Rabu, 30 Desember 2020

PENDIDIKAN ANAK & PERAN ORANG TUA DI MASA PANDEMI

 


OLeH  : Bunda Farida Nur Aini, S.Sos

 💎M a T e R i💎

🌸PENDIDIKAN ANAK & PERAN ORANG TUA DI MASA PANDEMI

Assalamualaikum bunda... 

Alhamdulillah segala puji syukur hanya kepada Alloh ﷻ yang telah memberikan kenikmatan kepada kita semuanya shalawat dan salam semoga selalu terlimpah kepada Rasulullah Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam.

Alhamdulillah kita bertemu lagi dalam momen yang luar biasa, masih dalam susana pandemi. Mari kita terus bersyukur karena barang siapa bersyukur Alloh ﷻ akan menambah nikmatnya. Shalawat dan salam semoga selalu perintah pada Rasulullah Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam. 

Semoga bunda dan keluarga dalam kondisi sehat walafiat, sehat ceria dalam lindungan Alloh ﷻ. Aamiin.

Kondisi yang tidak pernah kita duga selama ini mengharuskan kita untuk berubah secara cepat.

Pendidikan yang semula kita berikan, amanah kepada guru-guru di sekolah ternyata dikembalikan lagi kepada kita. Maka Justru pada saat seperti ini kita harus bisa membuktikan bahwa kita adalah guru terbaik bagi anak-anak kita.

Apa saja yang perlu kita persiapkan agar menjadi guru terbaik bagi anak kita?

◼️1. Kuatkan Posisi Diri

Saat kita mempunyai peran ganda harus bekerja dan dari rumah sekaligus menjadi guru bagi anak-anak adalah pekerjaan yang luar biasa maka sebelum menangani anak-anak kita harus membereskan dulu diri kita.

Berikut beberapa tips yang bisa kita lakukan: 

a) Susun Jadwal Bersama Keluarga.

Kapan anda work from home, kapan membersamai anak. Ada yang bisa bekerja efektif di pagi hari, tapi ada juga yang bisa bekerja jika anak-anak sudah tidur.  Walaupun pada kenyataannya ini akan tergabung, setidaknya kita punya patokan waktu untuk membuat skala prioritas. Kalau karyawan Apple, saat work from home karyawan harus menutup pintu, jendela dan tidak boleh bicara dengan pasangan. Apalagi sama anaknya. Wow, benar-benar work from home ya.

b) Tentukan Area Kerja Di Rumah.

Terutama jika kita mempunyai dokumen-dokumen penting maka melokalisir area kerja di rumah sangat penting, agar kita bisa menjaga kebutuhan yang bekerja kita, sekaligus anak-anak bisa mengerti bahwa daerah itu bukan termasuk wilayah bermain mereka.

◼️2. Kuatkan Vibrasi Diri

"Mama...bosann...! Kapan boleh sekolah...Aahh..!

"Mama.. Ayo main.. Kapan boleh main lagi? Aku capek nugas di rumah terus"

Itu vibrasi bun.

Getaran rasa jenuh dan bosan yang ditularkan dari anak kepada orang-orang yang ada disekitarnya. Apakah bunda terpengaruh menjadi ikutan bosan atau emosi?

Kalau iya, berarti bunda yang terpengaruh oleh anak. 

Wah, kalah dong. 

Iya, kalah sama anak. 

Nah, seharusnya tidak seperti itu kan? Justru kitalah yang harus mempengaruhi anak sehingga mendapatkan suasana yang lebih baik. 

Sehingga sebagai orang tua, ketika menjalani masa-masa istimewa seperti ini, kesehatan mental kita harus prima, terutama kesehatan mental ibunya orang yang berada di garda terdepan dalam pendidikan anak.

Kondisi saat ini menuntut kita untuk mempunyai stamina mental yang kuat, selain stamina tubuh yang harus prima. 

Kita cek dulu, apa ciri orang yang mentalnya tidak sehat?

a) Suasana hati yang berubah-ubah cepat.

b) Perasaan sedih yang berlangsung lama. 

c) Perasaan cemas dan takut yang berlebihan.

d) Gangguan makan.

e) Perubahan pada pola tidur.

f) Menjadi tokoh pengganggu. Komplain sana-sini. Protes kesana-kemari. Sibuk mencari kesalahan orang lain.

g) Marah berlebihan sampai mengamuk.

h) Perilaku yang tidak wajar, seperti teriak-teriak tidak jelas, berbicara dan tertawa sendiri. 

Semoga tidak ada diantara kita yang demikian ya.

Sedih? Segera istighfar. Khawatir? Segera istighfar. Pokoknya banyak istighfar aja.

Selain gejala yang terkait dengan psikologis, penderita gangguan mental juga dapat mengalami gejala pada fisik, misalnya sakit kepala, sakit punggung, dan sakit maag. Ini akibat penyakit hati yang tidak bisa dia atasi. Akhirnya menyerang ke badan. Tapi berobat kesana kesini dinyatakan sehat. Karena memang badannya sehat yang sakit adalah jiwanya. Dan, hati-hati ya , kata dr. Agus (yang viral, yang dari Surabaya itu) 70% penyakit itu dari pikiran. Pikiran itu sumbernya dari hati alias mental.

◼️3. Mental Yang Sehat

Agar kita bisa  menyampaikan vibrasi atau energi yang positif maka kita harus mempunyai mental yang sehat. 

Apa ciri orang yang mempunyai mental yang sehat?

a) Realistis. Tidak  protesan. Tidak suka komplain. 

b) Berkomitmen pada kebenaran. 

c) Mempunyai toleransi yang tinggi. Tidak memaksakan kehendak.

d) Mempunyai kematangan emosi.

e) Mempunyai pengendalian diri yang kuat.

f) Mampu berdamai dengan diri sendiri dan dengan segala situasi. 

Wah, orang seperti begini bahagia ya hidupnya. Nyaman-nyaman saja dalam segala situasi. Tidak baperan.

Tidak mudah  menyalahkan. Santai saja. 

Work from home? Oke saja.

Anak-anak ribut terus? Santai saja.

Masak tiada henti? Nikmati saja. 

Jatah sebulan habis seminggu? 

Disyukuri saja.

Mari, kita simak kisah berikut tentang pentingnya mental yang sehat.

Alkisah, ada waliyullah, yang diberikan kelebihan oleh Alloh ﷻ dibandingkan dengan manusia yang lainnya.

Suatu hari, beliau bertemu dengan rombongan wabah, kalau yang sekarang virus.

Beliau bertanya kepada rombongan itu, "kalian mau kemana? Para virus itu menjawab, "kami mau ke Damaskus."

"Ada tugas apa? Kami diberi tugas oleh Alloh ﷻ, untuk menguji orang-orang yang ada di sana."

"Berapa lama? Ya, rencana 2 tahun."

"Terus nanti korban ada berapa orang direncanakan? Rencananya ada 1.000 orang yang meninggal dunia."

Nah, 2 tahun kemudian, waliyullah tersebut bertemu kembali dengan para virus itu.

Beliau bertanya, "Bagaimana kabar kalian? Ya, tugas kami sudah selesai, kami akan pulang. Jadi, ada berapa korban yang meninggal dunia? Ada 50.000 orang."

"Wah, banyak sekali, kok berbeda dengan target semula? Iya, rencana berjalan seperti semula, yang meninggal dunia karena wabah ada 1.000 orang. Selebihnya, itu karena mereka ketakutan, mereka panik, karena mental mereka yang tidak sehat."

Demikian sekelumit kisah yang bisa menjadi inspirasi kita bahwa kesehatan mental adalah hal yang sangat luar biasa, untuk kesehatan badan kita.

🌸🌷🌸

Setelah kita beres dengan diri kita sendiri maka saatnya kita memberikan pendidikan yang terbaik untuk anak-anak kita.

Apa sajakah fokus pembelajaran selama pandemi? 

Bunda sholehah, dalam pendidikan ada empat hal yang menjadi titik fokus yaitu:

1. Knowledge

2. Skill

3. Attitude

4. Value

🔹1. KNOWLEDGE 

Adalah ilmu pengetahuan yang menjadi ranah tugas dan tanggung jawab guru sekolah. Selama ini ke empat hal tersebut ditanggung oleh guru. Namun, selama pandemi ini ada pembagian tugas.

Jika guru fokus pada  knowledge maka tugas orang tua fokus pada ketiga hal di bawahnya yaitu skill, attitude dan value.

Mari kita bahas satu per satu. 

🔹2. SKILL

Fokus tugas kita adalah mengasah bakat anak.

Seharian di rumah, ini kesempatan yang sangat bagus untuk mengasah bakat anak, apa saja  bakat anak itu dan bagaimana cirinya?

Mari kita simak bacaan berikut ini,

Baik Ayah Bunda, kita sekarang akan membicarakan masalah bakat.

√ Bakat itu ada 2 hal:

★ Pertama, KARENA DIBENTUK. 

Karena dibentuk, ini adalah bakat karena dilatih. Dengan latihan yang keras, dengan pembimbingan yang luar biasa, walaupun mungkin bakatnya sedikit yang ada pada diri anak kita. Tetapi karena dengan dilatih dengan sangat keras, maka  akan menjadi potensi yang luar biasa.

Kalau ini butuh pelatih profesional tentunya. 

★ Kedua, BAKAT ALAM. 

Apa itu bakat alam? Bakat alam ini adalah bakat yang Alloh ﷻ berikan kepada anak kita atau kalau orang jawa itu bilang nya "gawan bayi". Jadi sudah ada pada diri anak kita. 

Nah, apa ciri-cirinya kalau ini  menjadi bakat alam dari anak kita. Ada beberapa ciri:

1) Lupa waktu. 

Jadi kalau anak kita sudah mengerjakan hal itu, dia itu sering lupa waktu. Sampai sering kita ingatkan, ayo nak makan dulu, ayo nak sholat dulu, karena saking asiknya.

2) Langsung Bagus Sejak Awal.

Jadi dia baru saja mengerjakan itu, tapi begitu cepatnya dia belajar dan hasilnya langsung bagus, tidak perlu banyak latihan.

3) Nagih atau Ketagihan, sifatnya nagih. 

Jadi anak kita kalau mengerjakan itu, seperti orang yang ketagihan, ingin mengerjakan lagi, ingin lagi, inginnya terus mengerjakan itu saja.

4) Dia Mudah Sekali Belajar.

Misalnya, dia mempunyai bakat masak. Hanya dengan menyicipi sebuah masakan dia langsung tahu, "oh ini bumbunya ini" terus nanti "cara mengolahnya ini". Dia  sudah langsung bisa ada feel, bagaimana cara membuatnya dan sebagainya.

Atau juga, misalnya dia mempunyai bakat dalam hal kerajinan tangan. Hanya dengan melihat sebuah kerajinan tangan, mengamati beberapa menit. Dia sudah langsung paham "oh ini caranya begini", oh ini nanti dari sini", dan sebagainya. Cepat sekali untuk belajar.

5) Ada Kepuasan Tersendiri Yang Luar Biasa.

Jadi dia merasakan kepuasan yang sangat ketika mengerjakan itu.

6) Rela Berkorban. 

Jadi dia rela mengorbankan apa yang dia miliki, untuk mencapai kepuasaannya itu, untuk mengasah bakatnya itu. Misalnya, rela tidak bermain, rela uang sakunya dipotong, jadi dia ikhlas untuk mengerjakan dengan pengorbanan.

Nah, itu tadi Ayah Bunda, beberapa ciri kalau itu menjadi bakat anak kita.

🔹3. ATTITUDE

Fokus kita adalah Pendidikan karakter. 

Bekal sukses anak 80% ditentukan oleh karakternya. Maka fokus kedua pendidikan kita adalah karakter anak. 

Karakter ini akan didapatkan melalui pendidikan aplikatif melalui kegiatan sehari-hari anak kita. Misalnya kita memberikan karakter tanggung jawab kepada anak kita dengan cara berilah anak tugas di rumah sesuai dengan kemampuannya, biarkan dia berusaha menyelesaikan tugas itu sampai selesai sebagai bentuk tanggung jawabnya. 

Atau karakter berani, berikan tugas kepada anak kita untuk berani berbicara bicara jujur, berani berada di kamar sendiri atau ketika mandi kamar mandinya ditutup. 

🔹4. VALUE

Fokus pada pendidikan agama.

Agama adalah pondasi kehidupan. Maka fokus utama yang pertama adalah pendidilan agama untuk anak kita. Pada usia PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) atau TK (Taman Kanak-kanak). Penddidikan ini pada tahap pengenalan. Maka ajarkan anak secara aplikatif. Misalnya, tata cara berwudhu. Ajarkan mulai dari cara melingkis (melipat) baju agar ketika wudhu, baju tidak basah semua.

Dilanjutkan dengan pendidikan shalat. Pentingkan pendidikan salat Ananda sehingga bacaan shalat Ananda benar dan gerakan shalatnya benar.

Bunda, saat istimewa saat menguatkan bonding dengan keluarga. Silahkan berkreasi dan berinovasi sesuai kondisi keluarga masing- masing.

Pasti ada hikmah di balik peristiwa. 

Wallahu a'lam

Demikian materi kita pada hari ini.

🌸🌸🌸🌟🌟🌟🌸🌸🌸

        💎TaNYa JaWaB💎

0️⃣1️⃣ Zahira As-syahidah Ayu Muhibbin ~ Sidoarjo

Ustadzah, bagaimana caranya supaya kita sebagai anak tidak bosan dengan daring?

Dan apa saja yang harus kita sebagai anak atau pelajar untuk mengisi waktu luang?

Syukron

🌸Jawab:

Buat agenda yang variatif dirumah. Bisa secara individual atau bersama-sama keluarga. Seperti, memasak, berkebun atau membuat karya. Seperti kerajinan tangan, menulis, atau menyalurkan hobi.

Diwaktu luang jusru bisa digunakan untuk mengasah bakat anak.

Amati bakatnya kemudian beri bimbingan mengasahnya. Bila perlu dicarikan guru khusus jika kita tidak bisa mendampinginya.

Wallahu a'lam

0️⃣2️⃣ Yulia ~ Bekasi

Assalamualaikum ustadzah,  

Bagaimana cara menghidupkan suasana belajar dirumah, seperti disekolah karena kalau disekolah anak senang banyak teman-teman namun dirumah sendiri sehingga anak tidak semangat?

🌸Jawab:

Waalaikummussalam warahmatullah wabarakatuh

Memang tidak bisa seperti disekolah ya. Karena juga berbeda. Yang penting dijaga suasana belajar dirumah.

Anak lebih banyak didampingi dalam agama dan karakternya saja. 

Soal akademik lebih santai saja.

Wallahu a'lam

🌸🌸🌸🌟🌟🌟🌸🌸🌸

 💎CLoSSiNG STaTeMeNT💎

Semoga Bunda dan keluarga selalu dalam lindungan Alloh ﷻ, selalu sehat dan diberikan kekuatan untuk bisa melalui ujian ini, sehingga lolos dan menaikkan derajat kita di mata Allah Subhanallhu wata'ala.

Semoga bermanfaat.

Terima kasih. 

Assalamualaikum warahmatullah wabarakatuh

Tidak ada komentar:

Posting Komentar