasuk orang-orang merugi." (QS. Al Baqarah: 121).

Menurut ayat tersebut, bahwa mereka yang membaca kitab Alloh ﷻ, Al Quran dengan ‘haqqa tilawah’ yang menurut sebagian mufassir adalah maknanya membaca dengan sebenar-benar bacaan sebagaimana ketika ia diturunkannya (orisinalitas tertinggi) maka hal tersebut merupakan bukti keimanan kepada kitab tersebut. Jika tidak melakukannya maka termasuk mereka yang mengingkarinya dan menjadi orang-orang yang merugi dan binasa di akhirat nanti. Maka pemaknaan ayat tersebut mengindikasikan pentingnya setiap muslim untuk ‘tilawah Al Qur'an.

Adapun kata yang mengisyaratkan ‘membacanya’ pada ayat di atas yaitu ‘yatluunahu’ yang merupakan kata dasar dari ‘tilawah’ dalam bentuk jamak yang mengisyarakatkan perbuatan sedang, terus menerus atau berkesinambungan (rutin). Dengan demikian, tilawah Al Qur'an harus dilakukan secara terus menerus, rutin dan berkesinambungan sebagaimana diisyaratkan oleh Rasulullah ﷺ agar setiap muslim mampu mengkhatamkan bacaan Al Qur'an pada setiap bulannya.

🔸Makna Tilawah Al Qur'an

Merujuk pada penggunaan kata dasarnya, tilawah pada awalnya bermakna ‘mengikuti’ sebagaimana dalam QS. Asy-syams, Alloh ﷻ berfirman:
   
"Demi matahari dan cahayanya di pagi hari, dan bulan apabila mengiringi (mengikuti)nya." (QS. Assyams: 1-2)

Sinonim kata pada bahasa arab untuk makna tilawah adalah ‘tabi’a-yatba’u yang artinya sama yaitu mengikuti. Mengapa maknanya menjadi membaca? Makna tilawah menjadi membaca memiliki filosofi tersendiri. Jika kembali kepada arti asal katanya maka maksudnya adalah sebagai berikut:

1. Mengikuti setiap huruf-demi huruf dengan segala tuntutan kesempurnaannya sebagaimana yang dicontohkan oleh Rasulullah ﷺ, ini berarti membaca itu haruslah dengan benar sesuai dengan orisinalitas bacaan yang dicontohkan oleh Rasulullah ﷺ, dipraktikkan sahabatnya dan dipelihara oleh para pengikut sunnahnya yang setia.

2. Mengikuti apa yang dibaca baik perintah dan larangan serta instruksi-instruksi keimanan dengan pengamalan dalam kehidupan sehari-hari sehingga nilai-nilai petunjuk Al Qur'an menjadi aplikatif dalam kehidupan.

3. Pengamalan tidak akan dapat tercapai kalau instruksi Al Qur'an  tidak dipahami oleh karena itu bacaan petunjuk itu agar dapat aplikatif dalam kehidupan maka menuntut pemahaman.

Dengan demikian, makna tilawah contohnya (Tahsin), dipahami (Tafhim) dan diaplikasikan dalam kehidupan (Tathbiq). Tentunya aktivitas ini harus dilaksanakan secara rutin, berkala dan berkesinambungan.

🔹KEISTIMEWAAN AL-QUR’AN

1. Tidak sah shalat seseorang kecuali dengan membaca sebagian ayat Al-Qur’an (yaitu surat Al-Fatihah) berdasarkan sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam.

لاَ صَلاَةَ لِمَنْ لَمْ يَقْرَأْ بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ

"Tidak ada shalat bagi orang yang tidak membaca surat Al-Fatihah." (HR. Bukhari-Muslim)

◼️2. Al-Qur’an terpelihara dari tahrif (perubahan) dan tabdil (penggantian) sesuai dengan firman Allah Azza wa Jalla:

إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ

"Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al-Qur’an dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya." (QS. Al-Hijr: 9)

Adapun kitab-kitab samawi lainnya seperti Taurat dan Injil telah banyak dirubah oleh pemeluknya.

◼️3. Al-Qur’an terjaga dari pertentangan atau kontrakdiksi (apa yang ada di dalamnya) sesuai dengan firman Allah Subhanahu wa Ta'ala:

أَفَلاَ يَتَدَبَّرُونَ الْقُرْءَانَ وَلَوْ كَانَ مِنْ عِندِ غَيْرِ اللهِ لَوَجَدُوا فِيهِ اخْتِلاَفاً كَثِيرًا

"Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Quran? Kalau kiranya Al Quran itu bukan dari sisi Alloh ﷻ, tentulah mereka mendapatkan pertentangan yang banyak di dalamnya." (QS. An-Nisa’: 82)

◼️4. Al-Qur’an mudah untuk dihafal berdasarkan firman Alloh ﷻ:

وَلَقَدْ يَسَّرْنَا الْقُرْءَانَ لِلذِّكْرِ

"Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al-Qur'an untuk pelajaran." (QS. Al-Qamar: 32)

◼️5. Al-Qur’an merupakan mu’jizat dan tidak seorangpun mampu untuk mendatangkan yang semisalnya. Allah Subhanahu wa Ta'ala telah menantang orang Arab (kafir Quraisy) untuk mendatangkan semisalnya, maka mereka menyerah (tidak mampu). Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

أَمْ يَقُولُونَ افْتَرَاهُ قُلْ فَأْتُوا بِسُورَةٍ مِّثْلِهِ

"Atau (patutkah) mereka mengatakan: "Muhammad membuat-buatnya." Katakanlah: "(Kalau benar yang kamu katakan itu), maka cobalah datangkan sebuah surat seumpamanya... " (QS. Yunus: 38)

◼️6. Al-Qur’an mendatangkan ketenangan dan rahmat bagi siapa saja yang membacanya, berdasarkan sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam:

مَا اجْتَمَعَ قَوْمٌ فِي بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللَّهِ يَتْلُونَ كِتَابَ اللَّهِ وَيَتَدَارَسُونَهُ بَيْنَهُمْ إِلَّا نَزَلَتْ عَلَيْهِمُ السَّكِينَةُ وَغَشِيَتْهُمُ الرَّحْمَةُ وَحَفَّتْهُمُ الْمَلاَئِكَةُ وَذَكَرَهُمُ اللَّهُ فِيمَنْ عِنْدَهُ

"Tidaklah berkumpul suatu kaum dalam suatu majelis kecuali turun pada mereka ketenangan dan diliputi oleh rahmat dan dikerumuni oleh malaikat dan Alloh ﷻ akan menyebutkan mereka dihadapan para malaikatnya." (HR. Muslim)

◼️7. Al-Qur’an hanya untuk orang yang hidup bukan orang yang mati berdasarkan firman Alloh ﷻ:

لِّيُنذِرَ مَن كَانَ حَيًّا

"Supaya dia (Muhammad) memberi peringatan kepada orang-orang yang hidup (hatinya)." (QS. Yaasiin: 70)

Dan firman Alloh ﷻ:

وَأَن لَّيْسَ لِلإِنسَانِ إِلاَّ مَا سَعَى

"Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya." (QS. An-Najm: 39)

Imam Syafi’i mengeluarkan pendapat dari ayat ini bahwa pahala bacaan Al-Qur’an tidak akan sampai kepada orang-orang yang mati. Karena bacaan tersebut bukan amalan si mayit. Adapun bacaan seorang anak untuk kedua orang tuanya, maka pahalanya bisa sampai kepadanya, karena seorang anak merupakan hasil usaha orang tua.

◼️8. Al-Qur’an sebagai penawar (obat) hati dari penyakit syirik, nifak dan yang lainnya. Di dalam Al-Qur’an ada sebagian ayat-ayat dan surat-surat (yang berfungsi) untuk mengobati badan seperti surat al-Fatihah, an-Naas dan al-Falaq serta yang lainnya tersebut di dalam sunnah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman :

يَآأَيُّهَا النَّاسُ قَدْ جَآءَتْكُم مَّوْعِظَةٌ مِّن رَّبِّكُمْ وَشِفَآءٌ لِّمَا فِي الصُّدُورِ وَهُدًى وَرَحْمَةٌ لِّلْمُؤْمِنِينَ

"Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Rabbmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman." (QS. Yunus :57)

Begitu pula dalam firman-Nya:

وَنُنَزِّلُ مِنَ الْقُرْءَانِ مَا هُوَ شِفَآءٌ وَرَحْمَةٌ لِّلْمُؤْمِنِينَ

"Dan Kami turunkan dari Al-Qur'an suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman." (ِQS. Al-Israa’: 82)

◼️9. Al-Qur’an akan memintakan syafa’at (kepada Alloh ﷻ) bagi orang yang membacanya, berdasarkan sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam :

اقْرَءُوا الْقُرْآنَ فَإِنَّهُ يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ شَفِيعًا لِأَصْحَابِهِ 

"Bacalah Al-Qur’an, karena sesungguhnya ia akan datang di hari kiamat memohonkan syafa’at bagi orang yang membacanya (di dunia)." [HR. Muslim].

◼️10. Al-Qur’an sebagai hakim atas kitab-kitab sebelumnya, sebagaimana firman Allah Azza wa Jalla :

وَأَنزَلْنَآإِلَيْكَ الْكِتَابَ بِالْحَقِّ مُصَدِّقًا لِّمَا بَيْنَ يَدَيْهِ مِنَ الْكِتَابِ وَمُهَيْمِنًا عَلَيْهِ

"Dan Kami telah turunkan kepadamu Al-Quran dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu." (QS. Al-Maidah: 48)

Al-Hafidz Ibnu Katsir berkata sesudah menyebutkan beberapa pendapat tentang tafsir (مُهَيْمِنًا ): “Pendapat-pendapat ini mempunyai arti yang berdekatan (sama), karena istilah (مُهَيْمِنًا ) mencakup semuanya, yaitu sebagai penjaga, sebagai saksi, dan hakim terhadap kitab-kitab sebelumnya. Al-Qur’an adalah kitab yang paling mencakup dan sempurna, yang diturunkan sebagai penutup kitab-kitab sebelumnya, yang mencakup seluruh kebaikan (pada kitab-kitab) sebelumnya. Dan ditambah dengan kesempurnaan-kesempurnaan yang tidak (ada dalam kitab) yang lainnya. Oleh karena inilah Alloh ﷻ menjadikannya sebagai saksi kebenaran serta hakim untuk semua kitab sebelumnya, dan Alloh ﷻ menjamin untuk menjaganya." [Tafsir Ibnu Katsir juz 2 hal. 65]

◼️11. Berita Al-Qur’an pasti benar dan hukumnya adil. Allah Azza wa Jalla berfirman:

وتَمَّتْ كَلِمَةُ رَبِّكَ صِدْقًا وَعَدْلاً لاَ مُبَدِّلَ لِكَلِمَاتِهِ

"Telah sempurnalah kalimat Rabbmu (Al-Qur'an), sebagai kalimat yang benar dan adil. Tidak ada yang dapat merubah-rubah kalimat-kalimat-Nya." (QS. Al-An ‘aam: 115).

Qatadah rahimahullah berkata: “Setiap yang dikatakan Al-Qur’an adalah benar dan setiap apa yang dihukumi Al-Qur’an adalah adil, (yaitu) benar dalam pengkhabaran dan adil dalam perintahnya, maka setiap apa yang dikabarkan Al-Qur’an adalah benar yang tidak ada kebohongan dan keraguan di dalamnya, dan setiap yang diperintahkan Al-Qur’an adalah adil yang tidak ada keadilan sesudahnya, dan setiap apa yang dilarang Al-Qur’an adalah bathil, karena Al-Qur’an tidak melarang (suatu perbuatan) kecuali di dalamnya terdapat kerusakan." Sebagaimana firman Allah Azza wa Jalla :

يَأْمُرُهُم بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَاهُمْ عَنِ الْمُنكَرِ وَيُحِلُّ لَهُمُ الطَّيِّبَاتِ وَيُحَرِّمُ عَلَيْهِمُ الْخَبَائِثَ

"Dia menyuruh mereka mengerjakan yang ma’ruf dan melarang mereka dari mengerjakan yang mungkar dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk." (QS. Al-A’raaf: 157) [Lihat tafsir Ibnu Katsir jilid 2 hal. 167]

◼️12. Di dalam Al-Qur’an terdapat kisah-kisah yang nyata, dan tidak (bersifat) khayalan, maka kisah-kisah Nabi Musa bersama Fir’aun adalah merupakan kisah nyata. Firman Alloh ﷻ:

نَتْلُوا عَلَيْكَ مِن نَّبَإِ مُوسَى وَفِرْعَوْنَ بِالْحَقِّ

"Kami membacakan kepadamu sebagian dari kisah Musa dan Fir'aun dengan benar." (QS. Al-Qashash: 3)

Begitu pula kisah As-Haabul Kahfi merupakan kisah nyata. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

نَحْنُ نَقُصُّ عَلَيْكَ نَبَأَهُم بِالْحَقِّ

"Kami ceritakan kisah mereka kepadamu (Muhammad) dengan sebenarnya." (QS. Al-Kahfi: 13)

Dan semua apa yang dikisahkan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala dalam Al-Qur’an adalah haq (benar). Alloh ﷻ berfirman:

إِنَّ هَذَا لَهُوَ الْقَصَصُ الْحَقُّ

"Sesungguhnya ini adalah kisah yang benar." (QS. Ali-Imran: 62)

◼️13. Al-Qur’an mengumpulkan antara kebutuhan dunia dan akhirat. Alloh ﷻ berfirman:

وَابْتَغِ فِيمَآءَاتَاكَ اللهُ الدَّارَ اْلأَخِرَةَ ولاَتَنْسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا وَأَحْسِن كَمَآأَحْسَنَ اللهُ إِلَيْكَ

"Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Alloh ﷻ kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagian mu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Alloh ﷻ telah berbuat baik kepadamu." (QS. Al-Qashash: 77)

◼️14. Al-Qur’an memenuhi semua kebutuhan (hidup) manusia baik berupa aqidah, ibadah, hukum, mu’amalah, akhlaq, politik, ekonomi dan. permasalahan-permasalahan kehidupan lainnya, yang dibutuhkan oleh masyarakat. Alloh ﷻ berfirman:

مَّافَرَّطْنَا فِي الْكِتَابِ مِن شَىْءٍ

"Tiadalah Kami lupakan sesuatu apapun di dalam Al-Kitab." (QS. Al-An’aam: 38)

Dan firman Allah Subhanahu wa Ta'ala :

وَنَزَّلْنَا عَلَيْكَ الْكِتَابَ تِبْيَانًا لِّكُلِّ شَىْءٍ وَهُدًى وَرَحْمَةً وَبُشْرَى لِلْمُسْلِمِينَ

"Dan Kami turunkan kepadamu Al-Kitab (Al-Qur'an) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang berserah diri." (QS. An-Nahl: 89)

Al-Qurthubi berkata dalam menafsirkan firman Alloh ﷻ

 (مَّافَرَّطْنَا فِي الْكِتَابِ مِن شَىْءٍ ) 

Tiada lah Kami lupakan sesuatu apapun di dalam Al-Kitab (Al-An’aam: 38): “Yakni di dalam al-Lauh al-Mahfud. Karena sesungguhnya Alloh ﷻ sudah menetapkan apa yang akan terjadi, atau yang dimaksud yakni di dalam Al-Qur’an yaitu Kami tidak meninggalkan sesuatu pun dari perkara-perkara agama kecuali Kami menunjukkannya di dalam Al-Qur’an, baik penjelasan yang sudah gamblang atau global yang penjelasannya bisa didapatkan dari Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam , atau dengan ijma’ ataupun qias berdasarkan nash Al-Qur’an.” [Juz 6 hal. 420].

Kemudian Al-Quthubi juga berkata: “Maka benarlah berita Alloh ﷻ, bahwa Dia tidak meninggalkan perkara sedikitpun dalam Al-Qur’an baik secara rinci ataupun berupa kaidah."

Ath-Thabari berkata dalam menafsirkan ayat

 (وَنَزَّلْنَا عَلَيْكَ الْكِتَابَ تِبْيَانًا لِّكُلِّ شَىْءٍ) 

“Dan Kami turunkan kepadamu Al-Kitab (Al-Qur'an) untuk menjelaskan segala sesuatu." (QS. An-Nahl: 89): “Al-Qur’an ini telah turun kepadamu wahai Muhammad sebagai penjelasan apa yang dibutuhkan manusia, seperti mengetahui halal dan haram dan pahala dan siksa. Dan sebagai petunjuk dari kesesatan dan rahmat bagi yang membenarkannya dan mengamalkan apa yang ada di dalamnya, berupa hukum Alloh ﷻ, perintah-Nya dan larangan-Nya, menghalalkan yang halal mengharamkan yang haram. …Dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri …… beliau berkata: “dan sebagai gambar gembira bagi siapa saja yang ta’at kepada Alloh ﷻ dan tunduk kepada-Nya dengan bertauhid dan patuh dengan keta’atan, maka Alloh ﷻ akan berikan kabar gembira kepadanya berupa besarnya pahala di akhirat dan keutamaan yang besar." [Juz 14 hal. 161].

◼️15. Al-Qur’an mempunyai pengaruh yang kuat terhadap jiwa manusia dan jin. 

Adapun (pengaruh yang kuat terhadap) manusia maka banyak kaum musyrikin pada permulaan Islam yang terpengaruh dengan Al-Qur’an dan merekapun masuk Islam. Sedangkan di zaman sekarang, saya pernah bertemu dengan pemuda Nasrani yang telah masuk Islam dan dia menyebutkan kepadaku bahwa dia terpengaruh dengan Al-Qur’an ketika ia mendengarkan dari kaset. Adapun (pengaruh yang kuat terhadap) jin, maka sekelompok jin telah berkata:

قُلْ أُوحِىَ إِلَىَّ أَنَّهُ اسْتَمَعَ نَفَرٌ مِّنَ الْجِنِّ فَقَالُوا إِنَّا سَمِعْنَا قُرْءَانًا عَجَبًا {1} يَهْدِي إِلَى الرُّشْدِ فَئَامَنَّا بِهِ وَلَن نُّشْرِكَ بِرَبِّنَآ أَحَدًا

"Katakanlah (hai Muhammad): "Telah diwahyukan kepadaku bahwasanya: sekumpulan jin telah mendengarkan (Al-Qur'an), lalu mereka berkata: Sesungguhnya kami telah mendengarkan Al-Qur'an yang menakjubkan (yang) memberi petunjuk kepada jalan yang benar, lalu kami beriman kepadanya. Dan kami sekali-kali tidak akan mempersekutukan seseorang pun dengan Rabb kami." (QS. Al-Jin : 1-2)

Adapun orang-orang musyrik, banyak diantara mereka yang terpengaruh dengan Al-Qur’an ketika mendengarnya. Sehingga Walid bin Mughirah berkata: “Demi Allah, ini bukanlah syair dan bukan sihir serta bukan pula igauan orang gila, dan sesungguhnya ia adalah Kalamullah yang memiliki kemanisan dan keindahan. Dan sesungguhnya ia (Al-Qur’an) sangat tinggi (agung) dan tidak yang melebihinya." [Lihat Ibnu Katsir juz 4 hal 443].

◼️16. Orang yang belajar Al-Qur’an dan mengajarkan adalah orang yang paling baik. Berdasarkan sabda Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam :

خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ 

"Sebaik-baik kalian adalah orang yang belajar Al-Qur’an dan mengajarkannya." (HR. Bukhari)

◼️17. Orang yang mahir dengan Al-Qur’an bersama malaikat yang mulia.

الْمَاهِرُ بِالْقُرْآنِ مَعَ السَّفَرَةِ الْكِرَامِ الْبَرَرَةِ وَالَّذِي يَقْرَأُ الْقُرْآنَ وَيَتَتَعْتَعُ فِيهِ وَهُوَ عَلَيْهِ شَاقٌّ لَهُ أَجْرَانِ 

"Orang yang mahir dengan Al-Qur’an bersama malaikat yang mulia, sedang orang yang membaca Al-Qur’an dengan tertatih-tatih dan ia bersemangat (bersungguh-sungguh maka baginya dua pahala." (HR. Bukhari-Muslim) 

Arti As-Safarah = para malaikat.

◼️18. Alloh ﷻ menjadikan Al-Qur’an sebagai pemberi petunjuk dan pemberi kabar gembira. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

إِنَّ هَذَا الْقُرْءَانَ يَهْدِي لِلَّتِي هِيَ أَقْوَمُ وَيُبَشِّرُ الْمُؤْمِنِينَ الَّذِينَ يَعْمَلُونَ الصَّالِحَاتِ أَنَّ لَهُمْ أَجْرًا كَبِيرًا

"Sesungguhnya Al-Qur'an ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi kabar gembira kepada orang-orang Mu'min yang mengerjakan amal shaleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar." (QS. Al-Isra: 9)

◼️19. Al-Qur’an menenangkan hati dan memantapkan keyakinan. Orang-orang yang beriman mengetahui bahwa Al-Qur’an adalah tanda (mukjizat) yang paling besar yang menenangkan hati mereka dengan keyakinan yang mantap. Alloh ﷻ berfirman:

الَّذِينَ ءَامَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُم بِذِكْرِ اللهِ أَلاَ بِذِكْرِ اللهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ

"(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka tenteram dengan mengingat Alloh ﷻ. Ingatlah, hanya dengan mengingati Alloh ﷻ hati menjadi tenteram." (QS. Ar-Rad: 28)

Maka apabila seorang mukmin ditimpa kesedihan, gundah gulana, atau penyakit, maka hendaklah ia mendengarkan Al-Qur’an dari seorang Qari’ yang bagus suaranya, seperti al-Mansyawi dan yang lainnya. Karena Rasulullah Shalalllahu 'alaihi wa sallam bersabda:

حَسِّنُوْا الْقُرْآنَ بِأَصْوَاتِكُمْ فَإِنَّ الصَّوْتَ الْحَسَنَ يَزِيْدُ الْقُرْآنَ حَسَنًا

"Baguskan (bacaan) Al-Qur’an dengan suaramu maka sesungguhnya suara yang bagus akan menambah keindahan suara Al-Qur’an." (Hadits Shahih, lihat Shahihul Jami’ karya Al-Albani rahimahullah)

◼️20. Kebanyakan surat-surat dalam Al-Qur’an mengajak kepada tauhid, terutama tauhid uluhiyah dalam beribadah, berdo’a, minta pertolongan. 

Maka pertama kali dalam Al-Qur’an yaitu surat Al-Fatihah, engkau dapati firman Alloh ﷻ:
 
(إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ) 

“Kami tidak menyembah kecuali kepada-Mu dan kami tidak minta pertolongan kecuali kepada-Mu.” Dan di akhir dari al-Qur’an yaitu surat al-Ikhlas, al-Falaq, an-Naas, engkau jumpai tauhid nampak sekali 
dalam firman-Nya: 

(قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ).

"Katakanlah, "Dialah Allah, Yang Maha Esa." (QS. Al-Ikhlash: 1), dan:

(قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ) 

"Katakanlah "Aku berlindung kepada Rabb Yang Menguasai subuh." (QS. Al-Falaq: 1) dan:

قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ النَّاسِ

"Katakanlah, "Aku berlindung kepada Rabb manusia." (QS. An-Naas:1)

Dan masih banyak ayat tauhid di dalam surat-surat Al-Qur’an yang lain. Di dalam surat Jin engkau baca firman Allah Azza wa Jalla :

قُلْ إِنَّمَآ أَدْعُوا رَبِّي وَلآ أُشْرِكُ بِهِ أَحَدًا
"Katakanlah: "Sesungguhnya aku hanya menyembah Rabbmu dan aku tidak mempersekutukan sesuatu pun dengan-Nya." (QS. Al-Jin: 20)

Juga di dalam surat yang sama Alloh ﷻ berfirman:

وَأَنَّ الْمَسَاجِدَ لِلَّهِ فَلاَ تَدْعُوا مَعَ اللهِ أَحَدًا

"Dan sesungguhnya masjid-masjid itu adalah kepunyaan Alloh ﷻ. Maka janganlah kamu menyembah seseorang pun di dalamnya di samping (menyembah) Alloh ﷻ." (QS. Al-Jin: 18)

◼️21. Al-Qur’an merupakan sumber syari’at Islam yang pertama yang Alloh ﷻ turunkan kepada Nabi kita Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam untuk mengeluarkan manusia dari kegelapan kufur, syirik dan kebodohan menuju cahaya keimanan, tauhid dan ilmu. Alloh ﷻ berfirman:

كِتَابٌ أَنزَلْنَاهُ إِلَيْكَ لِتُخْرِجَ النَّاسَ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ بِإِذْنِ رَبِّهِمْ إِلَى صِرَاطِ الْعَزِيزِ الْحَمِيدِ

"Alif, laam raa. (Ini adalah) Kitab yang Kami turunkan kepadamu supaya kamu mengeluarkan manusia dari gelap gulita kepada cahaya terang benderang dengan izin Rabb mereka, (yaitu) menuju jalan Rabb Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji." (QS. Ibrahim: 14)

◼️22. Al-Qur’an memberitakan perkara-perkara ghaib yang akan terjadi, tidak bisa diketahui kecuali dengan wahyu. Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta'ala :

سَيُهْزَمُ الْجَمْعُ وَيُوَلُّونَ الدُّبُرَ

"Golongan itu (yakni kafirin Quraisy) pasti akan dikalahkan dan mereka akan mundur ke belakang." (QS. Al-Qamar: 45)

Dan sungguh orang-orang musyrik telah kalah dalam perang Badar, mereka lari dari medan peperangan. Al-Qur’an (juga) banyak memberitakan tentang perkara-perkara yang ghaib, kemudian terjadi setelah itu.

Barang siapa hendak memuliakan Al Qur'an, maka muliakan lah ia dengan cara berinteraksi dengannya.

🔹ENAM CARA BAGAIMANA KITA BERINTERAKSI DENGAN AL-QUR'AN

1) At-Tadabbur (Mentadabburi al-Quran). Sebagaimana firman Alloh ﷻ:

أَفَلَا يَتَدَبَّرُونَ الْقُرْآنَ أَمْ عَلَىٰ قُلُوبٍ أَقْفَالُهَا ﴿٢٤﴾

“Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Quran ataukah hati mereka terkunci?” (QS. Muhammad: 24)

Al-Quran bukanlah buku bacaan yang hanya dibaca tanpa adanya pentadabburan atau perenungan dari orang yang membacanya. Namun inilah yang terjadi dimasyarakat kita sekarang, mereka hanya membaca Al-Quran dengan mulutnya saja tanpa direnungkan dalam hatinya apa makna dan hikmah dalam ayat atau surat yang mereka baca. Oleh karena itu kebanyakan masyarakat sekarang masih tidak mampu dalam mengendalikan dirinya khususnya dalam akhlak mereka, karena Al-Quran bagi mereka hanyalah seperti angin lewat yang tidak ada dampak, bekas atau fungsi apapun yang dapat merubah dan memajukan diri orang yang membaca kalam Alloh ﷻ itu.
Rumah yang terkunci, lemari yang terkunci, jendela yang terkunci atau segala sesuatu yang terkunci, apakah kita bisa masuk atau memasukkan sesuatu kedalamnya dalam keadaaan terkunci seperti itu?, Tentu jawabannya tidak. Begitupun dengan hati yang terkunci yang meskipun dibacakan kepadanya ayat-ayat Al-Quran atau hadis-hadis Nabi, tapi karena hatinya telah terkunci, maka ayat-ayat dan hadis Nabi yang disampaikan kepadanya tidak akan berpengaruh terhadap perubahan kehidupannya. Sama halnya dengan mereka yang membaca Al-Quran hanya menggunakan lisannya saja tanpa menggunakan hatinya untuk mentadabburi ayat-ayat yang dibacanya.

2) At-tadzakkur (mengingat atau mempelajarinya), sebagaimana firman Alloh ﷻ:

وَلَقَدْ يَسَّرْنَا الْقُرْآنَ لِلذِّكْرِ فَهَلْ مِن مُّدَّكِر  ﴿١٧﴾

“Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al-Quran untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran?” (QS. Al-Qamar: 17)

Al-Quran adalah kitab yang jelas kebenarannya dan mudah dimengerti (masuk akal) dalam kisah-kisah atau pelajaran-pelajaran yang terdapat didalamnya. Maka semua pelajaran atau kisah-kisah yang ada dalam Al-Quran merupakan pengajaran Alloh ﷻ kepada umat manusia agar dapat terlepas dari kesesatan-kesesatan atau ketidak mengertian hidup di dunia yang fana ini menuju hidayah dan cahaya Alloh ﷻ.
Dalam membaca Al-Quran tidak boleh kosong dari pelajaran, akan tetapi dalam membaca Al-Quran tentu kita harus dibarengi dengan mempelajarinya. 
Para sahabat pada zaman Nabi ﷺ tidak pernah membaca Al-Quran kecuali mereka membaca untuk mempelajarinya, bahkan dalam sirah nya Nabi ﷺ mengajarkan Al-Quran kepada para sahabatnya tidak banyak-banyak tapi hanya sepuluh ayat-sepuluh ayat hingga para sahabat mempelajari dan memahami makna yang terkandung dalam ayat itu, barulah Nabi mengajarkan sepuluh ayat berikutnya dan harus kita ketahui bahwa dalam pengajarannya tersebut Rasulullah ﷺ tidak mewajibkan untuk menghafalnya, akan tetapi beliau hanya fokus dalam mengajarkan makna dan hikmah yang ada dalam ayat tersebut.

3) Al-isti’adzah qobla al-qira’ah (membaca ta’awwudz sebelum membaca Al-Quran), sebagaimana firman Alloh ﷻ:

 فَإِذَا قَرَأْتَ الْقُرْآنَ فَاسْتَعِذْ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ ﴿٩٨﴾

“Apabila kamu membaca Al Qur'an hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Alloh ﷻ dari syaitan yang terkutuk.” (QS. An-Nahl: 98)

Merupakan dari ciri karakter setan adalah mereka senantiasa berusaha dalam memalingkan dan menghalang-halangi kita dari amalan-amalan shaleh yang akan mendekatkan kita kepada Alloh ﷻ sebagimana yang telah diakui oleh setan itu sendiri yang diabadikan oleh Alloh ﷻ:

قَالَ فَبِمَا أَغْوَيْتَنِي لَأَقْعُدَنَّ لَهُمْ صِرَاطَكَ الْمُسْتَقِيمَ ﴿١٦﴾

“Iblis menjawab: "Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus.” (QS. Al-A’raf: 16)

Dari ayat di atas maka jelaslah bawa setan telah mengatakan sendiri bahwa ia akan selalu menghalang-halangi manusia dari perbuatan baik termasuk didalamnya adalah ketika seseorang  mempelajari Al-Quran. Oleh karena itu Alloh ﷻ memerintahkan kepada kita agar mengucapkan ta’awwudz sebelum membaca dan mempelajari Al-Quran sebagai tameng bagi diri kita dari gangguan setan yang terkutuk.

4) Al-istimaa wa al-inshath (mendengarkan dan berdiam ketika dibacakan Al-Quran), sebagaimana firman Alloh ﷻ:

وَإِذَا قُرِئَ الْقُرْآنُ فَاسْتَمِعُوا لَهُ وَأَنصِتُوا لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ ﴿٢٠٤﴾

“Dan apabila dibacakan Al Quran, maka dengarkanlah baik-baik, dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat.” (QS. Al-‘Araf: 204)

Dalam mendapatkan hidayah atau petunjuk seseorang tidak hanya karena ia sering membaca Al-Quran saja, akan tetapi mungkin dan banyak terjadi seseorang yang mendapatkan hidayah justru karena ia mendengarkan ayat-ayat Alloh ﷻ dari mulut orang lain, Sebagai contoh adalah Umar bin Khattab yang mana ia adalah seorang yang keras dan sangat membenci Rasulullah ﷺ, namun ketika ia mendengarkan Al-Quran dari adiknya sendiri ia mengurungkan niatnya untuk membunuh Rasulullah ﷺ bahkan akhirnya ia menyatakan keIslamannya kepada Rasulullah ﷺ.

Maka itulah salah satu hikmah yang sangat berharga ketika kita mendengar Al-Quran lantas kita mendengarkannya dengan khidmat dan penuh perhatian. Jangan sampai kita berlaku sebaliknya, ketika ada seseorang yang membaca Al-Quran kita malah mengganggu orang tersebut dengan menyetel lagu-lagu yang bervolume sangat keras ataupun dengan gangguan-gangguan lain. Maka sungguh perbuatan tersebut adalah perbuatan yang sangat tercela dihadapan Alloh ﷻ atau dihadapan manusia.

5) I’timadu at-tartil (memprioritaskan  pembacaannya dengan tartil), sebagaimana firman Alloh ﷻ:

وَرَتِّلِ الْقُرْآنَ تَرْتِيلًا ﴿٤﴾

“Dan bacalah Al Quran itu dengan perlahan-lahan.” (QS. Al-muzammil: 4)

Membaca dengan tartil, artinya dalam membaca Al-Quran tidak seharusnya kita tergesa-gesa sehingga dapat merusak bacaan kita dari kaidah-kaidah tajwid makhorijul huruf dan panjang pendeknya yang mana kita ketahui bahwa Al-Quran adalah berbahasa arab yang apabila dalam membacanya ada satu huruf saja yang tidak terbaca atau makhorijul hurufnya salah, maka kemungkinan besar maknanya akan berbeda dengan yang diharapkan oleh sang pemilik Al-Quran tersebut yaitu Alloh ﷻ.

Membaca Al-Quran dengan tartil juga dapat menolong kita dalam memahami Al-Quran secara jeli dan teliti sehingga tiap kalimat yang kita baca akan meresap dan membekas dalam hati dan jiwa kita. Dengan pembacaan yang tartil, kita juga dapat terhindar dari ketertinggalan makna kalimat dari ayat yang kita baca yang dapat menjadikan kita kurang paham terhadap ayat tersebut, namun hal tersebut tidak akan terjadi jika dalam membacanya kita memikirkan kata-perkata atau kalimat per kalimat secara tartil.
Dan sabda Rasulullah ﷺ
:
حَدَّثنا سلمة بن شَبِيب ، حَدَّثنا عَبد الرزاق ، حَدَّثنا عَبد الله بن المحرر ، عَن قَتادة ، عَن أَنَسٍ ، قال : قال رَسُول اللهِ صلى الله عليه وسلم : لكل شيء حلية وحلية القرآن الصوت الحسن

“Telah menceritakan kepada kami Salmah bin Syabib, telah menceritakan kepada kami Abdu a-Razzaq, telah menceritakan kepada kami abdullah bin al-Muharrar dari Qotadah, dari Anas, ia berkata (bahwa) Rasulullah ﷺ pernah bersabda: ‘setiap sesuatu itu memiliki warna dan warnanya Al-Quran adalah (pembacaannya dengan) suara yang bagus.”

6) Ar-ruju ila ahli adz-dzikri (kembali kepada ahli ilmu), sebagaimana firman Alloh ﷻ:

فَاسْأَلُوا أَهْلَ الذِّكْرِ إِن كُنتُمْ لَا تَعْلَمُونَ ﴿٤٣﴾

“Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui.” (QS. An-nahl: 43)

Yang dimaksud dengan ahli ilmu di sini adalah mereka yang memahami ilmu-ilmu tentang Al-Quran dengan segala seluk beluknya, yang mana kita diperintahkan untuk mengembalikan atau bertanya kepada mereka tentang makna-makna atau dalil-dalil dari ayat-ayat Al-Quran yang belum kita pahami. Jadi jangan sampai kita menafsirkan Al-Quran dengan ilmu kita yang terbatas, sehingga tidak memperhatikan prinsip-prinsip dalam menafsirkan sebuah ayat Al-Quran.

Dan firman Alloh ﷻ:

وَمَا يَعْلَمُ تَأْوِيلَهُ إِلَّا اللَّهُ ۗ وَالرَّاسِخُونَ فِي الْعِلْمِ ﴿٧﴾

“Tidak ada yang mengetahui ta'wilnya melainkan Alloh ﷻ. Dan orang-orang yang mendalam ilmunya…” (QS. Ali Imran: 7)

Ayat ini juga merupakan penegasan bagi kita agar kita senantiasa bertanya kepada yang mendalami ilmu tentang Al-Quran  ketika kita mendapatkan ayat Al-Quran yang tidak kita pahami makna dan tujuan yang terkandung didalamnya sehingga kita tidak keliru dalam memahami ayat tersebut.
Para ulama berbeda berpendapat dalam memahami siapakah yang dimaksud dengan ar-Rasihuna fi al-ilmi dalam ayat tersebut, namun pendapat yang lebih dekat adalah mereka yang merupakan golongan para sahabat dan keluarga Rasulullah ﷺ (ahlul bait) yang mana mereka mengambil ayat-ayat tersebut murni langsung dari Nabi ﷺ. Namun dari sana kita bisa mengambil faidah, dikarenakan kita tidak menemukan mereka lagi dalam artian kita sudah berbeda zaman dengan masa Nabi, maka tentu kita harus bertanya kepada orang yang lebih mengetahui dibandingkan kita, yaitu kepada mereka yang selalu mendalami ilmu-ilmu Al-Quran.

Inilah 6 cara bagi kita memuliakan Al Qur'an. 
Ya'ni membacanya, tadabbur, tadzkkur, isti'adzah qoblal qiro'ah, al istimaa wal inshath, i'timadut tartil, ar ruju ila ahli dzikri, al amalu bihi (beramal dengannya), wa da'watu ilahi (dan berdakwah berdasarkan ia atau mengajarkannya). 

Wallohu a'lam. 

🌸🌸🌸🌟🌟🌟🌸🌸🌸
        🌀TaNYa JaWaB🌀

0⃣1⃣ Anjar ~ Sidoarjo
Saya punya 2 Al Qur'an. Satu disimpan terus tanpa dibaca, jadi masih bagus seperti baru.
Satunya lagi sampai di lem, di isolatif, karena sering dibaca, banyak rusaknya.

Pertanyaan saya, apa cara ini benar dalam memuliakan Al Qur'an?

🌀Jawab:
Sebaiknya Al Qur'an yang tidak dipakai diwakafkan saja, Ukhti. Maka pahala melimpah akan anti dapatkan. 

Alhamdulillah ini merupakan salah satu diantara bentuk memuliakan Al Qur'an, yakni membacanya. 

Untuk lengkapnya cara memuliakan Al Qur'an, silahkan dibaca dan difahami kembali terkait 6 cara berinteraksi dengan Al Qur'an yang sudah saya post-kan. 

Baarokallohu fiik.

0⃣2⃣ Phity ~ Jogja
Assalamu'alaykum, Ustadz

1. Tadi dikatakan, kalau tidak sah shalat seseorang jika tidak dibacakan Al Fatihah.

Nah, bagaimana kalau pas sholatnya tidak khusyuk. Ragu-ragu sudah membaca Al Fatihah atau belum setelah iftitah, nah pada saat membaca surat pendek ragu-ragu sudah baca Al Fatihah atau belum ya.

Apakah sah, jika membaca Al Fatihah setelah surat pendek? Atau baiknya mengulangi lagi sholat tersebut?

2. Kalau kita sedang haid, apakah boleh belajar menulis Al Qur'an dan hafalan? Atau hanya boleh murojaah saja, Tadz?

Jazzakallah, Tadz.

🌀Jawab:
Waalaikummussalam warahmatullah wabarakatuh

1. Hendaknya bagi kita yang akan sholat untuk isti'adzah terlebih dahulu. Kemudian hadirkan hati dan pikirkan fokuskan pada sholat kita atau pada hari hisab nanti. 

Kemudian hendaknya pada saat sholat diiringi dengan tadabbur agar kita terhindar dari godaan setan. 

Dan terkait hal seperti di atas maka hendaknya dia mengulang sholatnya. Dan jauhkan segala sesuatu yang bisa menggangu kekhusyu'an sholat. 

Wallohu a'lam. 

2. Boleh. 
Ulama berbeda pendapat. Dan saya lebih memilih pendapat yang membolehkannya. In syaa Alloh lebih kuat juga dari segi pendalilannya. 

Wallohu a'lam.

0⃣3⃣ Han ~ Gresik
Assalamu'alaikum

1. Ustadz, bagaimana menumbuhkan kecintaan atau mencintai Al Qur'an di saat usia sudah mendekati senja? 

2. Mengapa Ustadz ayat-ayat dalam Al Qur'an sering sama dan berulang?

🌀Jawab:
Waalaikummussalam warahmatullah wabarakatuh

1. Untuk mencintai Al Qur'an tidak ditentukan oleh usia, muda ataupun tua. 

Siapapun bisa mencintainya. Untuk dapat mencintai Al Qur'an maka hendaknya kita sering berinteraksi dengan al Qur'an. Agar semakin dekat dan semakin mengenalnya, dan memohon kepada Alloh ﷻ agar diberikan kecintaan terhadap Al Qur'an. 

Silahkan ibu perbanyak waktu untuk membaca Al Qur'an, baca arti tiap ayat yang dibaca dan tadabbur meskipun sehari 1 ayat yang di tadabburi. Serta bertemanlah dengan orang-orang sholeh atau sholehah yang sering berinteraksi dengan Al Qur'an. 

In syaa Alloh, Alloh ﷻ mudahkan untuk mencintai Al Qur'an dan Islam. 

2. Itu menunjukkan betapa pentingnya ayat itu, dan mengingatkan kita yang sering lalai.

Wallohu a'lam.

0⃣4⃣ Tetty ~ Malang
Jika membaca Al-Qur'an melalui HP bagaimana, Ustadz....?

🌀Jawab:
Boleh, bu. 

Cuma biasanya kurang khusyu'. Sebab pada saat asyik baca Al Qur'an, tidak lama berdenting WA, SMS, telpon atau pemberitahuan lainnya. 

Jadi sebaiknya tetap menggunakan mushaf. 

Wallohu a'lam.

0⃣5⃣ Mila ~ Tegal
Materinya luar biasa ustadz. Banyak mengingatkan diri Mila pribadi. 

Perihal membaca Al-Quran degan tartil.
Kalau kita sedang belajar dengan guru, Mila diingatkan kaidah tajwidnya. Sedang kalau sedang tilawah sendiri sukanya terburu-buru penginnya cepat selesai. Adakah tips agar konsisten membaca dengan tartil?

🌀Jawab: 
Selalu ingat pesan guru ngajinya. Jangan terburu-buru dan ikuti kaidah tajwid. 

Sebab tajwid itu penting, Ukhti. Tetap sabar. Semoga Alloh ﷻ mudahkan.

Wallahu a'lam

🌸🌸🌸🌟🌟🌟🌸🌸🌸
 🌀CLoSSiNG STaTeMeNT🌀

Bismillah... 
Sebagai kata penutup, maka dekatkanlah diri kita dengan Al Qur'an, sebab ia akan datang pada hari kiamat memberikan syafa'at kepada orang-orang yang senantiasa dekat atau berinteraksi dengannya.

Jangan tinggalkan Al Qur'an, supaya Al Qur'an tidak meninggalkan kita pada hari kiamat kelak. 

Jadilah ahlul Qur'an agar Alloh ﷻ mencintai kita, dan surga merindukan kita. Ingatlah surga senantiasa menghiasi dirinya setiap hari guna menyambut orang-orang yang memuliakan dan berpegang teguh pada Al Qur'an. 

Ikhwati fillah rohimani wa rohimakulloh. Seberat apapun dan sesulit apapun tetaplah luangkan waktu untuk bermesraan dengan Al Qur'an. Maka dengannya Alloh ﷻ tumbuh kembangkan iman kita. 

Wallohu a'lam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar